Anda di halaman 1dari 274

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran gigi, kebutuhan akan

restorasi gigi yang bersifat estetik meningkat, mengingat gigi merupakan faktor

penting yang menunjang penampilan seseorang. Salah satu jenis material yang

digunakan sebagai restorasi estetis di bidang kedokteran gigi adalah keramik atau

porselen. Porselen terbuat dari jenis keramik bakaran suhu tinggi dari bahan

lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang

diproses dengan pemanasan suhu tinggi. Bahan bahan utama yang terdapat dalam

porselen antara lain alumina yang merupakan suatu oksida keras yang sangat kuat

dan merupakan konstitusi utama keramik gigi. (Craig, 2002)

Selain itu terdapat boric acid yang merupakan fluks keramik dan juga

digunakan feldspar, kaolin, silika, oksida dan bahan pewarna. Restorasi yang

terbuat dari bahan keramik memiliki beberapa kelebihan yang meliputi sifat

translusen, warnanya sesuai dengan gigi asli, dapat dibentuk sesuai dengan bentuk

anatomis gigi, biokompatibilitas dengan rongga mulut baik serta koefisien termal

ekspansinya hampir sama dengan gigi. Namun dibalik itu, keramik juga

mempunyai beberapa kekurangan seperti porositas yang tinggi serta strukturnya

yang mudah rapuh dan fraktur. (Craig,2002)

1
1.2 Tujuan

1. Mengetahui, memahami dan menjelaskan definisi porselen dan syarat

porselen dalam kedokteran gigi.

2. Mengetahui, memahami dan menjelaskan komposisi porselen kedokteran

gigi, sifat, kelebihan dan kekurangan porselen.

3. Mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi porselen.

4. Mengetahui, memahami dan menjelaskan manipulasi porselen, indikasi

dan kontra indikasi porselen.

5. Mengetahui, memahami dan menjelaskan porselen yang digunakan untuk

gigi tiruan.

1.3 Manfaat

Diharapkan penulis dapat menambah wawasan tentang porselen atau

keramik kedokteran gigi. Serta makalah ini bisa menjadi bahn rujukan dalam

pembelajaran kedokteran gigi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PORSELEN KEDOKTERAN GIGI

2.1.1 Definisi Porcelain

Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat rapuh, tetapi

mempunyai sifat translusen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana

pembakarannya dengan temperature yang tinggi (Anusavice, 2003).

Porselen adalah bahan yang terbuat dari jenis keramik yang dibakar dengan

suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam

dan non logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi (Anusavice, 2003).

Porcelain adalah bahan keramik yang terbuat dari kaolin, feldspar, silica,

dan berbagai pigmen (Craig,2002).

2.1.2. Syarat Porcelain sebagai berikut :

a. Dapat memberikan penampilan natural gigi

b. Biokompatibel

c. Tidak toksik

d. Tidak mengiritasi

e. Tidak mengabrasi gigi antagonis

f. Tidak dapat larut dalam saliva

3
g. Dapat beradaptasi dengan baik dalam temperatur rongga mulut

2.1.3 Sifat-sifat Porcelain.

Sifat fisis

Keuletan dan tegangan geseknya rendah tetapi tegangan tariknya tinggi. Thermal

ekspansi dari dental porselen sama dengan thermal ekspansi substansi gigi yaitu

sekitar 4,1 x 10 mm/C³. selain itu sifat insulatornya juga baik yakni penghantar

panas yang rendah, difusi panas yang rendah, dan penghantar listrik yang rendah

(Craig, 2002).

Sifat kimia

Suatu porselen memiliki sifat kelembapan kimia, dimana kelembapan kimia ini

merupakan karakteristik yang penting karena memastikan bahwa permukaan

restorasi gigi tidak melepaskan elemen-elemen yang berbahaya selain mengurangi

risiko dari kekerasan permukaan serta meningkatnya kerentanan terhadap adhesi

bakteri.Selain itu sifat kimia yang penting ini ialah porselen merupakan bahan

yang biokompatibel dengan lingkungan rongga mulut dan juga tidak dapat dirusak

oleh lingkungan (Annusavice,2003).

Sifat mekanis

Porselen adalah suatu bahan yang getas, oleh karena itu perkembangan porselen

lebih mengarah pada perbaikan sifat mekanis, antara lain dengan penambahan

alumina yang dapat memperkuat bahan. Selain itu sebagian besar keramik

memiliki sifat refraktori, kekerasan dan kerentanan terhadap fraktur karena rapuh

4
(Mc Cabe and Walls,2008 ).Untuk kekerasan keramik disini saat sebelum

diaplikasikan menjadi suatu bahan restorasi memang memiliki kekuatan yang

lebih besar daripada enamel. Akan tetapi pada saat telah diaplikasikan,

kekerasanya sangat diharapkan sama dengan enamel untuk meminimalkan

keausan pada restorasi keramik dan mengurangi kerusakan akibat keausan yang

terjadi pada enamel karena adanya restorasi keramik (Mc Cabe and Walls,2008).

Sifat estetik

Sifat estetik adalah salah satu sifat yang sangat penting karena keramik mampu

meniru penampilan dan menyamai gigi asli (Craig, 2002).

Sifat porus

Pada saat pembakaran dapat terjadi gelembung-gelembung udara yang tidak dapat

dihindari sehingga menyebabkan terbentuknya rongga diantara partikel porselen.

Hal ini menyebabkan porselen ini mudah pecah karena kepadatan dari porselen itu

sendiri kurang. Untuk mengurangi porusitas tersebut, beberapa peneliti

menganjurkan cara sebagai berikut (Mc Cabe and Walls,2008) :

a. Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air.

b. Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes keluar dari

porselen.

c. Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultan besarnya pori-

pori.

5
Sifat thermal

Konduktifitas thermal dan koefisien thermal mirip jaringan enamel dan dentin

(Annusavice,2003).

2.1.4 Komposisi

Dental porcelain dibentuk dengan mencampur dengan membakar mineral mineral

khususnya feldspar, kaolin, quartz, fluks, dan pigmen (Mc Cabe and Walls,2008).

1. Feldspar

Feldspar merupakan sejenis mineral yang mengandung unsur-unsur

kalium, natrium, silikat, aluminium ganda, dan potassium.pada

temperature pembakaran normal bagi peleburan porcelain bertindak

sebagai suatu matriks yang mengikat kristal kristal kaolin yang kecil dan

bentuknya tidak beraturan.jika dibakar. Feldspar adalah mineral alami

berupa anhydrous alumino-silicate, dan dapat diperoleh dalam bentuk soda

feldspar (Na2O, Al2O3, 6 SiO2), lime feldspar (CaO, Al2O3, 6SiO2 ), dan

potas feldspar (K2O, Al2O3, 6SiO2 ). Jika dibakar akan meleleh menjadi

bahan yang bening seperti gelas yang membentuk matriks atau sebagai

pengikat bagi kaolin dan quartz. Feldspar juga digunakan sebagai bahan

fluks. Feldspar meleleh menjadi bahan yang bening seperti gelas yang

membentuk matriks bagi kaolin dan quartz.fungsi feldspar adalah sebagai

permukaan lapisan kaca dan juga sebgai matriks (Mc Cabe and

Walls,2008).

Feldspar alami digunakan pada pembuatan dental porcelain,

6
merupakan campuran dari albite dan mikroline. Variasi alaminya tidak

pernah murni dan perbandingan soda terhadap potash dapat bervariasi

antara satu dan lainnya (craig,2002).

2. Kaolin

Kaolin adalah silikat aluminium hidrat yang dihasilkan dari

dekomposisi mineral mineral feldspatik, yang mirip seperti tanah liat yang

tidak berubah warna ketika dibakar. Kaolin memiliki sifat yang tidak

bening (opak). Kaolin merupakan bahan pengikat untuk mempertahankan

kepadatan dan kekuatan porcelain agar dapat dibentuk sebelum dibakar .

3. Quartz

Quartz memberikan kekakuan dan kekerasan pada masa porcelain

selama dan sesudah pembakaran. Quartz digunakan pada porcelain sebagai

penambah kekuatan.Walaupun mengalami reaksi dengan feldspar untuk

mendapatkan suatu bonding, quartz bereaksi terutama sebagai bahan

pengisi (Annusavice,2003).

4. Fluks

Fluks ditambahakan untuk meningkatkan aliran campuran dan

untuk mengabsorbsi atau menghilangkan kotoran-kotoran tertentu. Fluks

yang lazim dipakai karbonat, kalium, natrium, boraks dsan oksida timah

hitam (pbo).Titik pembakaran dari sebuah porcelaindapat bervariasi oleh

7
karena kuantitas dari kumpulan fluks yang terkandung dari porcelain (Mc

Cabe and Walls,2008).

Konsentrasi fluks sebaiknya seimbang, tetapi bila terlalu tinggi

dapat menyebabkan antara lain:

1. Mengurangi daya tahan kemis kaca

2. Dapat menyebabkan kaca mengalami kristalisasi

5. Pigmen

Pigmen digunakan untuk member warna yang dikehendaki, bahan

ini bersatu dalam bubuk. Bahan pewarna dalam dental porcelain adalah:

a) Titanium untuk member warna kuning dan dapat dipergunakan

untuk membuat bahan menjadi lebih opak

b) Kobalt untuk member warna kebiru-biruan

c) Besi untuk member warna kecoklat-coklatan

d) Timah dan emas untuk member warna merah jambu

e) Metallic gold untuk member warna bayangan merah kecoklatan

f) Platina untuk member warna keabu-abuan

g) Bahan Glaze Dan Bahan Noda

Untuk mendapatkan hasil estetik yang dikehendaki

(Manappallil,2010).

8
EBOOK

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
TRANSLATE NYA

Bab 2 Fitur Terukir Porcelain Inlays dan Onlays

Baru-baru ini kombinasi dari beberapa yang berbeda dihamburkan melalui

persimpangan ini ke aspek yang mendasari operasi. kedokteran gigi telah

menghasilkan sistem pendukung-dentin. Solusi yang paling efektif: porselen

tergores yang terkalsifikasi dan lebih lunak dan karena itu cenderung restorasi.

kekuatan topi ditempatkan pada setiap aspek dia dentin kurang untuk secara

efektif mendistribusikan dan menyerap kekuatan Konsep inlay keramik tanggal

kembali diterapkan ke permukaan enamel. Munculnya akhir abad terakhir, ketika

resto pertama yang lebih kuat rerata ikatan dentin yang lebih dapat diprediksi,

melekat dengan porselen, seperti dentin material yang mendukung porselen

berikat, sebagai kelemahan dan integritas marjinal, dikombinasikan dengan

enamel kurangnya media penyemenan yang adekuat, awalnya membuat restorasi

yang tidak berhasil ini. Gigi yang dipulihkan dengan jenis resin ini -

Perkembangan terbaru dari sistem penguat yang terikat dengan restorasi porselen

terukir yang dikembangkan untuk porselen, namun digabungkan dengan

kemampuan cuspalstiffness dan kekuatan yang setara, dan di beberapa jenis ini

dibuat. Masalah memungkinkan kita untuk menggunakan fitur ini sehingga inti

dari penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa kompromi dan ikatan porselen

dengan kasus-kasus yang mendasarinya melebihi, yaitu struktur gigi tergores gigi

yang belum direstorasi, telah memungkinkan jenis-jenis gigi ini, seperti lainnya.

bentuk-bentuk dari ikatan restorasi untuk menjadi bagian dari restorasi resin kami

sehari-hari, mengembangkan peningkatan armamentarium operatif hari. Kekuatan

51
resistansi terhadap fraktur dan peningkatan cuspat kaku bahan restorasi

berkembang jauh seperti ness tetapi dengan berkurangnya mikro-rapuh email

secara simultan didukung pada kebocoran inti dentin.

Indikasi

Di mana alergi logam merupakan faktor. Modalitas alternatif terapi diperlukan,

oleh karena itu restorasi keramik berikatan berguna. Terawat porselen yang diukir

menawarkan tiga perbedaan Pemulihan gigi dalam lengkungan yang berlawanan

dengan keunggulan dibandingkan restorasi yang sebanding: lebih estetik

mengembalikan kekuatan untuk melengkapi gigi, dan sangat konservatif.Oleh

karena itu, setiap situasi klinis yang melibatkan fitur berikut mungkin mendapat

manfaat dari terukir porselen terukir: oleh restorasi porselen sudah hadir. Karena

restorasi porselen cenderung secara agresif memakai kedua substansi gigi normal

dan setiap bentuk restorasi lainnya, terukir porselen terukir diindikasikan

 Lesi karies kecil sampai sedang (Gambar 2-1a sampai d). Tatahan porselen

tergores diindikasikan pada situasi-situasi di mana, meskipun kekuatan

restorasi bukanlah faktor yang unggul karena ukuran lesi, pasien masih

meminta restorasi yang sangat estetik. (Comp pon rongga harus memiliki

ketebalan sekitar 2 mm. Jika kurang, restorasi resin komposit mungkin

lebih disukai.)

 Lesi karies atau lesi traumatik yang besar dengan email yang tidak

disamaratakan sejauh restorasi logam castContraindications atau mahkota

penuh secara normal menjadi perlu (Gambar 2-2a hingga d). Dalam situasi

52
ini ikatan silang yang terikat silang Kontraindikasi terbesar pada restorasi

porce-celain akan berikatan dengan intak yang tersisa dapat menjadi bukti

struktur gigi parafungsi, mengikatnya bersama-sama dalam kebiasaan

massa yang masif dan keausan agresif dari pertumbuhan gigi. Selain itu,

meskipun teknik-sensitivitas itu sendiri bukan merupakan kontraindikasi,

masalah.

 Gigi di mana sulit untuk mengembangkan bentuk retensi (Gambar 2-4a

sampai d). Ini mungkin sering dipulihkan dengan menggunakan sifat

perekat dari restorasi berikat, sebagai lawan dari sarana yang lebih agresif

mengembangkan retensi, seperti pemanjangan mahkota bedah periodontal

atau terapi endodontik elektif untuk mengembangkan retensi pasca.

 Gigi yang dikompromikan secara endodontik di mana rongga akses telah

berkompromi mempertahankan bidang kering dan mendapatkan kekuatan

dan prognosis gigi yang akurat (restorasi fiksasi Figt 2, dengan perhatian

pada detail 3a hingga d).

Kontraindikasi

Dalam banyak situasi ini satu-satunya dalam penempatan, dapat membuat

restorasi alternatif kontraindikasi ini adalah beberapa bentuk dari realitas dan

sistem inti pascapenutupan penuh mahkota persiapan yang akan kemudian

memindahkan sedikit sisa substansi gigi Restorasi porselen tergores

menawarkan alternatif alternatif, dimana sebagian besar gigi yang tersisa

dipertahankan, dipulihkan, dan diperkuat.

53
Lesi Karies Kecil hingga Sedang (Gambar 2-1a sampai d)

 Sebelum Gambar 2-1a Gambaran preoperatif dari kuadran kiri posial kiri

atas menunjukkan beberapa restorasi amalgam oklusal pada anak muda

yang berhubungan dengan karies dan amalgam itu sendiri. Jenis restorasi

smal ini mungkin kita dengan sealant atau pasien restorasi resin preventif.

Perhatikan stäiningel telah dihubungi.

 Gambar 2-1b Rongga oklusal setelah pengangkatan amalgam.

 Gambar 2-1c Empat restorasi porselen tergores sebelum penempatan

ticeres 4. Setelah

 Gambar 2-1d Restorasi terikat di tempatnya. Perhatikan res torasi dari

cofor, bentuk, dan fungsi, dengan concom itant memperkuat gigi.

Lesi Karies atau Trauma Besar (Gambar 2-2a hingga d)

 Sebelum Gambar 2-2a Kuadran posterior kiri atas menunjukkan restorasi

senyawa amalgam ekstensif dengan karies sekunder dan struktur gigi yang

tidak didukung.

 Gambar 2-2b Sisa struktur gigi setelah pengangkatan restorasi amalgam

Perhatikan lebar buc colingual lebar dari rongga, yang biasanya

membutuhkan onlay preparat untuk memberikan kekuatan pada cusp

pendukung.

 Gambar 2-2c Compound tergores porselen inlay.

54
 Setelah Gambar 2-2d Mengikat inlay porselen berukir dalam posisi.

Perhatikan pemulihan bentuk warna. dan berfungsi pada gigi-gigi yang

sangat berkompromi ini.

Gigi Endodontik Berkompromi (Gambar 2-3a hingga d)

 Gambar 2-3a Radiografi molar pertama kanan mandibula setelah

penyelesaian endodontik.

 Gambar 2-3b Persiapan molar untuk restorasi tergores dan berikatan untuk

mendukung katup yang tersisa Perhatikan akses endodontik serta fraktur

mesiodistal. Pada tahun-tahun sebelumnya, beberapa bentuk onlay atau

restorasi cakupan penuh biasanya akan menjadi pilihan estetika. Dengan

restorasi cuspal restorasi terikat dapat dipulihkan tanpa perlu persiapan

gigi yang luas.

 Gambar 2-3c Restorasi tergores sebelum bonding atau luting, Catatan

kedalaman inlay untuk menyediakan dukungan melalui akses endodontici.

Juga perhatikan translucency pada margin. Setelah

 Gambar 2-3d Tampilan pasca operasi gigi yang direstorasi, dikeringkan

secara konstruktif, tetapi diperkuat.

Sulit Mengembangkan Formulir Retensi (Gambar 2-4a hingga d)

 Sebelum Gambar 2-4a premolar rahang bawah menunjukkan fraktur

lengkap dari cusplingual dan restorasi amalgam yang tersisa.

 Gambar 2-4b Sediaan mempertahankan semua struktur gigi yang tersisa

dan tidak melibatkan aspek bukal atau mesialgigi.

55
 Gambar 2-4c Pemulihan porselen tergores, komprom ing oklusal, lingual,

dan permukaan distal. Tidak ada bentuk retensi yang dikembangkan untuk

gigi ini hanya bentuk perlawanan.

 Setelah Gambar 2-4d Restorasi porselen tergores menyulut posisi irn.

Perhatikan campuran warna pada struktur gigi yang tersisa dan restorasi

lengkap bentuk dan fungsi ke gigi ini.

Terukir Inlay dan OnlayPorselin

Kelebihan Porselen adalah pengganti yang sangat baik untuk bahan gigi

tidak estetis (Gambar 2-5a sampai d) untuk beberapa alasan berikut: Warna.

Sebagian besar sistem porselen menggunakan teknik-teknik yang dibuat dengan

baik dan secara efektif menyatu dengan gigi-geligi alami yang berdekatan.

Kesehatan periodontal. Restorasi porselen dapat mengakumulasi plak yang lebih

sedikit pada permukaannya daripada sistem lain. . Ketahanan terhadap abrasi.

Ketahanan aus dan abrasi dari restorasi ini tinggi, meskipun mereka memiliki

potensi untuk menciptakan keausan pada lengkung yang berlawanan (Gambar 2 ra

6a sampai c). Radiodensitas. Pada radiografi, struktur gigi normal radioT, cukup

sering yang sebelumnya terlindung oleh restorasi radiopagest (Gambar 2-7

kepadatan porselen menyerupai bahwa untuk akses radiografi ke daerah-daerah

yang mendukung saya Keramik restorasi memberikan kolon yang sedang

berlangsung. atau, stabilitas, dan ketahanan noda. Integritas margi- nal, ketika

restorasi keramik dikombinasikan dengan ikatan resin dan agen resin

futingcompo, sangat baik dengan hasil microleakage yang dikurangi hingga, dapat

dalam batas minimum absolut (Gambar 3). 2-8)

56
Kerugian Jumlah waktu dan perhatian terhadap detail yang diperlukan

ketika restorasi ini dibuat dan ditempatkan (yaitu teknik-sensitivitas) membuat

mereka dari kebutuhan alternatif mahal untuk modalitas lainnya. Kontaminasi

kelembaban dan prosedur penempatan semuanya berpotensi menimbulkan

masalah. Kekuatan restorasi tak terikat relatif nominal, sehingga prosedur uji coba

dapat menyebabkan fraktur porselen. Biaya laboratorium untuk jenis restorasi ini

merupakan faktor tambahan saat rencana perawatan dikembangkan. Potensi untuk

memakai gigi di lengkungan yang berlawanan, terutama selama kebiasaan

parafungsional, adalah kontraindikasi. Dalam restorasi cast-glass atau keramik

dengan permukaan permukaan yang dangkal, penyesuaian oklusal menghasilkan

hilangnya pewarna permukaan. Ini jelas menghasilkan restorasi yang kurang

menarik, ketika estetika mungkin telah menjadi alasan pasien mencari pengobatan

di tempat pertama integritas Marginal dengan keramik yang ditumpuk dapat

melebihi standar yang dapat diterima secara klinis dalam kasus onlay porselen.

Kesimpulan

Dengan kesadaran pasien yang terus meningkat dan keinginan saya untuk

restorasi estetik yang meluas ke daerah posterior mulut, alternatif pengobatan baru

yang lebih berurutan dari restorasi berikat resin berikat paling efektif. Satu-

satunya perlakuan konservatif yang sebanding adalah restorasi resin komposit

posterior, dengan kelemahan inheren microleakage, poly dan merizationshrinkage,

masalah siklus termal, dan keausan di area-area dengan tekanan. Restorasi yang

terikat memiliki potensi untuk mengembalikan tidak hanya rcesthetics tetapi juga

kekuatan untuk sebelumnya menjadi tegang gigi yang salah.

57
Gambar 2-5a Preoperatif pandangan terganggu

Gambar 2-5b Persiapan akhir dengan basis di gigi posis dengan restorasi amalgam

gagal, fraksi, menunjukkan tidak ada retak patah tulang daun.

Immediate post-bondin

Gambar 2-5c dan d Porcelain inlay untuk menggantikan aspek lingual dan oklusal

gigi.

Gambar 2-6a Tampilan preoperatif menunjukkan kegagalan yang berulang.

Gambar 2-6b Dua inlus oklusal yang dicoba masuk. Catatan dari restorasi yang

berbeda pada mandibula molat jelas kurangnya campuran warna

karena ruang refraksi udara.

Gambar 2-6c Dua restorasi sederhana yang dilarutkan dalam posisi,

mengembalikan kekakuan, estetika gigi, dan ketahanan terhadap

abrasi. Catatan warna campuran setelah resin komposit

ditempatkan di bawah porselen.

Gambar 2-7 Radiografi inlay majemuk yang menunjukkan kurang.

Gambar 2-8 Scanning electron micrograph dari ikatan restorasi radiopacity yang

dirangkai pada posisinya. Perhatikan keunggulan integritas marjinal.

Bab 3 Prinsip Penggunaan Porselen sebagai Bahan Inlay / Onlay

Secara tradisional, emas telah dianggap sebagai yang ideal ketika porselen

gigi digunakan untuk bahan con-inlay. Sebagai struktur yang relatif lunak, ulet

58
mangan dari gigi tiruan sebagian tetap, biasanya sebuah rial, dapat dilemparkan

dengan akurasi besar dan dapat menjadi substruktur logam yang digunakan untuk

mencegah porce- lebih lanjut secara klinis dimodifikasi oleh burnishing untuk

berbaring dari rekah di bawah tekanan oklusal terus menerus dengan margin

persiapan. dari gigi yang berlawanan. Tanpa logam sub Goldalloy dapat

menunjukkan struktur elastisitas yang cukup besar, fraktur porselen paling

mungkin akan mengalami uji bending. Jika diterapkan dengan kemampuan terjadi

di daerah pontik, baik pada con- stres melebihi batas elastis, paduan mungkin

nektor atau melalui pontik itu sendiri. Lengkungan logam lebih lanjut dan

menunjukkan substrukturdeforma permanen tidak dapat mengubah

perkopmilanporselin (lentur), tetapi tetap tidak akan gagal (Gambar 3-1

karakteristik kisi dan tidak memberikan perbedaan-sifat-sifat ini membuat emas

sebagai modulus elastis ntmnen atau kekuatan kompresif untuk fabrikasi inlays

dan onlays Sebaliknya, jika dirancang dengan benar, metallic sub Porcelain, di sisi

lain, adalah struktur mate yang rapuh dengan dimensi penampang yang tepat,

salah satu karakteristik utama dari rapuh. memberikan kekakuan dan ketahanan

untuk membengkokkan bahan yang adalah kurangnya perilaku plastik dan pada

gilirannya menghilangkan tegangan tarik ke ketidakmampuan porce untuk

menahan deformasi plastik di bawah lain. Inilah sebabnya mengapa hanya

kerangka kaku dapat menjadi stres. Dengan kata lain, deformasi ( yaitu,

membungkuk sukses. Sebuah kerangka, tipis fleksibel dapat ing) sepotong

porselen di luar batas elastis yang dibangun untuk mempertahankan kekuatan

oklusal dengan Gie, di luar titik di mana saya t bertindak seperti melanggar, tetapi,

59
jika ada pembengkokan terjadi, bagian dari pegas) akan berakibat fatal dan

porselen akan porselen mungkin tegang di luar jeda tariknya (Gambar 3-2 dan 3-

3). Namun ketika menekan kekuatan dan akhirnya akan patah. stres diterapkan

pada porselen yang didukung sehingga lentur tidak dapat terjadi, dapat

dipertahankan pada bahan keramik dan secara inheren lebih lemah daripada

magnitudo tinggi tanpa kegagalan (Gambar 3-4) Restorasi porselen terukir terbuat

dari restorasi logam tipis. Ketika mereka kembali ke Gambar 3-1 Beban

diterapkan ke batang uji logam dalam mode lentur. Bar dapat mempertahankan

beban awal dengan cara elastis. Pemuatan tambahan di luar batas elastis logam

akan menyebabkan lentur, tetapi bar tidak akan gagal sampai stres melebihi

kekuatan ultimate bar.

Gambar 3-2 Uji batang porselen dikenakan beban lentur. Agar porselen tidak

pecah, beban harus dibatasi dalam batas elastis porselen.

Gambar 3-3 Ketika beban melebihi batas elastis batangan, porselen tidak dapat

ditekuk dan gagal karena merupakan bahan yang rapuh.

Gambar 3-4 Batang porselen dan beban identik dengan yang ada pada Gambar 3-

3. Jika porselen didukung dengan bahan yang kaku, lentur dicegah dan porselen

tidak gagal.

Gambar 3-5 restorasi porselen tipis didukung oleh struktur enamel yang kaku

melalui ikatan resin komposit. dokter dari laboratorium gigi dan gigi dicoba pada

gips dan di rongga mulut, risiko nyata ada fraktur.

60
Namun, ikatan perekat dari restorasi ini ke gigi menghasilkan kekuatan

kuasi yang memungkinkan untuk mempertahankan fungsi dan menekankan pada

lingkungan oral. Tanpa ikatan ini, bahkan sedikit tekanan oklusal dari gigi yang

berlawanan dapat menyebabkan patah tulang.

Mekanisme Ikatan Ketahanan

Fraktur yang ditingkatkan yang dibawa oleh proses ikatan bergantung

pada beberapa mekanisme.

Dukungan oleh Struktur Gigi untuk Mencegah Lenturan

Dengan cara yang mirip dengan cara bingkai logam memperkuat gigi

tiruan sebagian porselen gigi menyediakan dukungan untuk menjaga porpor dari

deformasi dan fraktur. Tetapi hanya Cerami sebagai gigi tiruan sebagian tegel

porselen harus disatukan "menyatu" dengan kerangka logam untuk ransum resto-

inheren untuk menahan tekanan, restorasi harus membentuk ikatan yang kuat

dengan gigi untuk porselen harus didukung. Ikatan porselen ke gigi enamel dan

dentin memastikan stabilitas dan integritas yang memungkinkan struktur gigi

untuk memberikan dukungan penuh untuk esses restorasi dinyatakan rapuh

(Gambar 3-5). Kemudian restorasi terikat dilindungi terhadap perpindahan dan

defleksi, membuatnya tahan terhadap gaya oklusal.

Dukungan Seragam dan Lapisan Pengurang Stres Resin

Komposit terpolimerisasi di bawah restorasi porselen berikat memberikan

lapisan dukungan padat dengan ketebalan yang seragam dan kekakuan SM sekitar

61
Lapisan ini menyetarakan varians dalam elastisitas gema antara struktur gigi yang

berbeda (yaitu antara enamel dan dentin) dan bantuan dengan membuat seragam

pendukung yang mendasari dan berkelanjutan. Ini mengisi celah-celah kecil dan

menyediakan zona yang memadai untuk menghilangkan tekanan potensial antara

por- gelain dan struktur gigi yang mendasarinya. I frame enture he por

Anti- "Crack Propagation" Forces

Bahan keramik biasanya gagal di mana cacat kecil hadir dalam materi.

Cacat ini, yang melekat pada porselen, terutama disebabkan oleh tekanan internal

dari keramik selama proses dengan ing (yaitu kontraksi selama pendinginan) dan

dari

Gambar 3-6 Lapisan resin komposit antara restorasi porselen dan struktur gigi

tunduk pada penyusutan isian polymercel, yang lebih jelas dalam

longi dalam arah tudinal.

Gambar 3-7 Penyusutan resin komposit antara porselen dan enamel dapat

menangkal perambatan retak dalam porselen, rendering restorasi

keramik yang tahan terhadap tekanan fungsional dalam rongga

mulut.

Sepuluh hanya berukuran mikroskopis. Akan tetapi, pada tingkat molekuler, cacat

atau retakan ini menunjukkan celah yang sangat besar, di mana molekul-molekul

di satu sisi neg, kesenjangannya secara signifikan jauh dari molekul-molekul di

sisi lain celah. Fenomena ini dapat sangat melemahkan material keramik. Jarak

intermolekuler yang lebih besar melintasi celah yang mengerikan mengurangi

62
daya tarik antarmolekul ke dan usia mungkin sejauh bahwa tegangan tarik

berkekuatan relatif rendah akan menyebabkan celah terbuka lebih jauh dan

molekul-molekul ditarik menjauh dari satu sama lain. Hal ini akan menciptakan

area mikroskopik dari tekanan terkonsentrasi di bagian bawah celah, yang pada

akhirnya akan mendorong lebih jauh kegagalan dan kerusakan. Fenomena yang

dijelaskan dapat terjadi dalam mode akut, ketika stres yang cukup tersedia untuk

menginduksi kegagalan melalui material, atau dalam resin cela rupt yang kronis,

di mana gaya lelah (yaitu, kekuatan yang relatif rendah tetapi berulang) membawa

perkembangan perambatan retak yang perlahan-lahan. Proses dapat menyebabkan

kegagalan material yang fatal. Penggunaan resin komposit sebagai agen luting

dalam hubungannya dengan restorasi keramik posterior memperkenalkan

mekanisme penguatan porselen tambahan sebagai hasil dari penyusutan

polimerisasi resin komposit. Pengerutan adalah efek samping yang tak terelakkan

dari polimerisasi kekuatan resin yang umumnya dilihat sebagai properti negatif.

Namun, dalam batas tertentu, penyempitan polimerisasi resin komposit dapat

membantu memperkuat porselen dengan mengerahkan gaya pada permukaan

porselen bagian dalam yang menekankan molekul porselen secara bersama-sama

daripada menjauh dari satu sama lain. Ini akan berada pada arah celah yang

berlawanan untuk meretas gaya propagasi (Gambar 3-6 dan 3-7). Tingkat

penyusutan polimerisasi untuk lapisan tipis dari agen resin komposit mungkin

sebenarnya melampaui nilai yang dilaporkan untuk bahan dalam jumlah besar

Cara lain untuk memahami efek penyusutan adalah untuk melihat restorasi

porselen seolah-olah dilapisi dengan lapisan seragam komposit resin melalui

63
permukaan bagian dalamnya, mirip dengan glain selain, membuatnya lebih tahan

terhadap efek pecahnya gaya tarik.

Transfer Stres ke Struktur Underlving.

Restorasi keramik berikatan kuat yang melekat kuat pada bentuk struktur

gigi, pada dasarnya, lapisan ramic yang merupakan bagian integral dari gigi, mirip

dengan lapisan email gigi. Enamel sendiri juga merupakan struktur yang rapuh,

tetapi ikatan resin yang hampir tidak dapat dipisahkan sebagai proton gigi

melindungi dengan memindahkan kekuatan eksternal sepanjang perjalanan ke

dentin. Pengaturan ini membuat gigi utuh berhubungan dengan kekuatan eksternal

sebagai satu kesatuan yang berkelanjutan, dengan dimensi cross-sectional dan

sifat mekanik yang berasal dari gabungan lapisan dentin dan enamel.Demikian

pula, inlay atau onlay porselen berikat yang baik merupakan bagian integral dari

gigi. Pasukan yang diterapkan ditransfer melalui porselen ke dentin dan secara

teoritis tidak akan menyebabkan kegagalan selubung kecuali lapisan dentinal juga

gagal. Namun, jika ikatan antara porcelain dan gigi tidak memadai, stres tidak

akan ditransfer lebih lanjut dan porselen akan cenderung patah (mirip dengan

email yang tidak didukung).

Pemulihan / PersiapanKebutuhan Desain

Seperti halnya restorasi intracoronal lainnya, parameter desain dari inlay

dan onlay keramik tergores harus memperhitungkan sifat, kekuatan, dan retensi

material restorasi. Dalam restorasi logam ada korelasi positif umum antara

dimensi penampang restorasi dan kekuatannya. Semakin tebal restorasi logam,

64
semakin kuat dan semakin tahan terhadap deformasi dan kegagalan. Inilah

sebabnya mengapa restorasi amalgam perak dengan ekstensi interproksimal

memerlukan kedalaman yang cukup, terutama pada isthimus, dan onlays emas

harus memiliki ketebalan emas yang cukup di atas cusp pendukung. Sifat yang

berbeda dari keramik mendikte persyaratan ketebalan yang berbeda. Kekuatan

keramik sebanding dengan ketebalan cross-sectionalnya hanya sampai titik

tertentu. Di luar itu, ketebalan tambahan mungkin tidak menambah kekuatan

akhirnya akan mengurangi 1,0-2,5 mm menjadi kisaran yang aman untuk restorasi

posterior porselen terukir. Ketebalan yang seragam dapat berkontribusi pada

keberhasilan restora. Untuk prognosis yang baik, restorasi porselen tergores harus

pas dengan gigi yang disiapkan. Tetapi ada kebutuhan yang lebih rendah untuk

bergantung pada dinding paralel dan kotak-kotak dalam daripada untuk inlays

emas. Juga, tidak ada kebutuhan untuk fit friksional sebagai re-quired dengan

inlay atau onlay metalik. kekuatan. Dokter mempertimbangkan ketebalan

oklusal.Kemampuan pita melingkar enamel pada gigi yang disiapkan akan jauh

lebih bermanfaat untuk tujuan retensi. Terlalu ketat cocok, terutama pada dinding

bukal dan lingual, dapat menyebabkan patahnya restorasi keramik selama

prosedur try-in. Keramik adalah rapuh, dan ujung pisau tipis bermata tipis mudah

patah. Karenanya desain harus mencakup deepchamfer atau roundedshoulder

margin, untuk memberikan ketebalan yang aman dan memudahkan teknisi gigi

untuk menangani restorasi. Sebuah talang yang dalam (dibandingkan dengan bahu

persegi) mempertahankan manfaat dari ketebalan yang memadai namun

memungkinkan ikatan yang tepat dengan area permukaan yang lebih besar dari

65
marina enamel tergores.Beveling margin cavosurfaceoklusal dalam persiapan

inlay keramik umumnya tidak ditunjukkan, karena bevel keramik tipis yang

dihasilkan mungkin rentan terhadap gaya oklusal.

Temporary Cementing Medium

Seperti halnya semua restorasi intracoronal tidak langsung, prosedur

ceramicinlay / onlay posterior membutuhkan persediaan yang memadai. Secara

rutin, penyediaan al restorasi dibuat dengan resin akrilik atau bahan

autopolimerisasi. Mereka dapat diproses secara intraoral atau tidak langsung pada

gips. Penyediaan restorasi al anatomis yang berkontur dengan baik harus disemen

dengan semen sementara, untuk memungkinkan retensi yang adekuat selama

beberapa minggu dan, akhirnya, pengangkatan yang mudah oleh dokter gigi.

Untuk prosedur mahkota dan jembatan konvensional, eugenol yang mengandung

formulasi zinc oxide telah digunakan selama bertahun-tahun dan masih digunakan

secara luas. Restorasi porselen semen disemen, namun membutuhkan semen

sementara yang berbeda. Pemilihan akhir dari semen resin untuk sementasi akhir

kontraindikasi penggunaan semen sementara yang mengandung eugenol. Eugenol

menghambat polimerisasi resin, dan kehadirannya dapat mengganggu secara

signifikan dengan pengaturan semen akhir.

Gambar 3-8 Histogram menunjukkan kekuatan pemisahan inti resin disemen

dengan resin dan semen fosfat seng: (A) tanpa pretreatment (B) pretreatment

dengan semen sementara mengandung eugenol; (C) pretreatment dengan semen

sementara noneugenol. (Diadaptasi dengan izin dari Millstein dan Nathanson,

66
1992.) Sebuah studi tentang retensi cincin logam ke inti logam menggunakan

semen resin uretana dan semen zincoxiphosphate (Millstein dan Nathan- son,

1983) menunjukkan bahwa retensi yang lebih baik secara signifikan dicapai

dengan semen resin. Bagaimana pernah, hasilnya berbeda ketika inti logam

pertama disemen ke cincin dengan semen sementara eugenol, kemudian

dipisahkan dibersihkan, dan dilapis ulang dengan uretana.

resin atau zincoxiphosphate. Jejak eugenol menyebabkan penurunan dramatis

dalam retensi dengan semen resin uretana tetapi tidak berpengaruh pada oksifosfat

seng (Gambar 3-8). Percobaan dengan perlengkapan logam ini dengan jelas

mengidentifikasi kontraindikasi penggunaan eugendl semen sebelum sementasi

dengan resin. Secara intraoral, efeknya mungkin lebih jelas karena struktur gigi,

dengan permukaan kasar dan lebih berpori, dapat mempertahankan eugenol lebih

baik daripada inti logam eksperimental. Meskipun fenomena ini belum

sepenuhnya dikonfirmasi dalam situasi klinis, itu akan bijaksana dalam aplikasi

tersebut untuk membatasi penggunaan semen sementara untuk produk yang tidak

termasuk genol dalam formulasinya. Sebagian daftar produk-produk tersebut

diberikan pada Tabel 3-1. Bahkan dengan bahan-bahan ini, protokol yang benar

harus meminta pembersihan menyeluruh dari prepwal (yaitu, dengan batu apung

halus) sebelum pengembunan akhir untuk menghilangkan semua jejak semen

sementara yang mungkin telah melekat pada gigi

67
Bab 6

Teknik untuk inlay dan onlay porselen beretsa adalah, dalam banyak cara,

perpanjangan prosedur yang digunakan untuk venoven porcelain laminate.

Perbedaan obviuos adalah bahwa untuk veneer, preparasi gigi bersifat

ekstrasoronal, sedangkan untuk inlay atau onlay porselen yang tergores, sebagian

besar merupakan proses intracoronal. Masalah langsung bahwa perbedaan ini

membawa ke depan adalah bahwa itu sangat sulit untuk menggunakan teknik

platinum foil, karena masalah dalam mengadaptasi foil ke aspek internal dari

persiapan gigi dan kemudian mampu menghilangkan foil tanpa distorsi. Teknik

investasi refraktori dengan demikian menjadi alternatif yang lebih layak

Komunikasi dengan ceramist adalah yang paling penting, karena inlay dan

onlay porselen selalu dilakukan terutama untuk alasan estetik. Restorasi dibuat

secara tidak langsung, dan cukup sering di lokasi yang jauh dari kantor, sehingga

seramist membutuhkan sebanyak mungkin informasi pada formulir resep:

perincian pemilihan warna secara rinci dengan informasi mengenai warna serviks,

tubuh, dan enamel, serta hal-hal khusus yang terkait dengan karakterisasi khusus

(Gambar 6-1). Alat bantu visual, seperti slide foto dan gambar garis, akan

mengkomunikasikan kepada teknisi tentang spesifikasi kebutuhan pasien. Jelas,

kesan akurat dari persiapan dan lengkungan berlawanan, serta pendaftaran gigitan,

juga penting.

Teknik Investasi Refractory

68
Tidak seperti porselin laminate veneer, yang mana sistem platinum foil

sering menjadi sistem pilihan, inlays harus dibuat dengan teknik die refractory. Ini

mengharuskan untuk mengembangkan master cast dengan master dies yang dapat

diganti dan refractory dies, menggunakan jenis nampan yang saling mengunci.

Gambar 6-1 data laboratorium: harus diberikan semua informasi yang

diperlukan untuk mengarang restorasi.

Mengembangkan Master Cast

Kesan dari dokter gigi dituangkan awalnya dalam batu mati keras, seperti

untuk mahkota standart dan teknik jembatan. Kesan kemudian dibawa ke

laboratorium di mana ia didesinfeksi sebelum proses penuangan. Aspek internal

dari kesan diperlakukan dengan solusi pengurangan tegangan permukaan untuk

memfasilitasi penuangan tanpa pengembangan void dan distorsi.

69
Batu mati dituangkan ke dalam kesan sekitar 1 inci di luar margin gingiva

bebas (Gambar 6-2) dan dibiarkan dipasang setinggi setidaknya 30 menit. Ketika

batu mati benar-benar diatur, gips dilepaskan dari kesan dan dipotong kembali

pada pemangkas cor, menciptakan permukaan yang rata untuk alasnya.

Permukaan bawah ini harus tetap setidaknya 1 cm dari margin gingiva bebas

sehingga selama procsess "pindexing", pangkal pin tidak mengganggu persiapan

pada die.

Sistem penjepit yang andal digunakan untuk menyematkan semua gigi yang

direstorasi (Gambar 6-3). Gigi yang berdekatan disematkan sebagai satu kesatuan

atau bagian besar yang nyaman. Karena akurasi adalah hal yang sangat penting,

teknik pemberian pin ganda dianjurkan.

Master cast yang diindeks pin dilumasi dengan medium pemisah, dan dasar

batu kuning dituangkan ke inti di sekitar pin dowel. Proses ini melokalisasi bagian

idividual secara akurat dan dapat diduga. Seluruh kompleks dibiarkan mengeras

sebelum dipangkas dan dipisahkan ke dalam bagian komponen (Gambar 6-4).

Master cast yang sudah selesai diangkat dari base yang baru terbentuk, dan

individu yang mati di sekomplain darinya dengan memotong dari bawah ke

daerah gingiva secara interproksiamally. Bagian-bagian kemudian dengan hati-

hati dilepas di persimpangan yang rapuh ini untuk menjaga akurasi. Pemisahan ke

dalam individu mati dengan mudah dilakukan dengan gergaji perhiasan atau

piringan berlian putar pada potongan tangan laboratorium.

70
Masing masing die di trimig untuk mengurangi jumlah bahan die di sekitar

pin dowel sehingga memudahkan pengurangan dan perapian base (Gambar 6-5).

Gambar 6-2 Kesan telah dituangkan sekitar 1 Gambar 6- inci di luar margin
gingiva bebas dan di sini beri nilai lokalia yang ditunjukkan sebelum
pengindeksan pin dan tuang kedua untuk alas

Gambar 6-3 Sebuah sistem double-pinning digunakan untuk akurat lokalisasi


individu yang meninggal pada pemain bekerja

Gambar 6-4 Selesai pemain utama yang terdiri dari individu meninggal dan
pangkalan.

71
Gambar 6-5 Individu yang dipotong mati dengan batang die yang diturunkan yang
diperlihatkan pada pemain utama

Gambar 6-6 Bagian pinggir marjinal dari persiapan digariskan dengan pensil tinta
merah.

Gambar 6-7 Dadu disegel dengan resin yang sudah sembuh.

72
Gambar 6-8 Wajah persiapan internal persiapan ini diperlakukan dengan lilin
merah berbasis minyak, yang secara efektif bertindak sebagai spacer mati

Gambar 6-9 kembali menguasai cor siap untuk diduplikasi mati

Margin interproksimal di Kelas Il atau preparasi senyawa dibuang secara


hati-hati ke margin. Penting untuk mengurangi jumlah bahan asing pada dies
individu ini sehingga ketika die yang tahan karat dibuat dengan ukuran paling
minimal Hal ini mengurangi jumlah bahan refraktori yang tersisa untuk
mempertahankan panas selama proses fabrikasi.

Margin diuraikan pada die dengan pensil timah merah (Gambar 6-6), dan
die dimeteraikan dengan resin light-cured (Gambar 6-7). Masing- masing die
disurvei untuk memastikan apakah ada kekurangan atau ketidaksempurnaan.

Permukaan pemasangan internal diperlakukan dengan lilin merah berbasis


minyak, yang bertindak sebagai die spacer (Gambar 6-8). Manfaat dari lilin,
dibandingkan dengan spacet mati konvensional, adalah bahwa ketika restorasi
akhir dipasang pada master cast, jarak mati lilin dapat dengan mudah dihilangkan

73
dengan air mendidih. Cast master sekarang disusun kembali dan siap untuk
duplikasi dari dies dalam bahan refraktori (Gambar 6-9).

Menghasilkan Dies Refractory

Pemilihan bahan investasi refraktori terikat-fosfat harus didasarkan pada


koefisien ekspansi termal dari sistem keramik yang digunakan untuk membuat
restorasi. Jika koefisien ekspansi termal dari bahan die dan keramik terlalu
berbeda, ketidakakuratan dan distorsi akan terjadi dan restorasi tidak akan cocok.

Ada beberapa sistem berbeda untuk menduplikasi gips yang bekerja. Teknik
yang relatif sederhana, terutama untuk banyak unit, menggunakan ModiVet
System Jeneric / Pentron). Dalam sistem ini, gips bekerja ditempatkan pada dasar
logam datar dengan lapisan plastik di atasnya. Seluruh gips ditutupi dengan
cetakan bening yang berisi beberapa lubang besar di permukaan atasnya (Gambar
6-10), dipegang dalam posisi dengan tiga magnet. Bahan vinil polisiloks-ane
(Gambar 6-11) dicampur sesuai dengan instruksi pabrik dan perlahan dituangkan
melalui salah satu lubang di bagian atas cetakan (Gambar 6-12). Materi harus
menyebar perlahan, encom melewati para pemain, sambil menghindari
penggabungan gelembung udara atau void. Bahan ini diizinkan untuk mengatur
(Gambar 6-13) sesuai dengan instruksi khusus dari pabrikan.

Ketika pelat dipisahkan dari cetakan, polisiloksan vinil tetap dalam cetakan
dan dimasukkan ke dalam gips yang bekerja (Gambar 6-14). ) Basis batu kuning
dihapus (Gambar 6-151 hanya menyisakan bagian-bagian gigi dari master cast
yang terletak di polisilosana vinil Sekarang dies individu yang spesifik dari
preparasi dikeluarkan dari polysilosane vinil (Gamvar 6-15). Ketika lempeng
dipisahkan dari cetakan, polisiloksan vinil tetap dalam cetakan dan dimasukkan ke
dalam gips yang bekerja (Gambar 6-14) Basis batu kuning dikeluarkan (Gambar
6-15) hanya menyisakan bagian-bagian gigi dari master cast lo - Dikurung di
polysiloxane vinyl. Sekarang individu spesifik mati dari persiapan dikeluarkan
dari polisiloksan vinil (Gambar 6-16), meninggalkan sisa area di tempat. Hanya
persiapan spesifik yang mati dari polisiloksan vinil cetakan kemudian akan

74
direparasi dalam bahan investasi refraktori (Gambar 6-17). Pin penahan panas
khusus (Thermo-Pins I dan Il, Restorasi Generasi Baru, Jeneric / Pentron)
(Gambar 6-18) ditempatkan dalam cetakan investasi refraksi yang baru
dituangkan (Gambar 6-19). Penting untuk memastikan bahwa pin baru ini
ditempatkan sejajar dengan pin ganda sebelumnya dari sisa pemain, jika mereka
berbeda, basis tidak akan terpisah dari model kerja cor.

Setelah investasi refrakter diatur, pemain yang bekerja baru dilumasi dengan
medium septating (Gambar 6-20). Bahan die yang tahan api tampaknya paling
baik dilumasi dengan lapisan tipis petroleum jelly. Sebuah strip tipis lilin
ortodontik ditempatkan pada ujung pin dan bola kecil lilin ditempatkan di ujung
die refraktori, sehingga mereka dapat dengan mudah ditemukan setelah basis baru
dituangkan. Basis baru dituangkan untuk menempati ruang yang tersisa di cetakan
induk dan diizinkan untuk mengatur sekali lagi (Gambar 6-21).Sekarang para
pemain yang bekerja dengan dies dalam hubungan yang sama seperti pada master
cast dipisahkan, dan refractory dies akan ditempatkan tepat dan akurat (Gambar 6-
22). Proses pemisahan dari die refraktori harus dilakukan dengan mengupas kesan
jauh dari refraktori, karena hanya dengan menariknya keluar akan kehilangan
hilangnya detail permukaan. (Bila perlu, seluruh pemain ini dapat diartikulasikan
pada apa pun, sistem tertentu yang disukai teknisi).

Basis ini dipangkas pada pemangkas cor sampai lilin terlihat. Lilin
dihilangkan, meninggalkan ujung pin jelas terlihat (Gambar 6-23). Mendorong
pangkal pin akan membuat individu mati, dan dadu itu kemudian siap untuk
dikerjakan.

Basis ini dipangkas pada pemangkas cor sampai lilin terlihat. Lilin
dihilangkan, meninggalkan ujung pin jelas terlihat (Gambar 6-23). Mendorong
pangkal pin akan membuat individu mati, dan dadu itu kemudian siap untuk
dikerjakan.

75
Gambar 6-10 Seluruh pemain utama ditutupi dengan cetakan bening yang
berisi beberapa lubang besar di permukaan m teratas dan melekat pada alas yang
mendasari dengan tiga magnet.

Gambar 6-11 Bahan cetakan polysiloxane vinil dicampur sesuai dengan


instruksi pabriknya.

Gambar 6-12 Material impresion dituangkan perlahan melalui salah satu


dari tiga lubang besar di bagian atas cetakan dan dibiarkan perlahan menyebar dan
mencakup seluruh permukaan cast.

76
Gambar 6-13 refraktori yang telah selesai dalam cetakan.

Gambar 6-14 Pelat dasar dikeluarkan dari cetakan dengan cetakan, yang
menggabungkan cetakan kerja

Gambar 6-15 Basis batu kuning dilepaskan, meninggalkan aspek gigi dari
master cäst yang terletak dengan kokoh di bahan impresi polisiloksan vinil.

77
Gambar 6-16 Mati gigi atau gigi yang sudah disiapkan dikeluarkan dari

material impresi.

Gambar 6-17 Bagian khusus dari kesan ini akan dituangkan dalam investasi

refraktori.

Gambar 6-18 Sistem penambatan tahan panas untuk die refraktori.

78
Gambar 6-19 Kesan dituangkan dalam investasi refraktori dan paralel yang

diulang ke pin asli di sisa gips.

Gambar 6-20 Bagian-bagian gigi dilumasi lagi dengan medium pemisah, dan

ujung-ujung pin ditutupi dengan strip tipis lilin ortodontik.

Gambar 6-21 Sebuah dasar batu kuning baru dituangkan.

79
Gambar 6-22 Mati atau mati pada pemain yang bekerja harus memiliki hubungan

yang persis sama seperti pada pemain utama

Gambar 6-23 Lilin di pangkal pin die mulai terlihat saat pangkal gips yang baru

dipangkas. Setelah lilin ini dihilangkan, ujung pin mudah keluar dari alasnya

Pembuatan Porcelain

Penumpukan Porselen Lembaran tahan api ditandai; yaitu, periferal atau

garis akhir dari sediaan diuraikan dengan penanda refraktori yang diformulasikan

khusus (Gambar 6-24) yang akan dimasukkan ke dalam bahan refraktori setelah

degassing. Mati refraktori digasak sesuai dengan instruksi pabrikan spesifik

(Gambar 6-25). Ini menghilangkan kontaminan organik dan mulai memadukan

pengikat keramik dalam bahan die.

Setelah refractory dies telah dikeluarkan dari tungku dan dibiarkan menjadi

dingin, mereka direndam dalam air suling sebelum penumpukan porselen dimulai

(Gambar 6-26). Sebelum setiap y tion applica- porselen, dan mengikuti panggang

sebelumnya, dies harus sekali lagi didinginkan dan kemudian direndam dalam air

suling selama minimal 1 y menit, sampai gelembung berhenti muncul dan s bahan

investasi telah menyerap semua air itu bisa.

80
Ada beberapa metode penyegelan bahan refrakter yang berbeda sebelum

penumpukan porce-lain yang sebenarnya. Teknik yang dijelaskan sangat efektif,

tetapi ini bukan satu-satunya pilihan.

Sealing dan Base Layers (Gambar 6-27 sampai 6-29)

Gambar 6-27 Mati refraktori disegel. Lapisan tipis campuran porselen tembus

cahaya disesuaikan dengan area marginal dan aspek lateral dari preparasi rongga

untuk bertindak sebagai lapisan penyegel

Gambar 6-28 Dasar atau pulpa dari rongga tertutup dengan campuran tipis dentin

atau bahan inti yang tidak menguntungkan dari kroma yang relatif tinggi

81
Gambar 6-29 Setelah pemanggang awal ini mendingin, seluruh die direndam

dalam air suling lagi selama sekitar 2 menit.

Body Buildup

Pembentukan Tubuh Tergantung pada ukuran restorasi, lapisan keramik

berikutnya dibangun secara bertahap. Pendekatan inkremental ini memungkinkan

terjadinya penyimpangan yang terus-menerus untuk dikompensasi, sehingga

mengurangi potensi ketidaksesuaian marjinal. Secara umum, lebih banyak dan

lebih kecil incremental bakes menghasilkan lebih sedikit fraktur potensial dan

perbedaan marginal. Penumpukan dentin (Gambar 6-30) menempati aspek yang

lebih dalam dari preparasi rongga dan selesai sebelum lapisan enamel superfisial

selesai. Jika sangat tebal, lapisan ini dapat dipecah ke fossa sentral untuk

memungkinkan penyusutan ke arah dinding selama pembakaran.

Permukaan akhir sekitar 0,5 mm dibangun dalam enamel porselen yang

lebih transparan (Gambar 6-31) untuk mengembalikan bentuk lengkap dan detail

anatomi ke gigi. Penyebar jari endodontik atau instrumen serupa dapat digunakan

untuk mengembangkan garis pembelahan pada fossa sentral. Ketika ditembakkan,

porselen akan menyusut ke arah area yang paling besar terhadap dinding

82
rongga,membuka belahan dada ini sedikit. Kecenderungan cuspus dan anato

primer dan sekunder sama dikembangkan, dan bentuk kotak interproksimal

dipulihkan (Gambar 6-32).

Setelah pemanggang akhir selesai, kontak ditandai (Gambar 6-33) dan

disesuaikan (Gambar 6-34) dengan instrumen putar berlian halus agar sesuai

dengan master cast. Hubungan oklusal diperiksa dan disesuaikan untuk

intercuspation maksimum atau oklusi sentrik dan gerakan lateral excursive dari

mandibula (Gambar 6-35).

Bentuk akhir dilengkapi dengan titik-titik putar rotary dan burs karbida

halus (Gambar 6-36). Kelebihan porselen di luar batas yang ditandai (bahan yang

direproduksi dan porselen yang terlalu tebal) diamplas dengan piringan berlian

putar (Gambar 6-37). Garis finish harus digambarkan secara akurat, tetapi margin

pemugaran mungkin tidak sepenuhnya dipotong pada tahap ini. Margin akan r

selesai tepat sebelum sisa investasi refraktori tersedot habis, setelah pewarnaan

dan glazing.

Body Buildup (Gambar 6-30 sampai 6-37)

83
Gambar 6-30 Penumpukan dentin diselesaikan dalam aspek mendalam dari

preparasi rongga sebelum lapisan enamel akhir ditambahkan.

Gambar 6-31 Sebuah lapisan permukaan sekitar 0,5 mm dibangun dalam

enamel porselen tembus cahaya untuk mengembalikan bentuk lengkap dan detail

anatomi ke gigi.

Gambar 6-32 Anatomi sekunder dan aspek interproksimal dari rongga

senyawa telah selesai.

84
Gambar 6-33 Kontak ditandai dengan kertas artikulasi

Gambar 6-34 Setelah porselen dipanggang dan didinginkan, kontak ditandai

untuk memungkinkan tempat duduk yang lengkap pada cast master. Jika

kontaknya ketat, mereka disesuaikan dengan instrumen putar berlian yang bagus.

85
Gambar 6-35 Oklusi disesuaikan untuk kedua gerakan intercuspation

maksimum dan gerakan mandibular excursive

Gambar 6-36 Bentuk akhir dilengkapi dengan titik-titik berlian putar dan

bur karbida halus.

Gambar 6-37 Porselen berlebih di luar batas yang ditandai dipangkas dengan

piringan berlian putar.

86
Gambar 6-38 Lapisan tipis glasir dan pewarnaan yang diwarnai diterapkan pada

restorasi selesai.

Gambar 6-39 Gips dilapisi dengan noda putih susu.

Pewarnaan dan Glazing

Setelah detail anatomis dan margin telah selesai, die dan restorasi direndam

sekali lagi dalam air suling. Lapisan tipis glasir dan setiap porselen noda

diterapkan di atas permukaan restorasi (Gambar 6-38). Pemisahan yang diciptakan

oleh penyebaran jari endodontik memudahkan penempatan noda di fossa sentral

dan lateral. Ujung cusp dapat disorot dengan noda putih susu, dan karakterisasi

individual tertentu ditambahkan (Gambar 6-39). Restorasi sekarang dipanaskan

dalam tungku ke suhu yang diinginkan dan dibiarkan dingin.

Melepaskan Fitting dan Finishing Pemulihan

Begitu restorasi telah mendingin, investasi refraktori yang tersisa dihancurkan

dengan manik-manik kaca (Gambar 6-40). Manik-manik ini seharusnya tidak

merusak porselen tetapi akan menghapus investasi. Restorasi yang dilepaskan

87
dipasang ke master cast batu asli, dari mana lilin penahan mati telah dihapus

dengan pembersihan uap atau perendaman dalam air mendidih (Gambar 6-41).

Restorasi ditempatkan secara individual pada batu mati asli dari cor induk

(Gambar 6-42), dan setiap sisa porselen yang tersisa dari delineasi margin asli

sekarang dengan lembut digosok dengan roda porselen halus halus abu-abu

(Gambar 6-43) . Integritas marjinal setiap restorasi dikembangkan pada cast ini.

Hubungan kontak disesuaikan pada pemeran ketiga, yang telah dituangkan tetapi

tidak pernah dipotong, sehingga kontak tetap benar-benar akurat (Gambar 6-44).

88
Etsa

Etching Proses etsa mensyaratkan bahwa permukaan oklusal ditutupi dengan

lapisan lilin (Gambar 6-45). Ini karena, tidak seperti laminasi, inlays memiliki

permukaan yang pas dengan beberapa aspek yang berbeda, dan asam etsa dapat

disikat ke permukaan oklusal. Karena itu lilin melindungi terhadap kerusakan

asam. Asam diperas keluar dari botol (misalnya, Super Etch Mirage, Chameleon

Dental) dan dibiarkan tetap berada di permukaan pas selama 90 detik (Gambar 6-

46). Setelah ini selesai, inlay dibersihkan dalam unit ultrasonik dalam alkohol

didenaturasi dan kemudian dietsa dengan menggunakan salah satu teknik asam

hidrofluoric komersial. Restorasi kemudian siap untuk diremukkan (Gambar 6-

47).

89
90
BAB 8 SISTEM COR KERAMIK DAN ALTERNATIF LAINNYA

Porselen konvensional sangat rapuh dan memiliki potensi besar untuk

patah selama fungsi cacat mikroskopis (yang melekat pada keramik) dapat terjadi

di bawah beban. Mengikat keramik ke substruktur logam mengurangi masalah ini

tetapi cenderung merusak estetika. Solusi alternatif ketika menggunakan restorasi

semua keramik adalah menggabungkan berbagai sistem penguat serat untuk

mengurangi potensi fraktur. Mikrokristalisasi terkontrol dari sistem kaca-fase-fase

ganda menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam ketahanan fraktur bahan

keramik, menjadikan keramik gelas sebagai alternatif atraktif.

Cast Ceramics (Dicor)

Selama bertahun-tahun sistem castable glass-ceramic telah terbukti menjadi

sistem alternatif keramik yang layak. Yang pertama dari sistem kaca-keramik

castable diperkenalkan oleh Dentsply internasional dan dikembangkan oleh Dow

Corning. Sistem ini telah digunakan untuk berbagai situasi klinis yang berbeda,

termasuk mahkota, veneer laminasi porselen, gigi tiruan sebagian tetap keramik,

inti untuk mahkota keramik, serta inlay dan onlay. Keuntungan langsung dari

jenis proses keramik di atas sistem porselin konvensional adalah bahwa ia

menggunakan waxing konvensional pada teknik die dan casting yang serupa

dengan teknik konvensional lilin yang digunakan untuk restorasi cast-metal.

Setelah preparasi gigi dan pembuatan impresi gigi yang dikompromikan , gips

yang diindeks secara akurat dengan dies individu dikembangkan. Wax kemudian

91
dibentuk untuk mereproduksi anatomi gigi yang diinginkan, menggabungkan

harmoni oklusai dan fungsi dengan lengkungan yang berlawanan. Pola-pola

selesai dan secara akurat dipasang secara utuh sebelum dikeluarkan dari die,

sprued, dan diinvestasikan (Gambar 8-3) Jenis investasi yang diikat dengan fosfat

spesifik untuk sistem yang digunakan, tetapi prosesnya adalah seperti Plesteran

yang pertama dengan hati-hati. Dicat ke pola berpola dengan sikat rambut unta

yang lembut, kemudian sisa investasi mengalir danbergetar ke dalam ring casting

masing-masing dengan hati-hati, untuk menghindari jebakan gelembung udara.

Setelah investasi ditetapkan, ring casting ditempatkan dalam tungku burnout, di

mana dipanaskan dengan lembut hingga 350 C dan ditahan pada suhu ini selama

30 hingga 45 menit untuk menguapkan pola lilin. Suhu kemudian ditingkatkan

menjadi 900 ° C untuk membawa kompleks investasi wadah ke suhu pengecoran

yang benar. Ketika cincin casting telah mencapai suhu yang benar, casting

sentrifugal tertentu di strument digunakan. Di gunakan wadah tunggal yang

mengandung pelet kaca casting dipanaskan dalam meredam elektronik dari lengan

casting sampai cair.

SistemDicor (Dentsply Internasional), misalnya, suhu yang dicapai adalah

sekitar 1,365 C. Pada saat ini cincin casting ditransfer ke instrumen pengecoran

sentrifugal yang dimodif , yang memberikan gelas cair ke dalam pola coran kaca

amorf divestasi (Figin 8-5), dibersihkan dari bahan asing, dan diperiksa

keakuratan pada masing-masing gips Jika mereka tampak benar, mereka

dipindahkan ke oven ceramming , yang mengubah struktur kristal amorf dari gelas

92
cor clearco ke dalam sera ic cerasi semikristalin . Dalam proses ini, gelas

dipanaskan selama 105 menit sampai 1.075 C dan ditahan di sana sekitar 6 jam.

Kemudian perlahan-lahan didinginkan selama satu jam hingga antara 400 ° C dan

500 C, sehingga menyelesaikan proses ceramming. Restorasi cast-ceramic

kemudian dihaluskan, dan dipoles dan dipasang kembali ke individu yang mati.

Dalam sistem cast-glass, disarankan untuk pengecoran secara klinis dicoba

di mulut pasien pada penunjukan terpisah sehingga mereka dapat disesuaikan

secara intraoral untuk setiap perbedaan oklusal dan untuk menyesuaikan dengan

sistem stomatognatik pasien. Hubungan kontak interproksimal juga harus

disesuaikan untuk memungkinkan duduk lengkap. Setelah ini selesai untuk

kepuasan dokter, restorasi dikembalikan ke laboratorium, di mana mereka dapat

diwarnai permukaan dan ditandai dengan menggunakan sistem keramik-shading

Dicor khusus. Pada veneer cast-glasstaminate, beberapa derajat modifikasi warna

juga berasal dari light-coordinated, agen lut komposit resin terkoordinasi warna,

tetapi pada lapisan cast-glass yang lebih tebal, fitur ini agak terbatas. restorasi

dibuat dengan 10% ammonium - bifluo. naik untuk meningkatkan kekuatan ikatan

mereka ke resin komposit dan gigi. Restorasi kemudian siap untuk penempatan

(Gambar 8-9), dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan dalam bab 7,

dengan salah satu sistem luting resin komposit

93
COR KERAMIK

Keuntungan .

Kesesuaian restorasi cast-glass dilaporkan menggantikan yang biasa terjadi. Ini

mengurangi jumlah agen luting resin di margin, pada gilirannya mengurangi

potensi untuk membolos

Keausan pada oklusi yang berlawanan diprediksi kurang dari porselin

konvensional

Sifat thermal cycling dari cast glass hampir sama dengan enamel

Kekuatan lentur dilaporkan lebih besar dari itu untuk porselin konvensional.

Kekurangan.

Pewarna adalah noda permukaan, maka setiap penggilingan pada restorasi

meninggalkan area putih buram yang tidak estetika.

Kunjungan kursi tambahan diperlukan untuk menyesuaikan dan menyesuaikan

kontak, bentuk anatomi, dan oklusi sebelum pewarnaan Begitu Istimewa,

permukaan tidak dapat disesuaikan tanpa mengorbankan estetika.

Seluruh proses adalah teknik-sensitif dari pengecoran inlay melalui pewarnaan

restorasi bertingkat

94
Sistem Pressed-Ceramic (IPS Empress) Bahan yang lebih baru dari jenis serba

keramik, yang tidak dicetak tetapi injeksi dibentuk, adalah IPS Empress (Ivoclar-

Vivadent). Sistem ini menggunakan penekanan suhu tinggi dari keramik kaca

precerammed dengan tekanan hidrostatik dalam unit vakum. Inlay atau onlay

dimodelkan dalam wax pada sistem die konvensi (Gambar 8-10). Pola lilin

kemudian dihaluskan dan diinvestasikan (Gambar 8-11) dalam bahan khusus

untuk memungkinkan pencetakan injeksi keramik kaca. Cincin ditempatkan

dalam oven pembakaran dingin dan dipanaskan secara progresif sampai 850 ° C

dan ditahan pada suhu ini selama 90 menit untuk penghangatan lilin dan saturasi

panas. Cincin tersebut kemudian siap untuk ditempatkan dalam tungku yang

menekan (Gambar 8-12), yang berada dalam mode siaga pada suhu 700 C. Satu

atau dua pelet precerose dari warna yang diinginkan (Gambar 8-13) ditempatkan.

di tengah bekas sariawan

Setelah proses dimulai, suhu dalam tungku meningkat menjadi 1.100'C di

bawah uum vac. Sebuah pendorong pneumatik pada program otomatis dari oven

Permaisuri mulai menyuntikkan keramik cair ke dalam bentuk restorasi oleh

kelelahan lilin. Setelah kekosongan ini terisi penuh, plunger mempertahankan

tekanan hidrostatik selama seluruh siklus pendinginan. Vakum dan pemanasan

dimatikan secara otomatis, dan ruang yang berisi cetakan dibuka sehingga cetakan

dapat dihilangkan. Cetakan dibiarkan mendingin ke suhu kamar sebelum

dikeluarkan dari investasi dan dibersihkan dengan manik kaca abrader udara

Gambar 8-14). Sariawan dipotong dengan piringan putar berlian. Restorasi

95
keramik yang ditekan dicoba pada die dan disesuaikan untuk kontak kontak dan

oklusi sebelum selesai dengan berlian mikro microfine. Komposisi IPS Empress

keramik ditekan dibuat dari dua gelas dasar, yang selama pemrosesan diubah dari

gelas amorf menjadi akeramik kaca heterogen dengan mikrokristal yang lebih

kecil dan lebih padat. Karena perbedaan koefisien ekspansi termal dari matriks

kaca dan mikrokristal, keramik keseluruhan dipertahankan dalam keadaan tekanan

com, yang menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kekuatan 8-15 dan 8-

16) Vita Ivoclar rentang warna untuk lebih dekat mendekati bayangan dasar dari

restorasi yang diinginkan. Mereka juga tersedia dalam berbagai tingkat opacity.

Bahan keramik yang dipadatkan agak transparan, sehingga warna struktur gigi

yang mendasari dapat ditularkan melalui itu. Ada-ingot preshaped dan tersedia di

Pewarnaan depan, bahan mati tersedia dalam tujuh warna dentinal yang berbeda

(Gambar 8-13). Bayangan gigi yang disiapkan (yaitu, dentin) ditentukan dengan

panduan naungan yang diformulasikan khusus, kromoskop (Gambar 8-17), setelah

persiapan gigi. Pemulihan kemudian diselesaikan dengan salah satu cara

1. Teknik Surface Staining. Ini paling sering digunakan di daerah posterior

untuk inlays, onlays, dan beberapa mahkota posterior. Restorasi keramik

yang dipress keramik ini disesuaikan untuk con tacts dan ditandai dengan

porselen shading yang dikembangkan secara khusus (Gambar 8-18). Ini

dicat ke restorasi berwarna dasar . Siklus penembakan hanya 2 menit di

850 C menggunakan vakum. Restorasi yang diarsir dicoba pada dentin-

shaded die: glycerine digunakan untuk mentransmisikan warna die hingga

96
restorasi akhir. Shading mungkin membutuhkan antara dua dan empat

pemecatan untuk karakterisasi intrinsik akhir yang akan dikembangkan .

2. Teknik Pelapisan. Teknik alternatif untuk mengoptimalkan estetika untuk

mahkota atau inlays mungkin memerlukan pelapisan melalui IPS. Empress

anatomic coping (Gambar 8-21), sebuah konsep yang dikembangkan oleh

Williporcelain Geller. Restorasi tidak diteruskan ke con tur penuh,

sehingga ruang yang cukup dapat ditinggalkan setelah pengepresan

keramik untuk pelapisan insisif tembus dan karakterisasi individu. tidak

ada ruang yang mencukupi, pengurangan ceramkeramik inti adalah

mungkin. Porosin yang dikembangkan secara khusus dengan koefisien

ekspansi termal yang lebih rendah digunakan untuk pelapisan (Gambar 8-

22). Dengan demikian, Williporcelain yang dilapisi di atas porce- ain yang

ditekan dipertahankan dalam keadaan kompresi, kekuatan wcadds ke

sistem. Lapisan insisal dan enamel (Gambar 8-23) dipanggang secara

terpisah pada inti sebelum pewarnaan karakter akhir dan finishing akhir

Keuntungan Sistem Pressed-Ceramic.

Sistem keramik ditekan melibatkan prosedur pemrosesan yang relatif

sederhana secara akurat mereproduksi pola wax. The restorasi ceram memiliki

tingkat stabilitas selama teknik shading atau pelapisan berikutnya. . Porselen

precerammed memiliki tingkat kekuatan lentur lentur yang tinggi (melebihi 200

MPa). Ini membuat bahan cukup untuk kebanyakan restorasi normal, apalagi yang

terikat pada struktur gigi yang mendasarinya.

97
Keserbagunaan proses memungkinkan untuk pengembangan restorasi

estetik yang sangat baik mulai dari inlay dan onlays sampai mahkota penuh dan

veneer laminate, bahkan dalam bagian yang sangat tipis hanya 1 mm.

Teknik lilin-hilang dan injec- keramik-ingot dasar yang telah tergantikan

dengan dua cetakan difusi memungkinkan kecocokan yang akurat. teknik

karakterisasi feren memungkinkan pencapaian keharmonisan yang sangat baik

dan pencampuran dengan gigi yang berdekatan.

Diperkuat Porselen Konvensional Ketika sejumlah besar substansi gigi

telah hilang ,fabrikasi restorasi porselen konvensional menjadi agak rumit. Variasi

dalam ketebalan porselen pada permukaan gigi yang berbeda menghasilkan

perbedaan dalam deformasi penyusutan sintering dan adaptasi marjinal yang

buruk. Secara konvensional, bahkan porselen dibuat dengan membangun

preparasi rongga dengan glass-ionomer atau basis serupa. Modifikasi dari

preparasi rongga ini seharusnya menghasilkan dimensi yang merata dari semua

permukaan dan karenanya ketebalan dari ce ramic pada semua permukaan.

Sayangnya, beberapa bahan dasar, seperti ion kaca-ion, pada dasarnya terlalu

lemah untuk penumpukan yang sangat besar. Metode alternatif untuk

memecahkan masalah ini dikembangkan sehingga bentuk rongga yang ideal tidak

harus dikembangkan kembali dengan penumpukan kaca ionomer dan gigi masih

tidak harus ditanami kembali dengan restorasi cakupan penuh. Sebuah tekanan

dari persiapan rongga yang tidak rata dibuat dan cetakan dengan dies dituangkan

untuk mencegah distorsi. Salah satu core cramic alumina yang diperkuat pertama

kali dibangun dalam preparasi rongga yang besar ini, yang akan mendukung

98
lapisan permukaan porselen dalam pemecatan berikutnya dan mencegah

melengkung

Salah satu sistem seperti itu yang dilaporkan agak lebih kuat. dan lebih

stabil daripada pelumas konvensional adalah Hi-Ceram (Vident). Sistem keramik

yang diperkuat dengan kaca yang lebih kuat (In-Ceram, Vident) juga akan secara

efektif mendukung sejumlah besar porce-basi. Bahan-bahan inti ini dibangun

sebagai dasar untuk keramik konvensional dan secara inheren stabil sehingga,

dengan penembakan berikutnya, ketebalan porselen yang tidak proporsional dan

proses pembakaran berulang tidak menghasilkan distorsi dari atasnya keramik.

Konsep dasar stabil ini juga dapat digunakan dengan substruktur cast yang

mendasari keramik logam yang diberi lilin, cor, dan berbentuk meninggalkan

ketebalan yang cukup untuk media yang buram dan keramik. Tergantung pada

jenis logam yang digunakan, restorasi ini dapat digoreskan kembali kemudian

direkatkan dentin dan struktur gigi yang tersisa seperti yang dijelaskan pada Bab 7

99
EBOOK

100
101
102
103
104
TRANSLATENYA

Pendahuluan

Untuk waktu yang lama istilah dental porselen dideskripsikan sebagai bahan yang

digunakan untuk menciptakan restorasi estetik contohnya untuk Mahkota pada

gigi anterior. Dental porseen atau keramic terkait dengan keramik lain yang

digunakan untuk membuat objek seperti vas porselen Cina, cetakan mesin,

perlindungan balistik, ubin atap dan ubin tahan panas di pesawat luar angkasa

NASA. Sekarang diakui bahwa istilah 'porselen gigi' itu salah. Ini dikarenakan

sedikit atau tidak adanya kaolin dalam keramik versi dental, tidak seperti keramik

(dekoratif) lainnya yang disebutkan di atas.

KOMPOSISI KERAMIK DENTAL KERAMIK

DEKORATIF (%) (%)

KAOLIN 50–70 3–5

QUARTZ 15–25 12–25

FELTSPAR 15–25 70–85

METALLIC <1 1

COLOURANTS

GLASS 0 Hingga 15 tergantung

pada fusing temperatur

Keramik yang sekarang digunakan dalam kedokteran gigi telah secara

khusus diproduksi untuk aplikasi gigi. Keramik dapat didefinisikan sebagai bahan

105
yang merupakan padatan non-logam anorganik yang dihasilkan oleh aplikasi

panas yang kemudian didinginkan. Mungkin bersifat amorf dan sebagian atau

seluruhnya kristal. Keramik gigi harus tembus cahaya sehingga feldspar dan silika

dimasukkan ke dalam material untuk mencapai hal ini. Karena itu keramik gigi

benar-benar disebut 'porselen' feldspathic. Pigmen juga termasuk untuk

meningkatkan dan mengoptimalkan estetika.

Keramik gigi konvensional

Keramik gigi konvensional adalah keramik seperti kaca yang terbuat dari

jaringan silika dengan potash feldspar (potasium alumino silikat) dan / atau soda

feldspar (natrium alumino silikat). Bahan ini kemudian disebut juga dengan albite.

Feldspars adalah campuran dari kedua bahan ini dengan proporsi yang berbeda

untuk menghasilkan sifat yang berbeda. Feldspar adalah komponen peleburan

terendah dan meleleh dan mengalir selama pembakaran, membentuk massa padat

yang menyatukan konstituen lainnya. Boraks juga sering dimasukkan untuk

menurunkan suhu peleburan lebih lanjut.

106
Fluks, dalam kasus bahan keramik, adalah bahan yang meningkatkan

viskositas kaca cair dan menurunkan fusi dan pelunakan suhu kaca. Pengikat

bertindak dengan memegang?menahan partikel keramik bersama-sama sebelum

pembakaran. Serta menyampaikan opacity ke produk akhir, cerium juga

menghasilkan fluoresensi. Porselin Feldspathic juga disebut sebagai porselen

opalescent karena berbagai oksida logam ditambahkan untuk menyampaikan

opalescence dan memberikan warna. Jumlah dan konstituen bervariasi sesuai

dengan persyaratan produk akhir.

Bahan metalik warna

Chromium Hijau

Cobalt Biru

Copper Hijau

Iron Cokelat

Manganese Lavender

Nickel Cokelat

Titanium Kuning/Cokelat

Pembuatan serbuk keramik

Keramik yang dipasok ke laboratorium gigi sebagai bubuk. Produsen

membuat bubuk ini dengan mengambil bahan mentah dan menggilingnya untuk

membentuk bubuk halus. Ini dicampur bersama dan kemudian ditembakkan pada

suhu tinggi dalam tungku. Massa cair yang dihasilkan kemudian didinginkan

107
dengan cepat dalam air dingin, yang mengarah ke tekanan internal yang besar,

retak dan kekakuan massa. Fragmen keramik yang dihasilkan dikenal sebagai frit,

dengan proses yang disebut fritting (yang merupakan reaksi pirokimia). Frit

kemudian digiling menjadi bubuk yang sangat halus. Bubuk ini sekarang dapat

dicampur dengan air suling oleh teknisi gigi untuk membentuk pasta krim dan

restorasi yang dibangun.

Tipe keramik

Keramik feldspathic membentuk leucite dan fase kaca ketika dipanaskan

hingga suhu antara 1150 dan 1500 ° C. Bahan leucite adalah kalium aluminium

silikat, yang memiliki hampir dua kali koefisien ekspansi termal feldspar.

Pabrikan melakukan proses ini untuk memberikan teknisi gigi dengan bubuk

dengan jumlah tertentu dari komponen yang tepat untuk memungkinkan massa

dibakar dengan sukses.

Komposisi bubuk keramik sedemikian rupa sehingga reaksi kimia lebih

lanjut tidak diperlukan. Alih-alih partikel serbuk keramik saat dipanaskan sampai

tepat di atas suhu transisi kacanya. Ini disebut sintering. Partikel serbuk sangat

rapat sehingga struktur padat padat tanpa inklusi udara dihasilkan. Selama

sintering, fase kaca akan melunak dan mulai menyatu. Ini disebut sintering fase

cair. Proses ini membutuhkan waktu dan dapat dihentikan pada tahap apapun

dengan mengeluarkan keramik dari oven pemanas. Selama proses pemanasan,

fase gelas awalnya akan melunak dan matriks gembur terbentuk. Ketika suhu

108
naik, komponen lain cenderung mengisi rongga dalam matriks kaca. Ada difusi

terkontrol antara partikel, dan karena ini terus berlanjut, padat padat terbentuk.

Ada berbagai keramik gigi, dan ini dapat didefinisikan oleh suhu

pembakaran: ultra rendah (dibakar di bawah 850 ° C); peleburan rendah 'porselen'

(dibakar antara 850 dan 1100 ° C); dan bubuk keramik yang lebih tinggi, yang

digunakan terutama untuk gigi tiruan. Semua ini diproduksi di bawah kondisi

yang terkendali dalam lingkungan pabrik. Keramik peleburan ultra rendah

digunakan terutama sebagai 'porselen' shoulder, atau untuk memperbaiki cacat

kecil dan untuk menambah pewarnaan dan bayangan permukaan.

Keramik peleburan rendah tidak boleh dilakukan pembakaran berkali-kali

karena ini kemungkinan akan menyebabkan distorsi. Mereka juga harus didukung

oleh substruktur jika tidak, mereka cenderung melengkung.

Prosedur laboratorium gigi

Proses teknis untuk membangun restorasi keramik di laboratorium gigi memakan

waktu dan membutuhkan banyak perawatan untuk mencapai hasil yang

memuaskan. Proses ini dijelaskan di bawah ini.

Metode tradisional melibatkan impression yang diletakan untuk menghasilkan

model yang berfungsi. Persiapan die kemudian dihapus dari model dan teknisi

gigi meletakkan foil platinum ke die dan erat mengaitkan foil ke permukaan die.

Tujuan foil adalah :

109
• Ini membentuk matriks pendukung untuk keramik yang ditetapkan untuk

membangun restorasi

• Mencegah serbuk keramik bersentuhan dengan dadu sehingga melindunginya

dari kerusakan

• Memberikan dukungan selama proses pembakaran dan memastikan bahwa

kesesuaian dengan model dipertahankan.

Namun, baru-baru ini, penggunaan foil platinum telah gagal karena

mahkota keramik yang dihasilkan tidak kuat dan cenderung patah. Ini sekarang

diatasi dengan penggunaan substruktur yang mendukung keramik di atasnya.

Sampai saat ini, sarana utama untuk menyediakan dukungan ini adalah untuk

membakar keramik ke logam yang mendasari, biasanya paduan emas. Penanganan

ini juga mencegah perambatan retak. Namun, baru-baru ini, penggunaan alumina,

leucite dan struktur inti zirkonia telah terbukti bermanfaat. Seperti mengatasi

logam, bahan-bahan ini memberikan kekuatan dan mencegah perambatan retak.

Mereka relatif buram tetapi teknik modern menggunakan infiltrasi kaca dari

kerangka kerja yang rapuh, bagian-disinter telah menghasilkan bahan inti yang

sangat lebih kuat daripada keramik gigi konvensional. Konstruksi inti-inti ini

dapat dilakukan dengan tangan di laboratorium gigi atau dapat diproduksi oleh

komputer-dibantu desain-komputer-aided pembuatan (CAD-CAM) teknik dari

blok disiapkan pabrik dari bahan-bahan yang disinter.

110
Membuat Restorasi : Bagian Dentin

Keramik dibangun di atas bahan tahan api yang diletakkan sendiri di tungku

atau ke inti atau diatasi oleh teknisi yang menerapkan warna buram untuk

menutupi warna substruktur yang mendasarinya. Ini baik bakar dalam tungku atau

dibiarkan kering. Bagian dentin restorasi kemudian diletakkan menggunakan

warna yang tepat dari bubuk keramik 'dentin'.

Bubuk keramik dicampur dengan air suling untuk membentuk pasta krim,

yang kemudian diletakkan ke coping. Penting bahwa jumlah minimum udara

dimasukkan ke dalam bubur bubuk selama proses ini untuk menghindari porositas

dan konsentrasi tegangan dalam produk akhir. Untuk menghasilkan penyusutan

minimum selama proses pembakaran, bubuk harus dikondensasikan untuk

menghilangkan air dan menarik partikel keramik lebih dekat. Ini disebut

pemadatan dan dicapai dengan cara digetaran, spatulasi atau menghaluskan /

memoles dengan sikat. Setelah kondensasi tercapai, kelebihan air dikurangi

menggunakan tissue penyerap

111
Membuat Restorasi : Bagian Enamel

Setelah bagian dentin restorasi telah diterapkan, warna enamel yang sesuai

dipilih dan ini dibangun seperti yang dijelaskan sebelumnya. Massa yang

dibangun akhir secara substansial kebesaran dari restorasi pada akhirnya.

Kombinasi proses kondensasi dan pembakaran akan mengurangi ukuran. Pada

titik ini, massa disebut berada dalam keadaan hijau, yaitu keadaan pre-firing.

Sangat rapuh dan harus ditangani dengan sangat hati-hati

112
Pembakaran : Pematangan pertama

Massa dibakar untuk menyatukan partikel-partikel bersama dan membentuk

restorasi akhir, dengan serangkaian 'Pematangan' dalam tungku. Adalah penting

bahwa massa perlahan-lahan dipanaskan pada awalnya untuk menghilangkan air

dari adonan dan memungkinkan penyusutan terjadi. Untuk mencapai hal ini,

biasanya diadakan di dekat pintu masuk ke tungku untuk beberapa saat sebelum

dimasukan di dalam.

Selama ‘Pematangan’ pertama, air terdorong keluar dan partikel serbuk

sinter bersama. Mayoritas penyusutan terjadi selama penembakan ini dan berada

113
dalam kisaran 10-20%. Suhu tungku diatur pada sekitar 50 ° C di bawah suhu

peleburan serbuk keramik yang digunakan. Selama waktu ini, pengikat dibakar

dan partikel keramik mulai berfusi pada titik-titik kontak, membentuk massa

berpori. Rongga dalam massa berpori mulai menghilang ketika gelas cair

mengalir di antara partikel, menariknya lebih dekat. Ini disebut aliran pyroplastic.

Penyusutan terus terjadi sampai hasil material yang hampir tidak ada yang

kosong. Ini sering disebut sebagai pematangan biskuit atau pembakaran biscuit.

Penting sekali bahwa setelah siklus pembakaran ini selesai, keramik

dibiarkan dingin perlahan dan merata. Ini akan mencegah pembentukan tegangan,

karena bagian yang berbeda dari material menyusut ke tingkat yang berbeda. Stres

dapat menyebabkan retak dan kehilangan kekuatan karena thermal shock.

Pembakaran : Pematangan berikutnya

Jika teknisi menganggap keramik lebih lanjut diperlukan untuk menyelesaikan

restorasi, ini ditambahkan dan restorasi dibakar lagi. Gambar 22.8 menunjukkan

mahkota tepat sebelum menembak dengan berbagai bubuk keramik yang

dibangun. Warna-warna yang berbeda membantu dalam membedakan serbuk

dentin dan enamel. Warna-warna ini hilang saat pembakaran.

114
Proses pembakaran kemudian diulang tetapi dalam hal ini suhu tungku meningkat.

Ada kontraksi sedikit lebih lanjut, dan rongga antara partikel diisi oleh gelas cair,

yang ditarik ke ruang antara partikel yang disinter oleh aksi kapiler untuk

membentuk massa padat.

115
EBOOK

The firing process is then repeated but in this case the temperature of the

furnace is increased. There is a further slight contraction, and the voids between

the particles are filled by the molten glass, which is drawn into the spaces between

the sintered particles by capillary action to form a solid mass

Some considerations in firing

 This process must be carefully controlled as the temperature of the furnace

and time that the ceramic is in it is critical.

 Overfiring can result in molten glass flowing too much and the restoration

losing its shape. Modern furnaces are usually computer controlled and the

changes required during the firing process can be programmed into the

memory. This may involve firing in air or a partial vacuum, producing an

atmosphere about 10% of normal. Some ceramic products come supplied

with a bar code which is scanned to input the firing cycles required by that

particular ceramic. This is of particular importance as each manufacturer’s

ceramics have different firing parameters that should be adhered to

precisely.

 The size of the particles of the ceramic powder also has an influence on

the finished crown. Finer grained powders produce more uniform surfaces

than coarser grains. Although the firing process and the densification

which occurs will leave a structure which is solid, there is still a risk of

small air voids being present. This is the case even when the firing process

116
is carried out under vacuum. Much of the air within the ceramic structure

is removed as the vacuum develops. The little that remains will be below

atmospheric pressure. Once the furnace temperature has reached to within

about 50 °C of the final firing temperature, the vacuum is released and this

results in the voids collapsing as the pressure external to the crown is

increased by a factor of 10 above the internal pressure in the crown

Staining

Stains may now be applied using a paint brush to characterize the final

restoration, such as the staining of occlusal fissures or hypoplastic spots. The

staining kit resembles an artist’s palate (Figure 22.9). The stains may be applied to

the surface of the restoration or become incorporated within the ceramic. If the

stain is applied on surface, it may be lost if any adjustment is made or during

function. Generally speaking, stains are better incorporated within the structure of

the ceramic (Figure 22.10).

117
Fig. 22.9A,B Stains may be applied to the ceramic restoration to incorporate

characterizations such as hypoplastic spots, occlusal fissures or microcracks.

Fig. 22.10 A metal-ceramic crown with the occlusal fissures stained brown.

Glazing

The final stage of the firing process is the glazing of the restoration. This

produces a glassy smooth surface on the restoration, sealing it. It will also fill in

any small areas of porosity at the surface. Glazing is achieved by either very

carefully re-firing the restoration to fuse the outer layer of ceramic completely or

by using glazes with lower fusing (transparent glass) temperatures which are

applied as a thin layer to the outer surface of the restoration. The restoration may

then be adjusted with fine diamonds and polishing rubbers (Figure 22.11).

118
Fig. 22.11 (A, B) A range of cutting instruments which may be used to polish

ceramic. (C) The final glazed crown; note the glass-like surface.

Properties of fired dental ceramics

Aesthetics

It is widely recognized that ceramic is the best dental restorative material

with respect to aesthetics. When the shade and any characterization has been

carefully prescribed and then replicated into the restoration, the aesthetics can be

excellent creating an almost imperceptible result. It can be quite a challenge to

notice the difference even for dental care professionals, particularly with all-

ceramic restorations. Ceramics are colour stable and achieve a very smooth

surface finish and have the ability to retain the finish better than other materials.

However, they will be affected by acids. In particular, topical fluoride gels can

etch the surface of the ceramic. This etching leads to the surface glaze being

disrupted quite rapidly, possibly resulting in surface staining. Bulk colour changes

can occur if the tints incorporated during the crown construction are involved.

119
Dental ceramics provide a very high level of translucency, which is

important when matching the restoration to natural tooth tissue. As well as

matching the shade of the adjacent natural teeth, dental ceramics must also be able

to fluoresce and be opalescent. Natural tooth tissue has this ability, the best

example of this is viewing a ceramic crown under ultraviolet light in a nightclub,

where it will often appear ‘dead’ and dark compared to the adjacent teeth.

Chemical stability

Dental ceramics formed during the firing process are chemically stable

(inert) and resistant to chemical attack. They are also biocompatible and have a

good soft tissue compatibility. However, strong acids such as hydrofluoric acid

can be used to etch the surface of the ceramic. This is used when the ceramic

restoration is to be bonded to the tooth surface, for example a veneer or to repair

fracturered ceramic.

Thermal properties

The thermal properties of dental ceramic and tooth tissue shows a great

similarity, i.e. the coefficients of thermal expansion and thermal diffusivity are

close to one another. This means that the ceramic restoration will behave in the

same way as the underlying dentine with respect to thermal expansion and

contraction and will exhibit a slower rate of heat transfer. The restoration will

therefore not be stressed during oral thermal cycling. Thermal diffusivity is poor

and may present a problem if the dentist carried out a sensitivity (vitality) test on

120
the tooth by applying a very hot or cold material to the ceramic crown. The

material will not transmit these extremes of temperature well, making the results

of the test difficult to interpret.

Themal shock may be avoided by firing ceramic materials as few times as

practicable and allowing them to cool slowly on their removal from the furnace.

Soldering of metal components should be avoided after the ceramic has been

added for the same reason.

Dimensional stability

While fully fired ceramic is dimensionally stable, this not the case prior to

firing, when a large volumetric shrinkage is seen from the early sintered state to

the fully fired product. This property makes ceramic a challenging material for the

dental technician and restorative dentist to work with. The construction and

maintenance of accurate occlusal contacts is difficult if not impossible unlike the

lost wax technique, where the wax and metal may be much more accurately

worked with. The inclusion of a try-in appointment is invaluable where the

restoration is returned to the clinic in the biscuit stage. The occlusion can then be

adjusted to create stable contacts prior to the restoration being glazed and fitted.

The large shrinkage seen has prompted the development of shoulder

ceramics. Shrinkage at the margins of the preparation leads to an open margin and

potential for leakage with the attendant sequelae. Shoulder ceramics shrink much

less and so a more accurately fitting restoration is produced. To overcome the

121
problem of ceramic shrinkage, many restorative dentists prefer metal margins but

in reality this solution is only helpful in the non-aesthetic zone

Mechanical properties

Dental ceramics are very strong in compression but are also very brittle

and have low flexural strengths. However, in tension and flexure the ceramic

behaves as a glass. The best analogy for this is the impact of a cricket ball against

a pane of glass. The ceramic must always be supported by an underlying structure

or it will fracture under load, particularly if the ceramic is unsupported. Ceramic

also has a low fracture toughness, which means crack propagation between

defects will readily occur.

Dental ceramics show static fatigue, which is the decrease in strength over

time even without the application of load. They can also develop slow crack

growth during cyclic loading in a moist environment, which may, over time, lead

to fracture of the ceramic

Effects of tooth preparation

Ceramics may also fracture during function if the initial tooth preparation

was inadequate. If the height of an anterior crown preparation is reduced

excessively then a large area of tooth must be replaced by ceramic. If the

unsupported ceramic is thicker than 1 mm it will have no support from the

122
underlying tooth structure and therefore is at risk of flexure during chewing and

biting, and thus fracture (Figure 22.12).

TRANSLATE

Proses pembakaran kemudian diulang tetapi dalam hal ini suhu tungku

meningkat. Ada kontraksi sedikit lebih lanjut, dan rongga antara partikel diisi oleh

gelas cair, yang ditarik ke ruang antara partikel yang disinter oleh aksi kapiler

untuk membentuk massa padat.

BEBERAPA PERTIMBANGAN DALAM MENEMBAK

 Proses ini harus dikontrol secara hati-hati karena suhu tungku dan waktu

keramik berada di dalamnya sangat penting.

 Overfiring dapat menyebabkan kaca cair mengalir terlalu banyak dan

restorasi kehilangan bentuknya. Tungku modern biasanya dikendalikan

oleh komputer dan perubahan yang diperlukan selama proses pembakaran

dapat diprogram ke dalam memori. Ini mungkin melibatkan penembakan

123
di udara atau vakum sebagian, menghasilkan atmosfer sekitar 10% dari

normal. Beberapa produk keramik dilengkapi dengan kode bar yang

dipindai untuk memasukkan siklus pembakaran yang dibutuhkan oleh

keramik tertentu. Ini sangat penting karena masing-masing keramik

produsen memiliki parameter pengaktifan berbeda yang harus dipatuhi

secara tepat

 Ukuran partikel serbuk keramik juga memiliki pengaruh pada mahkota

yang sudah jadi. Bubuk berbutir halus menghasilkan permukaan yang

lebih seragam daripada butiran kasar. Meskipun proses pembakaran dan

densifikasi yang terjadi akan meninggalkan struktur yang padat, masih ada

risiko rongga udara kecil yang hadir. Ini adalah kasus bahkan ketika proses

pembakaran dilakukan di bawah vakum. Sebagian besar udara di dalam

struktur keramik dihilangkan ketika vakum berkembang. Sedikit yang

tersisa akan berada di bawah tekanan atmosfir. Setelah suhu tungku

mencapai hingga sekitar 50 ° C dari suhu pembakaran akhir, vakum

dilepaskan dan ini menghasilkan rongga yang runtuh ketika tekanan

eksternal ke mahkota dinaikkan sebesar faktor 10 di atas tekanan internal

pada tajuk

Pewarnaan

Noda sekarang dapat diaplikasikan menggunakan kuas cat untuk

mengkarakterisasi restorasi akhir, seperti pewarnaan celah oklusal atau bintik

hipoplastik. Perangkat pewarnaan menyerupai langit-langit seorang seniman

(Gambar 22.9). Noda dapat diterapkan ke permukaan restorasi atau menjadi

124
tergabung dalam keramik. Jika noda diterapkan pada permukaan, mungkin hilang

jika ada penyesuaian yang dibuat atau selama fungsi. Secara umum, noda lebih

baik dimasukkan dalam struktur keramik (Gambar 22.10).

Gambar. 22.9A,B Noda dapat diterapkan pada restorasi keramik untuk

menggabungkan penokohan seperti bintik-bintik hipoplastik, celah oklusal atau

microcracks

Gambar. 22.10 Mahkota logam-keramik dengan celah oklusal bernoda coklat.

125
Glazing

Tahap terakhir dari proses pembakaran adalah glazing restorasi. Ini

menghasilkan permukaan halus seperti kaca pada restorasi, menutupnya. Ini juga

akan mengisi setiap area kecil porositas di permukaan. Glazing dicapai dengan

baik dengan sangat hati-hati menembaki kembali restorasi untuk memadukan

lapisan luar keramik sepenuhnya atau dengan menggunakan glasir dengan lebih

rendah fusing (kaca transparan) suhu yang diterapkan sebagai lapisan tipis ke

permukaan luar restorasi. Restorasi kemudian dapat disesuaikan dengan berlian

halus dan karet pemoles (Gambar 22.11).

Gambar. 22.11 (A, B) Berbagai instrumen pemotong yang dapat digunakan untuk

memoles keramik. (C) Mahkota kaca terakhir; perhatikan permukaan seperti kaca.

Sifat keramik gigi yang dipecat

Estetika

Dental ceramics provide a very high level of translucency, which is important

when mat Secara luas diakui bahwa keramik adalah bahan restorasi gigi terbaik

sehubungan dengan estetika. Ketika bayangan dan setiap karakterisasi telah

diresepkan dengan hati-hati dan kemudian direplikasi ke dalam restorasi, estetika

dapat menjadi sangat baik menciptakan hasil yang hampir tak terlihat. Ini bisa

126
menjadi tantangan untuk melihat perbedaan bahkan bagi para profesional

perawatan gigi, terutama dengan restorasi semua keramik. Keramik berwarna

stabil dan mencapai permukaan akhir yang sangat halus dan memiliki kemampuan

untuk mempertahankan hasil akhir lebih baik daripada bahan lainnya. Namun,

mereka akan terpengaruh oleh asam. Khususnya, gel fluoride topikal dapat

mengetsa permukaan keramik. Pengetsaan ini menyebabkan glasir permukaan

terganggu cukup cepat, yang mungkin menghasilkan pewarnaan permukaan.

Perubahan warna massal dapat terjadi jika tints dimasukkan selama konstruksi

mahkota yang terlibat. Polishing restorasi ke jaringan gigi alami. Serta

mencocokkan naungan gigi alami yang berdekatan, keramik gigi juga harus

mampu berfluoresensi dan menjadi opalescent. Jaringan gigi alami memiliki

kemampuan ini, contoh terbaik dari hal ini adalah melihat mahkota keramik di

bawah sinar ultraviolet di klub malam, di mana sering akan tampak 'mati' dan

gelap dibandingkan dengan gigi yang berdekatan.

Stabilitas kimia

Keramik gigi yang terbentuk selama proses pembakaran secara kimiawi

stabil (lembam) dan tahan terhadap serangan kimia. Mereka juga biokompatibel

dan memiliki kompatibilitas jaringan lunak yang baik. Namun, asam kuat seperti

asam fluorida dapat digunakan untuk mengetsa permukaan keramik. Ini

digunakan ketika restorasi keramik harus diikat ke permukaan gigi, misalnya

veneer atau untuk memperbaiki keramik yang retak.

127
Sifat Ternal

Sifat termal dari keramik gigi dan jaringan gigi menunjukkan kemiripan yang

besar, yaitu koefisien ekspansi termal dan difusivitas termal berdekatan satu sama

lain. Ini berarti bahwa restorasi keramik akan berperilaku dengan cara yang sama

seperti dentin yang mendasari sehubungan dengan ekspansi dan kontraksi termal

dan akan menunjukkan tingkat perpindahan panas yang lebih lambat. Oleh karena

itu, restorasi tidak akan ditekankan selama siklus termal termal. Difusivitas termal

buruk dan dapat menimbulkan masalah jika dokter gigi melakukan tes sensitivitas

(vitalitas) pada gigi dengan menerapkan bahan yang sangat panas atau dingin ke

mahkota keramik. Materi tidak akan mengirimkan suhu ekstrem ini dengan baik,

membuat hasil tes sulit ditafsirkan.

Sabilitas Dimensi

Sementara keramik yang dipecat penuh secara dimensional stabil, ini tidak

terjadi sebelum penembakan, ketika penyusutan volumetrik besar terlihat dari

keadaan sinter awal ke produk yang dipecat sepenuhnya. Properti ini menjadikan

keramik sebagai bahan yang menantang bagi teknisi gigi dan dokter gigi restoratif

untuk bekerja. Konstruksi dan pemeliharaan kontak oklusal yang akurat sulit jika

tidak mungkin tidak seperti teknik lilin yang hilang, di mana lilin dan logam dapat

bekerja dengan lebih akurat. Dimasukkannya perjanjian try-in sangat berharga

ketika restorasi dikembalikan ke klinik dalam tahap biskuit. Oklusi kemudian

dapat diatur untuk membuat kontak stabil sebelum restorasi diglasir dan dipasang.

128
Kerutan besar terlihat telah mendorong perkembangan keramik bahu.

Penyusutan pada margin persiapan mengarah ke margin terbuka dan potensi

kebocoran dengan gejala sisa yang hadir. Bahu keramik menyusut jauh lebih

sedikit sehingga restorasi yang lebih akurat diproduksi. Untuk mengatasi masalah

penyusutan keramik, banyak dokter gigi restoratif lebih memilih margin logam

tetapi dalam kenyataannya solusi ini hanya membantu di zona non-estetika.

Peralatan Mekanis

Keramik gigi sangat kuat dalam kompresi tetapi juga sangat rapuh dan

memiliki kekuatan lentur yang rendah. Namun, dalam ketegangan dan lentur

keramik berperilaku seperti gelas. Analogi terbaik untuk ini adalah dampak bola

kriket terhadap panel kaca. Keramik harus selalu didukung oleh struktur yang

mendasari atau akan retak di bawah beban, terutama jika keramik tidak didukung.

Keramik juga memiliki ketangguhan patah rendah, yang berarti perambatan retak

antara cacat akan mudah terjadi.

Keramik gigi menunjukkan kelelahan statis, yang merupakan penurunan

kekuatan dari waktu ke waktu bahkan tanpa penerapan beban. Mereka juga dapat

mengembangkan pertumbuhan retak lambat selama pemuatan siklik di lingkungan

yang lembab, yang mungkin, dari waktu ke waktu, menyebabkan fraktur keramik.

129
Efek Persiapan Gigi

Keramik juga dapat retak selama fungsi jika persiapan gigi awal tidak

memadai. Jika tinggi dari persiapan mahkota anterior berkurang secara berlebihan

maka area gigi yang besar harus diganti dengan keramik. Jika keramik yang tidak

didukung lebih tebal dari 1 mm itu tidak akan mendapat dukungan dari struktur

gigi yang mendasarinya dan oleh karena itu beresiko lentur selama mengunyah

dan menggigit, dan dengan demikian fraktur (Gambar 22.12).

130
Fig. 22.15 The three modes of retention of the ceramic veneer onto a metal coping.

Problems to overcome with the metal-ceramic system

Unfortunately there are several disadvantages of using a metal alloy coping.

• To accomodate the minimum thickness of metal and ceramic required for

strength and satisfactory aesthetics, more tooth needs to be removed so the

preparation is less conservative. This inevitably leads to compromise. The

minimum bulk of a gold alloy and ceramic is generally considered to be

1.7 mm although most technicians would prefer 2.0 mm. This allows 0.9–

1.1 mm of ceramic facing and 0.6–0.8 mm of gold alloy. Most dentists wish

to conserve tooth tissue and this in some cases means that tooth reduction is

less than ideal. Teeth particularly prone to this are lower incisors, upper

laterals and premolars, where there is a risk of encroaching on the dental pulp

if a full 2 mm is removed from the preparation (Figure 22.16).

131
• Figure 22.17 shows the compromises which may be made with inadequate

tooth reduction:

In Figure 22.17A, the dentist has inadequately reduced the incisal tip, which

means that the technician can achieve the correct crown shape only by

reducing the amount of ceramic near the incisal tip. This has two

consequences: (i) the underlying opaquing agent will show through and the

crown will have a white opaque blob near the incisal tip and (ii) the ceramic

will be much thinner and is more prone to fracture if loaded.

In Figure 22.17B, the technician has done their best to create an aesthetic

result by increasing the bulk of ceramic at the incisal tip. Unfortunately the

resulting crown has an incisal tip thickness which is nearly double that of

the normal tooth. This impedes normal function as well as having an inferior

appearance.

132
Fig. 22.16 Overbuilt metal-ceramic crowns on the upper incisors due to inadequate reduction during preparation. The
result is crowns which have a poor emergence profile, which may compromise periodontal health in the long term. The

aesthetics are also suboptimal.

Fig. 22.17 The consequences of inadequate tooth preparation on the (A) shape and (B) amount of ceramic required.

It is essential that good communication is established between the dental

technician and dentist so that problems such as inadequate tooth reduction can be

discussed and the best compromise achieved.

• The strength of the metal coping may result in fracture of the underlying core

if this is thin and therefore weak. In this case the core will fracture within the

crown.

• The metal coping must be disguised otherwise the metal will shine through,

resulting in an unaesthetic restoration. This presents difficulties for the

133
clinican and the technician in obtaining a succesful aesthetic result that is

anatomically ideal. The aesthetics of the metal-ceramic crown are

compromised when compared with an all-ceramic crown as the dark alloy

coping must be masked. Figure 22.18 shows the effects of light behaviour in

relation to a metal-ceramic crown.

• It is extremely challenging for the dental technician to construct an aesthetic

metal-ceramic crown. They must apply an opaque layer of ceramic to prevent

the grey metal substructure showing through (Figure 22.19). The colour of

the opaquing agent is determined by the shade of the subsequently applied

ceramic which has been selected by the dentist. This layer is a masking

material and has no light reflective properties. The dental technician must

then use shading and tinting of the ceramic to achieve the right level of

reflection and translucency in the ceramic. However, even well-constructed

metal-ceramic restorations are less life-like or less natural than than a

commensurate all-ceramic one (Figure 22.20).

134
Fig. 22.18 Diagrammatic illustration, of the behaviour of light in a metal-reinforced ceramic crown. The incisal tip,
where no core metal is present, allows transmission. However, near the midline of the tooth the underlying opaquing agent

reflects the light back. A similar effect is produced in the approximal areas. Light also reflects, refracts and is transmitted

through the ceramic.

Fig. 22.19A,B Application of an opaque layer of ceramic to the surface of the metal coping.

135
Fig. 22.20 A case restored with metal-ceramic units; bonded crowns 15, 14, 11, 21, 22, 23, 24 and 44 and a cantilever
bonded bridge 13/12. While the aesthetics are more than acceptable, metal-ceramic restorations are less life-like than their

all-ceramic equivalents.

Alumina

The aesthetic disadvantages of using a metal coping may be circumvented by

using a non-metallic material. A tougher crystalline material such as alumina can

produce a strengthened coping. The alumina particles prevent the peneration of a

crack which has developed in the weaker superficial phase of the material from

passing further. This principle was discovered in the early 1960s when alumina

was added to the normal feldspathic ceramics and is often referred to as

dispersion of a crystalline phase. The alumina crystals are much less likely to

crack than the surrounding glass and stop the crack propagating. This is also

known as a crack stopping. The limitations of the original aluminous porcelains

was that the core material laid down first on the model was primarily the alumina.

There was a limit as to how much alumina could be included before the opacity of

the core affected the aesthetics of the crown. The maximum included in the core

materials was 45–50% alumina. This addition did, however, make a substantial

improvement in the flexural strength of all-ceramic crowns. An aluminous

ceramic crown has a flexural strength of about 120–140 MPa.

136
Glass-infiltrated alumina

More recently the core structure has been modified and the aesthetics enhanced.

Vitafabriken has developed a system whereby the core structure is prepared by a

slip casting process. A duplicate of the preparation die is prepared in a

proprietary refractory material and then a fine slurry of alumina powder (slip) is

laid down on the surface to form the cast. Once the water from the slurry has

evaporated, the die and coping are heated to a temperature in excess of 1100°C for

a period of 10 hours – the first stage of the sintering process. This is sufficient to

allow the alumina particles to be ‘tacked’ together but is insufficient for them to

fuse completely by sintering. After the heating cycle, the die is allowed to cool.

The coping produced in this fashion is friable with very low strength, and it is

porous (Figure 22.21).

137
Fig. 22.21 Alumina after sintering. Note the porous structure, which allows the glass infitrate to flow in.

The porous structure is carefully coated with a slurry of glass, usually

containing lanthanum. This has a low viscosity and on heating will flow through

the porous alumina core filling the voids and producing a glass-infiltrated ceramic

(Figure 22.22), that is the resultant crown consists of about 85% alumina.

Advantages of this method are that the material is much stronger than the

conventional core material and the presence of the glass makes the material more

translucent and reduces the problem of having an opaque core. The resulting

restoration exhibits good aesthetics (see Figure 22.23). The aesthetics achieved

using a alumina core are better than when the glass infiltrates the alumina as there

is some transmission of light through the core.

Fig. 22.22A–D Glass infusion of the sintered alumina. As the material heats, it melts and flows by capillary action
to form a non-porous mass. (A) The sintered alumina. (B) Glass slurry painted on the outer surface of the alumina. (C)

Glass flowing into the spaces in the sintered alumina by capillary action as heat is applied. (D) The glass has fully

infiltrated the alumina and the material produced is a solid glass alumina construct.

138
Fig. 22.23 Tooth 21 restored with a Procera AllCeram (Nobel Biocare) crown. Note the excellent biocompatility of
the ceramic with the gingival tissues and the aesthetics.

Laboratory fabrication stages

Box 22.1 shows the laboratory sequence for the construction of an Inceram

Alumina (Vita) crown. This restoration has an alumina core with conventional

feldspathic ceramic applied to the coping to create the final restoration.

Box 22.1 Sequence of glass infiltration of slip. Images courtesy of Vita Fabric

139
Another well-known proprietary alumina-reinforced crown is the Procera

AllCeram (Nobel Biocare) (Figure 22.23). This system is slightly different to the

one illustrated above as the morphology of the die is digitized and sent

electonically to a dental laboratory in Stockholm, Sweden. The alumina coping is

produced by the Nobel Biocare laboratory. It is then returned to the dental

laboratory in the country of origin where the veneering ceramic is applied to the

alumina coping to complete the restoration.

Techceram is a similar system in that it is based on an alumina core. In this

case, a special die is produced and alumina is sprayed onto the die using a thermal

gun spray to construct the core. It is sintered at 1170 °C and has a density of 80–

90%. As with Procera AllCeram, conventional feldspathic glass is then added to

the coping.

140
Spinel

Another non metallic material that is used as a coping is spinel (chemically

magnesium aluminium oxide). This material has the advantage that is it more

aesthetic than alumina but has a slightly lower strength. It is also a polycrystalline

(glass-free) ceramic.

Zirconia

The last and increasingly popular non-metallic coping material is zirconium

dioxide, also known as zirconia. It is found as a naturally occuring mineral in

igneous rock (Figure 22.24) and also in sand.

Fig. 22.24 A geological sample of baddeleyite, one of the sources of zirconia.

141
(Rob Lavinsky, "http://www.irocks.com/" iRocks.com – CC-BY-SA-3.)

Zirconia exists in different forms which change with temperature. The most dramatic

structural change occurs at relatively high temperature and leads to a large

volumetric expansion. This can lead to cracking as the zirconia cools. For its use in

dental applications zirconia has to be stabilized and this is usually achieved by

adding a doping agent such as yttria (yttrium oxide). This combination when heated

forms a

TRANSLATE

Gambar. 22,15 Tiga mode retensi veneer keramik ke sebuah mengatasi logam.

Masalah untuk mengatasi dengan sistem logam-keramik

Sayangnya ada beberapa kerugian dari menggunakan mengatasi paduan logam.

142
• Untuk mengakomodasi ketebalan minimum logam dan keramik diperlukan

untuk kekuatan dan memuaskan estetika, lebih gigi perlu dihapus sehingga

persiapan kurang konservatif. Hal ini pasti akan mengarah pada kompromi.

Sebagian besar minimum dari paduan emas dan keramik umumnya dianggap

1,7 mm meskipun sebagian besar teknisi akan lebih memilih 2,0 mm. Hal ini

memungkinkan 0,9-1,1 mm dari menghadap keramik dan 0,6-0,8 mm dari

paduan emas. Kebanyakan dokter gigi ingin melestarikan jaringan gigi dan

ini dalam beberapa kasus berarti bahwa pengurangan gigi kurang dari ideal.

Gigi sangat rentan terhadap ini gigi seri bawah, lateral atas dan premolar, di

mana ada risiko melanggar pada pulpa gigi jika penuh 2 mm dihapus dari

persiapan (Gambar 22,16).

•Gambar 22.17 menunjukkan kompromi yang dapat dibuat dengan pengurangan

gigi tidak memadai:

DiGambar 22.17A, Dokter gigi telah tidak cukup mengurangi ujung insisal,

yang berarti bahwa teknisi dapat mencapai bentuk mahkota yang benar

hanya dengan mengurangi jumlah keramik dekat ujung insisal. Ini memiliki

dua konsekuensi: (i) agen opaquing mendasari akan menunjukkan melalui

dan mahkota akan memiliki gumpalan putih buram dekat ujung insisal dan

(ii) keramik akan lebih tipis dan lebih rentan terhadap patah tulang jika

dimuat.

DiGambar 22.17B, Teknisi telah melakukan yang terbaik untuk membuat

hasil estetika dengan meningkatkan curah keramik di ujung insisal.

Sayangnya mahkota yang dihasilkan memiliki ketebalan ujung insisal yang

143
hampir dua kali lipat dari gigi normal. Ini menghambat fungsi normal serta

memiliki penampilan yang lebih rendah.

Gambar. 22,16mahkota logam-keramik overbuilt pada gigi seri atas karena pengurangan yang tidak memadai

selama persiapan. Hasilnya adalah mahkota yang memiliki profil munculnya miskin, yang dapat membahayakan kesehatan

periodontal dalam jangka panjang. Estetika juga suboptimal.

Gambar. 22,17 Konsekuensi dari persiapan gigi yang tidak memadai pada bentuk (A) dan (B) jumlah keramik
yang dibutuhkan.

144
Sangat penting bahwa komunikasi yang baik didirikan antara teknisi gigi dan

dokter gigi sehingga masalah seperti pengurangan gigi yang tidak memadai

dapat dibahas dan kompromi terbaik dicapai.

• Kekuatan mengatasi logam dapat mengakibatkan fraktur inti yang mendasari

jika ini adalah tipis dan karena itu lemah. Dalam hal ini inti akan patah dalam

mahkota.

• The koping logam harus menyamar jika logam akan bersinar, mengakibatkan

restorasi unaesthetic. Ini menyajikan kesulitan untuk klinikus dan teknisi

dalam memperoleh hasil estetika sukses yang anatomis ideal. Estetika

mahkota logam-keramik terganggu bila dibandingkan dengan mahkota

semua-keramik sebagai koping paduan gelap harus bertopeng.Gambar 22.18

menunjukkan efek dari perilaku cahaya dalam kaitannya dengan mahkota

logam-keramik.

• Hal ini sangat menantang untuk teknisi gigi untuk membangun sebuah

mahkota logam-keramik estetika. Mereka harus menerapkan lapisan buram

keramik untuk mencegah substruktur logam abu-abu menunjukkan melalui

(Gambar 22.19). Warna agen opaquing ditentukan oleh naungan keramik

kemudian diterapkan yang telah dipilih oleh dokter gigi. Lapisan ini

merupakan bahan masking dan tidak memiliki sifat reflektif cahaya. Teknisi

gigi kemudian harus menggunakan shading dan Tinting dari keramik untuk

145
mencapai tingkat yang tepat dari refleksi dan tembus di keramik. Namun,

bahkan dibangun dengan baik restorasi logam-keramik kurang hidup seperti

kurang alami dari dari satu semua-keramik sepadan (Gambar 22.20).

Gambar. 22,18ilustrasi diagram, dari perilaku cahaya di mahkota keramik diperkuat logam-. Ujung insisal, di

mana tidak ada metal core hadir, memungkinkan transmisi. Namun, di dekat garis tengah gigi agen opaquing mendasari

memantulkan cahaya kembali. Efek yang sama diproduksi di daerah approximal. Cahaya juga mencerminkan, dibiaskan

dan ditularkan melalui keramik.

146
Gambar. 22.19A, B Penerapan lapisan buram dari keramik dengan permukaan mengatasi logam.

Gambar. 22,20Sebuah kasus dipulihkan dengan unit logam-keramik; terikat mahkota 15, 14, 11, 21, 22, 23, 24 dan
44 dan kantilever yang terikat jembatan 13/12. Sementara estetika yang lebih dapat diterima, restorasi logam-keramik

kurang hidup seperti daripada setara semua-keramik mereka.

alumina

Kelemahan estetika menggunakan mengatasi logam dapat dielakkan dengan

menggunakan bahan non-logam. Bahan kristal yang lebih keras seperti alumina

bisa menghasilkan menguat mengatasi. Partikel-partikel alumina mencegah

peneration dari celah yang telah dikembangkan pada tahap dangkal lemah bahan

dari melewati lanjut. Prinsip ini ditemukan pada awal 1960-an ketika alumina

ditambahkan ke keramik feldspathic normal dan sering disebut sebagai dispersi

fase kristal. Kristal alumina jauh lebih kecil kemungkinannya untuk retak

daripada kaca sekitarnya dan menghentikan menyebarkan retak. Hal ini juga

147
dikenal sebagai berhenti retak. Keterbatasan porselen alumina asli adalah bahwa

bahan inti meletakkan pertama pada model terutama alumina. Ada batas untuk

berapa banyak alumina dapat dimasukkan sebelum opacity dari inti

mempengaruhi estetika mahkota. Maksimum termasuk dalam bahan inti adalah

45-50% alumina. Selain ini, bagaimanapun, membuat peningkatan yang

substansial dalam kekuatan lentur dari semua-keramik mahkota. Mahkota keramik

alumina memiliki kekuatan lentur dari sekitar 120-140 MPa.

Kaca-disusupi alumina

Baru-baru ini struktur inti telah dimodifikasi dan estetika ditingkatkan.

Vitafabriken telah mengembangkan sistem dimana struktur inti dibuat dengan

proses slip casting. Sebuah duplikat dari persiapan die disiapkan dalam bahan

tahan api proprietary dan kemudian lumpur halus bubuk alumina (tergelincir)

diletakkan di atas permukaan untuk membentuk pemain. Setelah air dari bubur

telah menguap, mati dan mengatasi dipanaskan sampai suhu lebih dari 1100 ° C

selama 10 jam - tahap pertama dari proses sintering. Hal ini cukup untuk

memungkinkan partikel alumina untuk 'ditempelkan' bersama-sama tetapi tidak

cukup bagi mereka untuk sekering sepenuhnya oleh sintering. Setelah siklus

pemanasan, mati dibiarkan dingin. Koping yang dihasilkan dalam mode ini adalah

gembur dengan kekuatan yang sangat rendah, dan itu adalah berpori (Gambar

22,21).

148
Gambar. 22,21Alumina setelah sintering. Perhatikan struktur berpori, yang memungkinkan infitrate kaca mengalir
di.

Struktur berpori hati-hati dilapisi dengan bubur kaca, biasanya

mengandung lanthanum. Ini memiliki viskositas rendah dan pada pemanasan

akan mengalir melalui alumina inti berpori mengisi rongga dan memproduksi

keramik kaca menyusup (Gambar 22.22), Yaitu mahkota resultan terdiri dari

sekitar 85% alumina. Keuntungan dari metode ini adalah bahwa materi

adalah jauh lebih kuat dari bahan inti konvensional dan kehadiran kaca

membuat materi lebih tembus dan mengurangi masalah memiliki inti buram.

restorasi yang dihasilkan menunjukkan estetika yang baik (lihatGambar

22.23). Estetika dicapai dengan menggunakan inti alumina yang lebih baik

daripada ketika kaca infiltrat alumina karena ada beberapa transmisi cahaya

melalui inti.

149
Gambar. 22.22A-DKaca infus dari alumina sinter. Sebagai memanaskan material, meleleh dan mengalir dengan
tindakan kapiler untuk membentuk massa non-porous. (A) sinter alumina. bubur (B) Kaca dicat pada permukaan luar dari

alumina. (C) Kaca mengalir ke dalam ruang di alumina sinter dengan aksi kapiler sebagai panas diterapkan. (D) kaca telah

sepenuhnya menyusup alumina dan bahan yang dihasilkan adalah kaca alumina membangun solid.

Gambar. 22,23Gigi 21 dipulihkan dengan Procera AllCeram (Nobel Biocare) mahkota. Perhatikan biocompatility
yang sangat baik dari keramik dengan jaringan gingiva dan estetika.

150
tahap fabrikasi Laboratorium

kotak 22.1menunjukkan urutan laboratorium untuk pembangunan sebuah Inceram

Alumina (Vita) mahkota. restorasi ini memiliki inti alumina dengan keramik

feldspathic konvensional diterapkan pada berupaya untuk menciptakan restorasi

akhir.

kotak 22.1Urutan kaca infiltrasi slip. Gambar courtesy of Vita Fabric

151
proprietary mahkota alumina-diperkuat lain yang terkenal adalah

Procera AllCeram (Nobel Biocare) (Gambar 22.23). Sistem ini sedikit

berbeda dengan yang digambarkan di atas sebagai morfologi mati adalah

digital dan dikirim electonically ke laboratorium gigi di Stockholm, Swedia.

Alumina koping diproduksi oleh laboratorium Nobel Biocare. Hal ini

kemudian kembali ke laboratorium gigi di negara asal di mana keramik

pelapisan diterapkan pada alumina berupaya untuk menyelesaikan restorasi.

Techceram adalah sistem serupa dalam hal itu didasarkan pada inti

alumina. Dalam hal ini, mati khusus diproduksi dan alumina disemprotkan ke

die menggunakan pistol semprot termal untuk membangun inti. Hal ini

disinter pada 1170 ° C dan memiliki kepadatan 80-90%. Seperti Procera

AllCeram, kaca feldspathic konvensional kemudian ditambahkan ke

mengatasi itu.

spinel

bahan logam lain non yang digunakan sebagai koping adalah spinel (kimia

magnesium aluminium oksida). Bahan ini memiliki keuntungan yang lebih

estetika dari alumina tetapi memiliki kekuatan sedikit lebih rendah. Ini juga

merupakan polikristalin (kaca bebas) keramik.

zirconia

Bahan mengatasi non-logam lalu dan semakin populer adalah zirkonium dioksida,

juga dikenal sebagai zirkonia. Hal ini ditemukan sebagai mineral yang terjadi

secara alami dalam batuan beku (Gambar 22,24) Dan juga di pasir.

152
Gambar. 22,24 Sebuah sampel geologi baddeleyite, salah satu sumber dari zirconia.

(Rob Lavinsky, "http://www.irocks.com/" iRocks.com - CC-BY-SA-3).

Zirkonia ada dalam bentuk yang berbeda yang berubah dengan suhu. Perubahan

struktural yang paling dramatis terjadi pada suhu yang relatif tinggi dan mengarah

ke ekspansi volumetrik yang besar. Hal ini dapat menyebabkan retak sebagai

zirkonia mendingin. Untuk penggunaannya dalam aplikasi gigi zirkonia harus stabil

dan ini biasanya dicapai dengan menambahkan zat doping seperti yttria (yttrium

oksida). Kombinasi ini ketika bentuk-bentuk dipanaskan sebuah

153
EBOOK

154
155
156
157
158
159
TRANSLATENYA

Bahan yang dihasilkan memiliki kekuatan lentur tinggi 650 MPa dan tahan

terhadap degradasi. Ini juga memiliki ketangguhan patah tinggi dan konduktivitas

termal yang rendah. Bahan lebih buram dari bahan inti polikristalin (kaca bebas)

yang dijelaskan sebelumnya seperti spinel. Ini adalah homogen ketika sepenuhnya

disinter, dengan risiko minimal microfractures. Ini inert dan karena itu

biokompatibel.

Bahan-bahan yang dihasilkan untuk kedokteran gigi memiliki sifat yang

bervariasi tergantung pada produsen - ini berkaitan dengan ukuran partikel dan

distribusi dan aditif yang disertakan. Sebagian besar sistem bergantung pada

penanggulangan yang sedang disiapkan menggunakan beberapa bentuk sistem

CAD-CAM. Namun, Vita menghasilkan bubuk inti Inceram Zirkonia yang

mungkin digunakan untuk menghasilkan slip casting, yang mungkin kaca

diinfiltrasikan seperti yang dijelaskan di atas. Bahan ini adalah campuran zirkonia

/ alumina.

Perusahaan-perusahaan yang memproduksi blok untuk milling akan

menyediakan blok pra-sinter, yang digiling dalam keadaan lunak atau hijau, atau

blok yang telah diproses untuk membentuk keramik padat. Ini sering disebut

sebagai HIP (hot isostatic pressing) zirkonia dan jauh lebih sulit untuk digiling.

Keuntungan yang dirasakan dari pendekatan gilingan adalah bahwa blok keramik

disiapkan di laboratorium pabrikan dan kurang variabel dalam strukturnya karena

akan bebas dari rongga udara yang besar.

160
Karena zirkonia secara kimia inert, dan, tidak seperti bahan keramik

lainnya, zirkonia tidak dapat dietsa atau di silanasikan tanpa diperlakukan.

Namun, jika permukaan zirkonia dengan aluminium oksida (misalnya dengan

menggunakan Rocatec, 3M ESPE), partikel kecil oksida akan melapisi permukaan

zirkonia dengan reaksi tribokimia (lihat Bab 19), memungkinkan ikatan ke agen

silanating dan dengan demikian ikatan kimia dengan perekat resin. Ini akan

memungkinkan restorasi diikat ke jaringan gigi; sedangkan tanpa perlakuan

permukaan ini, restorasi hanya dapat diracik ke persiapan (lihat Bab 11)

Gambar 22.25 menunjukkan zirconia coping dan mahkota berbasis zirconia yang

lengkap. Setelah coping selesai dibangun, sisa bentuk mahkota dibangun

menggunakan keramik feldspathic konvensional seperti IPS e.max Ceram (Ivoclar

Vivadent) keramik layering. Ini telah diformulasikan untuk mencocokkan sifat

termal dari bahan inti. Ada metode lain untuk menghasilkan restorasi keramik

berbasis zirkonia, seperti IPS e.max ZirPress (Ivoclar Vivadent), yang ditekan ke

zirconia coping. Keramik terakhir ini mengandung fluorapatite dan masker inti

zirkonia. Ini akan dibahas nanti di bab ini

161
(A) Sebuah zirkonia untuk gigi insisivus dan (B) mahkota yang diperkuat zirkonia

lengkap untuk molar. Perhatikan zirkonia yang relatif buram menghadapi keramik

feldspathic konvensional yang diletakkan di atasnya untuk menyelesaikan

restorasi.

Restorasi berdasarkan zirkonia menunjukkan harapan besar karena

kekuatan dan estetika yang sangat baik (Gambar 22.26). Jembatan bentang

panjang (posterior) dimungkinkan menggunakan substruktur zirkonia dan hasil

awal penelitian menunjukkan bahwa jembatan ini mungkin menawarkan alternatif

untuk restorasi logam-keramik dalam beberapa kasus.

162
Mahkota serba guna berbasis-zirkonia pada 11 dan 21. Perhatikan estetika yang

sangat baik dan biokompatibilitas dengan jaringan lunak gingival.

Tabel 22.5 mencantumkan contoh-contoh keramik sintered yang tersedia secara

komersial.

Tabel 22.5 Beberapa produk keramik yang disinter saat ini tersedia di pasaran

163
Pengecoran dan menekan keramik

Pengecoran pola lilin dari restorasi yang diusulkan adalah teknik umum

dalam produksi restorasi emas (Bab 20 dan 21). Teknik lilin yang hilang juga

memiliki keuntungan bahwa morfologi oklusal restorasi dapat diverifikasi ketika

model dipasang pada artikulator. Ini telah mendorong produsen untuk

mempertimbangkan mencoba menggunakan teknik ini dalam produksi mahkota

keramik. Bahan-bahan ini dikenal sebagai pengecoran, pengepresan atau cetakan

injeksi keramik.

Pengecoran keramik

Upaya pertama adalah pengecoran keramik dari kaca. Kaca keramik

adalah material yang diproduksi dalam bentuk yang dibutuhkan dan kemudian

dikenakan perlakuan panas untuk menghasilkan devitrifikasi parsial (kristalisasi

sebagian dari kaca). Proses 'ceraming' ini menghasilkan jarum dan pelat kristal

yang berfungsi sebagai penghenti retak. Proses komersial pertama dalam

kedokteran gigi adalah oleh Corning Glass dan dipasarkan sebagai Dicor.

Dalam proses ini, restorasi dilakukan pada model laboratorium

konvensional (terbuat dari resin epoksi), diinvestasikan dalam investasi

kepemilikan yang dikembangkan khusus untuk tujuan ini dan dicetak dengan cara

yang mirip dengan restorasi emas. Pengecoran kaca dihancurkan dan dicairkan

untuk menghilangkan investasi dan membersihkan permukaan (Gambar 22.27).

The sprues kemudian dihapus dan pengecoran tertutup oleh bahan embedding

164
untuk melindunginya. Ini juga membantu menghasilkan pemanasan seragam

karena casting kemudian mengalami proses panas yang dikontrol secara hati-hati

selama beberapa jam. Selama proses ini kristal seperti piring mikroskopis

terbentuk, yang disebut mika. Setelah proses ini selesai restorasi adalah tanah

yang diperlukan dan lapisan tipis keramik felsatrik konvensional ditempatkan di

atas permukaan untuk menyelesaikan pemulihan dalam bentuk dan estetika.

Empat mahkota diproduksi menggunakan keramik cor (Dicor). (A) Restorasi

setelah pengecoran tetapi sebelum sprues dihilangkan. (B) Mahkota yang sama

pada model setelah karakterisasi telah ditempatkan. Perhatikan tembus ekstrim

mereka.

Pendekatan keramik kaca telah menjadi kurang populer dalam 10 tahun

terakhir karena dua alasan;

• Kekuatan pemulihan akhir tidak sebaik yang diharapkan

• Tembusnya restorasi terlalu tinggi. Untuk mencoba mengatasi hal ini, dokter

gigi harus hati-hati memvariasikan bayangan semen untuk mencapai pencocokan

warna yang memuaskan. Ada juga kecenderungan untuk tip insisal dan sisi

mahkota tampak abu-abu. Karena alasan ini, Dicor tidak lagi tersedia.

165
Menekan keramik

Baru-baru ini, pendekatan lilin yang hilang telah dikejar oleh para

produsen yang telah mengadopsi proses penekanan panas. Ingot keramik,

biasanya leukite atau feldspar yang diperkuat zirkonia, digunakan dalam proses

manufactering. Restorasi yang dimaksud adalah wax dan diinvestasikan dalam

investasi refraktori. Lilin kemudian dibakar dan cetakan ditempatkan dalam alat

penekan yang dirancang khusus, yang memanaskan ingot sampai 1180 ° C. Bahan

melunak, dan massa lunak didorong ke ruang cetakan oleh plunger alumina.

Restorasi yang dihasilkan kemudian dihapus dari investasi dan diwarnai

menggunakan keramik veneer untuk mencapai warna yang dibutuhkan (Gambar

22.28).

Urutan menekan keramik yang diperkuat kaca. (A) Mesin pengepres dan beragam

ingot berwarna. (B) Urutan proses dari die, waxing dan casting hingga selesai

restorasi. (C) Cincin casting dengan tiga mahkota dan sprues. (D) Penampang

166
melintang dari cincin casting yang menunjukkan piston alumina pada posisinya

setelah ditekan. (E) Restorasi selesai dengan karakterisasi permukaan.

Berbeda dengan sistem Dicor, keramik yang ditekan tidak begitu tembus

cahaya dan berbagai nuansa berbeda memungkinkan warna tubuh gigi tersebut

dicapai dengan beberapa tingkat akurasi. Namun, untuk mencapai hasil estetika

yang ideal, permukaan buccal mahkota harus dipotong sekitar sepertiga dan

keramik feldspathic konvensional yang digunakan untuk membangun bentuk dan

bayangan yang diperlukan.

Namun, proses menekan bukan tanpa masalah karena memposisikan mati

dalam cincin investasi sangat penting. Jika mereka terlalu dekat dengan piston,

sekali proses menekan mulai piston berjalan jarak tetap dan dapat mengganggu

ruang cetakan, menyebabkan miscast. Hal ini juga sangat mudah untuk melihat

bagaimana sebagian besar karakterisasi mahkota dicapai oleh pelapisan

permukaan. Ini memiliki kerugian bahwa dengan waktu, bahkan keramik akan

dipakai, dan ini akan menghasilkan kehilangan permukaan yang lambat.

Produk yang tersedia secara komersial

Ivoclar Vivadent's IPS e.max Press (Tabel 22.6) tersedia dalam empat

tingkat translucency (HO (sangat tembus cahaya), LT (low translucency), MO

(opasitas sedang) dan HO (opasitas tinggi)). Ini dapat digunakan dalam beberapa

cara oleh teknisi gigi, yaitu cor dan pewarna, cor dan cut-back dan veneer dengan

keramik layering. Sebuah keramik opalescent seperti IPS Empress Esthetic

167
Veneer (Ivoclar Vivadent) dapat digunakan untuk tujuan ini sementara IPS

Empress Universal Shade / Stains, juga oleh Ivoclar Vivadent dapat digunakan

untuk menanamkan karakterisasi permukaan individu. Bahan terakhir ini disajikan

dalam bentuk pasta dan hanya digunakan dengan produk Empress. Pilihan teknik

akan tergantung pada tuntutan kasus. Translucency rendah digunakan untuk

mahkota biasanya dalam kombinasi dengan teknik cut-back, opacity sedang

digunakan dengan bahan layering (ini tersedia dalam lima warna MO 0 hingga

MO 4) sedangkan opacity tinggi digunakan untuk kasus dengan inti yang sangat

berubah warna dan hadir dalam tiga warna (HO 0 hingga HO 2). Bahan pewarna

juga tersedia (warna / esensi): 16 Vita A – D warna dan empat warna pemutih

secara total. Dua ukuran ingot keramik diproduksi, pilihan yang tergantung pada

ukuran restorasi yang akan dibangun.

Tabel 22.6 Beberapa produk keramik hot press dan injection molding saat ini

tersedia di pasaran

Metode alternatif menggunakan teknik tekan di mana keramik kaca fluorapatite

ditekan ke kerangka zirkonia. Di sini persiapan coping ditempatkan pada die dan

wax-up dan pressing dilakukan seperti yang dijelaskan di atas. Teknik ini dapat

digunakan untuk membangun mahkota, jembatan multi-unit dan suprastruktur.

Salah satu produk tersebut adalah IPS e.max ZirPress (Ivoclar Vivadent), tersedia

168
dalam tiga tingkat opasitas yang berbeda dalam nuansa A – D dan empat warna

pemutih. Dua nuansa gingiva juga tersedia. Berbeda dengan IPS e.max Press,

ingot disediakan dalam satu ukuran karena beberapa batangan dapat ditekan pada

waktu yang bersamaan. Tiga translucencies tersedia: highly translucent (HT)

digunakan dengan teknik anatomi penuh dan kemudian bernoda sedangkan

translucency rendah (LT) digunakan dengan teknik cut-back. Medium opaque

(MO) juga tersedia.

CAD-CAM

Baru-baru ini, perkembangan teknologi digital telah menyebabkan

pengenalan desain komputerisasi dan pembuatan restorasi keramik. Ini dijelaskan

oleh akronim CAD-CAM. Ada dua metode untuk menghasilkan restorasi

(Gambar 22.29)

• Metode pertama melibatkan pencatatan kesan elastomer konvensional dan

membangun model kerja yang dilemparkan darinya. Model ini kemudian dipindai.

• Dalam metode kedua, kesan digital dari persiapan dan gigi di sekitarnya

ditangkap menggunakan perangkat pemindaian intraoral. Dokter dapat, pada tahap

ini, merancang dan menyesuaikan restorasi di layar menggunakan pisau lilin

virtual dan pangkalan data morfologi gigi yang besar dari komputer untuk

menggabungkan bentuk yang paling tepat ke dalam restorasi. Informasi digital ini

kemudian ditransfer ke mesin milling tiga dimensi (3D), di mana restorasi digiling

menggunakan pemotong berlian dari blok yang telah dioptimalkan untuk

meningkatkan sifat fisik keramik.

169
Gambar 22.29 Diagram alir menunjukkan berbagai cara di mana CAD-CAM telah

dikembangkan. Sisi kiri menunjukkan bagaimana seluruh proses dapat

diselesaikan di kursi dengan kesan yang diambil oleh alat optik dan restorasi yang

170
digiling keluar dari blok keramik yang diproses. Sisi kanan menunjukkan sistem

yang mengandalkan prosedur klinis konvensional, tetapi dengan proses sensitif

yang dimekanisasi di laboratorium

Pemulihan dapat diselesaikan oleh teknisi. Dengan pemindaian CAD-

CAM dan teknik penggilingan, pasien dapat menerima restorasi mereka pada hari

yang sama tanpa harus kembali ke klinik untuk janji fit kedua. Ini juga

menghilangkan kebutuhan akan injeksi anestesi lokal kedua. Penggilingan

restorasi membutuhkan waktu beberapa menit sehingga pasien dapat menunggu

ini selesai. Beberapa tempat praktik gigi mesin penggilingan di ruang tunggu

sehingga pasien dapat melihat pemulihan mereka secara 'ajaib' dibuat dari blok

keramik. Menggunakan teknik ini berarti bahwa tidak ada biaya laboratorium

untuk dokter gigi, yang membantu mengimbangi biaya awal yang besar. Beberapa

sistem memungkinkan restorasi digiling untuk kemudian dicirikan dan akhirnya

dipecat. Tergantung pada restorasi, keramik kemudian dietsa dan di silanasikan

sebelum disemen.

Sistem pemindai CAD-CAM

Seperti dengan pengambilan kesan konvensional, persiapan dan gigi yang

bersebelahan dan berlawanan perlu dicatat. Ini dapat dilakukan secara digital, dan

sejumlah metode pencatatan kesan digital telah digunakan. Metode pertama

adalah metode taktil di mana proyeksi halus seperti rambut menyentuh persiapan

dan citra digital dihasilkan. Metode ini telah digantikan oleh pengambilan gambar

optik. Beberapa sistem di pasar mengambil gambar diam seperti kamera biasa

171
sementara yang lain menggunakan pengambilan video. Metode yang terakhir ini

dianggap paling akurat dan digunakan dalam beberapa sistem yang paling

populer. Agar pemindai untuk 'melihat' persiapan dan gigi lainnya, bubuk halus

harus diterapkan. Ini biasanya pigmen yang tersuspensi dalam etanol (seperti

Kursi Kontras IPS Contrast Ivoclar Vivadent) dan muncul sebagai bubuk putih

atau abu-abu buram. Namun lapisan harus setipis mungkin dan juga seragam

dalam ketebalan yang bisa bermasalah di mulut.

Produk yang tersedia secara komersial

Beberapa sistem CAD CAM yang tersedia saat ini ditunjukkan pada Tabel 22.7

dan Gambar 22.30.

Tabel 22.7 Beberapa produk pemindai CAD-CAM saat ini tersedia di pasaran

172
EBOOK

Laboratory scanning devices

Laboratory scanning devices usually consist of a laser scanner that performs a


number of traverses over the conventional model. Algorithms in the computer
program look for a best ‘fit’ of these scans, determined by the preparation shape.
An older but very successful design uses a moving head which migrates over the
model to produce another model. Figure 22.31 shows the two types of scanner.
The scanning devices are considered to be very accurate and cement lutes of the
final restoration are now in the region of 25–50 μm.

Materials used in CAD-CAM systems

In the systems that require the construction of a model, polyurethane is used and
the models are milled out of this material. Furthermore the occlusal relationship
must also be transferred to an articulator by the intraoral scanning (Figure 22.32).

The restoration frameworks and copings are now more frequently


constructed of zirconia. This may be in one of two forms:

• The first is in its presintered state.

Advantages: Phase change during later heating stops crack


propagation and the material is much easier to mill in this state as it is
softer. It is less demanding and wearing on the cutting tools used.
Disadvantages: The milled coping or framework must be made much
larger than the final restoration a it shrinks significantly during firing
which may compromise its subsequent fit.

• The other form is the hard state HIP zirconia, which may also be milled
to

overcome the disadvantages. However, the cutting tools used to mill it


must be very durable.

Both the Lava (3M ESPE) and the IPS e.max ZirCAD (Ivoclar Vivadent)
systems use zirconia in the partially sintered ‘chalk-like’ state. When the ingot is
machined, it is 20% larger than its final size as when it is sintered, the milled
restoration shrinks. In the case of Lava, this is done at a milling centre, which is
an 3M ESPE accredited dental laboratory. The framework may then stained by the
application of a colouring which is available in seven shades. The coping or

173
framework produced by both of these systems is then either conventionally
veneered or in the case of the Ivoclar Vivadent product may have ZirPress pressed
onto it. A zirconia liner may be used to create a sound bond between the two
materials.

The IPS e.max ZirCAD product is available is seven block sizes and in
three shades. The smaller blocks are used for single units and the larger ones for
longer span bridge frameworks. Another Ivoclar Vivadent product is IPS e.max
CAD, and this is also milled in soft state and then crystallised at 850 °C. In the
soft state it is blue/mauve in colour and comes in three levels of translucency and
in two sizes. It is available in 16 Vita shades (A–D) and four bleach shades (BL).
Finally a glaze is available for glazing uncrystallized full contour IPS e.max CAD
restorations. IPS e.max Ceram Glaze Spray (Ivoclar Vivadent) is applied in a thin
layer.

Commercially available products

Some of the commonly use machinable ceramics currently available are shown in
Table

Resin-Bonded Ceramics

Some ceramics may be bonded onto tooth tissue by the use of a resin-
based composite adhesive if they are firstly chemically treated. The restoration
derives its strength from the bond which forms between the ceramic and the
underlying tooth tissue. It is important therefore not to load these restorations until
they have been bonded into place and the bond has been fully formed otherwise
the unsupported ceramic will fracture. The types of ceramic used for this purpose
include feldspathic ceramic, leucite containing feldspathic glass, glass ceramic,
hot pressed ceramic and block forms of these ceramics for use in milling
machines using the CAD-CAM technique. A refractory die is made and the
ceramic is built up and then sintering onto it. The fitting surface is then etched
with hydrofluoric acid and silanated prior to being sent to the clinic for fitting.
Alternatively, the ceramic block is milled before etching.

The restorations most commonly constructed from this ceramic and best
suited to this technique are veneers (Figure 22.33), resin-bonded crowns, inlays
and onlays. Excellent aesthetics are produced by these ceramics as they have a
high translucency, fluorescence and opalesecence.

174
There have been attempts to produce a core material for bonding, based on
a lithium disilicate glass. The presence of silica means that it may be etched to aid
bonding to tooth tissue. Aesthetically it is not suitable for full crown construction
and it is currently used as a core material that is overlaid with conventional
feldspathic ceramic. The material has a crystalline structure that is different from
most of the other glasses as up to 70% is in the form of needle-shaped crystals
which are randomly orientated. This is very effective at preventing crack
propagation. This material is about three times stronger than a conventional
feldspathic ceramic.

Indications and Contraindications of Ceramic Restorations

Ceramic restorations are indicated for most dental applications. These include
veneers, inlays, onlays, crowns, bridges, implant supra- and substructures and
denture teeth (Chapter 23). Different systems (ceramic and the core material) have
different indications and contraindications and it is important that the dentist
prescribes restorations which will work in the situation in which they are placed.
This information may be found in the directions for use and promotional literature
provided by the manufacturer. Common contraindications include:

• Parafunction

• Short clinical crowns

• Immature teeth

• Unfavourable occlusion

• Subgingival preparations (mainly for adhesive cementation).

Tooth Preparation

The dentist should consult the manufacturers’ literature for the recommended
tooth preparation so that the intended material will perform adequately in the
mouth. However, there are some general principles for preparation design when
working with

dental ceramics:

• There should be rounded internal line angles and edges, otherwise stress

175
concentrations form.

• There should be sufficient reduction to allow for strength of material, usually


1.5–2 mm occlusally.

• Feather edges should be avoided as this insufficient reduction will prevent


proper

ceramic build-up and there is potential for fracture as insufficient bulk of material

will lack strength.

If a tooth is being prepared to receive a zirconia-based restoration, the margins are


finished to a chamfer. This preparation is more conservative as a shoulder is not
required for support and sufficient thickness of material unlike conventional
ceramics.

Biscuit Try-In

The use of ceramic on an occluding surface of a restoration presents problems:

• More tooth tissue needs to be removed to accommodate a thicker layer of


material for strength (see above)

• There is a large volumetric shrinkage

• It is abrasive in the unglazed state.

The large volumetric shrinkage which is seen when ceramic is fired makes the
creation of exact and accurate occlusal contacts very difficult, if not impossible.
The biscuit try-in appointment allows the dentist to verify and make adjustments
to the ceramic to get the occlusion correct. Any adjustment to the glazed surface
will expose the underlying surface, which is very abrasive and may cause
significant wear to the opposing dentition. In severe cases, substantial tooth tissue
loss may result. Furthermore, stress concentrations may occur on this abraded
surface which may subsequently manifest in fracture of the ceramic. As has been
described previously, ceramic is porous and glazing will seal the surface to
prevent ingress of oral fluids, which may also have a detrimental effect on the
ceramic, leading to failure.

176
In order to overcome the latter two problems, many dentists recommend a
try-in appointment in the biscuit or unglazed state. This stage is called a biscuit
try-in. Any necessary adjustments may then be made and the restoration returned
to the dental laboratory for final glaze application prior to cementation at a
subsequent appointment. This will ensure a smooth, sealed surface that will not
cause any differential wear on any opposing surfaces. However, if only a small
amount of ceramic has been adjusted or if the restoration cannot be returned as it
has had to be fitted prior to occlusal verification (such as a veneer or inlay), the
adjusted roughened ceramic surface should be polished with diamond
impregnated burs and rubber wheels and a ceramic polishing material (Figure
22.34). This step has only recently become possible as products for polishing have
become available. Even with these new polishing aids, the ideal and bes solution
is a glazed surface that will yield the most desirable finish.

Cementation

As discussed in the Chapter 11 on bonding, indirect restorations may either be


luted or bonded onto the prepared tooth. Generally, most metal-ceramic and
reinforced-ceramic indirect restorations are luted but some ceramics can be
bonded, such as the resin- bonded ceramics. The fitting surface is usually treated
with hydrofluoric acid and then silanated. This silanated surface will then bond
with the resin-based composite adhesive, facilitating bonding to tooth tissue. The
fitting surface of a zirconia restoration is micromechanically rough and
micromechanical retention will be achieved with the luting cement. For detailed
information on cement selection, which technique to use and how, see Chapter 11.

Summary

• Ceramics are widely used in dentistry for a range of applications such as


veneers, inlays, onlays, crowns and bridges.

• They have excellent aesthetics but are brittle, which may cause them to fracture
during use.

• Reinforced cores may be used to strengthen the overlying ceramic. Materials


used as core materials include metal alloys, alumina, spinel and zirconia.

• Zirconia has shown great promise and may now be used in very challenging
situations (for example long-span bridges) and even replace the metal-ceramic
restoration in the longer term.

177
• Development in the field of information technology has enabled CAD-CAM
systems to become commercially available; the dentist can take optical
impressions and construct a ceramic restoration on a model or mill it from a block
of optimized ceramic.

• It is important that if ceramic is adjusted, it is either reglazed or polished to re-


create the seal on the surface which may otherwise cause wear on opposing teeth
and stress concentrations within the ceramic and catastrophic failure.

TRANSLATE

Perangkat pemindaian laboratorium

Perangkat pemindaian laboratorium biasanya terdiri dari pemindai laser

yang melakukan sejumlah lintasan melintasi model konvensional. Algoritme

dalam program komputer mencari ‘fit’ terbaik dari pemindaian ini, ditentukan

oleh bentuk persiapan. Desain yang lebih tua tetapi sangat sukses menggunakan

kepala yang bergerak yang bermigrasi ke model untuk menghasilkan model lain.

Gambar 22.31 menunjukkan dua jenis pemindai. Perangkat pemindaian dianggap

sangat akurat dan kotoran semen dari restorasi akhir sekarang berada di wilayah

25–50 μm.

Bahan yang digunakan dalam sistem CAD-CAM

Dalam sistem yang membutuhkan konstruksi model, poliuretan digunakan

dan model digali dari bahan ini. Selanjutnya hubungan oklusal juga harus

ditransfer ke artikulator oleh pemindaian intraoral

178
Kerangka kerja restorasi dan copings sekarang lebih sering dibangun dari

zirconia. Ini mungkin dalam salah satu dari dua bentuk:

 Yang pertama dalam keadaan yang telah ditentukan.

Keuntungan: Perubahan fase selama pemanasan nanti menghentikan

perambatan retak dan material jauh lebih mudah untuk digiling dalam

kondisi ini karena lebih lunak. Ini kurang menuntut dan memakai alat

pemotong yang digunakan. Kekurangan: Pengulangan giling atau

kerangka kerja harus dibuat jauh lebih besar dari restorasi akhir yang

menyusut secara signifikan selama menembak yang dapat membahayakan

kecocokan berikutnya.

 Bentuk lainnya adalah zirkonia HIP keras, yang juga dapat digiling

mengatasi kerugiannya. Namun, alat pemotong yang digunakan untuk

menggilingnya harus sangat tahan lama.

Baik Lava (3M ESPE) dan sistem IPS e.max ZirCAD (Ivoclar Vivadent)

menggunakan zirkonia dalam keadaan 'seperti-kapur' yang sebagian disinter.

Ketika ingot dikerjakan, itu adalah 20% lebih besar dari ukuran akhirnya seperti

ketika disinter, restorasi digiling menyusut. Dalam kasus Lava, ini dilakukan di

pusat penggilingan, yang merupakan laboratorium gigi yang diakreditasi 3M

ESPE. Kerangka ini kemudian diwarnai dengan aplikasi pewarnaan yang tersedia

dalam tujuh warna. Penanganan atau kerangka kerja yang dihasilkan oleh kedua

sistem ini kemudian secara konvensional dilapisi atau dalam kasus produk Ivoclar

Vivadent mungkin telah menekan ZirPress ke atasnya. Liner zirkonia dapat

digunakan untuk menciptakan ikatan suara antara dua bahan.

179
Produk IPS e.max ZirCAD tersedia dalam tujuh ukuran blok dan dalam

tiga warna. Blok yang lebih kecil digunakan untuk unit tunggal dan yang lebih

besar untuk kerangka jembatan rentang lebih panjang. Produk Ivoclar Vivadent

lainnya adalah IPS e.max CAD, dan ini juga digiling dalam keadaan lunak dan

kemudian dikristalisasi pada 850 ° C. Dalam keadaan lembut itu biru / lembayung

dalam warna dan datang dalam tiga tingkat tembus cahaya dan dalam dua ukuran.

Ini tersedia dalam 16 Vita shades (A – D) dan empat bleach shades (BL).

Akhirnya sebuah glasir tersedia untuk mengkilap kontur CAD e'ax CAD yang

belum dikristalkan. IPS e.max Ceram Glaze Spray (Ivoclar Vivadent)

diaplikasikan dalam lapisan tipis.

Resin-Berikat Keramik

Keramik dapat diikat ke jaringan gigi dengan menggunakan perekat

komposit berbasis resin jika mereka pertama kali diolah secara kimia. Restorasi

memperoleh kekuatannya dari ikatan yang terbentuk antara keramik dan jaringan

gigi yang mendasarinya. Oleh karena itu penting untuk tidak memuat restorasi ini

sampai mereka telah terikat ke tempatnya dan ikatan telah sepenuhnya terbentuk

jika keramik yang tidak didukung akan patah. Jenis keramik yang digunakan

untuk tujuan ini termasuk keramik feldspathic, leucite yang mengandung kaca

feldspathic, keramik kaca, keramik yang ditekan panas dan bentuk-bentuk blok

dari keramik ini untuk digunakan dalam mesin penggilingan menggunakan teknik

CAD-CAM. Mati tahan api dibuat dan keramik dibangun dan kemudian disinter

ke atasnya. Permukaan pas kemudian dietsa dengan asam fluorida dan di

180
silanasikan sebelum dikirim ke klinik untuk pemasangan. Atau, blok keramik

digiling sebelum etsa.

Restorasi yang paling umum dibangun dari keramik ini dan paling cocok

untuk teknik ini adalah veneer (Gambar 22.33), mahkota, inlays dan onlay resin-

ikatan. Estetika yang sangat baik dihasilkan oleh keramik ini karena mereka

memiliki tembus cahaya tinggi, fluoresensi dan opalesecence.

Ada upaya untuk menghasilkan bahan inti untuk ikatan, berdasarkan pada

kaca lithium disilicate. Kehadiran silika berarti bahwa mungkin terukir untuk

membantu ikatan ke jaringan gigi. Estetika itu tidak cocok untuk konstruksi

mahkota penuh dan saat ini digunakan sebagai bahan inti yang dilapisi dengan

keramik feldspathic konvensional. Bahan ini memiliki struktur kristal yang

berbeda dari sebagian besar gelas lainnya hingga 70% dalam bentuk kristal

berbentuk jarum yang secara acak berorientasi. Ini sangat efektif untuk mencegah

perambatan retak. Bahan ini sekitar tiga kali lebih kuat dari keramik feldspathic

konvensional.

Indikasi dan Kontraindikasi Restorasi Keramik

Restorasi keramik diindikasikan untuk sebagian besar aplikasi gigi. Ini

termasuk veneer, inlays, onlays, mahkota, jembatan, implan supra dan substruktur

dan gigi tiruan (Bab 23). Sistem yang berbeda (keramik dan bahan inti) memiliki

indikasi dan kontraindikasi yang berbeda dan penting bahwa dokter gigi mengatur

restorasi yang akan bekerja dalam situasi di mana mereka ditempatkan. Informasi

181
ini dapat ditemukan dalam petunjuk penggunaan dan literatur promosi yang

disediakan oleh produsen. Kontraindikasi umum meliputi:

• Parafungsi

• Mahkota klinis singkat

• Gigi yang belum dewasa

• Oklusi yang tidak menguntungkan

Persiapan Gigi

Dokter gigi harus berkonsultasi dengan literatur pabrikan untuk persiapan gigi

yang disarankan sehingga bahan yang dimaksud akan bekerja dengan baik di

mulut. Namun, ada beberapa prinsip umum untuk desain persiapan ketika bekerja

dengan

keramik gigi:

• Harus ada sudut dan tepi garis internal yang dibulatkan, jika tidak, tekankan

konsentrasi terbentuk.

• Harus ada pengurangan yang cukup untuk memungkinkan kekuatan material,

biasanya 1,5-2 mm secara oklusal.

• Tepi bulu harus dihindari karena pengurangan yang tidak memadai ini akan

mencegah hal yang benar penumpukan keramik dan ada potensi fraktur karena

tidak cukup banyak material akan kekurangan kekuatan.

Jika gigi sedang dipersiapkan untuk menerima restorasi berbasis-zirkonia, margin-

margin tersebut diselesaikan menjadi talang. Persiapan ini lebih konservatif

karena bahu tidak diperlukan untuk dukungan dan ketebalan material yang

memadai tidak seperti keramik konvensional.

182
Biscuit Try-In

Penggunaan keramik pada permukaan oklusi restorasi menghadirkan

masalah:

• Lebih banyak jaringan gigi harus dibuang untuk mengakomodasi lapisan

material yang lebih tebal untuk kekuatan (lihat di atas)

• Ada penyusutan volumetrik besar

• Ini abrasif dalam keadaan tanpa glasir.

Pengurangan volumetrik besar yang terlihat ketika keramik dipecat

membuat pembuatan kontak oklusal yang tepat dan sangat sulit, jika bukan tidak

mungkin. Pengangkatan bersama biskuit memungkinkan dokter gigi untuk

memverifikasi dan melakukan penyesuaian pada keramik untuk mendapatkan

oklusi yang benar. Penyesuaian apapun ke permukaan kaca akan mengekspos

permukaan yang mendasari, yang sangat abrasif dan dapat menyebabkan keausan

yang signifikan terhadap gigi yang berlawanan. Pada kasus yang parah,

kehilangan jaringan gigi dapat terjadi. Selanjutnya, konsentrasi tegangan dapat

terjadi pada permukaan yang terabrasi ini yang kemudian dapat bermanifestasi

dalam fraktur keramik. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, keramik berpori dan

kaca akan menyegel permukaan untuk mencegah masuknya cairan oral, yang

mungkin juga memiliki efek yang merugikan pada keramik, yang menyebabkan

kegagalan.

Untuk mengatasi dua masalah terakhir, banyak dokter gigi

merekomendasikan penunjukan percobaan dalam keadaan biskuit atau tanpa

183
glasir. Tahap ini disebut try-in biskuit. Setiap penyesuaian yang diperlukan

kemudian dapat dilakukan dan restorasi dikembalikan ke laboratorium gigi untuk

aplikasi glasir akhir sebelum sementasi pada pengangkatan berikutnya. Ini akan

memastikan permukaan yang halus dan tersegel yang tidak akan menyebabkan

keausan diferensial pada permukaan yang berlawanan. Namun, jika hanya

sejumlah kecil keramik yang telah disesuaikan atau jika restorasi tidak dapat

dikembalikan karena harus dipasang sebelum verifikasi oklusal (seperti veneer

atau inlay), permukaan keramik yang dikeraskan harus dipoles dengan berlian

yang diresapi. burs dan roda karet dan bahan pemoles keramik (Gambar 22.34).

Langkah ini baru-baru ini menjadi mungkin karena produk untuk polishing telah

tersedia. Bahkan dengan alat pemoles baru ini, solusi ideal dan bes adalah

permukaan kaca yang akan menghasilkan hasil akhir yang paling diinginkan

Penyemenan

Sebagaimana dibahas dalam Bab 11 tentang bonding, restorasi tidak

langsung dapat dipicu atau diikatkan pada gigi yang disiapkan. Umumnya,

sebagian besar keramik-logam dan keramik-keramik restorasi tidak langsung

direndam tetapi beberapa keramik dapat terikat, seperti keramik resin-terikat.

Permukaan pas biasanya diperlakukan dengan asam fluorida dan kemudian

silanated. Permukaan silanated ini kemudian akan terikat dengan perekat

komposit berbasis resin, memfasilitasi ikatan ke jaringan gigi. Permukaan pas dari

restorasi zirkonia adalah mikromekanik kasar dan retensi mikromekanik akan

dicapai dengan semen luting. Untuk informasi rinci tentang pemilihan semen,

teknik mana yang digunakan dan bagaimana, lihat Bab 11.

184
Ringkasan

• Keramik banyak digunakan dalam kedokteran gigi untuk berbagai aplikasi

seperti veneer, inlays, onlays, crowns dan bridges.

• Mereka memiliki estetika yang sangat baik tetapi rapuh, yang dapat

menyebabkan fraktur saat digunakan.

• Inti yang diperkuat dapat digunakan untuk memperkuat keramik di atasnya.

Bahan yang digunakan sebagai bahan inti termasuk paduan logam, alumina, spinel

dan zirkonia.

• Zirkonia telah menunjukkan harapan besar dan sekarang dapat digunakan dalam

situasi yang sangat menantang (misalnya jembatan bentang panjang) dan bahkan

menggantikan restorasi logam-keramik dalam jangka panjang.

• Pengembangan di bidang teknologi informasi telah memungkinkan sistem CAD-

CAM menjadi tersedia secara komersial; dokter gigi dapat mengambil tayangan

optik dan membangun restorasi keramik pada model atau menggilingnya dari blok

keramik yang dioptimalkan.

• Penting bahwa jika keramik disesuaikan, ia harus disemen atau dipoles untuk

menciptakan kembali seal pada permukaan yang dapat menyebabkan kerusakan

pada gigi dan konsentrasi tegangan di dalam kegagalan keramik dan katastropik.

185
EBOOK

186
187
188
189
190
191
TRANSLATE

KLASIFIKASI

Banyak klasifikasi yang berbeda dari keramik yang digunakan dalam

kedokteran gigi telah diusulkan, di antaranya klasifikasi sesuai dengan indikasi

atau penggunaan, komposisi, metode pengolahan, suhu pembakaran, struktur

mikro, tembus cahaya, dan resistensi fraktur. Meskipun masing-masing klasifikasi

ini dapat bermanfaat, mereka mungkin tidak langsung ke dokter untuk keperluan

komunikasi, indikasi, dan penanganan. Usaha-usaha untuk mengklasifikasikan

keramik gigi berdasarkan komposisi, misalnya, bisa berguna untuk sejarah tetapi,

karena kemajuan terus menerus, sudah terlalu luas dan tidak praktis.

Klasifikasi yang sering digunakan menggambarkan keramik gigi

menurut konten gelas: (1) material yang didominasi kaca; (2) gelas yang diisi

partikel; dan (3) keramik polikristalin. Dalam klasifikasi khusus ini, dokter

mungkin bingung oleh subjektivitas dari jumlah fase gelas yang diperlukan untuk

keramik untuk dimasukkan baik sebagai "didominasi gelas" atau "partikel diisi".

Selain itu, ia tidak mengenali saklar yang telah terjadi di industri keramik dari

feldspath alami ke feldspath sintetis. Yang terakhir telah memungkinkan batch

yang berbeda dari masing-masing bahan keramik tertentu untuk menjadi lebih

standar dan lebih uni kualitas bentuk.

Di sini, penulis mengusulkan untuk mengklasifikasikan semua bahan

keramik hanya dalam dua keluarga, berdasarkan kemampuan mereka untuk

terukir serta indikasi mereka sebagai bahan substruktur: (1) gelas yang diisi

192
partikel dan (2) keramik polikristalin. Pengkategorian ini dapat membantu dokter

dan teknisi gigi memahami lebih mudah beberapa implikasi dari pemilihan bahan

tertentu dalam hal kekuatan intrinsik dan kebutuhan untuk sementasi perekat,

seperti yang akan dijelaskan nanti dalam bab ini.

Bahan-bahan senyawa polimer-keramik adalah kelas material yang

muncul yang harus diakui dalam bab ini. Mereka saat ini diklasifikasikan di pasar

sebagai keramik, meskipun persentase yang signifikan komposisi mereka terdiri

dari partikel keramik kaca atau oksida tertanam dalam matriks resin. Dari definisi

ilmu material yang ketat dari keramik (yaitu bahan anorganik non-logam),

komposisi mereka akan mengecualikan mereka dari keluarga keramik. Namun,

terlepas dari kontroversi definisi, bahan-bahan ini (misalnya, Vita Enamic

[Vident], Lava ultimate [3M ESPE]) merupakan peluang restoratif yang sangat

menarik yang menggabungkan sifat mekanik dan optik yang disesuaikan dengan

antarmuka yang ramah pengguna untuk komputer- permesinan bantuan serta

penyesuaian klinis. Karena mereka masih baru di pasar dan tidak ada data yang

tersedia pada umur panjang klinis mereka sebagai mahkota tunggal, penulis tidak

akan membahasnya dalam bab ini.

Gelas yang diisi partikel mencakup tiga subkelompok yang sangat

berbeda sifatnya: (1) keramik feldspathic, (2) keramik sintetis, dan (3) keramik

yang disusup kaca. Keramik polikristalin meliputi keramik aluminium oksida dan

keramik zirkonia yang distabilkan.

193
Particle-filled glasses

Keramik Feldspathic

Porcelain gigi yang biasa digunakan sebagai material pelapis didasarkan

pada sistem material terner yang terdiri dari lempung / kaolin (aluminosilikat

terhidrasi), kuarsa (silika), dan feldspar (kalium dan natrium alumino-silikat).

Kelompok keramik feldspathic ini terdiri dari bahan alami (feldspar), seperti

campuran sodium feldspar (Na2Al2Si6O16) dan potassium feldspar

(K2Al2Si6O16). Yang terakhir membentuk kristal leucite (fase kristal), yang

tergantung pada jumlah tidak hanya meningkatkan ketahanan restorasi tetapi juga

membuat porselen ini cocok untuk pelapisan pada substruktur logam; koefisien

ekspansi termal sekitar 10% atau kurang di bawah substruktur. Contoh keramik

feldspathic termasuk IPS Empress Esthetic dan IPS Classic (Ivoclar Vivadent) dan

Vita VMK Master (Vident).

Keramik sintetis

Untuk menjadi kurang bergantung pada sumber daya alam sebagai

bahan baku, seperti feldspar, industri keramik telah menggunakan bahan berbasis

sintetis. Komposisi bervariasi di antara produsen tetapi biasanya termasuk bahan dasar seperti

silikon dioksida (SiO2), kalium oksida (K2O), natrium oksida (NaO), dan aluminium oksida

(Al2O3). Fase kristal mereka dapat ditingkatkan dengan kristal apatite selain

leucite untuk kompatibilitas ekspansi termal dengan logam dan untuk

meningkatkan kekuatan. Ketika diterapkan pada semua kerangka keramik,

194
beberapa kelompok porselen sintetik harus sesuai dengan koefisien ekspansi

termal dari mereka masing-masing kerangka (misalnya, Cerabien [Noritake] atau

Vita VM 7 [Vident] untuk alumina polikristalin dan keramik yang disusup kaca

dan Vita VM 9 [Vident] untuk zirkonia polikristalin).

Untuk meningkatkan sifat mekanik dan digunakan sebagai bahan

substruktur, produsen telah memperkenalkan porselin feldspathic yang terdiri dari

63% SiO2, 17% Al2O3, 11,2% K2O, 4,6% Na2O, 1,6% cerium oksida (CeO2),

dan kurang dari 1% boron trioksida (B2O3). ), kalsium oksida (CaO), barium

oksida (BaO), dan titanium dioksida (TiO2), seperti IPS Empress (Ivoclar

Vivadent). Komposisi lain (IPS Empress 2, Ivoclar Vivadent) mengandung sekitar

70% lithium disilicate (57% hingga 80% SiO2; 0% hingga 5% Al2O3; 0,1 hingga

6% lanthanum oksida [La2O3]; 0% hingga 5% magnesium oksida [MgO ]; 0%

hingga 8% seng oksida [ZnO]; 0% hingga 13% K2O; 11% hingga 19% lithium

oksida [Li2O]; dan 0% hingga 11% fosfor pentoksida [P2O5]). Perkembangan

lebih lanjut dalam sistem lithium disilicate menambahkan zirkonium dioksida

(ZrO2) untuk meningkatkan sifat mekanik; IPS e.max (SiO2-Li2O-K2O-ZnO-

P2O5-Al2O3-ZrO2; Ivoclar Vivadent) telah diperkenalkan untuk digunakan

sebagai inlays, onlays, crowns, dan tiga unit protesa gigi tetap di wilayah anterior

atau premolar.

Kaca yang disusupi kaca. In-Ceram Alumina (Vident), material kaca

infiltrasi pertama, diperkenalkan pada tahun 1989, dibuat dengan teknik slip-

casting. Bubur bubur Al2O3 padat disinter ke mati refrakter; setelah kerangka

porous partikel alumina terbentuk, infiltrasi dengan kaca lanthanum dilakukan

195
dalam penembakan kedua untuk menghilangkan porositas dan meningkatkan

kekuatan. Tiga ukuran partikel alumina yang berbeda diamati, termasuk butir

besar memanjang (10,0-12,0 μm panjang dan 2,5-4,0 μm lebar), partikel faceted

(1 sampai 4 μm diameter), dan butir bulat dengan diameter kurang dari 1,0 μm.

Karena opasitas In-Ceram Alumina, lapisan berikutnya dengan veneer porselen

adalah wajib. Komposisi, menurut pabrikan, adalah Al2O3 (82%), La2O3 (12%),

SiO2 (4,5%), CaO (0,8%), dan oksida lainnya (0,7%).

In-Ceram Spinell (Vident), diperkenalkan pada tahun 1994, diproses

sama, di mana kaca diinfiltrasi dalam inti berpori MgAl2O4 yang diproduksi

secara sintetik.

In-Ceram Zirconia (Vident) adalah modifikasi dari In-Ceram Alumina

dimana zirkonium oksida yang sebagian distabilkan ditambahkan ke komposisi

slip Al2O3 untuk memperkuat kemudian keramik. Menurut produsen,

komposisinya adalah Al2O3 (62%), ZnO (20%), La2O3 (12%), SiO2 (4,5%),

CaO (0,8%), dan oksida lainnya (0,7%).

Aplikasi

Mengingat adanya kaca dalam keluarga keramik yang dijelaskan dalam

bagian ini, semua bahan ini dapat secara konvensional terukir dengan asam

fluorida dan silanized, terlepas dari penggunaannya sebagai veneer, substruktur,

atau restorasi monolitik. Mengenai penggunaannya sebagai bahan substruktur,

hubungan langsung dapat diamati antara peningkatan sifat mekanik dan

peningkatan jumlah pengisi (dan akibatnya fase kaca yang dikurangi). Bukti klinis

196
kinerja dan indikasi mereka untuk mahkota tunggal di daerah anterior dan

posterior telah dibahas sebelumnya.

Polycrystalline ceramics

Keramik aluminium oksida

Keramik ini terdiri dari aluminium oksida kemurnian tinggi (99,5%

Al2O3). Contoh keramik aluminium oksida termasuk Procera AllCeram (Nobel

Biocare) dan In-Ceram AL (Vident).

Keramik zirkonia yang distabilkan. Zirkonia murni ditemukan dalam

tiga bentuk allotropic: (1) bentuk monoklinik, yang stabil hingga 1.170 ° C, di

mana ia berubah menjadi (2) tetragonal bentuk, dan (3) bentuk kubik, ketika suhu

antara 2,370 ° C dan 2.680 ° C. Transformasi monoklinik ke tetragonal disertai

dengan regangan geser dan peningkatan volume. Untuk meningkatkan

ketangguhan, zirkonia murni harus dicampur dengan oksida seperti yttrium,

magnesium, kalsium, dan cerium yang akan menstabilkan baik fase tetragonal

atau kubik pada suhu kamar sepenuhnya atau sebagian. Klasifikasi keramik

zirkonia telah diusulkan menurut struktur mikro mereka: zirkonia terstabilisasi

penuh (FSZ), zirkonia terstimulasi parsial (PSZ), dan polikristal zirkonia

tetragonal (TZP). Di FSZ, zirkonia dalam bentuk kubik dan lebih dari 8% mol

yttrium oksida. PSZ dibentuk oleh partikel tetragonal atau monoklinik berukuran

nano dalam matriks kubik, dan TZPs adalah monolit terutama fase tetragonal,

stabil paling sering dengan yttria atau ceria. Contoh-contoh keramik berbasis

197
zirkonia yang stabil termasuk Nobel Procera Zirkonia (Nobel Biocare), Lava (3M

ESPE), In-Ceram YZ (Vident), DC-Zirkon (DCS Dental), Cercon (Dentsply),

Prettau Zirkonia (Zirkonzahn), IPS e.max ZirCAD (Ivoclar Vivadent).

Translucency

Secara umum, dalam perkembangan dari keramik feldspathic ke keramik

yang disusup kaca ke keramik polikristalin, tembus cahaya menurun dan kekuatan

intrinsik meningkat; Namun, ada pengecualian di antara masing-masing produk,

dan perkembangan baru seperti zirkonia nanokristalin transparan menantang

konsep yang agak menyederhanakan ini. Dalam sebuah studi in vitro di mana

translucency dari enam bahan inti semua-sistem keramik dari ketebalan yang

sesuai secara klinis (0,5 dan 0,8 mm) dibandingkan, ditemukan bahwa Procera

Alumina (Nobel Biocare) adalah sebagai translucent sebagai IPS Empress dan IPS

Empress 2, gelas berbasis-leucite berbasis dan berbasis-pecahan, masing-masing,

dan lebih tembus daripada In-Ceram Alumina dan In-Ceram Zirkonia. Zirkonia

In-Ceram ditemukan setebal kontrol logam. Analisis kemudian diulang setelah

spesimen dilapisi dengan lapisan porselen, dan ditemukan bahwa opasitas mereka

meningkat. Namun, penting untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang dicatat di

bawah cahaya yang ditransmisikan mungkin tidak signifikan di bawah cahaya

yang dipantulkan, yang merupakan kondisi di mana bahan-bahan ini akan diamati

secara klinis.

198
Sedangkan bahan feldspathic yang paling sering digunakan sebagai

veneer untuk kerangka keramik atau sebagai veneer estetika yang berdiri sendiri,

yang lain kaca-keramik (terutama lithium disilicate) dan keramik polikristalin

dapat digunakan sebagai substruktur atau sebagai mahkota kontur penuh dan

karenanya akan dianggap sebagai keramik berkekuatan tinggi.

Kekuatan oklusal

Karena sifat material umumnya disajikan sebagai prediktor kinerja

klinis, tampaknya penting untuk menggambarkan berbagai beban yang restorasi

keramik dikenakan dalam rongga mulut. Selama penutupan rahang, dua fase dapat

diamati pada tahap mengunyah awal sebelum menelan: (1) penutupan cepat

terjadi sebelum gigi bersentuhan dengan bolus makanan, dan (2) penutupan

lambat terjadi ketika gigi bertemu resistensi oleh makanan, yang akan

meningkatkan aktivitas otot pengunyahan tergantung pada konsistensi dan tekstur

199
bolus. Meskipun kekuatan gigitan sukarela maksimum bervariasi tergantung pada

jenis kelamin, usia, lokasi di mulut (anterior dibandingkan posterior), jenis

prosthesis, dan gigi yang berlawanan, nilainya menjadi parameter yang relevan

untuk memprediksi skenario pemuatan kasus terburuk di mana semua restorasi

keramik dapat dikenakan.

Mengingat bahwa tingkat fraktur rekonstruksi prostetik meningkat dari

anterior ke daerah posterior (3% untuk gigi anterior, 7% untuk premolar, dan 21%

untuk gigi molar), Tabel 5-1 daftar kekuatan gigitan sukarela maksimum di

wilayah molar, seperti yang dilaporkan di dalam literatur. Pada bagian berikut,

sifat mekanis material serba-serbuk berkekuatan tinggi yang berbeda-beda

didasarkan pada kinerjanya di wilayah molar. Beberapa penelitian dikutip karena

variabilitas besar antara nilai-nilai yang dihasilkan dari alat-alat pengukur

kekuatan gigitan yang berbeda. Juga, kekuatan unilateral dan bilateral disajikan

karena pengukuran unilateral cenderung 30% hingga 40% lebih rendah daripada

bilateral.

200
Sifat material

Peran ilmu material dalam mengkarakterisasi semua bahan keramik

adalah kompleks karena prediksi kinerja klinis mereka melibatkan variabel yang

tidak mudah dikontrol dan direproduksi dalam pengaturan laboratorium. Selain

itu, satu bahan tunggal tidak dapat diandalkan digunakan untuk memprediksi

kinerja klinis jangka panjang. Sebaliknya, telah dilaporkan bahwa kombinasi

properti, bersama-sama dengan kondisi awal, operasi fabrikasi, dan kondisi

lingkungan, dapat mempengaruhi umur panjang klinis. Di antara sifat-sifat

relevan lainnya, peran gabungan ketangguhan patah, kekerasan, modulus

elastisitas, dan kekuatan merupakan parameter awal untuk memprediksi mode

kegagalan potensial pada mahkota.

Fracture toughness

Ketangguhan retak adalah kemampuan material untuk menahan

perambatan retak dari cacat inisiasi hingga kegagalan akhir. Sebuah diskusi

singkat tentang properti khusus ini meningkatkan pemahaman tentang perbedaan

antara mode kegagalan yang diamati untuk keramik zirkonia polikristalin dan

gelas yang diisi partikel yang digunakan untuk semua restorasi keramik.

Sedangkan retakan untuk kelas keramik yang terakhir, setelah diinisiasi,

disebarkan tanpa hambatan di seluruh restorasi sampai kegagalan akhir, pada

keramik zirkonia polikristalin, retakan yang diinduksi tegangan mengarah pada

transformasi fase dalam butir zirkonia polikristalin, menghasilkan peningkatan

ketangguhan (dikenal sebagai Perilaku kurva-R) sampai mencapai suatu dataran

201
tinggi. Properti ini cukup tinggi untuk zirkonia polikristalin untuk meminimalkan

atau hampir memadamkan kegagalan permukaan sementasi yang akan

menyebabkan fraktur massal mahkota, seperti yang biasa terjadi untuk sistem

keramik dengan ketangguhan patah rendah. Sebaliknya, dalam studi klinis,

kegagalan telah terbukti terjadi dari fraktur kohesif veneer porselen.

Zirkonia yang terserap kaca serta mahkota alumina juga telah gagal

secara klinis dari keausan oklusal yang mengakibatkan fraktur porselen veneer

(Gambar 5-1), sebagaimana dibuktikan oleh fraktografi. Namun, fraktur inti lebih

mungkin terjadi dengan material yang diisi partikel yang digunakan sebagai

kerangka untuk mahkota semua-keramik dibandingkan dengan zirkonia

polikristalin karena ketangguhan patah yang lebih rendah dari yang sebelumnya.

Fraktur ini memiliki signifikansi klinis yang besar karena mereka menuntut

penggantian restorasi. Analisis fraktografi dari mahkota alumina yang gagal

secara klinis, misalnya, telah menunjukkan fraktur yang berasal dari margin

mahkota yang mungkin dihasilkan dari tegangan melingkar. Analisis fraktografi

dari kerangka kerja alumina lain dari mahkota molar yang gagal secara klinis

mengungkapkan bahwa asal fraktur adalah permukaan sementasi.

Sejauh ini, studi klinis dari mahkota zirconia adalah jangka pendek,

tetapi mereka telah menunjukkan bahwa kegagalan yang datang dari permukaan

sementasi atau asal lain yang mengarah ke fraktur rangka-kerja (di mana restorasi

retak menjadi dua bagian) adalah kejadian yang sangat langka49 dan saat ini tidak

mewakili mode kegagalan utama (Gambar 5-2 dan 5-3). Kegagalan kohesif dalam

restorasi porselen-fusi-ke-zirkonia (Gambar 5-4 hingga 5-6) umumnya berasal

202
dari daerah permukaan oklusal kasar, baik sebagai akibat dari penyesuaian oklusal

diikuti oleh pemolesan akhir yang buruk atau keausan oklusal yang dihasilkan

dari aktivitas parafungsional (bruxism).

EBOOK

Pieces) are an extremely rare event49 and do not currently represent the

chief failure mode (Figs 5-2 and 5-3). Cohesive failures in porcelain-fused-to-

zirconia restorations (Figs5-4 to 5-6) have commonly originated from rough

occlusal surface areas, either as a result of occlusal adjustments followed by poor

final polishing or occlusal wear resulting from parafunctional activity (bruxism).

Hardness measures the material’s ability to locally resist plastic

deformation. It controls quasiplasticity, which is a yield process that determines

the intensity of the shear stress responsible for damage initiation. Considering the

crown as a complete contour or layered structure, a high hardness value may

hinder crack initiation, but other properties and conditions must be considered.

Modulus of elasticity (E), a material’s tendency to deform elastically when

a force is applied to it, is an important property but secondary when high-strength

ceramics are analyzed. The higher modulus of alumina (E = 300 GPa) rela-tive to

that of zirconia (E = 205 GPa) should not be taken alone as an advantage,

considering the stress-induced transformation toughening mechanism of zirconia

described earlier. Actually, higher maximum principal stresses have been

observed in alumina crown frameworks than in zirconia frameworks,52 leading to

203
alumina framework fracture in laboratory fatigue testing as well as in some

clinically failed alumina crowns.

Also of interest is the fact that, for the first glass-ceramic available for

dental use (Dicor, Dentsply), the mismatch between its higher modulus of

elasticity (E = 75 GPa) and that The zirconia-supported crown of this patient with

Class II deep bite occlusion chipped 1 day after definitive cementation with a self

adhesive composite resin cement, despite confirmation that the occlusal contact

was accurate.

The adhesive failure of the veneering ceramic of this zirconia-supported

crown occurred in the same patient shown in Fig 5-3, 1 year later. This crown had

to be replaced as well.

This chipping of the veneering ceramic is once again of adhesive nature

and occurred after 4 years of use in a patient with parafunctional activity. Note the

surface roughness at the level of the buccal cusps, which may have contributed to

the failure. of the dentin core (E = 16 GPa) became a failure predictor after

clinical studies had detected a superior survival rate of the same crown system

when it was supported by a metal core (cast post).53 Because the high modulus of

elasticity of the zirconia framework may contribute to a decrease in ten-sile

stresses at the cementation surface from occlusal loading, the modulus of

elasticity of the substrate seems to be less important.

Strength, evaluated in single-load-to-failure testing, traditionally has been

used as a predictor of a material’s clinical performance. Mean values obtained

204
under static loading are commonly much higher than those obtained from

materials failing as a result of repeated loading, as in fatigue testing. Therefore,

values for strength should be examined with caution because they seem to reflect

a conditional rather than an inherent material property.

An understanding of fracture toughness, hardness, modulus of elasticity,

and strength helps to explain the direct relationship between the enhancement of

ceramic properties by the ceramic manufacturers and the tremendous increase in

the use of computer-assisted design/computer assisted manufacture (CAD/CAM).

More than 20 zirconia and a few aluminum oxide CAD/CAM systems55 are

available in the market. Lithium disilicate, for example, is available both for

pressing and CAD/CAM.

The properties of various ceramic materials are presented in Table 5-2.

These data are presented in an attempt to elicit two major reflections. First, the

properties of all-ceramic materials have improved over time, but the failure rates

did not decrease proportionally until a better understanding of the limitations of

each material was acquired. This became possible thanks to recently published

information from industrial, academic, and materials science sources, including

specialized technical and clinical handling instructions.

Second, the overall mechanical properties reported for high-strength

ceramic materials are substantially higher than those found for natural teeth and,

although intact teeth may also crack,56 enamel has equivocally been considered a

brittle structure. Comprehensive work has shown that enamel has a stress-strain

205
response comparable to that of predominantly base metal alloys57 and exhibits

viscoplastic and viscoelastic behavior closely matching those of bone, which is

relevant for stress redistribution during loading.58 Also, a remarkable R-curve

behavior (ie, an increase in crack growth resistance, as mentioned previously) for

zirconia) has been described for crack propagation from the outer to the inner

enamel.59 Such characteristics may explain the strength and fatigue-resistant

nature of human teeth.

Chipping, porcelain veneer cohesive fracture, and other nonstandardized

terminology have been used to describe failures in single-unit zirconia crowns and

also in conventional fixed dental prostheses, which have been far more

investigated clinically than any other type of prostheses. Because a tremendous

amount of recently acquired information has increased the profession’s

understanding of the multifactorial nature of zirconia porcelain veneer failure

(Box 5-1), it is hoped that present and future laboratory and clinical studies will

lead to reduced fracture rates. Current manufacturer guidelines for laboratory

handling of porcelain-fused-to-zirconia ceramics have changed since the first

version because of the unexpected early failures, almost exclusively limited to the

porcelain veneer. Although numerous factors have been considered responsible

for veneer failure, an important aspect that has been reviewed is the cooling rate.

64 In the last few years, most companies have been suggesting a slow cooling

regimen as part of the porcelain veneer firing protocol.

206
Given that very few clinical studies of single crowns are available,45,49

the effect of changes in protocol and designwere first evaluated in the laboratory

setting. A significant contribution from multiple research groups has resulted in a

number of publications in the field. To address the topic from a sequentially

logical and informed platform, most of the studies described in this section will be

those performed at the Department of Biomaterials and Biomimetics at New York

University College of Dentistry in collaboration with Dr Van P. Thompson, Dr E.

Dianne Rekow, Dr Paulo G.Coelho, Dr Nelson Silva, Dr Petra Guess, Dr Yu

Zhang, and several visiting scholars and clinical or research collaborators. A

method capable of simulating clinically observed failures in the laboratory was

developed and applied to several anatomically relevant prosthetic materials,

especially in the molar region.

One surprising and remarkable finding of a systematic review was that

metal-ceramic crowns, in spite of their more than 50 years of use, have been

sparsely investigated with controlled, prospective studies, unlike all-ceramic

materials. Because metal-ceramic restorations are con-sidered the gold standard,

high-strength ceramics have been compared to them. In essence, zirconia molar

crowns fabricated with early porcelain veneer firing protocols (and evaluated in

2008) presented significantly lower reliability (probability of survival when

subjected to fatigue testing) than did metal-ceramic crowns.70 Therefore,

reliability and characteristic strength targets were set based on the values observed

for metal-ceramics and desired for high-strength ceramics.

207
Some of the fatigue testing was mainly performed on the buccal cusp of

the mandibular molar crown, where the occlusal contacts are normally expected to

occur. However, observations of clinically failed zirconia prostheses showed that

porcelain cohesive fractures also occurred in the lingual cusp of mandibular

posterior teeth.50,71–73 For this reason, the probabilities of failure of the lingual

and buccal cusps were compared; although no difference in reliability was

observed between cusps, the finding that porcelain cohesive failures were much

more extensive (virtually unrepairable) on the lingual than on the buccal cusp was

of clinical significance.60 It became clear that frameworks for prostheses

fabricated by CAD/CAM, when designed as default with even thicknesses, led to

discrepancies in porcelain veneer thicknesses after the final anatomy was To

reduce or eliminate the chance of porcelain chipping, zirconia frameworks should

be shaped to support an even and reduced thickness of veneering ceramic, similar

to metal-ceramic frameworks. In this single crown, note the lingual collar and the

proximal ledge.

Completed for function and esthetics. Therefore, framework design

modifications that incorporate changes to minimize such effects have been

suggested. The rationale for a specific framework design for an all-ceramic crown

has been, in general, empirically suggested or simplistically derived from metal-

ceramic frameworks when issues observed with the porcelain veneer

compromised the survival of these restorations and a similar learning curve was

required. Although several framework design modifications have been proposed

since 1962 for metalceramic restorations,74 they mainly comprise a lingual collar

208
of varied heights that extends proximally75–78 or a supportive framework for the

final crown anatomy, known as anatomical design.

Fatigue testing of porcelain-fused-to-zirconia crowns with uniform

framework thickness compared to frameworks where a lingual collar extending

proximally was used for porcelain support showed that, in the latter, not only was

reliability significantly improved, but also an important trend toward reduced

porcelain veneer fracture sizes was consistently observed.62,81 Therefore, the

benefits of improved characteristic strength and of reduced fracture sizes seem to

be of clinical significance when framework design modification, including the

lingual collar extending proximally, is considered (Fig 5-7). The main drawback

is that such design modification provides changes only at the lingual aspect of the

crown. Also, because these porcelains were fired according to protocols

recommended in 2008, it is not surprising that, despite the greater reliability of the

modified framework compared to the conventionally designed even-thickness

framework, it was still significantly lower than that of the metal-ceramic crowns.

Perhaps the most clinically relevant framework design modification for

high-strength ceramics is anatomical design, involving use of a coping that is

similar to the finalcrown anatomy, assuring an even and reduced thickness of the

veneering material compared to a coping of even thickness. For zirconia fixed

dental prostheses, at a time where failure rates were commonly high, two clinical

studies using this design demonstrated reduced complications of porcelain veneer

fracture.79,80 The use of an anatomically designed framework for zirconia

crowns was investigated under fatigue testing and compared to a conventional

209
framework design with uniform thickness, with either hand-layered or pressed

veneering porcelain. The lowest reliability and strength were observed for the

pressed veneer porcelain zirconia crown over the conventionally designed

framework; a significant improvement was found if the same porcelain was

pressed on the anatomically designed framework.

Reliability was not significantly improved when a hand-layered veneering

porcelain was fired onto the anatomically designed framework, because

probability of survival was already at its highest levels, even in the conventionally

designed coping. However, irrespective of porcelain veneering method (pressed or

hand-layered), the anatomical framework, besides improving the characteristic

strength and reliability, always resulted in reduced porcelain veneer fracture size;

repair or, sometimes, repolishing would return them to function. Such benefits

were extended to all cusps.

A proposal for a further evolution of the anatomical coping design has

been advanced recently by a dentist–dental technician team who have been using

zirconia as a prosthetic material for more than a decade.83 The modifications have

been introduced for both posterior and anterior prostheses to improve their

reliability while maintaining the esthetic advantages of a veneered restoration over

a monolithic zirconia prosthesis. For posterior units, the zirconia coping is

enriched with ridges and fins that support and reinforce the veneering ceramic at

the cusp tips and circumferentially around the axial surfaces. The location and

height of these ridges and fins are determined with the aid aesthetic functional

area protection (AFAP) concept for the prevention of ceramic chipping, as applied

210
to posterior zirconia frameworks. (arrows) Fins that extend inside the cusps

almost to the surface provide a wall-contained area where the veneering ceramic

is always placed under compression, even if the opposing teeth were to guide on

the cusps’ inner inclines. The ridges on the axial surfaces of the coping support

the veneering ceramic, which is no longer loaded with shearing forces but is

placed in compression instead.

This is important especially proximally, where the ridges are prone to

fracture, even when the thickness of the veneering ceramic is not excessive,

because of the absence of a supporting ledge. (Courtesy of Dr Mauro Broseghini

and Cristiano Broseghini, CDT, Trento,Italy.) of a complete-contour wax-up.

These additions to the basic coping design are shaped in such a way that they are

just short of the surface of the completed restoration, so thatthey are entirely

covered by the veneering material (Figs5-8 and 5-9).

Because zirconia is an esthetic material due to its color and relative

translucency, in the critical areas, it can be brought almost to the surface without

compromising the esthetic outcome of the restoration.

TRANSLATE

Potongan adalah peristiwa yang sangat langka dan saat ini tidak

mewakili mode kegagalan utama (Gambar 5-2 dan 5-3). Kegagalan kohesif dalam

restorasi porselen-fusi-ke-zirkoniam(Gambar 5-4-6) umumnya berasal dari daerah

permukaan oklusal kasar, baik sebagai akibat dari penyesuaian oklusal diikuti

211
oleh pemolesan akhir yang buruk atau oklusal yang dihasilkan dari aktivitas

parafungsional (bruxism ).

Kekerasan mengukur kemampuan material untuk secara lokal menahan

deformasi plastik. Ini mengontrol quasiplasticity, yang merupakan proses hasil

yang menentukan intensitas tegangan geser yang bertanggung jawab untuk inisiasi

kerusakan. Mempertimbangkan mahkota sebagai kontur lengkap atau struktur

berlapis, nilai kekerasan yang tinggi dapat menghambat inisiasi retakan, tetapi

properti dan kondisi lain harus dipertimbangkan.

Modulus elastisitas (E), kecenderungan material untuk berubah bentuk

secara elastis ketika gaya diterapkan padanya, adalah properti penting tetapi

sekunder ketika keramik berkekuatan tinggi dianalisis. Semakin tinggi modulus

alumina (E = 300 GPa) relevan dengan zirkonia (E = 205 GPa) tidak boleh

diambil sendiri sebagai keuntungan, mengingat mekanisme ketangguhan

transformasi yang diinduksi stres dari zirkonia yang dijelaskan sebelumnya.

Sebenarnya, tekanan utama maksimum yang lebih tinggi telah diamati dalam

rangka mahkota alumina daripada dalam kerangka zirkonia, 52 mengarah ke

fraktur kerangka alumina dalam pengujian kelelahan laboratorium serta dalam

beberapa mahkota alumina yang gagal secara klinis.

Yang juga menarik adalah fakta bahwa, untuk kaca-keramik pertama

yang tersedia untuk penggunaan gigi (Dicor, Dentsply), ketidakcocokan antara

modulus elastisitasnya yang lebih tinggi (E = 75 GPa) dan mahkota yang

didukung oleh zirkonia dari pasien ini dengan oklusi deep bite Kelas II terkelupas

212
1 hari setelah sementasi definitif dengan semen komposit self adhesive, meskipun

konfirmasi bahwa kontak oklusal akurat.

Kegagalan adhesif dari keramik veneer dari mahkota yang didukung

zirkonia ini terjadi pada pasien yang sama yang ditunjukkan pada Gambar 5-3, 1

tahun kemudian. Mahkota ini harus diganti juga.

Chipping keramik pelapisan ini sekali lagi bersifat perekat dan terjadi

setelah 4 tahun digunakan pada pasien dengan aktivitas parafungsional.

Perhatikan kekasaran permukaan pada tingkat kantung-kantung bukal, yang

mungkin telah berkontribusi terhadap kegagalan.

Dari inti dentin (E = 16 GPa) menjadi prediktor kegagalan setelah studi

klinis mendeteksi tingkat kelangsungan hidup superior dari sistem mahkota yang

sama ketika didukung oleh inti logam (tiang cor) .Karena modulus elastisitas

tinggi dari zirkonia kerangka dapat berkontribusi pada penurunan sepuluh Sile

menekankan pada permukaan sementasi dari pemuatan oklusal, modulus

elastisitas substrat tampaknya kurang penting kekuatan, dievaluasi dalam

pengujian beban-ke-kegagalan tunggal, secara tradisional telah digunakan sebagai

prediktor kinerja klinis material. Nilai rata-rata yang diperoleh di bawah

pembebanan statis umumnya jauh lebih tinggi daripada yang diperoleh dari bahan

yang gagal sebagai akibat dari pemuatan berulang, seperti pada pengujian fatik.

Oleh karena itu, nilai-nilai kekuatan harus diperiksa dengan hati-hati karena nilai-

nilai tersebut mencerminkan kondisional daripada sifat material yang inheren.

213
Pemahaman tentang ketangguhan patah, kekerasan, modulus elastisitas, dan

kekuatan membantu menjelaskan hubungan langsung antara peningkatan sifat

keramik oleh produsen keramik dan peningkatan luar biasa dalam penggunaan

desain / komputer yang dibantu komputer pembuatan dibantu (CAD / CAM).

Lebih dari 20 zirkonia dan beberapa sistem CAD / CAM oksida aluminium

tersedia di pasaran. Lithium disilicate, misalnya, tersedia baik untuk menekan dan

CAD / CAM.

Sifat-sifat berbagai bahan keramik disajikan pada Tabel 5-2. Data-data

ini disajikan dalam upaya untuk memperoleh dua refleksi utama. Pertama, sifat-

sifat semua keramik bahan telah meningkat dari waktu ke waktu, tetapi tingkat

kegagalan tidak menurun secara proporsional sampai pemahaman yang lebih baik

dari keterbatasan masing-masing bahan diperoleh. Ini menjadi mungkin berkat

informasi yang baru-baru ini diterbitkan dari sumber sains industri, akademik, dan

bahan, termasuk instruksi penanganan teknis dan klinis khusus.

Kedua, keseluruhan sifat mekanik yang dilaporkan untuk material

keramik berkekuatan tinggi secara substansial lebih tinggi daripada yang

ditemukan untuk gigi alami dan, meskipun gigi utuh juga dapat retak, 56 enamel

secara samar-samar telah dianggap sebagai struktur rapuh. Pekerjaan yang

komprehensif telah ditunjukkan bahwa enamel memiliki respon tegangan-

regangan yang sebanding dengan alin dominan logam dasar57 dan menunjukkan

perilaku viscoplastic dan viskoelastik yang sangat mirip dengan tulang, yang

relevan untuk redistribusi stres selama pemuatan.58 Juga, perilaku kurva-R yang

214
luar biasa (yaitu, peningkatan resistensi pertumbuhan retak, seperti yang

disebutkan sebelumnya) untuk zirkonia telah dijelaskan untuk perambatan retak

dari luar ke enamel bagian dalam.59 Karakteristik tersebut dapat menjelaskan

kekuatan dan sifat tahan lelah dari gigi manusia.

Chipping, fraktur kristesi veneer porselen, dan terminologi nonstandar

lainnya telah digunakan untuk menggambarkan kegagalan pada mahkota zirconia

unit tunggal dan juga pada prostesis gigi tetap konvensional, yang telah jauh lebih

diselidiki secara klinis daripada jenis lain dari prostesis. Karena

sejumlah besar informasi yang diperoleh baru-baru ini telah meningkatkan

pemahaman profesi tentang sifat multifaktorial dari kegagalan veneer porselen

zirkonia (Kotak 5-1), itu adalah berharap bahwa penelitian laboratorium dan klinis

saat ini dan masa depan akan menyebabkan berkurangnya tingkat patah tulang.

Pedoman produsen saat ini untuk penanganan laboratorium keramik porselen-fusi-

ke-zirkonia telah berubah sejak versi pertama karena kegagalan awal yang tidak

terduga, hampir secara eksklusif terbatas pada veneer porselen. Meskipun banyak

faktor yang dianggap bertanggung jawab atas kegagalan veneer, aspek penting

yang telah ditinjau adalah laju pendinginan.

Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar perusahaan telah

menyarankan rejimen pendinginan yang lambat sebagai bagian dari protokol

penyalaan veneer porselen. Mengingat bahwa sangat sedikit studi klinis tentang

mahkota tunggal yang tersedia, 45,49 pengaruh perubahan dalam protokol dan

desain yang pertama kali dievaluasi dalam pengaturan laboratorium. Kontribusi

yang signifikan dari beberapa kelompok penelitian telah menghasilkan sejumlah

215
publikasi di lapangan. Untuk membahas topik dari platform yang berurutan dan

informatif, sebagian besar studi yang dijelaskan dalam bagian ini adalah yang

dilakukan di Departemen Biomaterial dan Biomimetika di New York University

College of Dentistry bekerja sama dengan Dr. Van P. Thompson, Dr. E. Dianne

Rekow, Dr Paulo G. Coelho, Dr Nelson Silva, Dr Petra Guess, Dr Yu Zhang, dan

beberapa sarjana tamu serta kolaborator klinis atau penelitian. Metode yang

mampu mensimulasikan kegagalan yang diamati secara klinis di laboratorium

dikembangkan dan diterapkan pada beberapa bahan prostetik yang berhubungan

secara anatomis, terutama diwilayah molar.

Salah satu temuan yang mengejutkan dan luar biasa dari tinjauan

sistematis adalah bahwa mahkota logam-keramik, terlepas dari penggunaannya

selama lebih dari 50 tahun, telah jarang diselidiki dengan studi prospektif yang

terkontrol, tidak seperti semua bahan keramik. Karena restorasi logam-keramik

terkontrol. Mengesampingkan standar emas, keramik berkekuatan tinggi telah

dibandingkan dengan mereka. Pada intinya, mahkota molar zirkonia yang dibuat

dengan protokol pengaktifan veneer porselen awal (dan dievaluasi pada tahun

2008) menunjukkan keandalan yang lebih rendah secara signifikan (kemungkinan

bertahan hidup ketika mengalami pengujian fatik) daripada mahkota logam-

keramik. Oleh karena itu, target kekuatan dan karakteristik ditentukan berdasarkan

nilai yang diamati untuk keramik-logam dan diinginkan untuk keramik

berkekuatan tinggi.

216
Beberapa pengujian kelelahan terutama dilakukan pada cusp bukal

mahkota molar mandibula, di mana kontak oklusal biasanya diharapkan terjadi.

Namun, pengamatan dari protesa zirkonia yang gagal secara klinis menunjukkan

bahwa fraktur kohesif porselen juga terjadi pada lingual cusp gigi posterior

mandibula.50,71-73. Untuk alasan ini, probabilitas kegagalan kasa lingual dan

bukal dibandingkan; meski tidak ada perbedaan dalam reliabilitas diamati antara

cusp, temuan bahwa kegagalan kohesif porselen jauh lebih luas (hampir tidak

dapat diperbaiki) pada lingual daripada pada cusp bukal adalah signifikansi klinis.

60 Menjadi jelas bahwa kerangka untuk prostesis yang dibuat oleh CAD / CAM,

ketika dirancang sebagai default dengan ketebalan bahkan, menyebabkan

perbedaan dalam ketebalan veneer porselen setelah anatomi akhir.

Untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan chipping porselen,

rangka zirconia harus dibentuk untuk mendukung ketebalan veneer keramik yang

merata dan berkurang, mirip dengan kerangka keramik-logam. Dalam mahkota

tunggal ini, catat kerah lingual dan langkan proksimal. Selesai untuk fungsi dan

estetika. Oleh karena itu, modifikasi desain kerangka kerja yang menggabungkan

perubahan untuk meminimalkan efek seperti itu telah disarankan.

Dasar pemikiran untuk desain kerangka khusus untuk mahkota semua-

keramik telah, secara umum, secara empiris disarankan atau sederhana berasal

dari kerangka keramik-logam ketika masalah diamati dengan veneer porselen

membahayakan kelangsungan hidup restorasi ini dan kurva belajar yang sama

diperlukan. Meskipun beberapa modifikasi desain kerangka kerja telah diusulkan

sejak 1962 untuk restorasi metalceramic, 74 mereka terutama terdiri dari kerah

217
lingual dari ketinggian bervariasi yang memanjang proximally75-78 atau

kerangka mendukung untuk anatomi mahkota akhir, yang dikenal sebagai desain

anatomi.

Uji kelelahan mahkota porselen-fusi-ke-zirkonia dengan ketebalan

kerangka seragam dibandingkan dengan kerangka di mana kerah lingual

memanjang proksimal digunakan untuk dukungan porselen menunjukkan bahwa,

pada yang terakhir, tidak hanya keandalan meningkat secara signifikan, tetapi juga

kecenderungan penting terhadap pengurangan ukuran retak veneer porselen secara

konsisten diamati. Oleh karena itu, manfaat dari kekuatan karakteristik yang

ditingkatkan dan ukuran fraktur yang berkurang tampaknya menjadi signifikansi

klinis ketika modifikasi desain kerangka, termasuk kerah lingual memanjang

proksimal, dianggap (Gambar 5-7). Kelemahan utamanya adalah modifikasi

desain seperti itu hanya memberikan perubahan pada aspek lingual mahkota. Juga,

karena porcelain ini dipecat sesuai dengan protokol yang direkomendasikan pada

tahun 2008, tidak mengherankan bahwa, meskipun keandalan yang lebih besar

dari kerangka yang dimodifikasi dibandingkan dengan kerangka bahkan-ketebalan

yang dirancang secara konvensional, itu masih jauh lebih rendah daripada logam-

keramik mahkota.

Mungkin modifikasi desain kerangka yang paling relevan secara klinis

untuk keramik berkekuatan tinggi adalah desain anatomi, yang melibatkan

penggunaan coping yang mirip dengan anatomi finalcrown, memastikan ketebalan

yang merata dan berkurang dari material veneering dibandingkan dengan

mengatasi bahkan ketebalan. Untuk protesa gigi tiruan zirkonia, pada waktu di

218
mana tingkat kegagalan umumnya tinggi, dua studi klinis yang menggunakan

desain ini menunjukkan pengurangan komplikasi fraktur veneer porselen.

Penggunaan kerangka anatomi dirancang untuk mahkota zirkonia diselidiki di

bawah pengujian kelelahan dan dibandingkan dengan desain kerangka

konvensional dengan ketebalan yang seragam, dengan porselen lapis tangan yang

dipegang atau ditekan. Reliabilitas dan kekuatan terendah diamati untuk mahkota

zirkonia porselen lapis tipis yang ditekan di atas kerangka yang dirancang secara

konvensional; peningkatan yang signifikan ditemukan jika porselen yang sama

ditekan pada kerangka yang dirancang secara anatomis. Reliabilitas tidak

meningkat secara signifikan ketika porselen veneer berlapis tangan ditembakkan

ke kerangka yang dirancang secara anatomis, karena kemungkinan bertahan hidup

sudah berada pada tingkat tertinggi, bahkan dalam koping yang dirancang secara

konvensional. Namun, terlepas dari metode veneer porselen (ditekan atau berlapis

tangan), kerangka anatomis, selain meningkatkan kekuatan dan keandalan

karakteristik, selalu menghasilkan ukuran retak veneer porselen yang berkurang;

memperbaiki atau, kadang-kadang, reparasi akan mengembalikannya berfungsi.

Manfaat seperti itu diperluas ke semua katup. Proposal untuk evolusi

lebih lanjut dari desain coping anatomi telah dikembangkan baru-baru ini oleh tim

teknisi gigi-gigi yang telah menggunakan zirkonia sebagai bahan prostetik selama

lebih dari satu dekade. Modifikasi telah diperkenalkan untuk protese posterior dan

anterior untuk meningkatkan keandalan mereka sambil mempertahankan

keuntungan estetik dari restorasi veneer atas prostesis monolitik zirkonia. Untuk

unit posterior, coping zirkonia diperkaya dengan tonjolan dan sirip yang

219
mendukung dan memperkuat keramik veneer pada ujung cusp dan melingkar di

sekitar permukaan aksial. Lokasi dan ketinggian pegunungan dan sirip ini

ditentukan dengan bantuan Konsep Aesthetic functional area protection (AFAP)

untuk pencegahan chipping keramik, sebagaimana diterapkan pada rangka

zirkonia posterior. (Panah) Sirip yang memanjang di dalam cusp hampir ke

permukaan menyediakan area yang berisi dinding di mana keramik pelapis selalu

ditempatkan di bawah kompresi, bahkan jika gigi yang berlawanan adalah

memandu pada kemiringan dalam cusp. Punggung pada permukaan aksial dari

kopling mendukung keramik veneer, yang tidak lagi sarat dengan gaya geser

tetapi ditempatkan dalam kompresi sebagai gantinya. Hal ini penting terutama

secara proksimal, di mana tonjolan cenderung patah, bahkan ketika ketebalan

keramik veneer tidak berlebihan, karena tidak adanya langkan yang mendukung.

(Sumber: Dr Mauro Broseghini dan Cristiano Broseghini, CDT, Trento, Italia.)

dari kontur lengkap lilin. Penambahan ini ke desain koping dasar dibentuk

sedemikian rupa sehingga mereka hanya singkat dari permukaan restorasi selesai,

sehingga mereka sepenuhnya ditutupi oleh bahan pelapis (Figs5-8 dan 5-9).

Karena zirkonia adalah bahan estetik karena warnanya dan tembus

cahaya relatif, di daerah kritis, zirkonia dapat dibawa ke permukaan tanpa

mengorbankan hasil estetik dari restorasi.

220
EBOOK

221
222
223
224
225
226
TRANSLATE

Dalam restorasi anterior, area yang paling rentan, yaitu yang memiliki

insiden chipping yang lebih tinggi yaitu tepi incisal (Gambar 5-10). Pada kondisi

ini, area fungsional mahkota dan mungkin seluruh permukaan palatal mahkota

ideal rahang atas harus dibuat dari substrat yang lebih kuat. Struktur bahan dengan

sedikit atau tanpa pelapisan keramik berlapis di atasnya. Sekali lagi, zirconia

memungkinkan teknisi untuk memuaskan persyaratan ini tanpa mempengaruhi

estetik secara negative penampilan mahkota lengkap. kontur wax mahkota

lengkap yang sangat tepat telah dibuat. Ketika wax-up dipotong kembali untuk

menciptakan ruang untuk menyulap keramik, margin insisal tetap utuh, tetapi

jendela dibuat di bawahnya (Gambar 5-11). Dengan cara ini, cahaya dibiarkan

lewat, dimediasi oleh veneer yang lebih tembus cahaya. bukannya dipantulkan

oleh materi kerangka, yang jauh lebih buram.

Kedua konsep kerangka posterior dan anterior telah diberi nama desain

perlindungan estetika area fungsional (AFAP). Untuk kedua konfigurasi,

dirancang secara tepat dalam penelitian in vitro diperlukan untuk membandingkan

resistansi retak dan chipping dari keramik veneer pada desain kerangka ini dengan

yang pada konfigurasi lain yang biasa digunakan.

Studi komprehensif yang bertujuan untuk menjelaskan alasan patahnya

porselen kohesif dari restorasi berlapis-atau restorasi zirconia yang ditekan telah

memberikan kontribusi yang sangat besar untuk memahami peran ketebalan

porselen, koefisien ketidakcocokan ekspansi termal, dan tingkat pendinginan pada

227
tegangan sisa internal yang dihasilkan dalam porselen. Konduktivitas termal yang

buruk dari zirkonia (2 Wm – 1 K – 1; lihat Tabel 5-2) dibandingkan dengan logam

(200 Wm – 1 K – 1 untuk paduan emas) bersama dengan lapisan tebal veneer

porselen dan pendinginan cepat zirkonia berlapis restorasi menyajikan skenario

yang menguntungkan untuk menghasilkan tegangan sisa internal pada porselen

yang dapat terpapar selama penyesuaian oklusal atau kontak, akhirnya

menghasilkan fraktur porselen yang diamati secara klinis. Beberapa penelitian

yang menggabungkan protokol pendinginan lambat telah menunjukkan bahwa

keandalan dari zirkonia mahkota dapat ditingkatkan secara signifikan, dan

protokol pengaktifan khusus termasuk modifikasi ini telah diadopsi oleh

produsen. Dalam konteks ini, menggabungkan modifikasi desain kerangka

(seperti AFAP, atau kerangka yang dirancang secara anatomis) dengan

pendinginan lambat akan menghasilkan peningkatan dukungan dan rasio

ketebalan veneer-core yang lebih merata; Konsekuensinya adalah tegangan sisa

minimal dan kemungkinan mengurangi ukuran fraktur, seharusnya disebabkan

oleh kelelahan atau parafungsi.

Untuk menyederhanakan fabrikasi restorasi keramik posterior berkekuatan

tinggi, pengecualian pada lapisan veneer porselen telah dicoba pada mahkota

berkilau litium (Gambar 5-12) serta pada mahkota zirkonia (Gambar 5-13).

Mahkota monolitik (kontur lengkap) berkekuatan tinggi mengeliminasi porselen

yang lebih lemah, menghasilkan kekuatan yang meningkat. Namun, ketebalan

akhir restorasi memainkan peran penting dalam keandalan mahkota. Akar mangan

kontinyu lithium disilicate dengan ketebalan 2,0 mm pada permukaan oklusal dan

228
ketebalan 0,5 mm pada permukaan bukal telah menunjukkan tingkat kekuatan

karakteristik yang bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan restorasi logam-

keramik ketika mengalami kelelahan. Ketika lithium disilicate crown dikurangi

menjadi ketebalan 1.0 mm untuk mensimulasikan clearance oklusal terbatas,

kekuatan karakteristik tidak berbeda secara signifikan dari mahkota 2.0-mm tetapi

cukup rendah untuk menjadi serupa dengan mahkota logam-keramik. Sejauh ini,

meskipun hasil klinis jangka pendek, tingkat kelangsungan hidup yang

menjanjikan telah diamati dengan monolithic lithium disilicate crowns.

Hasil yang sama baiknya telah diamati in vitro untuk mahkota zirkonia

kontur lengkap, terutama jika kaca; translucency serupa, keausan kontak gigi yang

berlawanan, dan tambahan kekuatan yang signifikan telah diamati dibandingkan

dengan sifat-sifat mahkota zirkonia berlapis porselen (lihat Gambar 5-13).

Meskipun fase transformasi (tetragonal-monoklinik) telah terdeteksi pada lapisan

hanya 6 μm di bawah permukaan zirkonia, sifat mekanik telah terbukti terganggu

oleh degradasi hidrotermal, menghasilkan pengurangan 30% modulus Young

elastisitas dan kekerasan.67 Oleh karena itu, studi klinis masa depan dijamin

untuk memastikan apakah degradasi suhu rendah dan penuaan zirkonia

mempengaruhi kinerja jangka panjangnya.

Kriteria Klinis Seleksi Material untuk Mahkota Tunggal

Untuk membuat pemilihan material yang rasional antara mahkota logam-

keramik (dengan margin logam atau dengan marjin puntung porselen) dan sistem

serba keramik yang berbeda, dokter dan teknisi gigi dapat mempertimbangkan

229
sejumlah kriteria. Sifat material, seperti yang dijelaskan sebelumnya, adalah dasar

untuk memahami apakah suatu material baru memiliki potensi untuk menahan

tekanan mekanik dan termal dari lingkungan mulut. Namun, kriteria klinis lainnya

juga dapat memengaruhi pemilihan:

1. Posisi sirkumferensial dari margin preparasi: Apakah margin preparasi

mengikuti margin gingiva, dan dengan demikian apakah itu bergigi, atau

apakah hal itu mengikuti sambungan semenoenamel, dan apakah pada tingkat

horizontal yang relatif secara melingkar?

2. Penampilan abutment: Apakah warna abutment dalam kisaran normal, atau

apakah itu gelap, atau apakah itu memiliki posting logam?

3. Posisi di lengkungan: Apakah gigi dikembalikan gigi insisivus, kaninus, atau

premolar, atau apakah itu molar?

Posisi Sirkumferensial Dari Preparasi Margin

Adaptasi marginal

Pekerjaan seorang dokter gigi restoratif sering mengganti restorasi yang

dibuat sebelumnya. Dalam keadaan itu, desain dan posisi persiapan yang lama

dapat membatasi kebebasan memilih sejauh pemilihan material untuk mahkota

baru yang bersangkutan. Ini benar terutama ketika margin sengaja "tersembunyi"

dalam sulkus. Posisi intrasulcular dari margin mahkota sering mempengaruhi

presisi dan integritas marjinal restorasi dalam beberapa cara: (1) mempersulit

penangkapan kesan akurat dari garis finish, sehingga meningkatkan waktu sesi

230
kursi; (2) dapat menghambat operator dalam memperoleh segel marjinal yang

memuaskan selama prosedur sementasi; dan (3) jika margin telah mengikuti

scallop dari gingiva, persiapannya juga dikeruk; ini dapat membuat sulit untuk

membuat mahkota keramik-logam dengan margin yang disesuaikan dengan baik

di sekitar keliling abutment.

Beberapa author, 93-96 mengakui dalam pembuatan restorasi logam-

keramik, telah menunjukkan kesulitan teknis yang terkait dengan memperoleh dan

mempertahankan adaptasi marginal yang optimal di seluruh proses pembuatan

restorasi. Hal ini terutama ketika garis akhir dari suatu preparasi memiliki scallop,

yaitu, perbedaan yang nyata antara level buccal dan proksimal dari preparasi

(Gambar 5-14). Preparasi scallop ini menghasilkan mahkota dengan margin yang

tidak didukung yang rentan terhadap distorsi selama distorsi yang berbeda dalam

oven porselen (Gambar 5-15 dan 5-16). Permintaan untuk membuat mahkota

logam-keramik dengan marjin puntung porselen meningkatkan lebih jauh tingkat

kesulitan bagi teknisi, sehingga membuat adaptasi marjinal sirkumferensial

menjadi tujuan yang hampir tidak mungkin tercapai atau setidaknya satu yang

memerlukan tingkat kompetensi dan keterampilan yang tinggi. Ketika kursus

yang relatif horisontal dikembangkan untuk margin persiapan, sebaliknya,

mahkota logam-keramik menunjukkan kecocokan yang lebih konsisten.

231
EBOOK

232
233
234
235
236
237
TRANSLATE

Gambar 5-17 (a) fit dari mahkota alumina diamati pada die batu preparat

bergigi dari premolar mandibula. (B) fit dari mahkota ditunjukkan oleh

gambar melapisi lapisan tipis silikon untuk menempelkan pasta.

(C) Mahkota alumina selesai telah disemen dengan semen glass-ionomer.

(D) Mahkota alumina yang sama akan ditampilkan setelah 10 tahun dalam

fungsi. Ada sedikit perubahan warna pada margin.

Tingkat kompetensi dan keterampilan. Ketika yang relatif horisontal

dikembangkan untuk margin persiapan, sebaliknya, mahkota logam keramik

secara konsisten lebih memuaskan preparasi bergigi untuk mahkota tunggal, oleh

karena itu, mungkin menyarankan penggunaan semua keramik bahan bukan

sistem keramik logam, tentunya mereka dibuat melalui teknik panas ditekan

(leucite dan lithium disilikat keramik) tetapi juga mereka digiling melalui CAD /

CAM teknologi (lithium disilikat keramik, polycrystalline alumina, dan zirconia).

238
Sebuah keuntungan potensial dari keramik polikristalin adalah bahwa mereka

menunjukkan stabilitas dimensi yang baik selama semua siklus menembak dari

keramik pelapisan. Beberapa studi telah meneliti mahkota CAD / CAM dan telah

menunjukkan beberapa faktor, di samping desain persiapan dan prosedur

sementasi, dapat mempengaruhi adaptasi marginal:

 Software dan hardware keterbatasan

 jenis scanner

 teknologi permesinan

 mahkota tunggal dibandingkan beberapa unit tetap gigitiruan sebagian

 Disinter dibandingkan bahan nonsintered

Bukti diterbitkan sejauh ini untuk banyak sistem CAD / CAM di pasar

menunjukkan tingkat presisi marginal yang dapat diterima secara klinis. Oleh

karena itu, jika sistem CAD / CAM dimanfaatkan oleh teknisi gigi mampu

menghasilkan mengatasi adaptasi marginal secara klinis dapat diterima, maka

penerapan keramik pelapisan harus tidak mengubah hubungan (Gambar 5-17).

Hal ini dapat mewakili penghematan waktu, yang merupakan keuntungan untuk

teknisi gigi, dokter gigi, dan pasien.

Ketika gigi dipersiapkan untuk mahkota untuk pertama kalinya

pendekatan dokter mungkin berbeda. Jika batasan warna cocok dengan yang

berdekatan dan yang tersisa alami gigi atau protesa dan tidak ada ruang

proksimal harus ditutup, dokter gigi memiliki pilihan untuk menjaga persiapan

marjin supragingiva dan mengikuti persimpangan sementoenamel sebagai

239
panduan untuk persiapan bukan dari margin gingiva. Penggunaan bahan semua

keramik berpotensi memungkinkan dokter untuk menghindari penempatan

intrasulcular dari margin persiapan untuk menyembunyikan margin prostetik,

seperti yang secara tradisional dilakukan dengan mahkota logam-keramik karena

opacity dari daerah serviks.

Gambar 5-18 (a) rahang atas gigi premolar kedua ini dipersiapkan untuk mahkota
lengkap karena fraktur titik puncak palatal dan kehadiran mesio-occlusodistal komposit
restorasi resin besar. (B dan c) Karena daerah serviks di sisi bukal tidak terlibat, margin
persiapan disimpan pada tingkat persimpangan cementoenamel circumferentially. (D
dan e) Batu cor dituangkan dari kesan akhir gigi mengungkapkan supragingiva yang
margin.(F) Selesai monolitik mahkota lithium disilikat.
240
Keputusan ini tidak hanya dapat menghasilkan penghematan waktu yang

signifikan selama pelapisan ulang dari restorasi sementara, kesan taking, coba-in,

dan sementasi mahkota definitif, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian

struktur gigi, terutama enamel sekitar margin, sangat menguntungkan kualitas

segel marginal yang diperoleh dengan prosedur sementasi dan menghindari

kerusakan traumatis dari gingiva selama persiapan, kesan, dan sementasi. Selain

itu, jika keramik kaca sintetis atau keramik kaca partikel-diisi digunakan, margin

palsu dapat hampir tidak terdeteksi oleh mata, meningkatkan hasil estetika. Oleh

karena itu, bila memungkinkan, persiapan harus mengikuti cemen persimpangan

enamel dan menghindari penempatan margin yang intrasulcular (Gambar 5-18).

241
242
Gambar 5-18 (g dan h) Mahkota diposisikan di cetakan batu. (I) gigi ini mudah diisolasi

dengan rubber dam. Sebuah benang lilin membantu untuk menjaga bendungan terselip

cervically. (J) Karena gigi terisolasi dan mulut dilindungi, adalah mungkin untuk

membersihkan gigi dengan cahaya, semprot singkat bubuk aluminium oksida. (K)

Dibersihkan gigi. (L dan m) Meskipun semen perekat diri yang akan digunakan, margin

enamel adalah asam terukir dengan 37% ortofosfat asam selama 30 detik. (N) abutment

telah dibilas dengan air dan dikeringkan. (O) dual-curing resin semen telah

dipolimerisasi ringan selama beberapa detik pada kedua bukal dan sisi palatal. (P)

Kelebihan semen telah dihapus, dan polimerisasi cahaya akhir telah selesai. (Q) bukal

pandangan mahkota selesai. (R) Setelah 4 tahun in situ, sedikit perubahan warna terlihat

di margin.

ZNP, seng fosfat; GIC, glass ionomer; RMGIC, resin modied glass ionomer; DC, dual-

sembuh; CR, resin komposit; LC, cahaya-sembuh; CC, kimia sembuh.

✓, ditunjukkan; ✗, kontraindikasi; ?, Mungkin, tapi tidak ideal.

* Jika ketebalan restorasi tidak lebih dari 1 sampai 1,5 mm.


243
Sementasi mahkota tunggal

Meskipun prosedur sementasi dan bahan keramik kekuatan tinggi dibahas

dalam bab 9, penting untuk menekankan aspek-aspek kunci dari prosedur

sementasi untuk satu unit, restorasi keramik kekuatan tinggi. seleksi semen dan

kemampuan untuk mengisolasi abutment untuk melakukan prosedur sementasi

faktor benar terkait yang sangat infl pengaruh pemilihan bahan mahkota (Tabel 5-

3). Ketika prosthesis harus secara permanen disemen ke abutment alami, penting

untuk memberikan kondisi yang tepat untuk agen luting untuk mengatur secara

optimal. Sebagai contoh, seorang dokter tertarik untuk mengambil keuntungan

dari tembus unggul keramik kaca, sadar bahwa sementasi perekat yang tepat

diperlukan untuk meningkatkan kekuatan mereka sehingga mereka dapat

melakukan dengan baik secara klinis, mungkin ragu apakah untuk memilih materi

tersebut jika margin persiapan terletak apikal ke margin gingiva dan gingiva tidak

optimal sehat. Pada saat komposit resin sementasi telah menjadi begitu populer

dan diresepkan untuk setiap substrat palsu karena retensi unggul, kemasan

nyaman, dan mengurangi waktu pengaturan dibandingkan dengan seng fosfat dan

kaca-ionomer semen, masalah memilih agen luting yang terbaik untuk

intrasulcular persiapan masih merupakan dilema bagi banyak dokter. Pada

prinsipnya, agen luting harus fulfi ll, antara lain, beberapa persyaratan dasar:

menyediakan prostesis dengan retensi yang diperlukan; tahan terhadap

pembubaran; menyajikan kekuatan tinggi dalam ketegangan, geser, dan kompresi;

user friendly (kerja yang memadai dan terbenam); secara biologis diterima;

244
seharusnya tidak datang dalam kontak dengan air liur atau darah selama

pengaturan karena bagian dari semen dapat terkontaminasi sebelum memiliki

kesempatan untuk mengatur, dan segel di margin dapat dikompromikan. Jika

margin persiapan supragingiva atau margin gingiva, menjaga terisolasi cukup

sederhana (lihat Gambar 5-18i). Jika margin adalah intrasulcular, karet bendungan

isolasi mungkin sangat memakan waktu prosedur dan salah satu yang masih

mungkin tidak menjamin jumlah fl kontrol uid (Fig5-19).

Secara tradisional, mahkota logam-keramik telah disemen dengan seng

fosfat atau kaca-ionomer semen. Agen-agen yang sama telah direkomendasikan

untuk keramik nonetchable, alumina dan zirkonia. Kelemahan utama dari semen

ini kelarutan relatif tinggi pada tahap awal dari pengaturan dan mereka yang

berkepanjangan kali pengaturan. Dengan demikian, di hadapan fluida, itu adalah

kultus diffi untuk melindungi integritas mereka untuk waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai suffi sien negara tidak larut. Keuntungan dari semen resin adalah

bahwa mereka menetapkan lebih cepat; dalam kasus semen dual-sembuh resin,

sebagian cahaya-curing mereka berada dalam kendali operator. Beberapa dokter

merasa bahwa semen resin, oleh karena itu, dapat memberikan segel marjinal

lebih dapat diandalkan bahkan dalam kondisi yang kurang ideal.

Meskipun tidak ada scientifi c bukti bahwa segel optimal diperlukan untuk

meningkatkan umur panjang restorasi, kurangnya segel tersebut dapat

meningkatkan kerentanan.

245
Gambar 5-19 (a dan b) Meskipun jaringan gingiva sehat, penempatan intrasulcular

dari margin persiapan membuat sulit untuk isolasi ideal lapangan untuk

memungkinkan semen untuk mengatur dalam kondisi yang optimal. Dalam hal ini,

penggunaan semen resin komposit yang memiliki komponen cahaya-curing

mungkin menguntungkan karena semen dapat distabilkan segera setelah penempatan

restorasi dianggap memuaskan. (C dan E) Zirconia mahkota telah disemen dengan

246
diri perekat, semen dual-curing setelah kabel pencabutan ditempatkan di sulkus

setiap abutment. (Prosthetic bekerja dengan Luca Vailati, CDT, Tronzano


EBOOK

Examples of resin cements, their categorization, and products for the

pretreatment of the dental surfaces*

*Self-adhesive and self-cured cements are indicated for luting metal or metal-

ceramic, alumina, and zirconia crowns.

Contains MDP.

Can also be light-cured but, according to the manufacturer, only for an easier

removal of excess cement.

Manufacturers: RelyX materials, 3M ESPE; Clear l materials, Kuraray;

SpeedCem, Ivoclar Vivadent; Panavia materials, Kuraray; Variolink materials,

Ivoclar Vivadent; Enacem, Micerium; Multilink,

Ivoclar Vivadent.

247
patient to a failure because of the recurrence of secondary caries or loss of

retention. An optimal marginal seal is enhanced whenever the crown’s substrate

has been treated appropriately109 (Table 5-4), a proper fi eld isolation has been

provided, and the correct procedure has been carried out for the luting agent

selected (Table 5-5). Ideally, rubber dam should be applied, but, if the preparation

margin is intrasulcular and the gingiva is healthy, the placement of a retraction

cord may be clinically acceptable as well.

In addition, appropriate selection of the adhesive system is of utmost

importance, irrespective of manufacturer recommendation. Incompatibility and

permeability issues between simplifi ed adhesive systems (one-step self-etch and

two-step etch and rinse systems) and self- and dual-cure resin cements have been

extensively reported in the literature.110–113 Instead, conventional total-etch

three-step or two-step self-etch adhesive systems are indicated for cementation

with dual- or self-cure resin cements.108,114 Examples of resin cements, their

categorization, and products for the pretreatment of the

248
*Self-adhesive and self-cured cements are indicated for luting metal or metal-

ceramic, alumina, and zirconia crowns.

Contains MDP.

Can also be light-cured but, according to the manufacturer, only for an easier

removal of excess cement.

Manufacturers: RelyX materials, 3M ESPE; Clear l materials, Kuraray;

SpeedCem, Ivoclar Vivadent; Panavia materials, Kuraray; Variolink materials,

Ivoclar Vivadent; Enacem, Micerium; Multilink, Ivoclar Vivadent.

249
Appearance of the abutment

Because of the diff ering relative translucencies of different all-ceramic

materials (Fig 5-20), the color of the underlying structure may be of relevance in

the selection of the proper material. If the abutments are of normal color, the best

material to use may be the more translucent ones, that

is, the feldspathic and synthetic glass ceramics, especially if residual enamel is

preserved, at least around the preparation margin. With these materials, it is

possible to obtain an invisible margin between restoration and tooth substrate(Figs

5-21 and 5-22).

Discolored teeth, or teeth with metal posts or dark preprosthetic

restorations (Fig 5-23a), on the other hand, may need to be masked by an opaque

core. Studies on core translucency16,17 have pointed out the inadequacy of the

glass-ceramics to mask underlying dark-colored substrates.

However, the outcome depends also on the amount of space that the technician

has available on the buccal side for the crown, especially in the marginal area. If

the space exceeds 1.3 mm, there is a better chance to mask dark backgrounds with

the all-ceramic materials. Moreover, in recent years, a number of opaque cores

have been introduced in the disilicate family; these can reach the same degree of

250
All-ceramic materials may exhibit different translucencies at the same

thickness. Dental technicians must know the masking abilities of different

materials when there is a request to fabricate an all-ceramic restoration on a

discolored or metal substrate. This image highlights the different translucencies of

four lithium disilicate samples of the same thickness (0.8 mm) but of increasing

opacities. (Courtesy of Prof Daniel Edelhoff, Munich, Germany.)

251
(a) A 19-year-old patient requested the replacement of composite resin

restorations applied about 10 years earlier after a traumatic fracture of the two

central incisors as well as closure of the diastema. (b) The composite resin has

been removed, and the teeth have been prepared in enamel for porcelain veneers.

The preparation margin is supragingival in both teeth. (c) After adhesive

cementation of the two feldspathic ceramic veneers, the interface between the

supragingival restorations and the remaining tooth structure is hardly visible.

(Prosthetic work by Marco Cossu, CDT, Lugano, Switzerland.)

252
(a) A 30-year-old woman had a lemon-sucking habit for several years. When

eating and drinking started to cause severe sensitivity of her teeth, despite some

conservative attempts to cover the eroded tooth structure, the patient asked for a

more comprehensive approach. (b) To keep the mandibular incisors vital, after the

removal of the existing composite resin restorations, a very conservative

circumferential preparation of the incisors was carried out. The preparations end

about 1 mm coronal to the cementoenamel junction. (c) The leucite-based ceramic

crowns are shown shortly after cementation with a light-cured composite resin

cement. (Prosthetic work by Fabrizio Tordi, CDT, and Roberto Nobili, CDT,

Milan, Italy.) (d) The same restorations remain indistinguishable from remaining

tooth structure after 14 years in service. Masking as the polycrystalline ceramics

of similar thickness (Figs 5-23b and 5-23c).

It is extremely helpful for the technician to see the color of the prepared

teeth. The technician can be provided with photographic images of the prepared

abutments to allow him or her to evaluate their color to aid in the selection of the

material for the restoration. In esthetically demanding areas, it is strongly

suggested that the copings be tried inprior to the application of the veneering

ceramic (see Fig 5-23b).

When the abutment is very dark and the discoloration extends down the

root, often the esthetic result is inadequate even when a totally opaque material is

used, because the gingiva, especially if it is of a thin biotype, is unable to conceal

the grayish appearance115 (Fig 5-24). At times, when opaque cores are used to

raise the value of the restorations on endodontically treated teeth, even if the color

253
of the residual tooth structure seems to be in a normal range, a shadow is

generated in the cervical area (Fig 5-25). A possible solution may be to cut back

the core in the area of the buccal margin to allow more passage of light.

(a) The right central incisor presents a cast gold post and core and moderately

discolored cervical dentin, while the other three incisors are vital and have a

normal-colored substrate. This abutment has lost more tooth structure on the

buccal side than has the contralateral tooth; therefore, more space is available for

this crown. A glass-ceramic material will be used for all four crowns. (b) The try-

in of the all-ceramic copings reveals the difference in color of the coping for the

right central incisor compared to those for the other incisors. A more opaque and

higher value

254
blank has been used for the right central incisor. (c) The finished lithium disilicate

crowns have been cemented with a self-adhesive composite resin cement. The

color match at the crown is quite satisfactory, but at the gingival level, a grayish

look remains. (Prosthetic work by Luca Vailati, CDT, Tronzano Vercellese, Italy.)

(a) The left central incisor of this young woman not only has a cast gold post and

core but also presents an extremely dark dentin both at the supragingival and

subgingival levels. (b) Two alumina crowns have been manufactured for these

abutments. Despite the fact that the left crown is thicker

on the buccal side and has been cemented with an opaque luting agent, the

gingival area, as expected, displays a grayish shadow.

255
(a) A 37-year-old woman requested the replacement of her anterior crowns. (b)

The four incisor metal-ceramic crowns, inserted about 10 years earlier, are opaque

looking and have a visible dark margin. (c) The palatal view of the metal-ceramic

256
crowns reveals areas of exposed opaquer and the high metal collars. (d) All the

incisors had already been treated endodontically. The treatment seemed

incomplete, but no periapical lesion is visible. (e) A slit has been created in the

middle of each crown to allow them to be pried open with an instrument. (f ) After

removal of the crowns. (g) The lateral incisor crowns display signs of marginal

infiltration, but no caries is detected on the teeth.

257
(cont) (h) The preparations have been finalized. (i) All the teeth have been

endodontically retreated. New direct preprosthetic reconstructions have been

made with composite resin and the placement of glass-fiber posts. (j) Lithium

disilicate crowns. (k) On the palatal aspect, the lithium disilicate coping has been

left exposed because of the lack of space between the preparation and the

opposing dentition.

258
(l) The definitive crowns have been cemented with a self-adhesive, self-curing

composite resin cement. (m) Despite the use of a metal-free material, a slight gray

shadow is visible in the marginal area extending apically. (Prosthetic work by

Luca Vailati, CDT, Tronzano, Vercellese, Italy.) (n) Periapical radiographs of the

teeth with the definitive restorations in situ.

TRANSLATE

Perlakuan permukaan substrat prostetik yang berbeda untuk disamakan

dengan semen resin komposit

259
NA, tidak berlaku.
* Jangan gunakan asam ortofosfat untuk membersihkan permukaan dan
dekontaminasi paduan, keramik terukir, dan keramik polikristalin yang dicoba di
rongga mulut sesaat sebelum sementasi nal dengan semen resin komposit, karena
asam ortofosfat menonaktivasi permukaan substrat mahkota untuk sementasi resin
perekat .
Mengandung methacryloyloxydecyl dihydrogen phosphate (MDP).
Produsen: Rocatec Soft atau CoJet, 3M ESPE; Paduan Primer, Kuraray; Obligasi
Logam Signum, Heraeus Kulzer; Scotchbond Universal, 3M ESPE; Monobond
Plus, Ivoclar Vivadent; RelyX Ceramic
Primer, 3M ESPE; Clear l Ceramic Primer, Kuraray.

Pasien gagal karena kekambuhan karies sekunder atau hilangnya retensi.

Segel marginal yang optimal ditingkatkan setiap kali substrat mahkota telah

diperlakukan dengan tepat (Tabel 5-4), isolasi lapangan yang tepat telah

disediakan, dan prosedur yang benar telah dilakukan. untuk agen luting yang

dipilih (Tabel 5-5). Idealnya, rubber dam harus diterapkan, tetapi, jika margin

260
preparasinya intrasulcular dan gingiva sehat, penempatan tali retraksi dapat

diterima secara klinis juga.

Selain itu, pemilihan yang tepat dari sistem perekat adalah yang paling

penting, terlepas dari rekomendasi pabrikan. Masalah ketidaksesuaian dan

permeabilitas antara sistem perekat yang disederhanakan (sistem self-etch dan dua

langkah etch dan bilas satu langkah) dan semen resin self-dan dualcure telah

banyak dilaporkan dalam literatur. Sebagai gantinya, sistem etsa tiga-langkah atau

dua langkah self-etch perekat konvensional diindikasikan untuk sementasi dengan

semen resin ganda atau swa-polimerisasi. Contoh semen resin, kategorisasi

mereka, dan produk untuk pretreatment dari permukaan gigi

*Self-adhesive dan self-cured cements diindikasikan untuk luting logam atau


logam-keramik, alumina, dan zirconia crowns.
Berisi MDP.
Dapat juga disembuhkan dengan cahaya tetapi menurut produsen, hanya untuk
menghilangkan kelebihan semen dengan lebih mudah.

261
Pabrikan: Bahan RelyX, 3M ESPE; Bahan-bahan yang jelas, Kuraray; SpeedCem,
Ivoclar Vivadent; Materi Panavia, Kuraray; Bahan-bahan variolink, Ivoclar
Vivadent; Enacem, Micerium; Multilink,
Ivoclar Vivadent.

Penampilan abutment

Karena perbedaan translusen yang berbeda dari material keramik yang

berbeda, warna struktur yang mendasari mungkin relevan dalam pemilihan

material yang tepat. Jika penyangga berwarna normal, bahan terbaik untuk

digunakan mungkin yang lebih transparan, itu adalah keramik kaca feldspathic

dan sintetis, terutama jika sisa enamel diawetkan, setidaknya di sekitar margin

persiapan. Dengan bahan-bahan ini, dimungkinkan untuk mendapatkan margin

yang tidak terlihat antara restorasi dan substrat gigi.

Gigi yang berubah warna, atau gigi dengan postingan logam atau restorasi

pra-prostetik gelap (Gambar 5-23a), di sisi lain, mungkin perlu ditutupi oleh inti

buram. Studi tentang translucency inti, telah menunjukkan ketidakcukupan dari

kaca-keramik untuk menutupi substrat gelap berwarna yang mendasari. Namun,

hasilnya juga bergantung pada jumlah ruang yang tersedia teknisi pada sisi buccal

untuk mahkota, terutama di area marginal. Jika ruang melebihi 1,3 mm, ada

kesempatan yang lebih baik untuk menutupi latar belakang gelap dengan material

serba keramik. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah inti buram

telah diperkenalkan dalam keluarga yang tidak berkilau; ini bisa mencapai tingkat

yang sama

262
Semua material keramik mungkin menunjukkan translucencies yang berbeda pada

ketebalan yang sama. Teknisi gigi harus mengetahui kemampuan menyamarkan

bahan yang berbeda ketika ada permintaan untuk membuat restorasi semua

keramik pada substrat logam atau adhwal atau logam. Gambar ini menyoroti

translucencies yang berbeda dari empat sampel lithium disilicate dengan ketebalan

yang sama (0,8 mm) tetapi meningkatkan opasitas. (Sumber dari Prof Daniel

Edelhoff, Munich, Jerman.)

263
Seorang pasien 19 tahun meminta penggantian restorasi resin komposit diterapkan

sekitar 10 tahun sebelumnya setelah fraktur traumatis dari dua gigi seri pusat serta

penutupan diastema. (B) Resin komposit telah dihapus, dan gigi telah disiapkan

dalam enamel untuk por- veneer celain. Margin persiapan supragingival di kedua

gigi. (C) Setelah sementasi perekat dari dua lapisan keramik feldspathic,

antarmuka antara restorasi supragingiva dan struktur gigi yang tersisa hampir

tidak terlihat. (Pekerjaan Prostetik oleh Marco Cossu, CDT, Lugano, Swiss.)

264
(A) Seorang wanita 30 tahun memiliki kebiasaan mengisap lemon selama

beberapa tahun. Ketika makan dan minum mulai menyebabkan sensitivitas yang

parah pada giginya, meskipun beberapa upaya konservatif untuk menutupi

struktur gigi yang terkikis, pasien meminta pendekatan yang lebih komprehensif.

(b) Untuk menjaga gigi-geligi insisivus rahang bawah tetap vital, setelah

pengangkatan restorasi resin komposit yang ada, preparasi sirkumferensial yang

sangat konservatif dilakukan. Persiapan akhir sekitar 1 mm koronal ke

persimpangan cementoenamel. (c) Mahkota keramik yang berbahan leucit

ditunjukkan tidak lama setelah sementasi dengan semen resin komposit yang

dikeringkan dengan cahaya. (Pekerjaan prostetik oleh Fabrizio Tordi, CDT, dan

265
Roberto Nobili, CDT, Milan, Italia.) (D) Restorasi yang sama tetap tidak dapat

dibedakan dari struktur gigi yang tersisa setelah 14 tahun dalam pelayanan.

masking sebagai keramik polikristalin dengan ketebalan yang sama (Gambar 5-

23b dan 5-23c)

Ini sangat membantu bagi teknisi untuk melihat warnanya dari gigi yang

disiapkan. Teknisi dapat dilengkapi dengan gambar-gambar fotografi dari

penyangga yang dipersiapkan untuk memungkinkan dia mengevaluasi warna

mereka untuk membantu pemilihan material untuk restorasi. Di daerah yang

sangat menuntut, sangat disarankan bahwa copings dicoba sebelum penerapan

keramik veneer (lihat Gbr. 5-23b).

Ketika abutment sangat gelap dan perubahan warna meluas ke akar, seringkali

hasil estetika tidak memadai bahkan ketika bahan yang benar-benar buram

digunakan, karena gingiva, terutama jika itu adalah biotipe tipis, tidak mampu

menyamai penampilan keabu-abuan (Gambar 5-24). Kadang-kadang, ketika inti

opaque digunakan untuk menaikkan nilai restorasi pada gigi yang dirawat

endodontik, bahkan jika warna struktur gigi sisa tampaknya berada dalam kisaran

normal, bayangan dihasilkan di area servikal (Gambar 5-25). ). Solusi yang

mungkin mungkin untuk memotong kembali inti di area margin bukal untuk

266
memungkinkan lebih banyak bagian cahaya.

(a) Insisivus sentral kanan menyajikan pasak dan inti emas cor dan dentin servikal

yang agak berubah warna, sementara tiga gigi seri lainnya bersifat vital dan

memiliki substrat yang berwarna normal. Abutment ini telah hilang lebih banyak

struktur gigi pada sisi bukal daripada gigi kontralateral; oleh karena itu, lebih

banyak ruang tersedia untuk mahkota ini. Bahan kaca-keramik akan digunakan

untuk keempat mahkota. (b) Upaya mengatasi semua keramik mengungkapkan

perbedaan warna mengatasi untuk gigi insisivus sentral kanan dibandingkan

dengan gigi seri lainnya. Nilai kosong yang lebih buram dan lebih tinggi telah

digunakan untuk gigi insisivus sentral kanan. (c) Lis disiliki lithium yang telah

selesai disemen dengan semen komposit perekat diri. Pencocokan warna pada

267
mahkota cukup memuaskan, tetapi pada tingkat gingiva, tampilan keabu-abuan

tetap ada. (Pekerjaan Prostetik oleh Luca Vailati, CDT, Tronzano Vercellese,

Italia.)

(a) Insisivus sentralis kiri wanita muda ini tidak hanya memiliki pasak dan inti

emas tetapi juga menghadirkan dentin yang sangat gelap baik pada tingkat

supragingiva dan subgingival. (b) Dua mahkota alumina telah dibuat untuk

penyangga ini. Terlepas dari kenyataan bahwa mahkota kiri lebih tebal pada sisi

bukal dan telah disemen dengan agen luting buram, area gingival, seperti yang

diharapkan, menampilkan bayangan keabu-abuan

268
269
(A) Seorang wanita 37 tahun meminta penggantian mahkota anteriornya. (b)

Keempat mahkota logam-keramik gigi insisivus, yang dimasukkan sekitar 10

tahun sebelumnya, tampak buram dan memiliki margin gelap yang terlihat. (c)

Tampilan palatal mahkota logam-keramik mengungkapkan area-area yang terkena

opaquer dan kerah logam tinggi. (d) Semua gigi seri telah dirawat secara

endodontik. Perawatan tampak tidak lengkap, tetapi tidak ada lesi periapikal yang

terlihat. (e) Sebuah celah telah dibuat di tengah-tengah setiap mahkota untuk

memungkinkan mereka untuk dibuka dengan instrumen. (f) Setelah pengangkatan

mahkota. (g) Tulang gigi incisor lateral menunjukkan tanda-tanda infiltrasi

marginal, tetapi tidak ada karies yang terdeteksi pada gigi

270
(h) Persiapan telah selesai. (i) Semua gigi telah ditarik secara endodontik.

Rekonstruksi preprostetik baru langsung telah dibuat dengan resin komposit dan

tempat posting serat kaca. (j) Lithium disillicate crowns. (k) Pada aspek palatum,

coping lithium disilicate dibiarkan terbuka karena kurangnya ruang antara

preparasi dan gigi berlawanan

271
(l) Mahkota definitif telah disemen dengan semen komposit self-adhesive dan

self-curing. (m) Meskipun menggunakan bahan yang bebas dari logam, sedikit

bayangan abu-abu terlihat di area marginal yang memanjang secara apikal.

(Pekerjaan prostetik oleh Luca Vailati, CDT, Tronzano, Vercellese, Italia.) (N)

Radiografi periapikal gigi dengan restorasi definitif in situ.

272
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat rapuh, tetapi

mempunyai sifat translusen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana

pembakarannya dengan temperature yang tinggi. Porcelain adalah bahan

keramik yang terbuat dari kaolin, feldspar, silica, dan berbagai pigmen.

Sifat porselen secara umum terbagi menjadi:

1. Sifat fisis

2. Sifat kimia

3. Sifat mekanis

4. Sifat estetis

5. Sifat pourus

6. Sifat thermal

B. SARAN

Kami mengharapkan adanya kritikan atau saran yang dapat

membangun untuk melengkapi makalah ini

273
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K. J., 2003, Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, 10th ed,
Penerbit Buku Kedokteran

Craig, R.G and Powers,J.M .2002. Restorative Dental Materials. 11th ed, St.
Louis, Baltimore
McCabe, JF dan Walls, Angus WG. 2008. Applied Dental Materials 9th ed.
Victoria : Blackwell, Inc.

Manappallil, John, 2010. Basic Dental Material, 3rd edition New Delhi Jaypee
Brother Medical Publishing.

Powers J.M., Sakaguchi R.L., eds. Bahan Gigi Pemulihan Craig, edisi dua belas.,
St. Louis: Mosby Elsevier, 2006. (Lihat Bab 18).

Van Noort R. 2007.Pengantar Bahan Gigi, edisi ketiga. Edinburgh: Mosby


Elsevier, (Lihat Bab 3.4, 3.5, 3.6 dan 3.7).

274

Anda mungkin juga menyukai