Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANALISIS FUNGSIONAL PADA ORTODONTI


1) Path of Closure
Posisi istirahat merupakan posisi normal mandibula dalam hubungannya
dengan kerangka muka bagian atas. Otot yang bekerja pada mandibula dalam
keadaan relasksi dan kondili mandibula pada posisi retrusi pada fosa
glenoidalis. Posisi istirahat ditentukan oleh panjang anatomis otot yang
bekerja pada mandibula (Rahardjo, 2011). Path of closure adalah arah gerakan
mandibula dari posisi istirahat ke oklusi sentrik. Idealnya path of closure dari
posisi istirahat ke posisi oklusi maksimum berupa gerakan engsel sederhana
melewati freeway space yang besarnya 2-3 mm, arahnya ke atas dan ke depan.
Freeway space = interocclusal clearance adalah jarak antarklusal pada saat
mandibula dalam posisi istirahat (Rahardjo, 2011). Menurut Rahardjo (2011),
ada 2 macam perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi
mandibula dan displacement mandibula.
2) Deviasi Mandibula
Keadaan ini berhubungan dengn posisi kebiasaan mandi. Bila mandibula
dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan
kondili letaknya maju di dalam fosa glenoidales. Arah path of closure adalah
ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi mandibula
terletak dalam relasi sentrik (kondili dalam keadaan posisi normal pada fosa
glenoidalis) (Rahardjo, 2011).
3) Displacement Mandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
prematur dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan
hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang
displacement dapat terjadi selama pertumbuhan geligi. Pada beberapa keadaan
displacement terjadi pada fase geligi sulung, kemudian pada saat gigi
permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot ke letak yang
memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat juga terjadi pada
usia lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan
hilangnya gigi posterior akibat pencabutan (Rahardjo, 2011)
4) Temporo mandibular Joint (TMJ)
Adalah gerakan mandibula saat membuka dan menutup mulut .
Cara pemeriksaan :
- penderita didudukkan pasa posisi intirqhar
- diletakkan kedua jari telunjuk operator dibagian luar meatus acusticus
externa kiri dan kanan penderita
- penderita di instruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya.
5) Pola Atrisi
Keausan gigi dibandingan usia pasien
Tidak normal : bila terjadi pengikisan dataran oklusal gigi permanen pada usia
fase gigi geligi pergantian (usia muda).
2.2. ANALISIS MODEL PADA ORTODONTI
1) Bentuk lengkung
Model dilihat dari oklusai kemudian diamati bentuk lengkung geligi.Bentuk
lekung geligi yang normal adalah berbentuk parabola; ada beberapa bentuk
lekung geligi yang tidak normal misalnya lebar, menyempit di daerah anterior
dan lain-lain (Rahardjo, 2011).
Bentuk lengkung geligi ini berhubungan dengan bentuk kepala misalnya
pasien dengan bentuk kepala brakisefalik cenderung mempunyai bentuk geligi
yang lebar (Rahardjo, 2011).
2) Diskrepansi Model (DM)
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antaratempat yang tersedia
(available space) dengan lempat yang dibutuhkan (required space).
Diskrepansi pada model merupakan bagian dari diskrepansi total yang terdiri
atas: diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik, kedalaman kurva Spee dan
pergeseran molar ke mesial. Diskrepansi pada model digunakan untuk
menentukan macam perawalan pasien tersebut, apakah termasuk perawatan
pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi permanen (Rahardjo,
2011).
Untuk mengetahui diskrepansi pada model perlu diketahui tempat yang
tersedia dan tempat yang dibutuhkan. Pengertian tempat yang tersedia
available space adalah tempat di sebelah mesial molar pertama permanen kiri
sampai mesial molar pertama permanen kanan yang akan ditempati gigi-gigi
permanen (premolar kedua kiri sampai premolar kedua kanan) dalam
kedudukan/letak yang benar (Rahardjo, 2011).
Ada berbagai cara untuk mengukur tempat yang tersedia. Salah satu cara untuk
mengukur tempat yang tersedia di rahang atas adalah dengan membuat
lengkungan dari kawat tembaga (brass wire) mulai dari mesial molar pertama
permanen kiri melewati fisura gigi-gigi di depannya terus melewati insisal
insisivi yang letaknya benar terus melewati fisura gigi-gigi posterior sampai
mesial molar pertama permanen sisi kanan. Kawat ini kemudian diluruskan
dan diukur panjangnya. Panjang kawat ini merupakan tempat yang tersedia.
Untuk rahang bawah lengkung kawat tidak melewati fisura gigi posterior
tetapi lewat tonjol bukal gigi posterior rahang bawah (Rahardjo, 2011).
3) Curve of spee
Lengkung yang menghubungkan insisal insisivi dengan bidang oklusal molar
terakhir pada rahang bawah. Pada keadaan normal kedalamannya tidak
melebihi 1,5 mm. Pada kurva Spee yang positif (bentuk kurvanya jelas dan
dalam) biasanya didapatkan gigi insisivi yang supra posisi atau gigi posterior
yang infra posisi atau gabungan kedua keadaan tadi (Rahardjo, 2011).
Kurva Spee adalah kurva dengan pusat pada suatu titik di tulang lakrimal
(Lakrimal) dengan radius pada orang dewasa 65-70 mm. Kurva ini berkontak
di empat lokasi yaitu permukaan anterior kondili, daerah kontak distooklusal
molar ketiga, daerah kontak mesiooklusal molar pertama dan tepi insisisal.
Mungkin karena sampel yang dipakai berbeda dengan peneliti (Hitchcock,
Dale) mencoba mengukur sesuai dengan yang dilakukan oleh Spee, tetapi
tidak memperoleh hasil yang sama dengan Spee (Rahardjo, 2011).
4) Diastema
Ruang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva di antara gigi-gigi kelihatan.
Adanya diastema pada fase geligi pergantian masih merupakan keadaan
normal, tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen perlu diperiksa lebih
lanjut untuk mengetahui apakah keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak
normal (Rahardjo, 2011).
5) Pergeseran gigi-gigi
Cara pengukuran :
Dengan menggunakan simestroskop yang diletakkan ditengah garis median
gigi pada model studi, kemudian dibandingkan antara gigi senama kiri dan
kanan.
6) Gigi yang terletak salah
Pemeriksaan dilakukan pada gigi secara individu. Menurut Angle (1907)
dengan diketahuinya kelainan letak gigi secara individu dapat direncanakan
perawatan untuk meletakkan gigi tersebut pada letaknya yang benar.
Penyebutan letak gigi yang digunakan di antaranya adalah sebagai berikut.
 Versi : mahkota gigi miring ke arah tertentu tetapi akar gigi
tidak(misalnya mesioversi, distoversi, labioversi, linguoversi).
 Infra oklusi : gigi yang tidak mencapai garis oklusal dibandingkan dengan
gigi lain dalam lengkung geligi.
 Supra oklusi : gigi yang melebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi
lain dalam lengkung geligi.
 Rotasi : gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau eksentris.
 Transposisi : dua gigi yang bertukar tempat, misalnya kaninus
menempatitempat insisivi lateral dan insisivi lateral
menempatitempatkaninus.
 Ektostema : gigi yang terletak di luar lengkung geligi (misalnya
kaninusatas).
Cara penyebutan lain seperti yang dianjurkan Lischer untuk gigi secara
individual adalah sebagai berikut:

 Mesioversi : mesial terhadap posisi normal gigi


 Distoversi : distal terhadap posisi normal gigi
 Linguoversi : lingual terhadap posisi normal gigi
 Labioversi : labial terhadap posisi normal gigi
 Infravesi : inferior terhadap garis oklusi
 Supravesi : superior terhadap garis oklusi
 Aksiversi : inklinasi aksial yang salah (tipped)
 Torsiersi : berputar menurut sumbu panjang gigi
 Transbersi : perubahan urutan posisi gigi

Kelainan letak gigi dapat juga merupakan kelainan sekelompok gigi.

 Protrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya


terhadap garis maksila > 1100 untuk rahang bawah sudutnya > 900
terhadap garis mandibula.
 Retrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya
terhadap garis maksila < 1100 untuk rahang bawah < 900
 Berdesakan : gigi yang tumpang tindih
 Diastema : terdapat ruangan diantara dua gigi yang berdekatan.
7) Pergeseran Garis Median
Cara pengukuran :
1. penderita diinstruksikan dalam posisi oklusi sentris
2. ditarik garis imaginer yang menghubungkan antara GLABELLA -
PHILTRUM – SYMPHISIS (merupakan garis median muka) kemudian
diproyeksikan ke garis median gigi.
3. Kemudian gambaran yang didapat dari penderita dipindahkan ke model
studi penderita serta dicatat kunci oklusinya.
Apabila garis median gigi berada dalam satu garis lurus dengan garis median
muka, berarti. Apabila garis median gigi berada tidak dalam satu garis lurus
dengan garis median muka, berarti terjadi pergeseran garis median.
2.3. DEFINISI ORTODONTI LEPASAN
Alat Ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan
dilepas sendiri oleh pasien (Issacson and Muir, 2002). Alat ortodontik lepasan dapat
dipilih sebagai alat untuk merawat kelainan gigi, apabila kelainan gigi pasien tidak
terlalu kompleks hanya diakibatkan oleh letak gigi yang menyimpang pada lengkung
rahangnya sedangkan keadaan rahangnya masih normal, umur pasien diatas enam
tahun merupakan umur yang dianggap sudah cukup mampu mendapatkan perawatan
alat ortodontik ini (Irwansyah, 2011).
Menurut Isaacson dkk, dinyatakan bahwa piranti ortodontik lepasan adalah
piranti yang pemakaiannya bisa dipasang dan dilepas oleh pasien, mempunyai
kemampuan perawatan yang lebih sederhana dibanding dengan alat cekat, dianggap
sebagai alat fungsional, karena alat ini hampir selalu dilepas. Piranti ini
mempengaruhi otot-otot orofasial dan perkembangan dentoalveolar.
2.4. BAGIAN-BAGIAN DARI ORTODONTI LEPASAN
Perawatan dengan alat lepasan Alat ortodontik lepasan adalah alat yang dapat
diaplikasikan dan dilepas oleh pasien. Terdapat empat komponen yang harus dimiliki
sebuah alat ortodontik lepasan, yaitu komponen aktif, komponen retentif, komponen
penjangkar, dan plat dasar. Alat ini membutuhkan fleksibilitas jumlah waktu pasien
dalam pemakaian dan memberikan pilihan penggunaan spring untuk pegerakan minor
gigi.
1. Komponen aktif
Terdiri dari pir-pir pembantu/auxilliary springs, sekrup ekspansi (expansion
screw), dan karet elastik (elastic rubber).
2. Komponen rententif
Terdiri dari klamer/clasp, busur labial dalam keadaan pasif, dan kait/hook.
Retensi adalah tahanan terhadap perubahan letak piranti lepasan arah vertikal
(mencegah piranti terlepas dari tempatnya). Retensi didapatkan pada undercut
gigi yang diberi cangkolan (clasp) ataupun busur. Komponen retentif utama pada
piranti lepasan adalah cangkolan Adams (Adams’ clasp) (Rahardjo, 2009).
3. Komponen penjangkar
Terdiri dari klamer-klamer dan modifikasinya, busur labial dalam keadaan pasif,
dan verkeilung (Sulandjari, 2008). Penjangkaran adalah daya yang menahan
reaksi kekuatan yang diberikan oleh komponenkomponen aktif piranti ortodonti
lepasan. Penjangkaran harus memiliki kekuatan yang minimal sama atau lebih
besar dengan kekuatan dari komponen-komponen aktif piranti namun memiliki
arah yang berlawanan.
4. lempeng akrilik.
Bagian terbesar dari piranti ortodonti lepasan adalah lempeng akrilik (baseplate).
Lempeng akrilik ini biasanya terbuat dari cold cured acrylic. Pembuatannya lebih
cepat dan relatif murah bila dibandingkan dengan heat cured acrylic, namun
kekurangannya adalah ada sisa monomer dan kekuatannya rapuh atau lemah
(Rahardjo, 2009)
2.5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ORTODONTI LEPASAN
Keuntungan Kerugian
1. Memungkinkan pasien dalam mempertahankan oral hygiene yang baik selama
perawatan ortodontik, serta menjaga kebersihan piranti ortodontik
sendiri.Kerjasama pasien sangat dibutuhkan untuk kesuksesan perawatan
2. Kebanyakan maloklusi membutuhkan tipe pergerakan gigi tipping dan dapat
dirawat dengan piranti lepasan.Piranti lepasan hanya dapat membuat gerakan
tipping pada gigi. Hal ini adalah keterbatasan utama piranti lepasan.
3. Banyak pergerakan gigi seperti tipping, mengurangi over bite dapat
diatasi.Dibutuhkan durasi perawatan yang panjang pada maloklusi yang parah.
4. Piranti lepasan dibuat di laboratorium, sehingga waktu untuk orthodontist dalam
melakukan perawatan lebih efisien.Rotasi gigi yang banyak sulit dirawat dengan
piranti lepasan.
5. Karena piranti lepasan mengambil hanya sedikit waktu orthodontist dalam
melakukan perawatan, orthodontist dapat menangani lebih banyak pasien.Pada
kasus yang membutuhkan ekstraksi, sangat sulit untuk menutup ruang dengan
memajukan gigi posterior.
6. Piranti lepasan membuat pergerakan tipping gigi. Semakin kecil gaya yang
digunakan dari pada yang dibutuhkan untuk pergerakan bodily. Karena gaya yang
dibutuhkan kecil maka strain pada gigi penjangkar lebih kecil dibandingkan
dengan yang dipakai untuk piranti ortodontik cekat.Kemungkinan pasien
menghilangkan atau merusak piranti ortodontik lebih banyak
7. Dapat digunakan oleh dokter gigi umum yang telah mendapatkan pelatihan yang
memadai. Hal ini membuat spesialis dapat lebih focus pada kasus yang lebih
sulit.Pasien harus memiliki keterampilan yang cukup untuk memasang dan
melepas piranti lepasan tanpa merusaknya.
8. Pembuatan piranti lepasan membutuhkan biaya yang sedikit.Tidak dapat
digunakan untuk merawat kasus parah maloklusi Klas II dan Klas III dengan pola
pertumbuhan yang tidak benar (unfavorable).
9. Relatif lebih murah disbanding piranti cekat.
10. Karena hanya membutuhkan sedikit waktu orthodontist saat perawatan dan lebih
murah, piranti lepasan dapat digunakan pada komunitas berbasis program dengan
jumlah pasien yang banyak.
11. Piranti lepasan lebih tidak mencolok disbanding piranti cekat.
12. Piranti yang rusak memberikan gaya yang tidak diinginkan dapat dilepaskan
sendiri oleh pasien.
(Ardhana, 2011)
2.6. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ORTODONTI LEPASAN
Indikasi perawatan ortodonti adalah (Marini MG, Greghi SLA dkk 2004:250255):

 Gigigigi menyebabkan kerusakan jaringan lunak, contohnya dapat menyebabkan


food impaction
 Gigi berjejal dan tidak teratur menyebabkan faktor predisposisi dari penyakit
periodontal/penyakit gigi
 Penampilan pribadi kurang baik akibat posisi gigi.
 Posisi gigi menghalangi proses bicara yang normal.
 Pasien kooperatif dengan kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi baik
 Maloklusi dengan pola skelet kelas I dengan disertai letak kelainan gigi berupa
jarak gigit besar
 Gigitan terbalik karena kesalahan inklinasi
 Malposisi gigi tetapi akar gigi terletak pada tempat yang benar
 Kelainan jurusan bukolingual.

Untuk kontraindikasi dari orthodonsi adalah (Sunnati, Masulili SL. 2008:207212) :

 Prognosa dari hasil perawatan tersebut buruk sebab pasien kurang/tidak


kooperatif
 Perawatan akan mengakibatkan perubahan bentuk gigi.
 Perawatan akan mengganggu proses erupsi gigi permanen.

2.7. KELAINAN YANG TERDAPAT PADA SKENARIO


1) Diastema
Diastema adalah suatu ruang yang terjadi diantara dua buah gigi yang berdekatan.
Diastema merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung
rahang. Bisa terjadi di anterior maupun di posterior, bahkan bisa mengenai
keduanya (Hadi et al, 2016). 
2) Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasisentrik terdapat
kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligimaksila terhadap gigi
geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atausetengah rahang, sekelompok
gigi, atau satu gigi saja (Rahardjo, 2009). Gigi berjejal ringan (mild crowded),
yaitu kekurangan ruangan sebesar 2-3 mm

Anda mungkin juga menyukai