Anda di halaman 1dari 10

NAMA : SONIA YUSI MAULIDIA

NIM : 021923143071
HARI KERJA : SENIN PAGI
INSTRUKTUR : ALIDA., drg., M.Kes., Sp.Ort (K)

SOAL
a. Penjelasan secara lengkap mengenai pengisian status pasien (analisa kasus) dengan
penjelasan
b. Analisa tracing sefalometri pada kertas kalkir dengan keterangan lengkap
c. Analisa model dengan keterangan lengkap
d. Tahapan cara aktivasi dan insersi di setiap piranti lepasan
e. Tahapan aktivasi dan kontrol pasien dengan kasus maloklusi kelas I pada fase geligi
pergantian

JAWABAN

a. Pengisian status dimulai dari menanyakan identitas pasien seperti nama, usia,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, dan keluhan utama. Secara garis besar data ortodontik
bisa didapatkan secara langsung dari melakukan tanya jawab dengan pasien atau orang
tua pasien yang biasa disebut anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien. Data tidak
langsung didapatkan dari evaluasi rekam ortodontik yaitu model studi, foto rontgen
periapikal atau panoramik, foto ekstra dan intra oral, dan untuk kasus yang khusus dapat
dilakukan sefalogram. Kemudian dilanjutkan beberapa analisis untuk menegakkan
diagnosa yaitu analisis umum, analisis lokal, analisis fungsional, analisis model, dan
analisis sefalometri. Semua data dicatat pada status yang dibuat khusus untuk pasien
ortodontik.
Analisis umum mencakup riwayat pasien, berat badan, tinggi badan, ras,
kelainan endokrin, pernah melakukan tindakan operasi, tonsil, alergi, kebiasaan
bernafas, bentuk skeletal, penyakit yang disertai, serta ciri keluarga yang berkaitan
dengan maloklusi. Untuk analisis lokal mencakup ekstra oral dan intra oral, keadaan
geligi, dan keterangan foto panoramik. Untuk analisis fungsional mencakup free way
space, path of closure, sendi temporomandibular, dan displacement mandibula.
Analisa model gigi mencakup bentuk lengkung gigi, diskrepansi pada model, kurva
spee, diastema, simetri gigi-gigi, gigi yang terletak salah, pergeseran garis median,
relasi gigi, dan kemungkinan etiologi. Terakhir, analisa sefalometri untuk menentukan
kelainan skeletal, letak gigi, profil dan lain-lain.
b. Foto sefalogram merupakan rekam ortodonti yang sangat berguna untuk menentukan
kelainan skeletal, letak gigi, profil dan lain-lain. Untuk mengidentifikasi titik-titik pada
sefalogram sebaiknya dikenali labih dahulu titik-titik pada tengkorak manusia.
 S (Sella) : terletak di tengah sela tursika
 N (Nasion) : terletak pada perpotongan bidang sagital dengan sutura
frontonasalis
 SNA (Spina Nasalis Anterior)
 SNP (Spina Nasalis Posterior)
 A (Subspinale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas secara
teoritis merupakan batas tulang basal maksila dan tulang alveolaris
 B (Supramentale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang bawah
secara teori merupakan batas tulang basal mandibula dan tulang alveolaris.
 Go (Gonion) : titik tengah pada lengkungan sudut mandibula di antara ramus
dan korpus.
 Me (Menton) : titik terendah pada dagu
c. Analisis model studi merupakan rekam ortodonti yang paling sering digunakan untuk
menganalisis suatu kasus dan memberikan banyak informasi. Analisis model studi
mencakup:
1. Bentuk rahang dapat berbentuk parabola, lyra, dan omega.
2. Jumlah lebar mesio distal 4 insisivius rahang atas di mana lebar normalnya
sekitar 28-36 mm
3. Diskrepansi yaitu perbedaan tempat yang tersedia dengan tempat yang
dibutuhkan. Tempat yang tersedia yaitu tempat di sebelah mesial molar
pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama permanen kanan yang
akan ditempati gigi-gigi permanen dalam letak yang benar.
4. Diastema yaitu ruang antar gigi yang berdekatan. Adanya diastema pada fase
geligi pergantian merupakan suatu hal yang normal.
5. Gigi yang terletak salah seperti versi (mahkota gigi yang miring ke arah tertentu
tetapi akar tidak condong), gresi (mahkota dan akar sama-sama bergerak ke
arah tertentu), rotasi (berputar pada sumbu panjang gigi), transposisi (dua gigi
yang bertukar tempat, ektostema (gigi yang terletak di luar lengkung geligi),
infraposisi (gigi yang tidak mencapai bidang oklusal dibandingkan gigi lain
dalam lengkung yang sama), dan supraposisi (gigi yang melebihi bidang
oklusal dibandingkan gigi lain dalam lengkung gigi).
6. Pergeseran garis median  garis median rahang berhimpit dengan garis
median wajah  glabela, subnasale, dan pogonion.
7. Simetri gigi dengan menggunakan simetroskop yang dimulai dari transversal
baru sagital.
8. Kelainan kelompok gigi seperti crowding, supraposisi, protrusi, dan retrusi.
9. Kurva spee  lengkung yang menghubungkan insisal insisivus dengan bidang
oklusal molar terakhir pada rahang bawah.
10. Relasi gigi posterior:
 Sagital (neutroklusi  tonjol mesiobukal M1 permanen atas terletak
pada lekukan bukal M1 permanen bawah. Distoklusi  tonjol
mesiobukal M1 permanen atas terletak di antara tonjol mesiobukal M1
permanen bawah dan premolar kedua. Mesioklusi  tonjol
mesiobukal M1 permanen atas terletak pada tonjol distal M1 permanen
bawah. Gigitan tonjol  tonjol mesiobukal RA beroklusi dengan
tonjol mesiobukal RB).
 Transversal  Pada keadaan normal relasi transversal gigi posterior
adalah gigitan fisura luar rahang atas oleh karena rahang atas lebih
lebar dibandingkan dengan rahang bawah. Selain itu juga terdapat
gigitan silang total luar rahang atas, gigitan fisura dalam rahang atas,
dan gigitan silang total dalam rahang atas.

Relasi gigi anterior:

 Untuk relasi gigi anterior yaitu arah sagital dan vertikal. Relasi arah
sagital yaitu jarak gigit (jarak horizontal antara insisal insisivus RA
dengan bidang labial insisivus RB) sedangkan relasi gigi anterior arah
vertikal yaitu tumpang gigit (jarak vertikal antara insisal insisivus RA
dengan insisal insisivus RB).
d. Macam-macam piranti lepasan
Pegas palatal:
1) Simple spring / cantilever spring
Diameter kawat 0,5-0,6 mm. Lengan pegas di atas titik kontak dan tidak
mengganggu oklusi, tidak menempel gusi, bagian labial sejajar permukaan
insisal sepanjang 1/3 mesio-distal gigi. Aktivasi dengan menggerakkan lengan
pegas kurang lebih 1 mm kearah pergerakan atau memperbesar koil (bila
menggunakan koil).
2) Pegas kantilver ganda
Lengan pegas harus selebar mesiodistal insisivus yang digerakkan agar tidak
kaku. Pegas harus tegak lurus pada permukaan palatal gigi yang didorong.
Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang di dekat koil dan jauh
dari gigi kemudian ujung lainnya yang mengenai gigi.
3) Pegas T
Prinsip mekanika dari pegas T sama dengan pegas kantilever, tetapi kelenturan
pegas T berkurang karena tidak mempunyai koil. Aktivasinya dilakukan dengan
cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik. Pegas ini kaku dan hanya perlu
diaktivasi sedikit.
4) Pegas Coffin
Sebelum pegas diaktivasi, lempeng akrilik perlu diberi tanda dengan membor
sedikit masing-masing satu titik di samping belahan lempeng akrilik. Untuk
mengaktivasi jangan menggunakan tang tetapi menggunakan tangan untuk
menarik kedua bagian akrilik arah anterior ke lateral. Kemudian diukur jarak
dua titik tersebut yang harus lebih besar daripada sebelum diaktivasi.

Pegas bukal:

5) Pegas bukal tanpa penyangga (Self-supporting buccal spring)


Koil pegas bukal tanpa penyangga terletak tepat di distal dari sumbu panjang
gigi. Kaki pegas turun melalui tengah-tengah mahkota kemudian melingkarinya
dan ujungnya kontak dengan daerah mesial gigi. Kaki distal pegas masuk ke
dalam akrilik melalui titik kontak premolar pertama dan kedua. Aktivasi pegas
hanya sebesar 1 mm untuk menghindari kekuatan yang berlebihan. Aktivasi ke
distal paling efektif apabila lengan depan ditarik ke distal dan koil ditahan
dengan tang pembentuk lup. Pasien dilatih untuk menaruh ujung pegas pada
tempat yang benar.
6) Retraktor bukal berpenyangga (Supported buccal retractor)
Pegas ini cukup diaktivasi sebesar 2 mm dengan cara aktivasi yang sama dengan
pegas bukal tanpa penyangga.
7) Retraktor bukal dengan lup terbalik
Pegas ini biasanya digunakan pada kasus di mana sulkus bukal rendah. Cara
aktivasinya dengan membengkokkan ujung pegas dan memotongnya sebesar 1
mm.

Busur labial:

8) Retraktor Roberts
Busur ini dapat diaktivasi sampai 3 mm karena busur ini lentur dan memberikan
kekuatan ringan. Tempat aktivasi jangan pada bagian kawat yang baru keluar
dari tabung. Busur diaktivasi pada lengan pegas vertikal di bawah koil.
9) Busur labial dengan lup U
Busur labial ini memberikan kekuatan yang besar meskipun diaktivasi hanya
sedikit yang dapat menyebabkan kehilangan penjangkaran. Aktivasi dengan
cara memegang lup menggunakan tang kemudian sempitkan lup. Lengan
horizontal lup akan bergerak ke insisal bila diaktivasi.

Sekrup Ekspansi
Cara aktivasi sekrup ekspansi dengan memutar sekrup menggunakan kunci
yang telah tersedia sesuai dengan arah putaran yang biasanya berupa tanda
panah dan dilakukan sebesar ¼ putaran seminggu sekali.
e. Untuk kasus maloklusi kelas I Angle pada fase geligi pergantian yang harus
diperhatikan adalah memilih piranti ortodonti lepasan yang terdiri dari komponen aktif,
retentif, penjangkaran, dan lempeng akrilik.
Contoh kasus: Maloklusi kelas 1 Angle disertai dengan gigi berdesakan anterior pada
RA dan RB, labioversi gigi 11 dan 21, serta palatoklinasi pada gigi caninus RA kanan
dan kiri.
 Komponen aktif yang digunakan adalah sekrup ekspansi untuk koreksi
berdesakan gigi anterior RA dan RB. Cara aktivasi sekrup ekspansi yaitu
dengan memutar sekrup menggunakan kunci yang telah tersedia sesuai dengan
arah putaran yang biasanya berupa tanda panah dan dilakukan sebesar ¼ putaran
seminggu sekali. Setelah didapatkan tempat yang cukup dilakukan aktivasi
kantilever ganda hingga mencapai lengkung yang benar. Cara aktivasi
kantilever ganda yaitu pada lengan pegas atau dengan cara memencet koil,
pertama-tama koil yang jauh dari gigi dan kemudian koil yang dekat dengan
gigi. Kemudian dilakukan aktivasi busur labial untuk mengkoreksi gigi yang
labioversi.. Cara aktivasinya dengan memegang lup menggunakan tang
kemudian sempitkan lup
 Komponen retentif menggunakan cangkolan adams pada gigi 16, 26, 36, 46
 Penjangkaran didapatkan dari gigi-gigi yang diberi cangkolan
 Lempeng akrilik.

Kontrol seminggu sekali untuk mengaktivasi sekrup ekspansi karena jika menggunakan
sekrup ekspansi harus diputar ¼ putaran seminggu sekali agar gigi dapat bergerak 1
mm per bulan. Kemudian jangan lupa untuk mengevaluasi kantilever ganda, busur
labial, komponen retentif, dan lempeng akriliknya setiap minggunya. Kemudian
tanyakan kepada pasien apakah terdapat rasa tidak nyaman ketika memakai piranti
ortodonti lepasan. Jangan lupa juga untuk menanyakan apakah muncul sariawan akibat
bagian piranti yang tajam.

Anda mungkin juga menyukai