Ugly Duckling Spacing midline yang berhubungan dengan erupsi gigi kaninus
permanen dapat terlihat pada periode gigi bercampur. Keadaan ini disebut sebagai ugly
duckling stage. Spacing ini terjadi karena benih gigikaninus yang sedang berkembang
menggeser akar gigi insisif lateral ke mesial. Gaya ini kemudian diteruskan ke insisif sentral
sehingga mahkota gigi-gigi insisif memencar dan terlihat seperti diastemasentral. Setelah gigi
kaninus erupsi, keadaan ini akan terkoreksi dengan sendiri (Iswari, 2013).
Tahap Ugly Duckling merupakan fase normal dalam perkembangan gigi anak yang
terjadi antara usia 7-12 tahun. Pada tahap ini, gigi seri permanen atas (insisivus sentral dan
lateral) tumbuh miring ke luar, menciptakan celah di garis tengah rahang atas (median line).
Fase ini sering menimbulkan kekhawatiran orang tua karena estetika dan kemungkinan
maloklusi.
Dalam perawatan ortodonti gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan
dengan memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya diteruskan ke tulang.
Perubahan dalam pola gigi brti perubahan yg melibatkan gigi saja. Seperti :
Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal atau penyimpangan berupa ukuran,
posisi dan hubungan antar komponen tulang rahang (maksila dan mandibula).
Pengaplikasian gaya ortopedi (menahan, mendorong atau mengubah) pertumbuhan
skeletal menjadi normal perubahan tersebut dibagi dalam tiga arah (sagital, transversal
dan vertikal.)
Pola perubahan skeletal berarti melibatkan rahang atas dan bawah seperti :
1. Maxillary Expansion: Pelebaran rahang atas.
2. Mandibular Advancement: Memajukan rahang bawah.
3. Genioplasty: Mengubah bentuk dagu.
4. Le Fort I Osteotomy: Memotong dan memindahkan rahang atas.
5. BSSO (Bilateral Sagittal Split Osteotomy): Memotong dan memindahkan rahang
bawah.
2. Transversal ( kiri-kanan ) berkaitan dengan lebar rahang atas dan rahang bawah.
Crossbite: Gigi rahang atas berada di dalam gigi rahang bawah.
Open bite: Gigi rahang atas dan rahang bawah tidak bertemu saat
menggigit.
Midline Diastema: Celah di antara gigi seri tengah rahang atas.
3. Vertikal ( atas-bawah ) berkaitan dengan tinggi rahang atas dan rahang bawah.
Deep bite ( gigitan dalam ): Gigi rahang atas tumpang tindih dengan gigi
rahang bawah secara berlebihan.
Open bite ( gigitan terbuka ): Gigi rahang atas dan rahang bawah tidak
bertemu saat menggigit.
Overjet: Gigi seri rahang atas menonjol keluar dari gigi seri rahang bawah.
Penyebab pemuatan gigi area tegangan dan kompresi LPD terkait dengan ujung
saraf dan pembuluh darah. Ujung saraf LPD berkait erat dengan pembuluh darah. Saat
ujung saraf terdistorsi, akan melepaskan neurotransmitter vasoaktif, seperti zat P dan
CGRP, yang berinteraksi dengan sel-sel endotel vaskuler yang menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas dengan kebocoran plasma. Ikatan endotelium diaktif kan
dan mengedarkan leukosit, monosit, dan makrofag ke LPD, menandakan timbulnya
peradangan akut. Leukosit, sitokin, dan prostaglandin mendorong remodeling jaringan.
Setelah beberapa hari, peradangan transisi dari akut ke kronis dan proliferative yang
melibatkan fibroblas, sel endotel, osteoblast dan osteoklas. Osteoklas berperan di zona
tekan. Pergerakan gigi dimulai setelah jaringan nekrotik diangkat oleh osteoklas, lalu
osteoblas membuat osteoid dengan serat periodontal baru yang tertanam di dinding tulang
alveolar dan sementum akar.
Referensi
1. Iswari, H. (2013). Gigi Supernumarary dan Perawatan Ortodonsi Vol 1 (1) page
37 – 45
2. Tanaka, O. M., Morino, A. Y., Machuca, O. F., & Schneider, N. Á. (2015). When the
Midline Diastema Is Not Characteristic of the "Ugly Duckling" Stage. Case reports in
dentistry, 2015, 924743. https://doi.org/10.1155/2015/924743
3. Iskandar, P. (2012). Aspek biologis pergerakan gigi ortodontik. Makassar Dental
Journal, 1(3).
4. Amin, M. N., & Permatasari, N. (2017). Aspek biologis pergerakan gigi secara
ortodonsi. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 13(1), 22-27.
5. Nanda, Ravindra & Upadhyay, Madhur. (2013). Skeletal and dental considerations in
orthodontic treatment mechanics: A contemporary view. European journal of
orthodontics. 35. 634-43. 10.1093/ejo/cjs054.
6. Proffit, W. R., & Fields, H. W. (2000). The Mechanics of Tooth Movement. American
Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 118(6), 643-654
7. Bell, W. H., & Epker, B. N. (2004). The Role of Orthognathic Surgery in the
Treatment of Dentofacial Deformities. Plastic and Reconstructive Surgery, 114(6),
1619-1633