Anda di halaman 1dari 7

Paper Kelompok 3

by Annisa Rizqi, Dinda Rizky , Weni Selvina

1. ugly duckling & periode gigi geligi


2. ruang lingkup ortodonti
3. teori pegerakan gigi

1. Ugly Duckling & Periode Gigi Geligi

Ugly Duckling Spacing midline yang berhubungan dengan erupsi gigi kaninus
permanen dapat terlihat pada periode gigi bercampur. Keadaan ini disebut sebagai ugly
duckling stage. Spacing ini terjadi karena benih gigikaninus yang sedang berkembang
menggeser akar gigi insisif lateral ke mesial. Gaya ini kemudian diteruskan ke insisif sentral
sehingga mahkota gigi-gigi insisif memencar dan terlihat seperti diastemasentral. Setelah gigi
kaninus erupsi, keadaan ini akan terkoreksi dengan sendiri (Iswari, 2013).
Tahap Ugly Duckling merupakan fase normal dalam perkembangan gigi anak yang
terjadi antara usia 7-12 tahun. Pada tahap ini, gigi seri permanen atas (insisivus sentral dan
lateral) tumbuh miring ke luar, menciptakan celah di garis tengah rahang atas (median line).
Fase ini sering menimbulkan kekhawatiran orang tua karena estetika dan kemungkinan
maloklusi.

Karakteristik Ugly Duckling Stage:


 Gigi depan rahang atas melebar (flaring).
 Celah di garis tengah rahang atas.
 Celah di sebelah gigi seri tengah (insisivus sentral).
 Gigi seri kedua (insisivus lateral) miring.
 Gigi masih tumbuh/erupsi sebagian.

Penyebab Ugly Duckling Stage:


 Pertumbuhan gigi taring (kaninus) permanen: Gigi taring mendorong gigi seri lateral
ke arah labial (luar) untuk mendapatkan ruang erupsi.
 Kekurangan ruang rahang: Rahang anak tidak cukup lebar untuk menampung semua
gigi permanen.
 Kebiasaan buruk: Mengisap jempol, penggunaan dot, dan kebiasaan menelan yang
abnormal dapat mendorong gigi ke depan.

2. Ruang Lingkup Orthodonti


Perawatan ortodontik bertujuan untuk mengubah posisi gigi dan struktur tulang yang
menopangnya. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan posisi gigi agar estetika, fungsi, dan
kesehatan mulut pasien menjadi lebih baik. Untuk mencapai tujuan ini, dokter gigi perlu
memahami perkembangan estetika wajah, mekanisme pertumbuhan tulang, dan cara
menggerakkan gigi.
Ruang lingkup orthodonti dapat dibagi menjadi dua yaitu perubahan dalam posisi gigi
dan perubahan dalam pola skeletal. Perubahan skeletal dalam ruang lingkup ortodonti
mencakup modifikasi atau perubahan pada tulang pendukung gigi untuk mencapai
perubahan yang diinginkan dalam posisi relatifnya, sedangkan perubahan posisi gigi
melibatkan perubahan pada gigi itu sendiri.

a. Perubahan dalam posisi gigi

Dalam perawatan ortodonti gigi dapat digerakkan melalui tulang ke posisi yang diinginkan
dengan memberikan kekuatan tertentu pada gigi yang selanjutnya diteruskan ke tulang.
Perubahan dalam pola gigi brti perubahan yg melibatkan gigi saja. Seperti :

1. Inklinsi / Tipping: Gigi berputar di sekitar sumbu panjangnya.


2. Infraoklusi ( ditas bidang oklusal ) supraoklusi ( dibawah bidang oklusal )
3. Translation: Gigi bergerak secara horizontal atau vertikal.
4. Extrusion: Gigi bergerak keluar dari alveolus.
5. Intrusion: Gigi bergerak ke dalam alveolus.
6. Rotation
b. Perubahan dalam pola skeletal

Maloklusi dapat terjadi akibat disharmoni skeletal atau penyimpangan berupa ukuran,
posisi dan hubungan antar komponen tulang rahang (maksila dan mandibula).
Pengaplikasian gaya ortopedi (menahan, mendorong atau mengubah) pertumbuhan
skeletal menjadi normal perubahan tersebut dibagi dalam tiga arah (sagital, transversal
dan vertikal.)
Pola perubahan skeletal berarti melibatkan rahang atas dan bawah seperti :
1. Maxillary Expansion: Pelebaran rahang atas.
2. Mandibular Advancement: Memajukan rahang bawah.
3. Genioplasty: Mengubah bentuk dagu.
4. Le Fort I Osteotomy: Memotong dan memindahkan rahang atas.
5. BSSO (Bilateral Sagittal Split Osteotomy): Memotong dan memindahkan rahang
bawah.

Perubahan tiga arah yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Sagital ( depan-belakang ) berkaitan dengan posisi rahang atas dan rahang
bawah terhadap satu sama lain.
Oklusi pre normal ( lekung rahang mandibula lebih anterior saat oklusi sentrik )
Oklusi post normal ( lekung mandibula lebih posterior saat oklusi sentrik )
 Protrusi: Rahang atas lebih maju dibandingkan rahang bawah.
 Retrognasi: Rahang bawah lebih maju dibandingkan rahang atas.
 Kelas I: Posisi rahang atas dan rahang bawah normal.

2. Transversal ( kiri-kanan ) berkaitan dengan lebar rahang atas dan rahang bawah.
 Crossbite: Gigi rahang atas berada di dalam gigi rahang bawah.
 Open bite: Gigi rahang atas dan rahang bawah tidak bertemu saat
menggigit.
 Midline Diastema: Celah di antara gigi seri tengah rahang atas.

3. Vertikal ( atas-bawah ) berkaitan dengan tinggi rahang atas dan rahang bawah.
 Deep bite ( gigitan dalam ): Gigi rahang atas tumpang tindih dengan gigi
rahang bawah secara berlebihan.
 Open bite ( gigitan terbuka ): Gigi rahang atas dan rahang bawah tidak
bertemu saat menggigit.
 Overjet: Gigi seri rahang atas menonjol keluar dari gigi seri rahang bawah.

Contoh Penerapan perubahan pola skeletal dalam ruang lingkup orthodonti:


- Protrusi rahang atas dapat dikoreksi dengan mendorong rahang atas ke belakang atau
menarik rahang bawah ke depan.
- Crossbite dapat dikoreksi dengan melebarkan rahang atas atau menyempitkan rahang
bawah.
- Deep bite dapat dikoreksi dengan meninggikan rahang bawah atau menurunkan
rahang atas.

3. Teori Pergerakan Gigi


a. Teori Piezoelektrik
Salah satu jenis sinyal listrik yang berperan dalam pergerakan gigi adalah
piezoelektrik. Piezoelektrik adalah fenomena yang diamati pada bahan kristal. Deformasi
atau perubahan bentuk struktur kristal menghasilkan arus listrik seperti elektron yang
berpindah dari molekul kristal yang satu ke molekul kristal yang lain. Bila struktur kristal
mengalami deformasi, elektron bermigrasi sehingga terjadi aliran listrik. Jika terdapat
tekanan maka struktur kristal masih stabil dan tidak terjadi perpindahan elektron, namun
jika tekanan dilepaskan, kristal akan kembali ke bentuk semula dan aliran elektron akan
terjadi pada arah yang berlawanan.
Sumber struktur kristal tidak hanya pada mineral tulang, tapi terdapat juga pada
kolagen, hidroksiapatit, batas antara kolagen hidroksiapatit dan mukopolisakarida pada
substansi dasar.
Pada saat gigi diberi tekanan, tulang alveolar di sekitarnya akan mengalami tekukan.
Daerah yang cekung diasosiasikan dengan arus negatif dan menyebabkan deposisi tulang
sedangkan daerah yang cembung diasosiasikan dengan arus positif dan menyebabkan
resorpsi tulang.

b. Teori Pressure – Tenssion


Teori tekanan- tarikan penelitian histologis oleh Sandstedt, Oppenheim dan Schwarz
menyatakan bahwa suatu gigi yang bergerak menciptakan sisi tekanan dan tarikan. Hal
tersebut menyebabkan perubahan aliran darah pada ligamen periodontal, yaitu kadar
oksigen yang lebih sedikit pada sisi yang tertekan karena adanyapenekanan pada ligamen
periodontal. Teori ini lebih mementingkan pembawa pesan kimia sebagai stimulus untuk
perubahan seluler terjadi dan akhirnya pergerakan gigi ortodontik.
Schwarz berhipotesis bahwa LPD merupakan ruang dengan tekanan hidrostatik
kontinyu yang sesuai dengan hukum pascal, yaitu tekanan ditransmisikan secara merata ke
semua wilayah LPD. Pada sisi tekanan, replikasi sel dikatakan berkurang akibat
penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi resorpsi tulang. Disisi tarikan, replikasi sel
meningkat karena stimulasi yang terjadi oleh tarikan bundel serat LPD, sehingga terbentuk
tulang baru pada daerah tersebut. Dalam hal kandungan serat, LPD pada sisi tekanan
memperlihatkan disorga-nisasi dan pengurangan produksi serat, sedangkan pada sisi
tegangan, produksi serat mengalami stimulasi.

Penyebab pemuatan gigi area tegangan dan kompresi LPD terkait dengan ujung
saraf dan pembuluh darah. Ujung saraf LPD berkait erat dengan pembuluh darah. Saat
ujung saraf terdistorsi, akan melepaskan neurotransmitter vasoaktif, seperti zat P dan
CGRP, yang berinteraksi dengan sel-sel endotel vaskuler yang menyebabkan vasodilatasi
dan peningkatan permeabilitas dengan kebocoran plasma. Ikatan endotelium diaktif kan
dan mengedarkan leukosit, monosit, dan makrofag ke LPD, menandakan timbulnya
peradangan akut. Leukosit, sitokin, dan prostaglandin mendorong remodeling jaringan.
Setelah beberapa hari, peradangan transisi dari akut ke kronis dan proliferative yang
melibatkan fibroblas, sel endotel, osteoblast dan osteoklas. Osteoklas berperan di zona
tekan. Pergerakan gigi dimulai setelah jaringan nekrotik diangkat oleh osteoklas, lalu
osteoblas membuat osteoid dengan serat periodontal baru yang tertanam di dinding tulang
alveolar dan sementum akar.

Referensi
1. Iswari, H. (2013). Gigi Supernumarary dan Perawatan Ortodonsi Vol 1 (1) page
37 – 45
2. Tanaka, O. M., Morino, A. Y., Machuca, O. F., & Schneider, N. Á. (2015). When the
Midline Diastema Is Not Characteristic of the "Ugly Duckling" Stage. Case reports in
dentistry, 2015, 924743. https://doi.org/10.1155/2015/924743
3. Iskandar, P. (2012). Aspek biologis pergerakan gigi ortodontik. Makassar Dental
Journal, 1(3).
4. Amin, M. N., & Permatasari, N. (2017). Aspek biologis pergerakan gigi secara
ortodonsi. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 13(1), 22-27.
5. Nanda, Ravindra & Upadhyay, Madhur. (2013). Skeletal and dental considerations in
orthodontic treatment mechanics: A contemporary view. European journal of
orthodontics. 35. 634-43. 10.1093/ejo/cjs054.
6. Proffit, W. R., & Fields, H. W. (2000). The Mechanics of Tooth Movement. American
Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 118(6), 643-654
7. Bell, W. H., & Epker, B. N. (2004). The Role of Orthognathic Surgery in the
Treatment of Dentofacial Deformities. Plastic and Reconstructive Surgery, 114(6),
1619-1633

Anda mungkin juga menyukai