Anda di halaman 1dari 15

Nama : Annisa Rizqi Ramadhani Sitio

NIM: 213308010009

Belajar Mandiri Topik 11


Inflamasi / Infeksi
Balanitis, Orchitis, Epididymitis, Prostitis – Patologi

Balanitis
Balanitis adalah inflamasi superfisial pada glans penis (kepala penis), sedangkan
postitis adalah inflamasi preputium penis (kulit penis). Kedua keadaan itu bisa terjadi
bersamaan sehingga menjadi balanopostitis. biasanya ditandai dengan kepala penis yang
tampak memerah dan membengkak akibat infeksi bakteri, infeksi jamur, atau alergi serta
menimbulkan gejala, seperti penis sakit, mengeluarkan bau tidak sedap, dan nyeri saat buang
air kecil.
Patofisiologi balanoposthitis mencakup patofisiologi spesifik dan non spesifik.
Balanoposthitis spesifik tergantung dari penyebabnya, yaitu proses inflamasi, alergi, infeksi,
autoimun, atau sekunder akibat trauma dan keganasan. Balanoposthitis nonspesifik sering
terjadi akibat proses kelembaban yang terjadi di area genital sebagai akibat dari keringat,
urin, atau smegma yang terdapat di preputium. Kebersihan yang buruk juga dapat
menciptakan lingkungan yang bagus untuk berkembangnya bakteri dan jamur penyebab
balanoposthitis.
Epidemiologi balanoposthitis menurut data dapat terjadi pada 20% pria yang belum
disirkumsisi dan meningkat 58% pada pria yang memiliki penyakit urethritis nonspesifik.
Penelitian menunjukkan bahwa sunat dapat mengurangi angka kejadian balanoposthitis
sebesar 68%. Untuk anak-anak sering terkena di usia 2 - 5 tahun sebagai akibat dari phimosis
yang fisiologis dan kebiasaan hidup bersih belum terlalu tertanam anak-anak. Pada pria yang
belum disirkumsisi dan memiliki diabetes melitus, memiliki resiko tertinggi dengan
prevalensi 35%. Sebuah studi metaanalisis dari Morris et al pada tahun 2018 mengungkapkan
bahwa sirkumsisi dapat mengurangi angka kejadian balanoposthitis sebesar 68%.

Penyebab
Balanopostitis disebabkan karena infeksi bakteria ataupun kandida dan iritasi dari
iritan eksterna. Bakteri penyebab tersering pada balanopostitis yaitu streptokokus. infeksi
infeksi yang paling sering terjadi adalah jamur Candida albicans . Penyebab lain seperti
psoriasis dan reaksi alergi juga dapat menyebabkan balanoposthitis.Selain itu juga bisa
disebabkan karena higiene yang kurang baik, terutama pada anak usia dua tahun.
Selain infeksi, balanitis juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor lain, seperti:
 Penggunaan sabun batang yang membuat kulit penis mudah kering dan iritasi.
 alergi terhadap pelumas atau kondom berbahan lateks.
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, obat pereda nyeri, dan
antibiotik.
 Infeksi menular seksual, seperti sifilis, trikomoniasis, dan gonore.
 Kelainan pada kulit, seperti eksim dan psioraris
 Cedera di bagian ujung penis atau kulup.
 Penyakit atau kelainan tertentu, seperti diabetes dan fismosis
 Obesitas.

Gejala Balanitis
Gejala utama balanitis adalah kemerahan dan pembengkakan di kepala penis atau
kulup. Ujung penis yang membengkak dapat menyebabkan saluran kemih tertekan dan
penderitanya merasakan nyeri ketika buang air kecil.
Balanitis juga memiliki beberapa gejala tambahan, seperti: penis terasa gatal seperti
terbakar, Keluar cairan berwarna kekuningan dan berbau dari penis, Kulup terasa kencang.,
Muncul benjolan di pangkal paha akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

Diagnosis
Hal-hal berikut ini dimaksudkan untuk membantu diagnosis dalam kasus
ketidakpastian:
 Riwayat seksual, dengan spesifik mempertanyakan tentang risiko seksual.
 Sub preputium swab untuk candida spp dan kultur bakteri harus dilakukan dalam
kebanyakan kasus untuk mengecualikan penyebab infeksi atau superinfeksi dari lesi
kulit atau dermatosis.
 Urinalisis untuk glukosa – Terutama jika dicurigai infeksi candida.
 Herpes Simplex Virus: Jika Dijumpai Ulcerasi
 Tes Lapangan gelap Treponema pallidum (TP)
 Kultur atau uji biakan preparat untuk trichomonas vaginalis jika pasangan wanita
memiki penyakit kelamin yang tidak terdiagnosis.
 Skrining penuh rutin untuk infeksi menular seksual lainnya (IMS), khususnyauntuk
infeksi Chlamydia trachomatis/non-spesifik uretritis jika balanitis jenissirsinata
muncul.
 Biopsi jika diagnosa tidak pasti dan susah ditegakkan.

Penatalaksanaan balanoposthitis dapat dibedakan menjadi penatalaksanaan secara


umum dan khusus sesuai kondisi yang mendasarinya. Penyebab spesifik harus diidentifikasi
dan diobati secara agresif. Kebersihan harus selalu ditekankan kepada pasien dengan semua
jenis balanoposthitis.

Pengobatan Balanitis
Obat - obatan yang umum diberikan adalah:
1. Antibiotik, digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Obat ini diberikan dalam bentuk salep atau pil. Contoh : amoxicillin, cefadroxil, dan
ciprofloxacin.
2. Antijamur, digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan oleh infeksi jamur
Candida (balanitis candidiasis). Obat ini diberikan dalam bentuk krim atau tablet.
Contoh: clotrimazole, fluconazole, dan itraconazole.
3. Kortikosteroid , digunakan untuk meredakan peradangan pada balanitis, baik karena
infeksi maupun alergi. Contoh: prednisolone, methylprednisolone, dan betametasone.

Pencegahan Balanitis
Langkah utama untuk mencegah balanitis adalah menjaga kebersihan penis. Bersihkan
penis secara rutin menggunakan air dan sabun, terutama ketika mandi dan setelah melakukan
hubungan seksual. Setelah itu, keringkan penis sebelum mengenakan celana dalam,
menggunakan kondom khusus untuk kulit sensitif, mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh penis, dan menjaga pola hidup sehat.

Orchitis
Orkitis adalah inflamasi (peradangan) akut atau infeksi pada testisa kibat infeksi
bakteri dan virus. Peradangan ini bisa terjadi pada salah satu atau kedua testis sekaligus.
seseorang yang mengidap orchitis akan mengalami peradangan pada testisnya, Orchitis paling
sering terjadi karena infeksi bakteri, seperti infeksi menular seksual.
Orchitis pada anak paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi virus pada
gondongan atau parotitis. Selain itu, orchitis juga bisa disebabkan oleh perkembangan
penyakit epididimitis, yaitu peradangan pada saluran sperma yang terletak di belakang testis
yang jika dibiarkan menyebabkan kerusakan permanen pada testis sampai kemandulan.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa orchitis mumps merupakan jenis orchitis
virus yang paling sering terjadi. Insidensi infeksi virus mumps telah jauh menurun sejak
vaksin MMR (measles mumps rubella) diperkenalkan.
Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orkitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan
(mumps), Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orkitis, sekitar 15 % - 20% pria
menderita orkitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orkitis
parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa
atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus
merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada
resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orkitis parotitika. Tuberkukosis
genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah
epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit.
Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut
terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal.
Penyebab Orchitis
Orchitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Virus yang paling sering
menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). infeksi ditularkan melalui droplet,
kontak langsung, atau benda mati yang terkontaminasi. Berikut pembagian jenis orchitis
berdasarkan penyebabnya:
1. Orchitis bakteri
Beberapa jenis bakteri yang sering menyebabkan orchitis, yaitu: Escherichia coli,
Staphylococcus dan Streptococcus.
2. Orchitis virus
disebabkan oleh virus penyebab gondongan yang disebut paramyxoviruses. Orchitis
virus paling sering terjadi pada anak laki-laki yang berusia 10 tahun ke bawah. Orchitis virus
biasanya muncul 4–6 hari setelah terserang gondongan
Faktor risiko orchitis
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena orchitis adalah:
 Berusia lebih dari 45 tahun
 Tidak mendapatkan vaksin MMR
 Menderita infeksi saluran kemih yang berulang
 Menderita pembesaran prostat jinak
 Terlahir dengan saluran kemih yang tidak normal
 Menggunakan kateter pada saluran kemih dalam waktu lama
 Pernah menjalani operasi pada kelamin atau saluran kemih
 Pernah atau sedang menderita infeksi menular seksual
Risiko orchitis juga dapat meningkat jika sering melakukan hubungan seks berisiko,
seperti berganti-ganti pasangan, tidak memakai kondom saat berhubungan seks, atau
berhubungan seks dengan penderita penyakit menular seksual.
Gejala Orchitis
Gejala orchitis biasanya muncul secara mendadak. Gejala tersebut meliputi: Demam,
Mual dan muntah, Tubuh mudah lelah, Bengkak pada satu atau kedua testis, Testis terasa
berat, Nyeri di area selangkangan, Nyeri pada testis, Pembengkakan kelenjar getah bening di
selangkangan, Nyeri saat buang air kecil, berhubungan seks dan ejakulasid dan Terdapat
darah pada sperma.

Diagnosis Orchitis
Untuk mendiagnosis penyakit orchitis, dokter akan memulai dengan wawancara
medis seputar gejala dan riwayat kesehatan pasien di lanjutkan dengan :
 melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat pembengkakan testis atau pembesaran
kelenjar getah bening di selangkangan.
 Tes urine, untuk mendeteksi keberadaan bakteri penyebab infeksi
 Tes darah, untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi HIV/AIDS atau sifilis
 USG testis, untuk melihat apakah ada kelainan pada aliran darah di testis
Pemeriksaan sampel cairan penis, untuk mendeteksi jenis bakteri yang menginfeksi
testis. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk memastikan pasien mengalami penyakit menular
seksual.
Komplikasi Orchitis
Orchitis yang dibiarkan tanpa penanganan, bisa menyebabkan kemandulan, apalagi
bila terjadi pada kedua testis. komplikasi orchitis juga bisa menyebabkan atrofi testis (testis
menyusut), abses skrotum, dan kambuhnya epididimitis.
Penatalaksanaan
Jika penyebab orkitis adalah bakteri, virus, jamur maka terapi diarahkan pada
organisme spesifik yang menginfeksi. Selebihnya evaluasi skrotum, kantong es untuk
mengurangi udem skrotum, antibiotic, analgetik, dan medikasi antiinflamasi diberikan.
Penderita sebaiknya menjalani tirah baring. Pada infeksi mups, Penatalaksanaan yang dapat
diberikan berupa tirah baring, penyangga skrotum, dan penggunaan medikamentosa seperti
analgesik atau agen antiinflamasi. Tidak diperlukan pemberian antivirus khusus untuk
penatalaksanaan infeksi mumps
Pengobatan Orchitis
Pengobatan orchitis bertujuan untuk meredakan gejala, mengobati infeksi, dan
mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh yang lain. Metode pengobatan orchitis
disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut penjelasannya:
 Pengobatan untuk orchitis bakteri
Diberikan untuk dikonsumsi selama 10 hari. Jenis antibiotik akan disesuaikan dengan
bakteri penyebab orchitis. Jika keluhan dan gejala orchitis yang dialami cukup parah,
antibiotik bentuk suntik akan diberikan oleh dokter.
Jika orchitis disebabkan oleh penyakit menular seksual, pasangan pasien juga harus
diperiksa dan diobati.
 Pengobatan untuk orchitis virus
Obat antiinflamasi steroid (OAINS), seperti ibuprofen dan naproxen, akan diberikan
untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri yang terjadi pada orchitis. Jenis obat ini
umumnya diberikan pada orchitis virus. Untuk membantu meredakan gejala, dianjurkan
untuk melakukan sejumlah langkah berikut:
 Minum  paracetamol untuk meredakan demam dan rasa nyeri
 Kompres testis dengan kantong es 15-20 menit sehari
 Gunakan celana khusus yang bisa menyangga testis
 Tidak berhubungan seks sampai orchitis sembuh
 Hindari mengangkat benda berat untuk sementara
 Istirahat dengan cukup

Epididymitis
Epididimitis merupakan kondisi inflamasi atau peradangan pada epididimis dengan
fitur klinis berupa demam, piuria, nyeri, skrotum yang membengkak dan epididimis yang
membesar. Penyakit ini sering kali berhubungan dengan infeksi saluran kemih yang
menyebar ke epididimis.
Epididimis adalah tabung yang menyambungkan testis dengan vas deferens, yaitu
saluran akan membawa sperma ke penis. Fungsi epididimis adalah sebagai tempat
pematangan sperma. Saat terjadi epididimitis, peradangan menyebabkan bengkak dan nyeri
pada epididimis. Kondisi ini biasanya akan membaik dengan antibiotik. Namun, jika
terlambat ditangani, peradangan dapat menyebar hingga ke testis.
Penyebab epididimitis yang paling sering ditemukan adalah Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhea, gabungan keduanya mencapai sekitar 50% dari seluruh kasus
epididimitis.
Etiologi dari epididimitis umumnya bergantung pada umur pasien. Epididimitis paling
sering ditemukan pada laki-laki berusia 14–35 tahun dengan patogen Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhoeae sebagai organisme penyebabnya. Pada umur lainnya, bakteri
koliform merupakan penyebab yang paling sering ditemukan.
Patofisiologi Epididimitis Infeksius
Infeksi bakteri sampai sekarang merupakan penyebab yang paling sering ditemukan
pada pasien epididimitis. Epididimitis umumnya terjadi akibat infeksi menular seksual yang
kemudian diikuti dengan migrasi patogen ke traktus genitourinaria. Rute infeksi yang sering
terjadi juga adalah melalui penjalaran patogen secara retrograde ascending dari uretra dan
kandung kemih, melalui duktus ejakulatorius dan vas deferens yang menyebabkan kolonisasi
dan inflamasi pada epididimis. Penyebaran patogen juga dapat terjadi melalui jalur limfatik
korda spermatikus.

Penyebab Epididimitis
Epididimitis dapat disebabkan oleh penyakit infeksi atau penyakit noninfeksi. Berikut ini
adalah penjelasannya:
1. Penyakit infeksi
Jenis penyakit infeksi yang menyebabkan epididimitis antara lain:
 Infeksi menular seksual , seperti chlamydia dan gonore
 Infeksi virus, misalnya Adenovirus, Enterovirus, dan Influenza
 Infeksi bakteri Escherichia coli (E. Coli)
 Infeksi oportunistik, seperti cryptococcus dan cytomegalovirus pada penderita HIV
 TBC (tuberkulosis) dan gondogan
2. Penyakit noninfeksi
Meski umumnya disebabkan oleh infeksi, epididimitis juga dapat disebabkan oleh
penyakit noninfeksi, seperti: Pembesaran prostat, Refluks urine, yaitu kondisi ketika urine
mengalir ke epididimis yang umumnya terjadi akibat meregangkan tubuh secara berlebihan
atau mengangkat barang berat , Torsio Testis, Cedera di area selangkangan, penyakit bechet ,
Komplikasi operasi pada kelamin, misalnya vasektomi, Penggunaan kateter urine dalam
jangka panjang dan Efek samping obat aminodarone.

Gejala Epididimitis
Beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita epididimitis yaitu : Kelainan pada
skrotum, seperti bengkak, terasa hangat, dan merah, Nyeri, Nyeri atau rasa tidak nyaman di
perut bagian bawah atau panggul, Sering buang air kecil, Sakit saat buang air kecil, Ujung
penis mengeluarkan cairan atau nanah, Terdapat darah pada sperma, Pembesaran kelenjar
getah bening di pangkal paha dan Demam.

Diagnosis epididimitis
Diagnosis umumnya dapat dicurigai pada pasien dengan nyeri dan pembengkakan
skrotum unilateral. Diagnosis epididimitis ditegakkan secara klinis dengan menyingkirkan
diagnosis torsio testis berdasarkan hasil tes Prehn dan refleks kremaster pasien. Dokter akan
menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien, kemudian melakukan pemeriksaan fisik
untuk melihat tanda-tanda epididimitis pada penis dan testis. Bila diperlukan, dokter akan
melakukan pemeriksaan colok dubur untuk mendeteksi gangguan di kelenjar prostat.
 Tes darah dan urine, untuk memeriksa keberadaan infeksi pada saluran kemih.
 Pemeriksaan sampel cairan yang keluar dari penis, untuk mendeteksi kemungkinan
penyakit menular seksual.
 Ultrasound (USG) Doppler, untuk memeriksa kelancaran aliran darah di testis atau
mendeteksi torsio testis.

Komplikasi Epididimitis
Jika dibiarkan tidak tertangani, epididimitis dapat berlangsung dalam jangka panjang
(kronis) dan menimbulkan beberapa komplikasi antara lain : Abses (infeksi bernanah) pada
skrotum, Kematian jaringan di testis (testicular infarction) akibat kekurangan darah, Orchitis,
Robeknya lapisan kulit skrotum, kekurangan hormon testosteron hingga Gangguan
kesuburan.
Pengobatan Epididimitis
Penanganan epididimitis bertujuan untuk mengatasi infeksi dan meredakan gejala
yang dialami pasien. Metode pengobatannya, antara lain:
1. Obat-obatan
Pada epididimitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter akan
meresepkan antibiotik, seperti ceftriaxone, doxycycline, atau levofloxacin. Antibiotik
tersebut dikonsumsi selama 1–2 minggu. Selain antibiotik, dokter juga dapat
meresepkan obat pereda nyeri dan radang, seperti ibuprofen atau paracetamol.
2. Bedah
Jika telah terbentuk abses (kumpulan nanah) di epididimis, dokter akan
melakukan prosedur bedah untuk mengeluarkan nanah tersebut. Pada epididimitis yang
parah, dokter mungkin akan menjalankan epididimektomi atau operasi pengangkatan
saluran epididimis. Bedah juga dapat dilakukan untuk memperbaiki saluran kemih yang
tidak normal dan memicu terjadinya epididimitis.
3. Perawatan mandiri
Pasien dapat melakukan upaya sederhana di rumah untuk membantu
meredakan nyeri, seperti: Menyanggahkan kaki ke tempat yang lebih tinggi dari
badan saat berbaring agar skrotum terangkat dan tidak tertekan, Menggunakan celana
yang bisa menopang skrotum, Mengompres skrotum dengan air dingin, Tidak
mengangkat beban berat dan Tidak berhubungan intim sampai sembuh.

Pencegahan Epididimitis
Cara untuk mencegah epididimitis adalah dengan menghindari faktor yang dapat
meningkatkan risiko terserang epididimitis, yaitu: Melakukan hubungan seks yang aman
dengan menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan, Memeriksakan diri ke
dokter jika memiliki riwayat penyakit yang berisiko memicu epididimitis, Berkonsultasi
dengan dokter mengenai perlunya konsumsi antibiotik sebelum menjalani operasi dan
melakukan sunat jika belum.

Prostatitis
Prostatitis adalah inflamasi kelenjar prostat yang bisa terjadi tiba-tiba (akut) atau
berkembang secara bertahap dalam waktu yang lama (kronis). Prostatitis biasanya ditandai
dengan nyeri dan kesulitan buang air kecil yang muncul sebagai kumpulan gejala dengan
berbagai spektrum klinis. Prostatitis bisa terjadi pada laki-laki dari segala kelompok usia,
tetapi terutama terjadi pada laki-laki berusia kurang dari 50 tahun.
Prostatitis dapat disebabkan oleh infeksi, kelainan struktural seperti striktur uretra dan
batu uretra, dan oleh penyebab noninfeksi lain yang belum diketahui secara definitif. Pasien
prostatitis dapat mengalami pembesaran kelenjar prostat dan lower urinary tract symptoms
(LUTS) seperti dysuria, peningkatan frekuensi urinasi, hesitancy, urinasi tidak tuntas, dan
pancaran urine yang lemah.
Etiologi prostatitis dapat dibedakan menjadi etiologi infeksi, abnormalitas struktural,
dan penyebab lain yang belum terbukti secara definitif. Etiologi prostatitis akut umumnya
adalah infeksi bakteri, terutama bakteri gram negatif. Pada prostatitis bakterial kronis,
Escherichia coli merupakan etiologi utamanya. Patogen yang menyebabkan prostatitis dapat
berasal dari infeksi asenden dari uretra atau dari refluks urine ke saluran prostat. Infeksi
umumnya disebabkan oleh bakteri gram negatif dan sering kali hanya disebabkan oleh satu
mikroorganisme. infeksi jamur dan virus juga dapat menyebabkan prostatitis, khususnya pada
kondisi immunocompromised, misalnya akibat HIV atau diabetes mellitus.
Patofisiologi
Patofisiologi prostatitis melibatkan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri maupun oleh penyebab nonbakteri. Inflamasi ini akan
menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar prostat yang kemudian menekan uretra dan
mengganggu proses berkemih.
Pada prostatitis bakterial, infeksi dapat berasal dari transmisi seksual, tetapi dapat
pula berasal dari penyebaran hematogenik, limfatik, atau dari lokasi yang berdekatan. Sumber
patogen prostatitis bakterial dapat berasal dari refluks urine intraprostatik, infeksi asenden
uretral, penyebaran limfatik dari rektum, atau penyebaran secara hematogenik. Refluks urine
merupakan penyebab utama terjadinya prostatitis.
Pada prostatitis nonbakteri, patofisiologi berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular atau refluks urine ke saluran prostat. Selain itu, prostatitis nonbakteri juga
dapat disebabkan oleh infeksi HIV. Pada orang dengan HIV, prostatitis viral umum terjadi
dan penyebab utamanya adalah cytomegalovirus.
Secara epidemiologi, prostatitis tampak paling banyak terjadi di tempat-tempat
dengan angka penyakit infeksi menular seksual dan prostitusi yang tinggi. Penyebab tersering
prostatitis pada orang berusia <35 tahun adalah infeksi bakteri, sedangkan penyebab tersering
pada orang berusia adalah penyebab noninfeksi.

Penyebab Prostatitis
Berikut ini adalah sejumlah penyebab prostatitis yang dikelompokkan berdasarkan
jenisjenisnya:
1. Prostatitis bakteri akut. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebar
naik. Beberapa jenis bakteri yang dapat memicu terjadinya prostatitis akut antara lain
E. Coli dan Pseudomonas. Bakteri penyebab infeksi menular seksual seperti Neisseria
gonorrhoeae yang menjadi penyebab penyakit gonore, dan Chlamydia trachomatis
juga dapat menjadi penyebab infeksi. Prostatitis bakteri akut biasanya terjadi pada
usia di bawah 35 tahun.

2. Prostatitis bakteri kronis. Berbeda dengan prostatitis bakteri akut, prostatiti bakteri
kronis Penyebabnya juga merupakan penyebaran infeksi dari saluran kemih, sehingga
jenis bakterinya sama dengan penyebab prostatitis bakteri akut. Prostatitis bakteri
kronis juga dapat dipicu oleh penyakit lain seperti tuberkulosis ginjal, HIV, dan
sarkoidosis.

3. Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS).


Merupakan jenis prostatitis yang paling sering terjadi dan belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Gejala yang muncul mirip dengan prostatitis bakteri kronis,
namun yang berbeda adalah pada saat pemeriksaan tidak ditemukan bakteri yang
tumbuh.

4. Asymptomatic inflammatory prostatitis. Merupakan kondisi ketika prostat meradang,


namun tidak menimbulkan gejala. Asymptomatic inflammatory prostatitis dapat
diketahui ketika dokter melakukan pemeriksaan kesehatan kelenjar prostat. Penyebab
dari jenis prostatitis ini sama dengan prostatitis bakteri kronis.

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami
prostatitis. Di antaranya adalah:
 Mengalami infeksi saluran kemih.
 Memiliki riwayat prostatitis sebelumnya.
 Mengalami cedera daerah panggul dan lipat paha.
 Menggunakan kateter urine.
 Menderita HIV/AIDS.
Pernah melakukan biopsi prostat, yaitu pengambilan sampel jaringan prostat untuk
diperiksa di bawah mikroskop.

Gejala-gejala Prostatitis
Terdapat beragam gejala yang mungkin dialami oleh penderita prostatitis. Perbedaan tersebut
tergantung pada jenis prostatitis yang terjadi. Di antaranya adalah:
 Prostatitis bakteri akut.
Gejala prostatitis bakteri akut biasanya muncul dengan cepat, seperti: Demam,
menggigil, nyeri sendi, dan pegal-pegal, Aliran urine lemah dan nyeri saat berkemih,
Nyeri punggung bawah dan nyeri di pangkal penis atau di bagian belakang skrotum,
Selalu terasa ingin buang air besar.
 Prostatitis bakteri kronis.
Gejala biasanya demam, menggigil, pegal-pegal, dan nyeri sendi. Gejalanya yang
dialami antara lain adalah Selalu ingin buang air kecil (terutama pada malam hari) atau
tidak dapat buang air kecil, Nyeri punggung bawah, daerah dubur, dan nyeri pada saat
berkemih, Rasa berat di belakang skrotum, Nyeri setelah ejakulasi dan terdapat darah
pada cairan semen.
 Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS).
Gejala utama dari CP/CPPS adalah nyeri yang dirasakan lebih dari tiga bulan pada
salah satu bagian tubuh, seperti penis (terutama di daerah kepala penis), bagian perut
bawah atau punggung bawah, serta skrotum atau di antara skrotum dan dubur.
Sedangkan untuk Gejala lainnya sama dengan gejala pada prostatitis bakteri kronis.
 Asymptomatic inflammatory prostatitis.
Tidak ada gejala yang dirasakan, seringkali ditemukan saat pemeriksaan kesehatan
pada prostat.

Diagnosis Prostatitis
Dokter akan menanyakan gejala, riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik sebelum
menentukan diagnosis yang tepat termasuk jenis dari prostatitis. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan termasuk pemeriksaan colok dubur karena kelenjar prostat dapat diraba melalui
pemeriksaan colok dubur selanjutnya di lakukan:
 Tes darah, untuk mendeteksi tanda infeksi seperti hitung darah lengkap atau kultur
kuman dari darah. Terkadang karena prostat meradang, prostate-specific antigen
(PSA) yang biasa mendeteksi kanker prostat, juga dapat meningkat.
 Tes urine, mengambil sampel urine pasien untuk memeriksa tanda-tanda infeksi.
Deteksi bakteri dapat dilakukan melalui kultur urine dengan meletakkan sampel urine
pada medium khusus untuk melihat adanya pertumbuhan kuman dan jenis kuman
yang tumbuh.
 Prostatic massage, Prostatic massage atau pijat prostat dilakukan saat pemeriksaan
colok dubur dan bertujuan untuk memperoleh cairan sekresi dari prostat sebagai
sampel untuk dianalisis. Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang
dicurigai menderita prostatitis bakteri akut.
 Pemindaian, dengan USG atau CT Scan untuk memperoleh gambaran visual prostat,
sehingga memudahkan diagnosis.

Penatalaksanaan prostatitis
Penalatalaksanaan prostatitis disesuaikan dengan perjalanan penyakit, manifestasi
klinis, dan klasifikasinya. Penatalaksanaan prostatitis dapat dibedakan menjadi penanganan
medikamentosa seperti pemberian antibiotik dan obat antiinflamasi, penanganan suportif
seperti kateterisasi, atau operatif seperti transurethral resection of the prostate (TURP).

Pengobatan Prostatitis
Prostatitis dapat diobati dengan banyak cara dan bisa berbeda-beda, tergantung dari
bakteri penyebab, gejala yang ditimbulkan, dan tingkat keparahannya.
 Pemberian obat
Diagnosis yang tepat sangatlah penting sebelum menjalani pengobatan dalam
pemberian obat.
1. Prostatitis bakteri akut.
Pengobatan prostatitis bakteri akut biasanya membutuhkan perawatan di
rumah sakit untuk medapatkan antibiotik yang diberikan lewat pembuluh
darah atau infus. Namun bila gejala yang dialami ringan dan tidak
menimbulkan sepsis, pasien tidak perlu dirawat dan hanya diberikan antibiotik
minum. Obat lain yang digunakan sebagi pendukung adalah obat penurun
demam dan pereda rasa sakit. Penambahan cairan melalui infus dan pencahar
juga terkadang dibutuhkan. Pemasangan kateter langsung dari dinding perut
bawah yang dihubungkan dengan kandung kemih (kateter suprapubik) lebih
dipilih dibandingkan dengan kateter urine yang biasa dipasang melalui penis,
bila terdapat sumbatan pada saluran kemih, misalnya akibat pembengkakan
prostat yang menekan saluran kemih.

2. Prostatitis bakteri kronis dan Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome


(CP/CPPS).
Pengobatan pendukung seperti anjuran untuk banyak minum, pemberian
obat pencahar, obat antiinflamasi nonsteroid, atau obat alpha blockers (seperti
tamsulosin) dapat diberikan. Pemberian alpha blockers bertujuan untuk
mengurangi penyumbatan dan gangguan saat buang air kecil akibat
pembengkakan kelenjar prostat dengan. Untuk prostatitis kronis, antibiotik
diberikan selama 4 hingga 6 minggu. Bila terdapat batu pada prostat, dapat
dilakukan pemotongan dan pengangkatan prostat melalui prosedur
transurethral resection of the prostate (TURP) atau total prostatectomy.

3. Asymptomatic inflammatory prostatitis.


Asymptomatic prostatitis tidak memerlukan pengobatan, namun perlu hati-
hati dengan kemungkinan gangguan kesuburan. Tetap ikuti anjuran dokter
untuk kasus ini.
Selain obat-obatan, dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut agar dapat membantu
meredakan gejala prostatitis seperti : Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta
minuman berkafein atau beralkohol, Banyak minum air putih untuk membantu membuang
bakteri dalam prostat melalui urine., Menghindari aktivitas yang dapat menyebabkan iritasi
pada prostat, seperti duduk dalam waktu lama atau bersepeda.
 Pemasangan kateter
Pada pasien prostatitis yang mengalami pembengkakan kelenjar prostat dan sulit
buang air kecil, dokter akan melakukan pemasangan kateter dari perut bagian bawah
(suprapubic).
 Operasi
Bila terdapat batu pada prostat pasien, dokter akan melakukan pemotongan dan
pengangkatan prostat melalui prosedur transurethral resection of the prostate (TURP) atau
prostatektomi total.
 Terapi pendukung
Untuk membantu meredakan gejala, pasien dapat melakukan beberapa langkah
sederhana berikut:
• Merendam area anus dan kelamin dalam air hangat
• Minum banyak air putih untuk membantu membuang bakteri melalui urine
• Mengurangi konsumsi makanan pedas atau asam serta minuman berkafein atau
beralkohol
• Menghindari aktivitas yang dapat memicu tekanan dan iritasi pada prostat, seperti
duduk dalam waktu lama atau bersepeda

Komplikasi Prostatitis
Jika tidak segera ditangani, prostatitis dapat menyebabkan komplikasi berupa:
 Epididimitis, yaitu radang pada saluran yang menyalurkan sperma dari testis.
 Infeksi bakteri yang menyebar ke dalam darah (bakteremia).
 Abses prostat.
 Gangguan pada produksi cairan mani, serta kemandulan akibat prostatitis kronis.

Pencegahan Prostatitis

Pada sebagian besar kasus, penyebab prostatitis tidak diketahui, sehingga sulit untuk
dicegah. Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi
risiko terserang prostatitis, yaitu: Rutin menjaga kebersihan area kelamin menghindari
duduk terlalu lama dan melakukan perubahan posisi dari duduk ke berdiri secara berkala,
Rutin Banyak minum air putih, menjaga pola hidup sehat Tidak mengonsumsi makanan
pedas, minuman berkafein, dan minuman beralkohol, Mengelola stres dengan baik,
misalnya dengan meditasi atau relaksasi, Melakukan hubungan seks yang aman, yaitu
dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.

Referensi
https://id.scribd.com/document/344123939/BALANOPOSTITIS
Purnomo, Basuki B. 2012. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Ketiga. Sagung Setyo: Jakarta.
https://id.scribd.com/document/420861835/BALANOPOSTITIS
https://hellosehat.com/pria/penis/balanitis/
Vladimir O Osipov M. Balanoposthitis [Internet]. eMedicine. 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1124734-overview#a5
https://id.scribd.com/doc/89634933/Orkitis
https://www.alodokter.com/orchitis
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/orchitis-mumps
https://www.halodoc.com/kesehatan/orchitis
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/epididimitis
https://www.alodokter.com/epididimitis
https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/prostatitis
Nickel, J C. (2011). Prostatitis. Canadian Urological Association Journal, 5(5), pp. 306-315.
Mayo Clinic (2016). Diseases and Conditions. Prostatits.
Turek, et al. Medscape (2017). Prostatitis.
Rees, et al. (2015). Diagnosis and Treatment of Chronic Bacterial Prostatitis and Chronic
Prostatitis/Chronic Pelvic Pain Syndrome: A Consensus Guideline. BJU International,
116(4),
pp. 509-525.
Andrology Australia (2018). Prostatitis.
NHS (2017). Health A-Z. Prostatitis.
https://www.alodokter.com/prostatitis
https://hellosehat.com/urologi/prostat/prostatitis/

Anda mungkin juga menyukai