Anda di halaman 1dari 11

Nama : Annisa Rizqi Ramadhani Sitio

NIM : 21330801009

Self Study Topik 10

Batu Ginjal, Kanker, dan Transplantasi


Batu ginjal
Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah kondisi ketika di dalam ginjal terbentuk
material keras menyerupai batu di dalam ginjal. Material ini terbentuk dari limbah zat-zat
dalam darah yang disaring ginjal, kemudian mengendap dan lama-kelamaan mengkristal dan
menumpuk di ginjal. komposisi utama dari batu ginjal adalah kalsium dan asam oksalat.
Faktor intrinsik batu ginjal antara lain yaitu herediter, umur pada usia 30-50 tahun,
jenis kelamin (pada laki-laki 70-80% akibat peningkatan kadar hormon testosteron dan
penurunan kadar hormon estrogen. Perempuan memiliki inhibitor sitrat secara alami dan
pengeluaran kalsium dibanding laki-laki. Faktor ekstrinsik batu ginjal yaitu faktor lingkungan
atau geograsi, iklim dan temperatur, diet (intake makanan yang tinggi sodium, banyak purin,
oksalat dan kalsium), pekerjaan (banyak duduk).
Nefrolitiasis berdasarkan komposisinya terbagi menjadi batu kalsium, batu struvit,
batu asam urat, batu sistin, batu xantin, batu triamteren, dan batu silikat. Pembentukan batu
ginjal umumnya membutuhkan keadaan supesaturasi. Namun pada urin normal, ditemukan
adanya zat inhibitor pembentuk batu. Pada kondisi-kondisi tertentu, terdapat zat reaktan yang
dapat menginduksi pembentukan batu. Adanya hambatan aliran urin, kelainan bawaan pada
pelvikalises, hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli buluneurogenik ikut berperan
dalam proses pembentukan batu .
Tipe tipe batu ginjal yaitu :
1. Batu kalsium: merupakan tipe (jenis) yang paling umum, penyebab batu ini bisa dari
mengonsumsi beberapa makanan yang sangat tinggi dalam oksalat, seperti kelembak,
atau mengonsumsi vitamin D dalam jumlah sangat tinggi. Beberapa orang yang
memiliki terlalu banyak kalsium dalam urin mereka akan meningkatkan resiko batu
kalsium.
2. Batu asam urat: terbentuk akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang
disebabkan oleh makanan yang mengandung tinggi purin, kurang asupan cairan, serta
riwayat penyakit asam urat. biasanya karena tidak minum cukup cairan sepanjang hari
atau jika seseorang banyak berkeringat dari latihan yang lama atau dari tempat kerja.
3. Batu struvit : merupakan jenis batu ginjal yang dapat terbentuk dan membesar secara
cepat, dan penyebabnya adalah infeksi yang berlangsung lama, seperti infeksi saluran
kemih. Jenis batu stuvit lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki.
4. Batu sistin: termasuk jenis yang paling jarang terjadi, dan penyebabnya adalah
sistinuria. Penyakit keturunan ini membuat ginjal mengeluarkan terlalu banyak asam
amino.
Gejala Penyakit Batu Ginjal antara lain :
a. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik di sekitar tulang rusuk dan pinggang
kemudian menjalar ke bagian perut dan daerah paha sebelah dalam.
b. Adanya nyeri hebat biasa diikuti demam dan menggigil.
c. Rasa mual dan terjadinya muntah dan gangguan perut.
d. Adanya darah di dalam urin dan adanya gangguan buang air kecil, penderita juga
sering BAK atau malah terjadinya penyumbatan pada saluran kemih. Jika ini terjadi
maka resiko terjadinya infeksi saluran kemih menjadi lebih besar.

Sebagian kasus malah tidak memperlihatkan gejala apapun, terutama pada batu yang
masih kecil, adanya gangguan berkemih belum tentu ada batu ginjal, karena bisa saja
disebabkan pembesaran prostat atau penyempitan saluran kemih. Diagnosa pasti ada atau
tidaknya batu ginjal bisa diketahui melalui pemeriksaan analisis air kemih rutin (urinalis) dan
dengan pemeriksaan rontgen daerah perut dan abdomen.
Pengobatan Batu Ginjal
Pengobatan batu ginjal atau kencing batu akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pengobatan itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:
• Pemberian obat-obatan.
• Prosedur untuk memecah batu ginjal (ureteroskopi).
• Bedah terbuka.
• Prosedur lain, seperti extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL) atau
percutaneous nephrolithotomy.
Untuk mencegah penyakit ini, minum banyak air putih dan minta saran dokter
mengenai pola makan yang tepat.
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit kompromis medis yang
bisa mempengaruhi tindakan pencabutan gigi karena merupakan penyakit kompleks dari
kelainan saluran kemih. Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah adanya kerusakan struktural
atau fungsional ginjal dan/atau penurunan laju filtrasi glomerulus, Penyakit ini tidak hanya
akan menyebabkan gagal ginjal, tetapi juga menyebabkan komplikasi kardiovaskular,
keracunan obat, infeksi, gangguan kognitif dan gangguan metabolik dan endokrin seperti
anemia, osteitis fibrosa cysta dan osteomalasia. Selain itu, pada pasien penyakit ginjal kronis
juga bisa timbulnya beberapa kelainan rongga mulut sebagai manifestasi daripada penyakit
tersebut. Contohnya, stomatitis uremik, xerostomia, perubahan pengecapan, petechia mukosa
dan ekimosis, osteodistropi renal, kandidiasis, penyakit periodontal dan kanker rongga mulut.
Kanker
Kanker ginjal (RA renal) adalah suatu jenis kanker atau pertumbuhan sel tidak
terkendali pada ginjal. Kanker ginjal merupakan sebagian besar tumor ginjal yang padat dan
jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adeno
karsinoma renalis / hipernefroma) dan kista. Jenis kanker ginjal yang paling umum ditemui
adalah karsinoma sel ginjal. Jenis kanker ginjal lain adalah kanker sel juxtaglomerular,
karsinoma sel transisi, dan karsinoma sel squamosa. Biasanya, hanya satu ginjal yang terkena
kanker.
Jenis kanker ginjal

Berdasarkan karakteristiknya, kanker ginjal dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Renal cell carcinoma


jenis yang paling sering terjadi pada orang dewasa. Renal cell carcinoma bermula di
lapisan tubulus ginjal, yaitu serangkaian tabung yang berfungsi untuk mengangkut
cairan tubuh dan darah menuju ginjal.
2. Urothelial carcinoma Urothelial carcinoma
jenis kanker ginjal yang bermula di pelvis ginjal. Pengobatan untuk kanker ginjal
jenis ini biasanya sama seperti kanker kandung kemih karena berasal dari sel yang
sama.
3. Sarcoma
Jenis kanker ginjal ini adalah jenis yang sangat jarang terjadi. Sarcoma bermula pada
jaringan ikat yang mengelilingi organ ginjal.
4. Wilm’s tumor

Wilm’s tumor adalah jenis kanker ginjal yang paling sering terjadi pada anak-anak.
Umumnya, jenis ini terdiagnosa sebelum anak berusia 10 tahun.

Penyebab Kanker Ginjal


Kanker ginjal terjadi akibat DNA dalam sel-sel ginjal bermutasi, yaitu berubah
struktur dan sifat genetiknya. Mutasi ini menyebabkan sel ginjal tumbuh abnormal dan tidak
terkendali. Akibatnya, kumpulan sel abnormal tersebut membentuk tumor yang dapat
menyebar ke seluruh ginjal atau organ tubuh lainnya.
Beberapa faktor lainnya antara lain : Merokok, Mengalami hipertensi, Obesitas,
Memiliki riwayat kanker pada keluarga, Berusia lebih dari 50 tahun, Menjalani perawatan
gagal ginjal dalam jangka panjang, Seperti cuci darah, Bekerja di lingkungan yang
mengakibatkan terpapar bahan kimia tertentu, Menderita penyakit kelainan bawaan, seperti
sindrom Von Hippel-Lindau, Berjenis kelamin laki-laki.
Gejala Umum
Kanker ginjal, pada tahap awal biasanya tidak memiliki gejala tertentu, seperti warna
urin abnormal (gelap atau coklat), hilangnya selera makan, hiperkalsemia, rasa letih, dan
hilangnya berat badan. Pasien juga dapat menderita hematuria atau pendarahan pada urin,
nyeri pada perut atau tubuh bagian samping.
Kebanyakan Carsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat pemeriksaan
diagnostic abdomen seperti CT-scan. Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan
metastase tumor seperti fraktur patologi pada paha.
Data epidemiologi melaporkan bahwa insidensi karsinoma sel renal atau renal cell
carcinoma (RCC) tertinggi di wilayah Amerika Utara, Eropa Barat, dan Australia/Selandia
Baru. Namun, perbandingan risiko kumulatif insidensi dan mortalitas akibat RCC lebih tinggi
pada negara berkembang, yang mengisyaratkan besarnya proporsi penyakit tahap lanjut atau
kurangnya akses ke pelayanan kanker yang optimal.
Diagnosis Kanker Ginjal

Untuk mendiagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab tentang gejala dan keluhan yang
dialami pasien, kapan gejala tersebut muncul, serta riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya,
dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya benjolan atau
pembengkakan di sekitar punggung bawah dan pinggang.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis.


Pemeriksaan lanjutan tersebut meliputi:

 Tes darah, untuk memeriksa tanda gangguan fungsi pada ginjal


 Tes urine, untuk mendeteksi adanya infeksi atau darah dalam urine
 Tes pencitraan, seperti USG, CT scan, atau MRI, untuk memeriksa ginjal secara lebih
detail
 Biopsi, untuk mendeteksi adanya kanker dengan mengambil sampel jaringan ginjal
 Stadium kanker ginjal

Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ginjal terbagi menjadi 4 stadium, yaitu:


 Stadium 1
Pada stadium ini, kanker berdiameter tidak lebih dari 7 cm dan belum menyebar ke
kelenjar sekitarnya.
 Stadium 2
Kanker ginjal stadium 2 menandakan kanker sudah berdiameter lebih dari 7 cm, tetapi
masih belum menyebar ke kelenjar sekitarnya.
 Stadium 3
Pada stadium 3, kanker pada ginjal telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya.
 Stadium 4

Stadium ini adalah stadium yang paling parah pada kanker ginjal. Pada stadium ini,
kanker telah menyebar hingga ke organ-organ lainnya.
Pengobatan Kanker Ginjal

Pengobatan kanker ginjal disesuaikan dengan ukuran, letak, dan stadium kanker, serta
kondisi pasien secara keseluruhan yaitu:

 Operasi
Ada 2 jenis operasi kanker ginjal, yaitu:
Nefrektomi parsial mengangkat bagian tertentu pada ginjal yang terkena
kanker dan Nefrektomi radikal yaitu prosedur operasi yang mengangkat seluruh
bagian ginjal yang terdapat sel kanker
 Terapi ablasi
Terapi ini dapat dilakukan untuk menghancurkan sel sel kanker dengan 2 cara
yaitu:
Krioterapi (membekukan sel-sel) dan Ablasi radiofrekuensi (memanaskan)
tetapi terapi ini memiliki efek samping berupa perdarahan di sekitar ginjal dan
kerusakan pada ureter, yaitu saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung
kemih.
 Embolisasi

Embolisasi dapat dilakukan jika kanker sudah memasuki stadium lanjut dan
kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menjalani operasi. Prosedur ini bertujuan
untuk menghambat atau mengurangi pasokan darah ke sel kanker di ginjal dengan
menyuntikkan zat khusus melalui kateter ke dalam pembuluh darah vena ginjal.
Dengan terhambatnya pasokan darah ke kanker, maka sel-sel kanker pada ginjal secara
perlahan akan mati.

 Radioterapi

Radioterapi adalah metode pengobatan yang menggunakan energi sinar-X


berkekuatan tinggi untuk membunuh sel kanker. Salah satu jenis radioterapi yang
digunakan adalah radioterapi eksternal, yaitu dengan mengarahkan sinar radiasi ke
ginjal dari luar tubuh pasien.

Radioterapi tidak dapat mengobati kanker ginjal sepenuhnya, tetapi bisa mengurangi
gejala yang dirasakan pasien dan memperlambat perkembangan kanker.

Metode ini dilakukan jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti
tulang atau otak. Meski demikian, radioterapi memiliki beberapa efek samping, seperti
kelelahan, diare, atau perubahan warna kulit di area yang terkena radiasi.

 Terapi target

Terapi target adalah pemberian obat-obatan khusus untuk mengatasi kanker ginjal.
Terapi ini umumnya digunakan untuk menangani kanker ginjal stadium lanjut yang
tidak sembuh dengan terapi lain. Obat-obatan yang dapat diberikan pada terapi ini
adalah:

Sunitinib : menghambat protein kinase, yaitu enzim yang membantu pertumbuhan sel
kanker, sehingga perkembangan kanker dapat dihentikan.

Pazopanib : menghambat tirosin kinase, enzim yang menstimulasi sel kanker, sehingga
pertumbuhan sel-sel kanker dapat dihentikan.

Sorafenib : berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan mencegah


pembentukan pembuluh darah baru yang dibutuhkan sel kanker untuk tumbuh.

Everolimus dan Temsirolimus :menghambat atau mengganggu fungsi protein MTOR


yang terdapat di dalam sel-sel kanker, sehingga jumlah sel kanker tidak bertambah
banyak.

Belum tersedianya fasilitas register nasional khusus karsinoma sel renal (RCC)
membatasi ketersediaan data epidemiologi RCC di Indonesia. Namun, data dari beberapa
pusat rujukan kanker nasional di Indonesia (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah
Sakit Kanker Dharmais) mengisyaratkan bahwa RCC merupakan temuan histologi kanker
ginjal tersering.
Pada periode pemantauan 1995-2007, data dari C. A. Mochtar mengungkap bahwa
terdapat 77 kasus RCC di antara 144 (53,5%) kasus kanker ginjal di RSCM. Dari seluruh
kasus RCC yang dipantau dalam kurun 13 tahun tersebut, sekitar 50% pasien datang dengan
kondisi RCC tahap lanjut.

Transplasi
Transplantasi ginjal atau pencangkokan ginjal adalah prosedur bedah untuk
mengganti organ ginjal yang telah mengalami kerusakan akibat gagal ginjal kronis stadium
akhir. Ginjal yang dicangkok dapat berasal dari donor yang masih hidup atau sudah
meninggal dunia. Jika fungsi ginjal sudah sangat menurun, cuci darah maupun CAPD tidak
dapat menanggung semua kerja ginjal, penderita dapat melakukan transplasi ginjal untuk
memperpanjang hidup dan meningkatkan kualitas hidup.
Jenis Transplantasi ginjal dibagi menjadi dua macam, yaitu:

 Living-donor kidney transplant, yaitu transplantasi salah satu ginjal dari donor yang
masih hidup
 Deceased-donor kidney transplant, yaitu transplantasi ginjal dari donor yang baru
meninggal dunia, atas izin keluarga atau keinginan donor ketika masih hidup.

Indikasi Transplantasi Ginjal


Seperti yang telah disebutkan di atas, transplantasi ginjal dilakukan pada pasien yang
terdiagnosis menderita gagal ginjal kronis stadium akhir, yaitu kondisi ketika fungsi ginjal
sudah sangat menurun dan sudah terjadi penumpukkan racun di dalam tubuh.
Tanda-tanda fungsi ginjal sudah sangat menurun yaitu : Penumpukan cairan di dalam tubuh,
seperti di lengan, tungkai, dan paru-paru, yang mengakibatkan pembengkakan pada bagian
tubuh, sesak napas, dan produksi urine menurun, Mual dan muntah, Nafsu makan menurun,
Kulit pucat dan kering, Gatal-gatal, Mudah merasa lelah, Mudah memar, Nyeri otot, sendi,
atau tulang, Linglung hingga penurunan kesadaran
Beberapa kondisi berikut ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gagal ginjal
kronis antara lain: Diabetes tipe 1 atau tipe 2, Tekanan darah tinggi atau hipertensi,
Glomerulonefritis, Lupus, Sindrom hemolitik uremik, Anemia sel sabit, Penyakit asam urat,
Rheumatoid arthritis, Beberapa jenis kanker, seperti limfoma, multiple myeloma, dan renal
cell carcinoma, Infeksi HIV, Gangguan pada aliran urine, misalnya akibat batu saluran
kemih, Penyakit ginjal polikistik.

Cara Kerja Transplantasi Ginjal

Prosedur bedah transplantasi ginjal membutuhkan waktu antara tiga sampai


enam jam. Ginjal baru ditempatkan pada rongga perut bagian bawah (dekat daerah
panggul) agar terlindung oleh tulang panggul. Pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh
darah balik (vena) dari ginjal baru ini dihubungkan ke arteri dan vena tubuh. Dengan
demikian, darah dapat dialirkan ke ginjal sehat untuk disaring. Ureter (saluran kemih)
dari ginjal baru dihubungkan ke kantong kemih agar urine dapat dialirkan keluar.

Beberapa tes sebelum di lakukannya trasolantasi ginjal adalah:

 Cek golongan darah


Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah golongan darah pasien dan
pendonor cocok.

 Cek jaringan

Jika golongan darah cocok, dilakukan cek jaringan untuk mengetahui


kecocokan jaringan pendonor dan pasien. Tes ini dilakukan dengan pemeriksaan
human leukocyte antigen (HLA), di mana gen pendonor akan dibandingkan dengan
gen pasien atau resipien.

 Tes kecocokan darah (crossmatch)

Pada tes terakhir ini, sampel darah donor dan sampel darah pasien akan
diambil lalu dicampurkan di laboratorium untuk diperiksa ada atau tidaknya reaksi.
Jika tidak terdapat reaksi, darah pendonor dan pasien dianggap cocok dan risiko
penolakan organ oleh tubuh rendah

dengan kondisi di bawah ini umumnya tidak diperbolehkan untuk menjalani transplantasi
ginjal:
 Infeksi bakteri atau virus yang tidak tertangani dengan baik, seperti tuberkulosis
(TBC) yang menyebar
 Penyakit kardiovaskular yang parah, seperti gagal jantung
 Kanker yang telah menyebar
 Hepatitis kronis dan sirosis hati
 Gangguan mental berat atau psikosis

Selain itu, kondisi-kondisi yang dapat melemahkan tubuh, seperti kebiasaan merokok,
mengonsumsi alkohol secara berlebihan, atau menyalahgunakan NAPZA, akan meningkatkan
risiko kegagalan transplantasi ginjal. Jadi, pasien dengan kondisi ini mungkin tidak
didahulukan untuk mendapatkan organ donor.
Usia pendonor dan penerima merupakan aspek penting, karena dengan bertambahnya usia,
risiko komplikasi dan kegagalan transplantasi semakin meningkat. Selain itu, kecocokan
ginjal, golongan darah, dan jaringan tubuh dari penerima dan pendonor juga harus dipastikan.
Komplikasi Transplantasi Ginjal
Berikut ini adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat menjalani transplantasi ginjal
antara lain : Penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, sehingga ginjal gagal berfungsi,
Infeksi, Penggumpalan darah, Perdarahan, Saluran urine dari ginjal baru ke kandung kemih
bocor atau terhambat, Stroke dan Serangan jantung
Selain komplikasi dari tindakan, pasien transplantasi ginjal juga dapat merasakan efek
samping dari obat imunosupresan, seperti: Jerawat , Kenaikan berat badan, Pengeroposan
tulang (osteoporosis), Diabetes, Hipertensi, Kadar kolesterol darah tinggi, Tremor, Mudah
terkena penyakit infeksi

Manifestasi Oral pada Pasien Penyakit Ginjal.


Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang mempunyai manifestasi pada
rongga mulut, sering disebabkan oleh penyakit itu sendiri atau sebagai efek dari perawatan.
Dengan meningkatnya kesadaran tentang hubungan antara kondisi dental dan medis, peran
dokter gigi telah bertambah penting dalam pengelolaan kesehatan umum pasien penyakit
ginjal kronis dan perawatan untuk kondisi rongga mulut pasien dengan penyakit tersebut.
Manifestasi oral pada pasien penyakit ginjal adalah sebagai berikut:
 Stomatitis Uremik
Stomatitis Uremik bisa terjadi karena meningkatnya kadar urea dan sisa zat nitrogen di
dalam aliran darah pada pasien penyakit ginjal kronis. Secara klinis, stomatitis uremik terlihat
sebagai plak putih yang bisa dijumpai pada mukosa bukal, dasar mulut dan lidah. Stomatitis
uremik bisa tejadi dalam salah satu dari empat bentuknya, erythemopultaceous, ulseratif,
hemorrhagic, dan hiperkeratosis.
 Xerostomia
Xerostomia atau mulut kering sering merupakan keluhan pasien dialisis. Terdapat
beberapa alasan prevalensi xerostomia. Kurangnya aliran saliva mungkin disebabkan oleh
keterlibatan uremik pada kelenjar saliva, inflamasi dari obat-obatan kimiawi, dehidrasi dan
kebiasaan bernafas melalui mulut. Xerostomia jangka panjang bisa menjadi predisposisi
terjadinya karies dan inflamasi gingiva serta mengakibatkan kesulitan dalam berbicara,
retensi gigi tiruan, g 3.
 Perubahan Pengecapan
Penyebab rasa metalik pada pasien uremik dilaporkan disebabkan oleh kandungan urea di
dalam saliva dan produk-produk ammonia dan karbon dioksida dari degradasi urea.
Perubahan pengecapan juga kemungkinan disebabkan oleh gangguan metabolik, penggunaan
obat-obatan dan kelainan pada kelenjar saliva dan komposisinya. Ada juga studi yang
mengatakan bahwa kadar urea, dimethil, trimethil amin yang tinggi dan kandungan zink yang
rendah dapat mengakibatkan kurangnya sensasi pengecapan pada pasien uremik.2 angguan
mastikasi dan hilangnya pengecapan.
 Petichiae Mukosa dan Ekimosis
Manifestasi ini mungkin terjadi karena kecenderungan perdarahan akibat disfungsi
thrombosit dan kurangnya faktor III platelet yang membantu dalam koagulasi darah. Kondisi
ini juga bisa dihubungkan dengan penggunaan antikoagulan saat perawatan hemodialisis.
 Osteodistropi renal
Komplikasi jangka panjang yang sering dijumpai pada penyakit ginjal kronis adalah
osteodistropi renal yaitu suatu kelompok kelainan metabolism tulang. Kelainan ini terdiri dari
kehilangan hidroksilasi 1-hydroxycholecalciferol dalam mengaktifasi vitamin D (1,25 –
dihydroxycholecalciferol), pengurangan dalam ekskresi ion hidrogen, hiperfosfatamia,
hipokalsemia dan hiperparatiroidisme sekunder. Berdasarkan penelitian oleh Massry dan Ritz
pada tahun 1978, hiperparatiroidisme sekunder bisa terjadi pada 92% pasien yang menerima
perawatan hemodialisis. Pasien dengan renal osteodistropi mempunyai resiko tinggi
terjadinya fraktur saat perawatan dental, seperti pencabutan gigi. Antara lain tanda-tanda
awal kelainan ini adalah radiolusensi yang luas pada tulang rahang dan pada beberapa pasien,
dijumpai adanya maloklusi gigi dan pembesaran tulang rahang yang jelas.
 Lesi Mukosa
Pada pasien penyakit ginjal yang menerima perawatan dialisis atau transplantasi ginjal,
lesi mukosa oral khususnya berupa bercak putih dan ulserasi sering dijumpai secara klinis.
Reaksi lichenoid dan oral hairy leukoplakia bisa terjadi akibat dari efek samping obat
imunosupresif. Bercak putih pada kulit yang dikenal sebagai uremic frost bisa juga terlihat
pada pasien penyakit ginjal kronis karena deposisi kristal urea pada permukaan epitel setelah
berkeringat. Kadang-kadang, bercak ini bisa terlihat secara intraoral karena evaporasi saliva.
 Lesi Mukosa
Pada pasien penyakit ginjal yang menerima perawatan dialisis atau transplantasi ginjal, lesi
mukosa oral khususnya berupa bercak putih dan ulserasi sering dijumpai secara klinis. Reaksi
lichenoid dan oral hairy leukoplakia bisa terjadi akibat dari efek samping obat imunosupresif.
Bercak putih pada kulit yang dikenal sebagai uremic frost bisa juga terlihat pada pasien
penyakit ginjal kronis karena deposisi kristal urea pada permukaan epitel setelah berkeringat.
Kadang-kadang, bercak ini bisa terlihat secara intraoral karena evaporasi saliva.
 Keganasan Oral
imunosupresif yang menjadikan mukosa rongga mulut lebih mudah terinfeksi oleh virus
penyebab tumor seperti Kaposi sarcoma dan non-Hodgkin limfoma bahwa perawatan
transplantasi ginjal bisa menjadi faktor predisposisi terjadinya displasia epitel dan karsinoma
bibir. karsinoma sel skuamosa oral bias terjadi pada daerah yang mengalami pembesaran
gingiva akibat daripada obat siklosporin.
Referensi

http://www.scribd.com/doc/97536170/GINJAL

http://eprints.umm.ac.id/47830/3/BAB%20II.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/385839409-Rangkuman-Batu-Saluran-Kemih.pdf

Purnomo BB., Besut Daryanto., Kurnia PS. Batu saluran kemih , dalam pedoman diagnosis dan terapii
FK Universitas Brawijaya, 2010, hal : 11-5

Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 14 (28) Desember 2016

https://www.alodokter.com/batu-ginjal/penyebab

https://www.alodokter.com/kanker-ginjal

https://www.docdoc.com/id/info/condition/kanker-ginjal

Kidney Cancer Institute: https://kidneycancerinstitute.com/

National Cancer Institute: https://cancer.gov/

https://www.alodokter.com/transplantasi-ginjal-ini-yang-harus-anda-ketahui

https://id.scribd.com/doc/262119002/ca-ginjal

Anda mungkin juga menyukai