Anda di halaman 1dari 106

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

(Ringkasan Penyakit Hipertropiprostat, Batu Ginjal, Batu Buli Buli, Ca Ginjal,

Ca Kolon, Gagal Ginjal)

Oleh :

Sri Fifi Safitri

(105111101719)

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesehatan dan kesempatan serta
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya didunia dan diakhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Laporan
Malaria”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik
lagi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah. Ibu Nurlina
S.Kep.Ns,M.Kep. yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini.

Demikian semoga makalah ini bermanfaat.

Makassar, Oktober 2020

Penyusun
BAB 1

(BATU GINJAL)

A. Defenisi Batu Ginjal


Batu ginjal merupakan komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks atau pelvis
ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan gesekan, yang menyebabkan nyeri yang
bergantung pada besarnya kristal tersebut. Sebagian besar kristal tersebut adalah kalsium,
oksalat, dan fosfat yang bersatu membentuk kristal yang lebih besar saat proses pembentukan
urin. Sukahatya dan Muhammad Ali (1975) dalam Mochammad Sja’bani (2006) melaporkan
kasus batu ginjal yang sering ditemui adalah mengandung asam urat yang tinggi 25%,
bercampur dengan kalsium oksalat/ kalsium fosfat 79%, sedangkan hanya mengandung kalsium
oksalat sekitar 73%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar batu yang terbentuk di ginjal
banyak mengandung kalsium oksalat.

B. Etiologi
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan, baik pada ginjal maupun saluran
kemih. Namun penyebab dari batu ginjal sendiri masih idiopatik. Batu ginjal lebih sering terjadi
pada pria daripada wanita yang mungkin dipengaruhi oleh ukuran uretra pria lebih panjang dari
wanita. Adapun beberapa faktor risiko yang menjadi faktor utama predisposisi batu ginjal, yaitu
sebagai berikut :

a. Hiperkalsiuria: Meningkatnya kadar kalsium di urin. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti meningkatnya absorpsi kalsium dari lumen usus, atau penguraian kalsium yang
berasal dari tulang, serta kelainan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal.

b. Hipositraturia: Kadar sitrat yang peran sebagai inhibitor pembentukan kalsium di urin
berkurang. Peningkatan reabsorsi sitrat akibat peningkatan asam di proksimal menyebabkan
berkurangnya sitrat di urin sehingga proses agregatasi kalsium berjalan dengan mudah. Inhibitor
kalsium selain sitrat juga ditemukan pada glikoprotein yang disekresi oleh sel epitel tubulus
distal seperti nefrokalsin yang dapat mengabsorpsi permukaan kristal dan memutul interaksi
antar kristal.

c. Hiperurikosuria: Peningkatan asam urat pada urin.


d. Hiperoksaluria: Peningkatan di kadar oksalat yang diekskresikan ke dalam urin. Peningkatan
kecil kadar oksalat dapat memberi pengaruh yang besar terhadap pembentukan kristal kalsium
oksalat dibandingkan peningkatan ekskresi kalsium.

Penurunan intake cairan. Diketahui bahwa asupan air yang banyak dapat menghambat
pembentukan kristal menjadi lebih besar, sehingga kristal yang masih kecil bisa luruh dari
dinding tubulus dan dibawa oleh cairan urin yang banyak untuk dieliminasi.

Faktor penyebab terbentuknya batu ginjal

Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di saluran kemih. Batu yang
paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium. Terdapat sejumlah tipe batu ginjal
dan ukurannya dapat berkisar dari kecil hingga sebesar batu staghorn (batu menyerupai tanduk
rusa) yang dapat merusak sistem kolektivus. Biasanya batu ginjal terdiri atas garam kalsium
(oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.

Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, terdapat faktor predisposisi seperti
jenis makanan yang dikonsumsi, Infeksi Saluran Kemih (ISK), volume air yang diminum,
kelainan metabolisme, usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas, konsumsi vitamin dan obat-obatan
tertentu, dan berat badan. Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat.

Terbentuknya batu ginjal sangat erat kaitannya dengan peningkatan pH urine (pada batu
kalsium bikarbonat), atau sebaliknya penurunan pH urine (pada batu asam urat). Segala sesuatu
yang menyebabkan terhambatnya aliran urine dan menyebabkan statis urine (tidak ada
pergerakan pada urine) di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan pembentukan batu
karena dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan mineral.

Genetik

Makanan dan minuman

Volume air yang diminum

Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Aktivitas
Vitamin dan obat-obatan

Usia

Berat badan

Jenis kelamin

C. Tanda dan gejala


Penyakit ini memiliki gejala yang cukup khas dengan adanya rasa nyeri di daerah
pinggang ke bawah. Nyeri bersifat kolik atau non kolik. Nyeri dapat menetap dan terasa sangat
hebat. Mual dan muntah sering hadir, namun demam jarang dijumpai pada penderita. Dapat
juga muncul adanya bruto atau mikrohematuria. Penatalaksanakan kasus ini dapat dilakukan
dengan metode ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy), PCNL (Percutaneus Nephro
Litholapaxy), bedah terbuka dan terapi konservatif atau terapi ekspulsif medikamentosa (TEM).

D. Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada beberapa hal, seperti ukuran dan jumlah batu, dimana
mereka berada, dan apakah ada infeksi atau tidak. Kebanyakan batu keluar dari tubuh dengan
sendirinya tanpa bantuan dokter. Cara paling mudah mengobati batu kecil atau
mengeluarkannya adalah dengan minum banyak air. Obat-obatan dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit. Antibiotik diberikan jika ada infeksi.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Identitas klien:

Nama : Tn. M

Umur : 40 tahun

Alamat :-

Agama :-

Pendidikan :-

Pekerjaan : Supir truk.

Diagnosa masuk : Batu ginjal.

Keluhan utama:

Nyeri yang hilang timbul pada pinggang kanan sejak 2 bulan yang lalu dan nyeri
bertambah sejak 2 minggu yang lalu. Rasa nyeri menjalar hingga ke paha kanan bagian
dalam sampai ke selangkangan. Nyeri terutama dirasakan bila lama duduk.

Keluhan lainnya:

Saat berkemih kadang timbul nyeri, miksi tidak puas dan terputus-putus.

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kencing berpasir dirasakan kira-kira 3 minggu yang lalu, sebesar pasir kecil
berwarna kuning disertai dengan keluar urin bercampur darah.

Riwayat bangun tengah malam untuk kencing kira-kira 5 kali dalam semalam yang
dialami 3 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada region costovetebra dan
region suprapubik. Nyeri ketok costovetebra menandakan bahwa ada kelainan pada
ginjal, obstruksi pada pertemuan uretropeutrik. Nyeri pada sudut yang terbentuk oleh
kosta terakhir dan vertebra. Nyeri suprapubik adalah nyeri di daerah suprapubis (di
bawah pusar). Saat ini tanda vital normal.

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mempunyai tiga tujuan, yaitu:


Mengetahui faktor risiko batu ginjal.

Mengetahui adanya komplikasi batu ginjal.

Mengetahui jenis serta penyebab timbulnya batu ginjal.

Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:

Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan
pH urin.

Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.

C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
keadaan demam.

Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.

Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada klien yang dicurigai mempunyai batu
ginjal. Pemeriksaan rutin meliputi:
Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (BNO= Blast Neir Oversicht
atau KUB= Kidney Ureter Bladder).

USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory


pyelography tidak boleh dilakukan pada klien dengan alergi media kontras, kreatinin
serum >2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis. Pemeriksaan USG
dikerjakan pada klien yang tidak mungkin menjalani IVP. Akan tampak acoustic
shadow jika ada batu.

CT Scan.

IVP.

IVP (Intra Vena Pyelography) untuk melihat fungsi dan anatomi sistem urinarius.
Dilakukan jika batu tidak tampak dengan BNO tetapi klinis (+) ada batu saluran
kemih. Syarat IVP :
Klien tidak alergi pada bahan kontras.

Ureum dan kreatinin urin dalam batas normal.

Tidak hamil.

Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :

Retrograde atau antegrade pyelography.

RPG dilakukan bila fungsi ginjal buruk atau tidak dapat dilakukan IVP. Dengan
kateter kontras masuk ke dalam ureter. Bila tidak dapat dilakukan RPG (Retrograde
Pyelografi) karena hidronefrosis, harus dilakukan nefrostomi dahulu supaya cairan
dapat dibuang lalu dimasukkan kontras dari ginjal.
Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT).

Scintigraphy.
B. Diagnosa

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma


jaringan, edema dan iskemia seluler.

b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

c. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) berhubungan dengan mual atau muntah (iritasi
saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat atau lengkapnya informasi yang ada.

C. Intervensi

Diagnosa Tujuan/ Intervensi


kriteria yang
diharapkan
Nyeri (akut) Tujuan: Catat lokasi, lamanya atau
berhubungan dengan Nyeri hilang intensitas nyeri (skala 1-
peningkatan frekuensi dengan spasme 10) dan penyebarannya.
kontraksi ureteral, terkontrol. Perhatikan tanda non
taruma jaringan, edema verbal seperti:
dan iskemia seluler. Kriteria: peningkatan TD dan DN,
Pasien tampak gelisah, meringis,
rileks. merintih, menggelepar
Pasien mampu Jelaskan penyebab nyeri
tidur atau dan pentingnya
istirahat dengan melaporkan kepada staf
tenang. perawatan setiap
Tidak perubahan karakteristik
gelisah,tidak nyeri yang terjadi.
merintih. Jelaskan penyebab nyeri
dan pentingnya
melaporkan kepada staf
perawatan setiap
perubahan karakteristik
nyeri yang terjadi.
Bantu atau dorong
pernapasan dalam,
bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik.
Bantu atau dorong
peningkatan aktivitas
(ambulasi aktif) sesuai
indikasi disertai asupan
cairan sedikitnya 3-4 liter
perhari dalam batas
toleransi jantung.
Perhatikan peningkatan
atau menetapnya keluhan
nyeri abdomen.
Kolaborasi pemberian
obat sesuai program
terapi:
Analgetik.
Antispasmodik.
Kortikosteroid
Pertahankan patensi
kateter urine bila
diperlukan.
Perubahan eliminasi Tujuan: Awasi asupan dan
urine berhubungan Perubahan haluaran, karakteristik
dengan stimulasi eliminasi urine urine, catat adanya
kandung kemih oleh tidak terjadi. keluaran batu.
batu, iritasi ginjal dan Tentukan pola berkemih
ureter, obstruksi Kriteria: normal klien dan
mekanik dan Haematuria perhatikan variasi yang
peradangan. tidak ada. terjadi.
Piuria tidak Dorong peningkatan
terjadi. asupan cairan.
Rasa terbakar Observasi perubahan
tidak ada. status mental, perilaku
Dorongan ingin atau tingkat kesadaran.
berkemih terus Pantau hasil pemeriksaan
berkurang. laboratorium (elektrolit,
BUN, kreatinin).
Berikan obat sesuai
indikasi:
Asetazolamid (Diamox),
Alupurinol (Ziloprim).
Hidroklorotiazid (Esidrix,
Hidroiuril), Klortalidon
(Higroton).
Amonium klorida, kalium
atau natrium fosfat
(Sal-Hepatika).
Agen antigout mis:
Alupurinol (Ziloprim).
Antibiotika.
Natrium bikarbonat.
Asam askorbat
Pertahankan patensi
kateter tak menetap
(uereteral, uretral atau
nefrostomi).
Irigasi dengan larutan
asam atau alkali sesuai
indikasi.
Siapkan klien dan bantu
prosedur endoskopi.

Kekurangan volume Tujuan: Awasi asupan dan


cairan (resiko tinggi) Keseimbangan haluaran .
berhubungan dengan cairan adekuat. Catat insiden dan
mual atau muntah karakteristik muntah,
Kriteria:
(iritasi saraf abdominal diare.
dan pelvis ginjal atau Intake dan Tingkatkan asupan cairan
kolik ureter, diuresis output 3-4 liter/ hari.
pasca obstruksi. seimbang. Awasi tanda vital.
Timbang berat badan
Tanda vital
setiap hari.
stabil (TD
Kolaborasi pemeriksaan
120/80 mmHg.
HB/Ht dan elektrolit.
Nadi 60-100,
Berikan cairan infus
RR16-20, suhu
sesuai program terapi.
36.5°-37°C).
Kolaborasi pemberian diet
Membran sesuai keadaan klien.
mukosa lembab. Berikan obat sesuai
program terapi
Turgor kulit
(antiemetik misalnya
baik.
Proklorperasin/
Campazin).
Kurang pengetahuan Tujuan: Tekankan pentingnya
tentang kondisi, Pasien dapat mempertahankan asupan
prognosis dan memahami hidrasi 3-4 liter/hari,
kebutuhan terapi tentang diet dan Kaji ulang program diet
berhubungan dengan program sesuai indikasi.
kurang terpajan atau pengobatan. Diet rendah purin.
salah interpretasi Diet rendah kalsium.
terhadap informasi, Kriteria: Diet rendah oksalat.
keterbatasan kognitif, Berpartisipasi Diet rendah kalsium
kurang dalam program atau fosfat.
akurat/lengkapnya pengobatan. Diskusikan program obat-
informasi yang ada. Menjalankan diet. obatan, hindari obat yang
dijual bebas.
Jelaskan tentang tanda
atau gejala yang
memerlukan evaluasi
medik (nyeri berulang,
hematuria, oliguria).
Tunjukkan perawatan
yang tepat terhadap luka
insisi dan kateter bila ada.

D. Implementasi

Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus dilakukan pada saat itu dan catat apa pun
yang telah dilakukan pada klien.

E. Evaluasi

Evaluasi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan klien mulai membaik, hentikan
tindakan. Sebaliknya, jika keadaan klien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan.
BAB II

(CA GINJAL)
A. Definisi
Kanker Ginjal adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelainan pertumbuhan dari sel-sel
kanker pada ginjal. Biasanya, hanya satu ginjal yang terkena kanker.

Carsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma) adalah tumor malignansi renal tersering, dua kali
lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Kebanyakan sel ginjal
ditemukan di parenkim renal dan menimbulkan gejala yang baru ( Nursalam & Fransisca, 2006 ).

Kanker ginjal merupakan suatu keganasan pada parenkim ginjal yang berasal dari tubulus
proksimal ginjal ( Muttaqin & Sari, 2011 ).

B. Etiologi
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara wajar,
tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel baru meskipun
tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu masa yang terdiri
jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker
(keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor maligna, sel-sel dari tumor ini menyusup dan
merusak jaringan disekitarnya, sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran
darah atau system getah bening, paru-paru, hati, tulang, pembuluh limfe, vena renalis, dan akan
terbawa kebagian tubuh lainnya (proses ini dikenal sebagai metastase tumor).

Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Namun penelitian telah menemukan
factor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal. Risiko
terjadinya carcinoma sel ginjal meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling
sering terjadi pada usia 50-70 tahun. Pria memiliki risiko 2 kali lebih besar dibandingkan wanita.

Faktor – faktor resikonya, yaitu :

Merokok.
Merokok adalah faktor resiko utama, para perokok dua kali lebih mungkin menderita
kanker ginjal dari pada bukan perokok. Orang yang menyukai rokok cerutu bahkan bisa
menderita kanker ginjal paling parah.
Kegemukan/obesitas.
Orang yang mengalami kegemukan mempunyai resiko yang lebih tinggi dari mereka
yang tidak kegemukan.
Dialysis jangka panjang.
Dialysis adalah perawatan untuk orang-orang yang ginjalnya tidak bekerja dengan baik,
dialysis akan mengeluarkan pembuangan-pembuangan dari darah.
Hipertensi
Von Hippel Lindau ( VHL ) syndrome
HVL adalah penyakit yang jarang beredar pada beberapa keluarga dan disebabkan oleh
perubahan dalam gen HVL. Suatu gen HVL yang tidak normal dapat meningkatkan
resiko kanker ginjal, juga menyebabkan kista atau tumor dimata, otak dan bagian-bagian
tubuh yang lainnya. Penderita sindrom ini bisa melakukan tes pemeriksaan terhadap
kemungkinan gen VHL yang tidak normal.
Jenis kelamin.
Laki – laki dimungkinkan lebih banyak menderita kanker ginjal daripada perempuan
Makanan tinggi lemak
Faktor lingkungan seperti terpapar cadmium, pelarut klorin, asbestos.
C. Patofisiologi
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam korteks,
dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari
tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi, cara penyebaran bisa secara langsung menembus
simpai ginjal ke jaringan sekitarnya dan melalui pembuluh limfe atau renalis metastasis tersering
ialah ke kelenjar getah bening ipsilateral, paru, kadang ke hati, tulang, adrenal dan ginjal
kontralateral (De Jong, 2000).

Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di
lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau
enyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa sglomerulus dan tubulus yang
primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi
stroma sel kumparan. Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada nyatanya memperlihatkan warna yang putih atau keabu-
abuan homogen, lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat ). Tumor tersebut akan
menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa abdomen. Akan
teraba pada abdominal dengan di lakukan palpasi. Munculnya tumor Wim’s sejak dalam
perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan
mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya
baik terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi biasanya
terkait iskemik pada renal IV.

Jaringan asal untuk karsinoma sel ginjal adalah epitel tubulus proksimal ginjal. Kanker
ginjal bisa terjadi secara herediter atau non herediter. Keduanya memberikan bentuk yang
berhubungan dengan perubahan struktural dari kromosom. Studi genetika kanker ginjal
menyebabkan kloning gen yang menghasilkan perubahan formasi tumor ( Iliopoulos, 2000 ).
Setidaknya terdapat 4 sindrom genetik yang terkait dengan karsinoma sel ginjal, meliputi:
sindrom von Hippel-Lindau (VHL), hereditary papillary renal carcinoma (HPRC), onkosit ginjal
familial (FRO) associated with Birt-Hogg-Dube syndrome (BHDS), dan karsinoma ginjal
herediter ( Iliopoulos,2000 ).

Penyakit sindrom von Hippel-Lindau adalah sindrom autosomal dominan yang memberikan
predisposisi untuk berbagai neoplasma, termasuk kanker ginjal. Renal cell carcinoma
berkembang di hampir 40 % dari pasien dengan penyakit Hippel-Lindau von dan merupakan
penyebab utama kematian di antara pasien tersebut. Karsinoma papiler ginjal herediter (HPRC)
adalah kelainan bawaan dengan pola dominan warisan autosom; individu yang terkena
mengembangkan karsinoma ginjal bilateral ( Radovanovic, 1986 ).

Individu dengan onkosit ginjal familial mengembangkan oncocytoma multifokal atau


neoplasma oncocytic di ginjal. Sindrom Birt-Hogg-Dube adalah sindrom kulit turun-temurun.
Pasien dengan sindrom Birt-Hogg-Dube memiliki kecenderungan dominan diwariskan untuk
mengembangkan tumor jinak dari foliker rambut (yaitu fibrofolliculomas), terutama di leher,
wajah dan batang atas, serta berisiko mengembangkan tumor ginjal, polip kolon atau tumor, dan
kista paru (Iliopoulos, 2000).

D. Klasifikasi
Stadium kanker ginjal didasarkan pada ukuran tumor, penyebaran dan luas penyebaran.
stadium-stadium tersebut adalah :

Stadium I
Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal. Tumornya berukuran 2,75 inci (7 cm)
atau tidak lebih besar dari sebuah bola tenis. Sel-sel kanker ditemukan hanya berada di
ginjal.
Stadium II
Stadium ini merupakan awal dari kanker ginjal namun tumor sudah berukuran lebih dari
2,75 inci. Sel – sel kanker ditemukan hanya di ginjal.
Stadium III
Pada stadium ini, tumor tidak meluas diluar ginjal, tetapi sel-sel kanker telah menyebar
melalui sistem getah bening ke suatu simpul getah bening yang berdekatan. Tumor juga
menyerang kelenjar adrenal atau lapisan-lapisan dari lemak dan jaringan yang
berserabut yang mengelilingi ginjal. Namun, sel-sel kanker masih belum menyebar
diluar jaringan berserabut. Sel-sel kanker ditemukan pada satu simpul getah bening
yang berdekatan atau menyebar dari ginjal ke suatu pembuluh darah besar yang
berdekatan. Sel-sel kanker juga ditemukan pada simpul getah bening yang berdekatan.
Stadium IV
Pada stadium ini, tumor meluas dari luar jaringan berserabut yang mengelilingi ginjal.
Sel-sel kanker ditemukan pada lebih dari satu simpul getah bening yang berdekatan atau
kanker yang telah menyebar ke tempat-tempat lain di dalam tubuh, seperti paru-paru.
Kanker yang kambuh
Kondisi ini adalah kanker yang kembali muncul setelah perawatan bisa muncul kembali
di ginjal atau bagian tubuh lainnya.

Stadium I Tumor terbatas pada parenkim ginjal

Stadium II Tumor menjalar kejaringan perinefrik tetapi tidak menembus


fasia Gerota

III A Tumor menembus fasia gerota dan masuk ke V renalis


Stadium III
III B Kelenjar limfe regional

III C Pembuluh darah local


Stadium IV
IV A Dalam organ, selain adrenal

IV B Metatase jauh

Manifestasi Klinis
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut, gejala
yang paling banyak ditemukan adalah hematuria ( adanya darah di dalam air kemih). Hematuria
bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisis air kemih.

Nyeri tumpul pada daerah punggung terjadi sebagai akibat dari tekanan balik yang
ditimbulkan oleh kompresi ureter, perluasan tumor ke daerah perienal atau perdarahan ke dalam
jaringan ginjal.

Nyeri yang bersifat kolik terjadi jika bekuan darah atau massa sel tumor bergerak turun
melalui ureter.

Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak kuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau
seluruh ginjal sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan
tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormone eritropoietin, yang
merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah.
Tanda-tanda lain dari Carsinoma ginjal adalah;

Warna urin abnormal (gelap atau coklat) karena terdapat darah dalam urin
Kehilangan berat badan lebih dari 5%.
Kelelahan
Anemia
Terdapat massa
Tanda metalase
Demam
Polisitemia, hiperkalsemia
Kebanyakan Carsinoma ginjal teridentifikasi secara kebetulan pada saat pemeriksaan
diagnostic abdomen seperti CT-scan
Gejala yang Nampak mungkin berkaitan dengan metastase tumor seperti fraktur patologi
pada paha.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Tujuan pengkjian
adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Data yang diperoleh
sangat berguna untuk tahap selanjutnya dalam proses keperawatan.

Identitas Klien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama oang tua,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.
Riwayat penyakit sekarang: Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging,
bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual muntah dan diare.
Badan panas hanya satu hari pertama sakit.
Pengkajian fisik
Keadaan umum
Berat badan
Pengkajian Head To Toe
TTV
Kaji pola nutrisi
Adanya nyeri tekan pada bagian abdomen
Periksa adanya benjolan pada perut.
Adanya perdarahan per uretra
Pengkajian Pola
Pola nutrisi dan metabolic
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia
Pola eliminasi
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria,proteinuri, hematuria.
Pola aktifitas dan latihan
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk
dimulai bila tekanan darah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema paru
maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba
,auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pembesaran jantung (Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah) anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi
dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejangkejang.
Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus Kognitif &
perseptual : Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa
gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopatihi pertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena
inumnitas yang menurun.
Persepsi diri Klien
cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang
lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju
endap darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua
kelainan labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk Pada foto polos
abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi
didalamnya. Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran
distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan
renoarteriogram didapatkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto
thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.

B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah bagian dari proses keperawatan dan merupakan penilaian
klinis tentang pengalaman/tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan aktual/potensial/proses krhidupan.

C. INTERVENSI
Intervensi keperawatan atau rencana keperawatan adalah suatu proses didalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tenteang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, dan siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan
(dermawan 2012).

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan
keluarga ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah di tetapkan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang di
buat pada tahap perencanaan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA GINJAL

Tanggal MRS : 9 Maret 2020

Tanggal pengkajian :19 Maret 2020

No Register : 116950

Diagnosa : Ca Ginjal

PENGKAJIAN
Biodata
Identitas Klien
Nama : Tn “A”
Umur : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gorontalo
Status perkawinan : Menikah
Agama :Islam
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Nyeri Pinggang
Riwayat keluhan utama
P : Penumpukan massa
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Daerah pinggang dan perut
S : Skala nyeri 7
T : Dimulai sejak ± 3 minggu sebelum MRS
Kondisi yang memperberat : Aktivitas fisik
Kondisi yang meringankan : Tirah baring
Keluhan menyertai: Klien mengatakan merasakan nyeri pada daerah perut klien
mengatakan nafsu makan menurun, mual dan vomit habis makan · Klien mengatakan
sulit melakukan pergerakan karena nyeri klien mengatakan sering BAK disertai
nyeri, ada darah pada urin
Riwayat kesehatan masa lalu Pasien sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat
penyakit apapun dan pasien juga belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
Riwayat Keperawatan Keluarga Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit seperti pasien
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Vital Sign :
TD:110/70 mmhg
RR:20x /menit
N :120 x /menit
S :36,9 C
BB sblum MRS :70 kg
BB saat MRS :65 kg
Kepala
Inspeksi: Bentuk mesochepal, rambut kurang bersih, hitam tidak mudah rontok, tidak
mudah dicabut
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak mengalami
gangguan penglihatan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada polip
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi: Simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Muka
Inspeksi: Ekspresi wajah tampak meringis kesakitan, ekspresi wajah tampak tegang,
bentuk wajah oval
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : Tdk ada pembesaran kelenjar tiroid, tdk ada peningkatan JVP
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Thorax
Inspeksi : Ictus simetris ka/ki
Auskultasi : Tidak ada wheezing, Tidak ada ronchi
Palpasi : Ictus cordis teraba pada iga 4 dan 5
Perkusi : Vocal fremitus kaki sama, sonor kaki
Abdomen
Inspeksi : Simetris kanan kiri
Auskultasi : Bunyi peristaltik 14 x/menit
Palpasi : Teraba adanya massa pada abdomen kuadran kanan dan kiri bawah,
terdapat nyeri tekan pada area abdomen
Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada oedema, terpasang infus RL 12 tetes/menit pada tangan kiri,
tidak ada lesi, kedua tangan dingin karena cemas
palpasi : tidak ada nyeri tekan
Kulit
Inspeksi : Turgor kulit baik, warna coklat

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
Lecosit : 8.000 H/mm3 (3.500-10.000)
PLT : 228.000 H/mm3 (150.000-390.000)
Hb : 11,3 g/dl 2)
Pemeriksaan Radiologi

Pola Fungsi Gordon


No Pola Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit

1. Pola presepsi a. Makan makanan yang a. Makan 3x sehari


sensori dan sehat
pemeliharaan b. Klien berhenti merokok
kesehatan b. Klien adalah perokok
aktif

2. Pola nutrisi a.
danSelera makan baik a. Nafsu makan menurun
cairan tubuhb. Tidak ada pantangan makanan
c. Mengkonsumsi air putih dan b. Klien diet rendah lemak
juga kopi c. Mengkonsumsi air putih

3. Pola eliminasi a. BAB 1x sehari a. BAB 1x sehari

b. BAK 3x sehari b. BAK 6-9x sehari

4. Pola tidur dan a. Lamanya tidur 5-6 jam a. Lamanya tidur 2-3 jam
istrahat sehari sehari

b. Kualitas tidur baik b. Kualitas tidur kurang


baik

5. Pola aktivitas a. Klien bekerja sebagai a. Klien tidak bekerja b.


dan latihan PNS Melakukan aktivitas
dengan dibantu oleh
b. Melakukan aktivitas keluarga
secara mandiri

6. Pola presepsi a. Klien adalah seorang a. Klien adalah pasien


terhadap ayah
b. Lemah, tidak mampu
b. Ideal diri pekerja keras bekerja

7. Pola hubungan a. Interaksi baik a. Interaksi baik


peran

8. Pola sensori a. Baik a. reflek daerah pinggang


kognitif menurun

9. Pola stress dan a. tidak ada kecemasan a. ada kecemasan krn mau
koping operasi

10. Pola keyakinan a. menjalankan ibadah 5 a. tidak dapat menjalankan


dan waktu ibadah
kepercayaan

Lingkungan
Klien tinggal bersama dengan seorang istri dan dua orang anak, tempat tinggal klien
merupakan sebuah rumah permanent dengan sumber penerangan dari PLN dan sumber
air dari PDAM.
Psikososial
Klien mengatakan merasa menyesal dengan penyakit yang dideritanya dan bersedia untuk
bergaya hidup sehat kedepannya
Klasifikasi Data
Data Subjektif:
Ax mengatakan merasakan nyeri pada daerah perut
Ax mengatakan nafsu makan menurun
Ax mengatakan sulit melakukan pergerakan karena nyeri
Ax mengatakan nyeri seperti ditusuk
Ax mengatakan sering BAK disertai nyeri,ada darah pada urin
Ax mengatakan cemas karena mau operasi
Data objektif:
Ekspresi Ax nampak meringis
Porsi makan tidak di habiskan
Nyeri tekan daerah abdomen (+)
Ax nampak melakukan pergerakan dengan dibantu oleh keluarga
Ax nampak tirah baring Teraba adanya massa pada daerah abdominal kuadran bawah
Ax nampak lemah
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Data subjektif: Agen Nyeri
Ax mengatakan merasakan cedera
nyeri pada daerah perut, bioligis
Ax mengatakan sulit
melakukan pergerakan
karena nyeri
Ax mengatakan nyeri seperti
ditusuk
Ax mengatakan sering BAK
disertai nyeri
Data objektif:
Ekspresi px nampak meringis
Teraba adanya massa di
daerah abdominal kuadran
bawah
Nyeri tekan abdomen (+)
Skala nyeri 7

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia (agen cidera biologis).

INTERVENSI KEPERAWATAN
N0 Dx Noc Nic
1. Nyeri akut Pain level Paint Managemen
berhubungan Pain control
dengan efek Comfort level Lakukan pengkajian
fisiologis dari Kriteria Hasil: secara komperhensif
neoplasia Observasi reaksi non
Mampu verbal dari
mengontrol ketidaknyamanan
nyeri (tahu Gunakan teknik
Definisi: komunikasi terapeutik
pengalaman penyebab nyeri,
Evaluasi pengalaman
sensori mampu nyeri masa lampau
menggunakan Evaluasi bersama pasien
dan
dan tim kesehatan lain
emosion teknik non
tentang ketidakefektifan
al yang farmakologi kontrol nyeri dimasa
untuk lampau
muncul
Bantu pasien dan keluarga
akibat mengurangi
dengan menemukan
kerusak nyeri, mencari dukungan
bantuan) Kontrol lingkungan yang
an
Melaporkan bahwa dapat mempengaruhi nyeri
jaringan seperti suhu ruangan,
yang nyeri berkurang kecahayaan, kebisingan
actual dengan Pilih dan lakukan
menggunakan penanganan nyeri
dan
(farmakologi, non
potensia manajement
farmakologi, dan
l atau nyeri interpersonal)
Mampu Ajarkan tentang teknik
digamba
non farmakologi
rkan mengendalikan
Berikan analgetik untuk
dalam nyeri (skala, mengurangi nyeri
intensitasfrekue Tingkatkan istirahat
kerusak
Monitor penerimaan
an nsi, dan tanda
pasien tentang manajeen
sedemik nyeri) nyeri
ian Menyatakan rasa
rupa. nyaman setelah
nyeri berkurang

IMPLEMENTASI
Hari/Ta Jam Tindakan Keperawatan TTD &
ngg Na
al ma
Pera
wat
Dx 19/03/2 08.0 1. memberi HE kepada ax tentang
020 0 penyebab nyeri, bahwa nyeri
itu disebabkan oleh proses
penyakitx
2. menjelaskan dan mengajarkan
kepada px untuk nafas dalam
10.0 untuk manajemen nyeri
0 3. memberikan suasana yang
nyaman dengan mengganti
sprei ax, menonton TV, dll
4. memberi injeksi analgesic untuk
pereda nyeri secara
farmakologis
EVALUASI
Hari/Ta Jam Evaluasi TTD &
ngg Na
al ma
Pera
wat
1. 19/03/2 08.0 S: ax mengatakan masih nyeri
020 0 kadang2
O: skala nyeri 5
Wajah meringis bila nyeri datang
Nyeri tekan abdomen
Bila bak masih nyeri
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
BAB III

(Ca Colon)

A. DEFENISI

Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan

merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas.

kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan

kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan

langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh

(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan

mutasi di genvital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya.

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang muncul

dari jaringan epithelial dari colon.

Usus besar dan dubur kangker


Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan

usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh

pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan

merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B. ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran

pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang

tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer Institute), dan organisasi

kanker lainnya.

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran

pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang

tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer Institute), dan organisasi

kanker lainnya.

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang menyebabkan

kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang

mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama

lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan

timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi

zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat

dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-

buahan (e.g Mormons, seventh Day Adventists).

Makanan yang harus dihindari :

Daging merah

Lemak hewan

Makanan berlemak

Daging dan ikan goreng atau panggang

Karbohidrat yang disaring (example:sari yang disaring)

Makanan yang harus dikonsumsi:

Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis

(seperti brokoli,brussels sprouts)

Butir padi yang utuh

Cairan yang cukup terutama air

(e.g Mormons, seventh Day Adventists).

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma, faktor utama yang

membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon :

Tubular, Villous dan Tubulo Villous. Meskipun hampir sebagian besar kanker Colon berasal dari

adenoma, hanya 5% dari semua Adenoma Colon menjadi manigna, Villous Adenoma

mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.

C. PATOFISIOLOGI

Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan tumbuh dan

membelah untuk mempertahankan fungsi normalnya, tetapi kadang-kadang pertumbuhan ini


diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun sel-sel baru tersebut tidak diperlukan.

Pertumbuhan yang berlebihan ini dapat merupakan suatu keadaan prekanker, contohnya adalah

polip di daerah usus besar. Setelah melalui periode panjang, polip ini dapat menjadi ganas. Pada

keadaan lanjut, kanker ini dapat menembus dinding usus besar dan menyebar melalui saluran

pembuluh getah bening.

Hampir semua karsinoma kolon rektum berasal dari polip, terutama polip adenomatus. Ini

disebutadenoma-carsinoma sequence. Menurut P. Deyle, perkembangannya dibagi atas 3 fase.

Fase pertama yaitu fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Fase kedua adalah fase

pertumbuhan tumor, fase ini tidak menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis. Kemudian

fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan dan gejala yang

nyata. Karena keluhan tersebut timbulnya perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya penderita

merasa terbiasa dan baru memeriksakan dirinya ke dokter setelah memasuki stadium lanjut.

Tipe nodularsecara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 3 tipe, yaitu:

Bentuk nodular berupa suatu massa yang keras dan menonjol ke dalam lumen, dengan

permukaan noduler. Biasanya tidak bertangkai dan meluas ke dinding kolon. Sering juga terjadi

ulserasi, dengan dasar ulkus yang nekrotik dengan tepi yang meninggi, mengalami indurasi dan

noduler. Di daerah sekum, bentuk tumor ini kemungkinan tumbuh menjadi suatu massa yang

besar, tumbuh menjadi fungoid atau tipe ensefaloid. Permukaan ulkus akan mengeluarkan pus

dan darah.

Tipe Koloid

Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid.

Skirous (Schirrous)
Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan yang keras serta

melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi kolon untuk membentuk napkin ring.

Papilary atau polipoid

Tipe ini merupakan pertumbuhan yang sering berasal dari papiloma simple atau adenoma.

Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma yang berasal

dari epitel kolon. Bentuk dan diferensiasinya sempurna mempunyai struktur glandula dan

kelenjar-kelenjarnya sendiri membesar, terjadi pembengkakan sel kolumna dengan nuklei

hipokromasi dengan sel yang mengalami mitosis. Pada bentuk yang kurang berdifirensiasi sel-sel

epitel terlihat didalam kolumna atau massa.

Desar sel barvariasi dan mungkin terdapat invasi dari pembuluh darah dan pembuluh limfe.

Pada pertumbuhan anplastik kadang terlihat signet ring cell (inti mendesak ke arah sel).

D. TANDA dan GEJALA

Mula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum

keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu

barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran

yang bermakna di usus besar. Makin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin

banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga,

yaitugejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran (metastasis).

Gejala lokalnya adalah :

Perubahan kebiasaan buang air

Perubahan frekuensi buang air, berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)


Sensasi seperti belum selesai buang air, (masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar) dan

perubahan diameter serta ukuran kotoran (feses). Keduanya adalah ciri khas dari kanker

kolorektal

Perubahan wujud fisik kotoran/feses

Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air besar

Feses bercampur lendir

Feses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan di

saluran pencernaan bagian atas

Timbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat sumbatan

saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor

Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita

Timbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh

mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih (timbul darah pada

air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina (keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan,

dll). Gejala-gejala ini terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas

penyebarannya

Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui,

poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di

karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada

tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai Ulcerative Colitis atau penyakit Crohn’s juga

mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan

tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3

kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

Kangker usus besar

http://nch.adam.com/content.aspx?productId=117&pid=1&gid=000262

Gejala umumnya adalah :

Berat badan turun tanpa sebab yang jelas (ini adalah gejala yang paling umum di semua

jenis keganasan)

Hilangnya nafsu makan

Anemia, pasien tampak pucat

Sering merasa lelah

Kadang-kadang mengalami sensasi seperti melayang


Gejala penyebarannya adalah :

Penyebaran ke Hati, menimbulkan gejala :

Penderita tampak kuning

Nyeri pada perut, lebih sering pada bagian kanan atas, di sekitar lokasi hati

Pembesaran hati, biasa tampak pada pemeriksaan fisik oleh dokter

Timbul suatu gejala lain yang disebut paraneoplastik, berhubungan dengan peningkatan

kekentalan darah akibat penyebaran kanker.

Penjelasan Penyakit Kanker Rektum atau Kolon

http://denatureshop.com/2016/01/obat-kanker-rektum/
Tingkatan / Staging / Stadium Kanker Kolon

Terdapat beberapa macam klasifikasi staging pada kanker kolon, ada klasifikasi TNM,

klasifikasi Dukes, namun yang akan saya jabarkan klasifikasinya adalah sebagai berikut

(klasifikasi Dukes. 2009) :

Stadium 1 : Kanker terjadi di dalam dinding kolon

Stadium 2 : Kanker telah menyebar hingga ke lapisan otot kolon

Stadium 3 : Kanker telah menyebar ke kelenjar-kelenjar limfa

Stadium 4 : Kanker telah menyebar ke organ-organ lain

(klasifikasi Dukes. 2009).

Kangker usus besar kolonoskopi

http://www.pathologyoutlines.com/topic/colontumoradenocarcinoma.htm
E. KLASIFIKASI dan JENIS

Derajat keganasan karsinoma kolon berdasarkan gambaran histolik dibagi menurut

klasifikasi Dukes, berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding usus, yaitu :

Dukes A : dalamnya infiltrasi; terbatas pada dinding usus atau mukosa.

Dukes B : dalam infiltrasi; menembus lapisan muskularis mukosa.

Dukes C : dalamnya infiltrasi metastasi kelenjar limfe dengan :

C1 : beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer.

C2 : dalam kelenjar limfe jauh.

Dukes D : sudah metastasis jauh

Berdasarkan besar diferensiasi sel, terdapat klasifikasi yang terdiri dari 4 tingkat, yaitu:

Grade I : Sel-sel anaplastik tidak melebihi 25%

Grade II : Sel-sel anaplastik tidak melebihi 25-50%

Grade III : Sel-sel anaplastik tidak melebihi 50-75%

Grade IV : Sel-sel anaplastik lebih dari 75%

Tumor dapat menyebar secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti pada

kedalam kandung kemih, melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon

dan melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal.
Karsinoma kolon dan rektum mulai berkembang pada mukosa dan tumbuh sambil

menembus dinding dan memperluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Di daerah rektum

penyebaran ke arah anal jarang melebihi 2 cm. penyebaran per kontinuitatum menembus

jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus, vagina atau prostat.

Penyebaran limfogen ke kelenjar parailliaka, mesenterium, dan paraaorta. Penyebaran peritoneal

menyebabkan paritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites. Tumor ganas terdiri atas:

Karsinoma

Sarkoma

Untuk menemukan tumor jinak ini, harus dilakukan pemeriksaan radiologis dan endoskopis

yang meliputi pemeriksaan sigmoidaskopi dan kolonoskopi. Pengobatan tumor jinak biasanya

dilakukan dengan cara operasi.

Sebagian besar penderita tumor jinak biasanya tidak mempunyai keluhan, kecuali jika telah ada

komplikasi tidak menyebabkan diare. Apabila letak tumor ada dibagian kolon paling bawah,

biasanya menimbulkan perdarahan. Keluhan lain, yang jarang terjadi, yaitu diare berlendir yang

kadang-kadang disertai dengan nyeri perut.

Kanker rektum atau kanker usus besar atau kolorektal termasuk penyakit ganas urutan ke-

10 tersering di dunia, termasuk Indonesia. Kanker rektum biasanya ditemukan pada pria dan

wanita berusia di atas 50 tahun. Seiring dengan perubahan gaya hidup, pada saat ini, 50%

penderita kanker kolon berusia di bawah 40 tahun.Kanker kolon tergolong fatal karena

diperkirakan 50% penderitanya meninggal akibat penyakit ini.

https://www.academia.edu/30818609/

F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada pasien kanker kolon menurut Mangan (2009):

a. Perut terasa nyeri, kembung, dan tegang

b. Kadang-kadang jika diraba terasa adanya tonjolan pada perut

c. Nafsu makan menurun

d. Keluar darah dari dubur.

e. Tanda-tanda adanya penyempitan dan penyumbatan dari usus besar sampai dubur, seperti
susah buang air besar.

http://repository.unimus.ac.id/1773/4/3.%20BAB%20II.pdf

Manifstasi Klinis
Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan
Obstruksi
Melena
Nyeri dangkal abdomen
Anemia
Mucus jarang terlihat
Pada orang yang kurus, kanker kolon kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang
pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen,
dan kadang – kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi
Diare
Nyeri kejang
Kembung
Sering timbul gangguan obstruksi
Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita
Mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.
Anemia
Keinginan defekasi atau sering berkemih
Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale,
2000).
https://www.academia.edu/36153616/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Ca_Colon_docx

G. PEMERKSAAN PENUNJANG
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan
untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan kanker kolon dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran kanker kolon pada lumen. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dancolonoscopy.
Computer Tomografi (CT)
Computer tomografi membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest
X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada
Selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk
persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada
suatu tempat atau suatu striktura.
Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
Histopatologi
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon
adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan
(FKUI, 200). Kanker kolon marker (petanda kanker kolon) yang biasa dipakai adalah CEA.
Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut.
Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma
kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III.
Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis
terhadap shigella dan juga amoeba.
Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila kanker kolon sudah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran kanker kolon.
Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau
sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi kanker kolon, merusak genetic
sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada
kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat,
karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001)
Penatalaksanaan Keperawatan
Dukungan adaptasi dan kemandirian.
Meningkatkan kenyamanan.
Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
Mencegah komplikasi.
Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Penatalaksanaan Diet
Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran
dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus
akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama
yang terdapat pada daging hewan.
Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat
memicu sel karsinogen / sel kanker.
Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

KONSEP ASKEP

1. PENGKAJIAN
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif yang
diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang
menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013). Identitas
pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
Meliputi nama dan alamat
Jenis kelamin
Umur: paling sering menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun
Pekerjaan
1. Pengkajian Riwayat Keperawatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak” atau hanya
dengan anggukan kepala atau gelengan.
Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker usus besar dapat terkena
kanker usus besar untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur,
uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena
kanker usus besar.
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya mempunyai riwayat kanker usus besar
pada keluarga, maka kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara anda
terkena kanker pada usia muda
Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan seseorang
yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi buruk atau obesitas.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang dikonsumsi oleh
pasien setiap harinya.
Riwayat Psikologi
Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada tekanan psikologis
berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian.
Pengkajian Pola Gordon
Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, cara menjaga kesehatan, pengetahuan klien tahu tentang
penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku mengatasi kesehatan,
pengetahuan penyebab sakitnya.
Nutrisi metabolik
Makan atau minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obat-obatan yang dikonsumsi.
Eliminasi
Pola buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan
nyeri.
Aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, bantuan
dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.
Tidur dan istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur klien.
Kognitif dan persepsi sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi pancaindera, alat bantu yang digunakan
misalnya kaca mata.
Persepsi dan konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap penyakitnya,
harapan klien terhadap penyakitnya.
Peran dan hubungan dengan sesama
Hubungan klien dengan sesama, hungan klien dengan orang lain keluraga, perawat dan
dokter
Reproduksi dan seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan toleransi terhadap
stres
Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi solus.
Nilai dan kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan medis yang bertentangan dengan
kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang dianut klien, persepsi terkait dengan
penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan klien.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6
Skala nyeri 5
Tanda vital:
Tekanan Darah : 140/90 mm/Hg
Nadi : 105 X/mnt
RR : 24 X/mnt
Suhu : 36°C
Interpretasi :
Tekanan darah pasien tinggi karena pasien berusia hmpir 60 tahun. Nadi tinggi karena
pasien biaanya nyeri, RR, suhu dalam batas normal dan tidak ada gangguan.
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
Kepala
Inspeksi : Tidak ada benjolan/kanker kolon , tidak ada lesi dikepala, penyebaran rambut merata,
rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, dilatasi pupil normal, ada
reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan pembengkakan, telinga dalam
keadaan bersih, ketajaman pendengaran normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung, bersih, tidak ada
pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : Bibir : mukosa bibir kering, rongga mulut : jumlah gigi lengkap, lidah : bersih, warna
lidah putih
Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti ronkhi,
wheezing, snoring
Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Urogenital
Tidak terkaji

Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot Palpasi : tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa

5 5
5 5
Kulit dan kuku
Inspeksi :
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik
Keadaan lokal
Kondisi umum pasien biasanya adalah composmentis degan nilai GCS 14-15.
Pemeriksaan diagnostik

pemeriksaan laboraorium

pemeriksaan hispatologi

pemeriksaan MSCT-Scan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri kronis berhubungan dengan kompresi tumor pada ujung saraf nyeri di dinding kolon

Keletihan berhuungan dengan anemia karena adanya perdarahan intestinal dan feses bercampur
darah

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi
yang tidak adekuat

Risiko infeksi berhubungan dengan luka paca bedah kolostomi

IMPLEMENTASI

Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan
sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan
upaya komplikasi.
EVALUASI

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapkan.
https://www.academia.edu/36153616/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Ca_Colon_docx

BAB IV

(GAGAL GINJAL)

A. Definisi

Gagal ginjal adalah kondisi dimana ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring
cairan dan sisa-sisa makanan. Saat kondisi ini terjadi, kadar racun dan cairan berbahaya
akan terkumpul di dalam tubuh dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati.

Ginjal adalah sepasang organ yang berbentuk menyerupai kacang yang terletak pada
punggung bagian bawah. Fungsi utamanya adalah untuk menyaring racun dan sisa-sisa
makanan dan mengirimkannya ke usus, untuk kemudian dibuang melalui air kemih. Jika
ginjal tidak dapat berfungsi, karena penyebab yang akan dijelaskan pada bagian
berikutnya, maka kondisi gagal ginjal terjadi. Satu-satunya cara untuk bisa sembuh dari
kondisi ini adalah dengan melakukan cangkok ginjal.

http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/testprocedures/urology/kidneybiopsy_92,
P07706

B. Etiologi
Etiologi gagal ginjal dapat di kelompokkan menjadi 3 kelompok, diantaranya :

Gagal ginjal diakibatkan kerusakan pada ginjal

Kerusakan pada ginjal dapat mengganggu fungsi ginjal. Beberapa penyebabnya


diantara lain :

Diabetes tipe I dan II

Penyakit autoimun seperti eritomatos lupus sistemik, dimana system kekebalan tubuh
menyerang dan merusak ginjal

Malaria dan penyakit kuning

Tekanan darah tinggi

Infeksi yang tidak diobati

Penyalahgunaan alcohol dan narkoba

Gagal ginjal yang disebabkan oleh hilangnya alira darah ke ginjal

Hilangnya asupan darah ke ginjal secara tiba-tiba dapat menyebabkan ginjal berhenti
berfungsi dan merupakan penyebab umum untuk penyakit ginjal akut. Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh penyakit tertentu seperti stenosis arteri (penyempitan atau
penyumbatan pembuluh arteri ginjal), pengerasan (sirosis) hati, serangan jantung,
penyakit jantung koroner, kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), timbunan kolesterol,
luka bakar, infeksi dan reaksi terhadap alergi.

Kesulitan untuk membuang air kecil yang menyebabkan gagal ginjal

Kesulitan untuk buang air kecil biasanya disebabkan oleh sumbatan yang
meningkatkan tekanan pada ginjal dan mengganggu fungsinya. Beberapa jenis kanker
seperti kanker usus besar, prostat, usus dan leher rahim (serviks), serta batu ginjal,
darah beku dan prostat berukuran besar dapat menyumbat aliran air kemih.
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/testprocedures/urology/kidneybiopsy_
92,P07706

C. Patofisiologi

Patofisiologi gagal ginjal akut (acute kidney injury) adalah ketika terjadi gangguan
perfusi oksigen dan nutrisi dari nefron baik karena pasokan yang menurun maupun
permintaan yang meningkat. Patofisiologi dari gagal ginjal akut dibedakan berdasarkan
etiologinya.

Prerenal

Hipoperfusi ke ginjal yang menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG),


seperti pada hipovolemia, gangguan fungsi jantung, vasodilatasi sistemik dan
peningkatan resistensi vaskular. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan dalam
mempertahankan tekanan filtrasi intraglomerulus sehingga ginjal hanya menerima 25%
dari curah jantung (cardiac output). Sistem pembuluh darah di ginjal dapat
mempertahankan perfusi hingga tekanan darah sistemik dengan mean arterial pressure
(MAP) 65 mmHg. Dalam sebuah penelitian, MAP 72 – 82 mmHg diperlukan untuk
menghindari gagal ginjal akut pada pasien syok sepsis dan bila terdapat gangguan ginjal.

D. Klasifikasi

Terdapat 2 klasifikasi besar untuk gagal ginjal akut, yaitu kriteria RIFLE dan kriteria dari
KDIGO:
1.
KlasifikasigagalginjalakutdariKDIGOClinicalPracticeGuidelineforAcuteKidneyInjury(20
12).[1]

Stadium Kreatinin Serum Keluaran urin


1 1.5 – 1.9 kali nilai dasar, atau peningkatan ≥ 0.3 mg/dL < 0.5 mL/kgBB/jam
selama 6 – 12 jam
2 2.0 – 2.9 kali nilai dasar < 0.5 mL/kgBB/jam selama ≥ 12 jam
3
3.0 kali nilai dasar, atauPeningkatan kreatinin serum ≥ 4.0 mg/dL, atauPermulaan dimulai
terapi pengganti ginjal, atauPada pasien < 18 tahun,penurunan LFG < 35 mL/menit per
1.73 m2
< 0.3 mL/kgBB/jam selama ≥ 24 jam, atau anuria selama ≥ 12 jam
LFG: Laju Filtrasi Glomerulus
2.KriteriaRIFLEuntukgagalginjalakut
Stadium Kreatinin Serum atau LFG Keluaran urin
Risk Kreatinin 1.5 kali nilai dasar, atau > 25% penurunan LFG < 0.5 mL/kgBB/jam
selama 6 jam
Injury Kreatinin 2.0 kali nilai dasar, atau > 50% penurunan LFG < 0.5 mL/kgBB/jam
selama 12 jam
Failure Kreatinin 3.0 kali nilai dasar, atau > 75% penurunan LFG, atau kreatinin > 4.0
mg/dL dengan peningkatan akut 0.5 mg/dL < 0.3 mL/kgBB/jam selama 24 jam, atau
anuria selama 12 jam
Loss Kehilangan fungsi ginjal selama > 4 minggu
ESKD
End stage kidney disease (penyakit ginjal tahap akhir) selama > 3 bulan

LFG: laju filtrasi glomerulus; ESKD: end stage kidney disease

Klasifikasi Gagal ginjal kronis


Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1,73 m2
)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ atau
normal
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
ringan
60 – 89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
sedang
30 – 59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
berat
15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

E. Manifestasi Klinik

Gastro Intestinal : anoreksia, mual, muntah, diare atau konstipasi, stomatitis,


perdarahan, hematemesis, membran mukosa yang kering, pernapasan uremik
Sistem syaraf pusat serangan kejang/ bangkitan, koma sakit kepala, mengantuk,
iritabilitas, kebingungan, neuropati perifer,
Kulit : kering, pruritus, pucat, purpura dan kadang-kadang uremic frost
Kardiovaskuler : pada awal penyakit, hipotensi; kemudian terjadi hipertensi, aritmia,
kelebihan muatan cairan, gagal jantung, edema sistemik, anemia, perubahan
mekanisme pembekuan darah
Pernapasan : edema paru, pernapasan Kussmaul.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita gagal ginjal
kronik menurut Prabowo (2014) dan Le Mone & Burke (2016) :
a. Anamnesa
1) Biodata
Tidak ada spesifik khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat.
2) Keluhanutama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urin output yang menurun dari oliguria- anuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi- ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, diaforesis, fatigue, napas berbau urea, dan
pruritus.
3) Riwayatkesehatan
Keluhan anoreksia, mual, kenaikan berat badan, atau edema, penurunan output
urin, perubahan pola napas, perubahan fisiologis kulit dan bau urea pada napas.
4) Riwayat penyakit
dahulu Kaji riwayat penyakit terdahulu seperti penyakit ISK, payah jantung,
penggunaan obat-obat berlebihan, diabetes melitus, hipertensi atau batu saluran
kemih.
5) Riwayat kesehatan
keluarga Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus
sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian
penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter.
6) Riwayatpsikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jka klien memiliki koping adaptif yang
baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial terjadi
pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani
proses dialisa.
7) Keadaan umum dan tanda-tandavital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran
bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan
RR meningkat (Tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi.
8) Sistempernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami patalogis gangguan.
Pola napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh
mempertahankan ventilasi(Kusmaul)
9) Sistemhematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu, biasanya
terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik, palpitasi jantung, chest pain,
dyspnue, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya. Kondisi ini
akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi dalam tubuh
karena tidak efektif dalam eksresinya. Selain itu, pada fisiologi darah sendiri
sering ada gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
10) Sistemneuromuskuler
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi
cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan terjadinya
disorientasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.
11) Sistemkardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronis salah
satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran
akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi
natrium dan air sehingga akan meningkatkan bebanjantung.
12) Sistemendokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon reproduksi. Selain
itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit diabetes
militus, makan akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang berdampak pada
prosesmetabolisme.
13) Sistemperkemihan
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,
reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah
penurunan urin output < 400 ml/hr bahkan sampai padaanuria
14) Sistempencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress
effect). Sering ditemukan anoreksia, mual, muntah dan diare.
15) Sistemmuskuloskeletal
Dengan penurunan/ kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka berdampak pada
proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosis tinggi.
b. Pemeriksaanfisik
1) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, nadi lemah, disritmia,
pernapasan kusmaul, tidakteratur.
2) Kepala
- Mata: konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur,
edemaperiorbital.
- Rambut: rambut mudah rontok, tipis dankasar.
- Hidung : pernapasan cupinghidung
- Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia, mual,muntah serta
cegukan, peradangangusi.
3) Leher : pembesaran vena leher.
4) Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan
kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction
rubpericardial.
5) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
6) Genital : atropi testikuler,amenore.
7) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam serta tipis,
kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, foot drop, kekuatanotot.
8) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.
Derajat edema:
- Derajat I: Kedalamannya 1-3 mm dengan waktu kembali 3 detik.
- Derajat II: Kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5detik.
- Derajat III: Kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7detik.
- Derajat IV: Kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7detik.

Diagnosa

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasiperfusi, Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi, Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan hipertensi, diabetesmelitus, Nyeri akut berhubungan dengan agen
cederabiologis, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupanmakanan, Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan perubahan statuscairan, Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
tirahbaring.

Intervensi
intervensi keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada klien, yakni

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan Intake

yang tidak adekuat. Adapun tujuan dari intervensi keperawatan yang ingin dicapai

adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari, diharapkan

kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil: klien akan mengungkapkan

adanya peningkatan selera makan, tidak adanya mual, konjungtiva tidak anemia,

mulut pasien bersih, klien makan satu porsi makanan yang dihidangkan.

Intervensi yang dibuat berdasarkan diagnose keperawatan adalah:

kaji pola makan klien yang rasionalnya mengidentifikasihkan kebutuhan

nutrisi khusus.

Pantau TTV klien rasionalnya uuntuk mengetahui keadaan umum klien.

Kaji adanya anoreksia, mual, muntah yang rasionalnya dengan mempengaruhi

pilihan diet.

Timbang berat badan pre dan post HD yang rasionalnya berguna dalam

mengukur keefektifan nutrisi.

Anjurkan klien untuk beristirahat yang rasionalnya membantu menghemat

energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat.

Berikan perawatan mulut secara teratur yang rasionalnya menurunkan rasa

tidak enak karena sisa makanan.

Anjurkan klien makan porsi kecil setiap hari yang rasionalnya

memaksimalkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.

Jelaskan pentingnya masukan makanan yang rasionalnya proses

penyembuhan memerlukan masukan cukup tinggi kalori tinggi protein.


Anjurkan klien untuk menghindari baring datar ± 1 jam setelah makan yang

rasionalnya tekanan pada lambung dapat mencetuskan rangsang mual.

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi antimetik adapun

rasionalnya antimetik untuk mengurangi mual.

Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan disesuaikan dengan renc ana

keperawatan yang telah disusun.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan keperawatan.

Evaluasi dibuat untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan.


BAB V
(HIPERTROPIPROSTAT)
A. Pengertian

Benigna prostate hyperplasia(BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi

sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostate. (Nurarif & Kusuma,

2015, hal. 91)

Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu penyakit perbesaran atau

hipertrofi dari prostate. Kata-kata hipertrofi sering kali menimbulkan kontroversi di

kalangan klinik karena sering rancu dengan hiperplasia. Hipertrofi bermakna bahwa dari

segi kualitas terjadi pembesaran sel, namun tidak diikuti oleh jumlah (kualitas). Namun,

hiperplasia merupakan pembesaran ukuran sel (kualitas) dan diikuti oleh penambahan

jumlah sel (kuantitas). BPH sering menyebabkan gangguan dalam eliminasi urin karena

pembesaran prostat yang cenderung kearah depan atau menekan vesika urinaria.

(Prabowo & Pranata, 2014, hal. 130).

Jadi kesimpulannya penyakit BPH adalah penyakit yang disebabkan karena

ketidak seimbangan antara hormon estrogen dan testosteron yang diikuti dengan

pembesaran sel, sehingga terjadi pembesaran pada prostat.

B. Etiologi

penyebab dari terjadinya hipertofi prostat belum di ketahui secara pasti. prostat

merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat juga di anggap

undangan ( counter part ). Oleh karena itu yang di anggap Etiologi adalah karena tidak

adanya keseimbangan endokrin.


Beberapa hipotensi menyebutkan bahwa hiperplasia prostat sangat erat kaitannya

dengan :

1. Peningkatan DTH (dehidrotestosteron)

Peningkatan liam alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan

stroma dari kelenjar prostat mangalami hiperplasia.

2. Ketidak seimbangan estrogen-testosteron

Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan, pada

pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan hormon testosteron. Hal ini

yang memicu terjadinya hiperplasia stroma pada prostate.

3. Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat

Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan

penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan

epitel, sehingga akan terjadi BPH.

4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)

Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup stroma

dan epitel dari kelenjar prostat.

5. Teori stem sel

Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan

memicu terjadi benigna prostat hyperplasia. (Prabowo & Pranata, 2014, hal. 131)

C. Patofisiologi
Patofisiologi benign prostatic hyperplasia disebabkan karena beberapa faktor,

yaitu faktor usia dan hormonal. Seiring bertambahnya usia, kelenjar prostat akan

mengalami pembesaran. Pembesaran prostat ini dipengaruhi oleh hormon adrogen,

terutama dihidrotestosteron dan testosteron. Kadar testosteron dalam kelenjar prostat

mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan karena

adanya isoenzim alfa-5- reduktase mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron

(DHT). Penurunaan kadar testosteron ini kemudian akan mengakibatkan

ketidakseimbangan hormon adrogen, sehingga terjadi peningkatan rasio

esterogen/andogen dalam serum serta jaringan prostat, terutama pada stroma. DHT juga

akan berikatan dengan reseptor androgen pada nukleus sel, sehingga dapat menyebabkan

hiperplasia.

D. Komplikasi

Komplikasi Benigna Prostat Hiperlasia kadang-kadang dapat mengarah pada

komplikasi akibat ketidak mampuan kandung kemih dalam mengosongkan urin.

Beberapa komplikasi yang mungkin muncul antara lain :

1. Retensi kronik dapat menyebabkan reluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis,

gagal ginjal.

2. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi. Karena

produksi urin terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak lagi mampu menampung

urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi

sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence ). Retensi kronik

menyebabkan refluk vesiko ureter dan dilatasi. Ureter dan ginjal, maka ginjal akan

rusak.
3. Hernia atau hemoroid. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan traktus urinarius bagian

atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi

yang meningkatkan pada tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan

hemoroid.

4. Kerena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu..(Wijaya

A. S., 2013, hal. 102)

E. Gejala

Seiring dengan bertambahnya usia, kelenjar prostat akan terus membesar. Pada

sebagian pria, pembesaran ini cukup signifikan sehingga menekan saluran kencing

(urethra) yang diselubunginya. Akibatnya, diameter saluran kencing akan mengecil, atau

bahkan tersumbat sama sekali. Hal inilah yang menjadi penyebab timbulnya gejala yang

dirasakan penderita. Gejala-gejala tersebut antara lain :

1. Sulit untuk mulai berkemih.

2. Aliran kemih lemah, dan kadang-kadang terhenti.

3. Kencing menetes sebelum dan setelah berkemih.

4. Sering merasa sangat ingin berkemih.

5. Sering bangun di malam hari untuk berkemih.

6. Rasa tidak puas setelah berkemih, terasa kandung kemih masih ada isinya tetapi

sudah tidak bisa dikeluarkan lagi.

F. Klasifikasi

Tingkat keparahhan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap

penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama penderita benign

prostatic hyperplasia (BPH) adalah gangguan saatu buang air kecil, yang bisa berupa :
a. Urine sulit keluar diawal buang air kecil

b. Perlu mengejan saat buang air kecil

c. Aliran urine lemah atau tersendat-sendat

d. Urine menetes diakhir buang air kecil

e. Buang air kecil terasa tidak tuntas

f. Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering

g. Beser atau inkontinensia urine

G. Kosep Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Nyeri pada

Pasien BPH

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah pengumpulan dan analisis informasi secara

sistematis dan berkelanjutan mengenai klien (Caroline, 2012). Pengumpulan

informasi berdasarkan pada data subjekti dan objektif seperti :

a. Data biografis mencakup nama , usia, tanggal lahir, alamat, umur,pendidikan

pekerjaan, status sosial ekonomi, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit,

diagnosa medis, dan keluarga yang dapat dihubungi.

b. Keluhan utama, biasanya pada mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi.Data

pengkajian pada keluhan utama pasien juga penting dilakukan dalam menegakkan

prioritas masalah.

c. Riwayat kesehatan sekarang, prioritas masalah yang mungkin muncul dapat di

tegakkan dengan mengetahui alasan pasien masuk rumah sakit.


d. Riwayat kesehatan dahulu, apakah pasien pernah sakit dan dirawat dengan penyakit

yang sama.

e. Riwayat kesehatan keluarga, apakah dalam keluarga pasien ada yangmengalami

penyakit yang sama dengan pasien.

f. Riwayat psikososial, berkaitan dengan perasaan yang dirasakan pasien,apakah merasa

cemas atau sedih dan hubungan sosialnya dengan orang lain.

g. Aktivitas kehidupan sehari-hari, mencakup seberapa baik klien mampumemenuhi

kebutuhan dasar, seperti makan, minum, mandi, eliminasi.Apakah klien dapat

melakukan latihan yang adekuat, mendapatkan istirashat dan tidur yang adekuat.

h. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien

2) Tanda-tanda vital

3) Kepala

4) Pola nyeri

5) Faktor presipitasi

6) Gejala yang menyertai

7) Pengaruh pada aktifitas sehari-hari

8) Sumber koping

9) Respon aktif

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :

a. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik akibat pasca operasi Turp  
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama pembedahan,

kateter.

c. Resiko tinggi cidera : pendarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.

d. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat

dari pasca operasi.

e. Kurang pengetahuan : tentang pasca bedah berhubungan dengan kurang informasi.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri sebagai efek pembedahan.

(Padila S. N., 2012)

3. Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik akibat pasca operasi Turp

1) Kaji karakteristik nyeri, catat lokasi, faktor pencetus nyeri,minta klien

menetapkan skala nyeri 1-10

2) Observasi tanda-tanda vital.

3) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi, termasuk latihan nafas dalam.

4) Pertahankan istirahat dengan posisi terlentang

5) Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat –obatan

(analgesik/analgetik)

b. Diagnosa : Kurang pengetahuan : tentang pasca bedah berhubungan dengan

kurang informasi.

1) Beri pernjelasan untuk mencegah aktifitas berat 3-4 minggu.

2) Anjurkan untuk berobat lanjutan pada dokter 

3) Kosongkan kandung kemih apabila kandung kemih sudah penuh.


c. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : alat

selama pembedahan, kateter.

1) Pertahankan sistem kateter steril, berikan perawatan kateter

2) Anjurkan intake cairan yang cukup (2500-3000) sehingga dapat

menurunkan potensial infeksi

3) Kolaborasi dengan dokter

4. Implementasi

Implementasi keperawatan realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,

serta menilai data yang baru.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya

sudah dicapai. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan secara terus menerus pada respon

klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksakan. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah

yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

BAB VI
(BATU BULI-BULI)
Batu saluran kemih ( batu buli-buli)

Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia danzaman Mesir
kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu padakandung kemih seorang
mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia tidak terkecuali
penduduk di Indonesia. Angka kejadianpenyakit ini tidak sama diberbagai belahan bumi.
Di negara-negaraberkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara
majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini karenaadanya
pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Batu buli-buli merupakan penyakit yang sering di klinik urologi diIndonesia. Angka
kejadian Batu buli-buli di Indonesia tahun 2014 berdasarkandata yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 37.636kasus baru, dengan jumlah kunjungan
58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita,
dengan jumlah kematian 378penderita.Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak
diharapkan, perluhendaknya dilakukan penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat
sebagaipemberi asuhan keperawatan perlu hendaknya meningkatkan mutu
asuhankeperawatan yang akan diberikan dengan memperhatikan aspek
biologis,psikologis, sosial, dan spiritual.
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya masa
keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan
karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya
produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai
dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang
tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam
pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam,
hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.

Batu Saluran Kemih adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel
fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%)

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.

A. Defenisi batu kandung kemih ( batu buli-buli)


Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk dari endapan
mineral di dalam kandung kemih. Saat batu kandung kemih menyumbat saluran kemih,
akan timbul keluhan berupa sulit dan nyeri saat buang air kecil, bahkan kencing berdarah
(hematuria).Batu kandung kemih bisa terjadi siapa saja, termasuk anak-anak. Namun,
penyakit ini lebih sering dialami oleh pria yang berusia di atas 52 tahun, dan risiko
mengalami batu kandung kemih akan meningkat jika pria mengalami pembesaran
prostat.Batu Kandung Kemih. Batu kandung kemih bisa tidak menimbulkan keluhan atau
gejala apa pun. Gejala baru muncul saat batu yang terbentuk menyumbat saluran urine
atau melukai dinding kandung kemih.
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan mineral urine, biasa ditemukan
di dalam ginjal atau ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan nephrolithiasis,
urolithiasis, atau renal calculi.
Batu buli-buli merupakan penyakit yang sering di klinik urologi diIndonesia. Angka
kejadian Batu buli-buli di Indonesia tahun 2014 berdasarkandata yang dikumpulkan dari
rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 37.636kasus baru, dengan jumlah kunjungan
58.959 penderita.

B. penyebab batu kandung kemih (batu buli-buli)

Batu kandung kemih terjadi saat kandung kemih tidak bisa mengeluarkan semua urine
yang tertampung di dalamnya. Hal ini menyebabkan mineral dalam urine akan mengendap,
mengeras, mengkristal, dan menjadi batu di kandung kemih.

Kondisi-kondisi yang dapat memicu terbentuknya batu kandung kemih adalah:

1) Peradangan akibat infeksi kandung kemih


2) Peradangan akibat terapi radiasi (radioterapi) di area panggul
3) Pembesaran prostat
4) Penggunaan kateter (selang kencing)
5) Riwayat batu ginjal atau operasi pada kandung kemih
6) Divertikel (kandung yang terbentuk di dinding kandung kemih)
7) Sistokel (kandung kemih turun)
Penyakit yang mempengaruhi persarafan kandung kemih, seperti diabetes, cedera tulang
belakang, dan stroke. Selain kondisi di atas, sering makan makanan berlemak, manis, atau
tinggi garam, dehidrasi yang berkepanjangan, dan kekurangan vitamin A atau B juga bisa
memicu batu kandung kemih.

C. Gejala batu kandung kemih ( batu buli-buli)

1. Nyeri dan rasa seperti terbakar saat buang air kecil


2. Urine berdarah (hematuria)
3. Urine lebih pekat dan gelap
4. Sulit buang air kecil
5. Tidak lancar atau tersendat-sendat saat buang air kecil
6. Tidak nyaman atau sakit pada penis, jika terjadi pada pria
7. Nyeri pada perut bagian bawah
8. Terus-menerus merasa ingin buang air kecil, terutama di malam hari
9. Lebih sering mengompol, jika terjadi pada anak-anak
10. Kapan harus ke dokter
11. Segera ke dokter saat muncul gejala yang disebutkan di atas. Pemeriksaan sejak dini
diperlukan untuk mencegah komplikasi akibat batu kandung kemih.

D. Klasifikasi Batu Saluran Kemih

1. Batu Kalsium

Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau
kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke
ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.

Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :


a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh
komponen:

1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer
atau pada tumor paratiroid

2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali


syndrome, sarcoidosis

3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal

b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak
dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan
usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi
instan, soft drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam

c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan
oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu
kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi
atau pemakaian diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.

d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium,


karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat

2. Batu struvit

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan
pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam-
garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium
ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella,
serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus

3. Batu asam urat

Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:

a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol.

b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.

c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih
dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.

4. Batu sistin

Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi


pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak
kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia

5. Batu xanthine

Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi
xathine.

E. Etiologi

Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.

a) Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor
intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.

a. Heriditer/ Keturunan

Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis tubulus ginjal
(ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal atau kehilangan
HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis metabolic. Riwayat batu saluran kemih
bersifat keturunan, menyerang beberapa orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit
heriditer yang menyebabkan batu saluran kemih antara lain:

1). Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga
penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal
ginjal.

2). Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih rendah
hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.

b. Umur

Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.

c. Jenis kelamin

Kejadian batu saluran kemih berbeda antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki lebih
sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia angka kejadian batu saluran
kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi diperkirakan paling tidak terdapat
170.000 kasus baru per tahun. Serum testosteron menghasilkan peningkatan produksi
oksalat endogen oleh hati. Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak
menyebabkan rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.

b) Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi,
iklim, serta gaya hidup seseorang.
a. Geografi

Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah pegunungan,
bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden batu saluran
kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor geografi mewakili salah satu aspek
lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu daerah, temperatur, kelembaban yang sangat
menentukan faktor intrinsik yang menjadi predisposisi batu saluran kemih.

b. Faktor Iklim dan cuaca

Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan tingginya
batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim panas banyak
ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan meningkatkan keringat dan
meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat akan
meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar asam
urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu saluran kemih

c. Jumlah air yang diminum

Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah jumlah air yang
diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air minum tersebut. Pembentukan
batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada orang dengan dehidrasi kronik dan asupan
cairan kurang memiliki risiko tinggi terkena batu saluran kemih. Dehidrasi kronik
menaikkan gravitasi air kemih dan saturasi asam urat sehingga terjadi penurunan pH air
kemih. Pengenceran air kemih dengan banyak minum menyebabkan peningkatan koefisien
ion aktif setara dengan proses kristalisasi air kemih. Banyaknya air yang diminum akan
mengurangi rata-rata umur kristal pembentuk batu saluran kemih dan mengeluarkan
komponen tersebut dalam air kemih.

d. Diet/Pola makan

Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih. Diet
berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah air kemih
dan substansi pembentukan batu yang berefek signifikan dalam terjadinya batu saluran
kemih.
e. Jenis pekerjaan

Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan orang-
orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena mengganggu proses
metabolisme tubuh1.

f. Stres

Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa stres dapat
menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti. Tetapi, diketahui
bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan
kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.

g. Olah raga

Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan kemungkinan
timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran kemih jarang terjadi pada
orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan banyak
duduk.

h. Kegemukan (Obesitas)

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh
tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik
didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini disebabkan pada orang yang gemuk pH air
kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium naik

i. Kebiasaan menahan buang air kemih

Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman pemecah
urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya stasis air
kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.

j. Tinggi rendahnya pH air kemih


Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih ( pH 5,2 pada
batu kalsium oksalat).

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit batu saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi,
dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta
ureter proksimal. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara
perlahan akan merusak inti fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang
luar biasa (kolik). Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :

1. Rasa Nyeri

Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di
ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha
dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter akan sering ingin merasa berkemih,
namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah.

2. Demam

Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..

3. Infeksi

Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Staphylococcus.
4. Hematuria dan Kristaluria

Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya hematuria dan
kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam air kemih, sedangkan
kristaluria adalah air kemih yang berpasir.

5. Mual dan Muntah

Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan mual dan
muntah.

G. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum
diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain :
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan
sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam
urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan.
Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah
dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu
yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar
dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat
dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis
karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal.

H. Resiko komplikasi

1. Sumbatan : akibat pecahan batu.

2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang terdiri dari :

a. Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

b. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat kesehatan masa lalu

2. Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi saluran
kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya

3. Riwayat kesehatan sekarang

4. Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri
tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air
Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran urin,
dorongan berkemih.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga

d. Riwayat psikososial

Adakah ditemukan depresi, marah atau stress

e. Pola kebiasaan sehari-hari

1. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu
tinggi. Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya

2. Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit kemerahan dan hangat;
pucat.

2. Eliminasi

Gejala :

a) Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)

b) Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.

c) Rasa terbakar, dorongan berkemih

d) Diare

Tanda : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih

4. Makanan / cairan

Gejala :

a) Mual / muntah, nyeri tekan abdomen

b) Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat

c) Ketidak cukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup

Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus. Muntah.

5. Nyeri / Kenyamanan

Gejala Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh
pada panggul di region sudut kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan
turun ke lipat paha/genetalia. Nyeri dangkal konstan menunjulkkan kalkulus ada di
pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain.

Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

6. Keamanan

Gejala : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.

7. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala :

a) Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, cout, ISK kronis

b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatinoklisme

c) Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,


pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat kami angkat yakni :

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi ureteral,


trauma jaringan.

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,
iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik

3. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah


4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, salah interpretasi
informasi, sikap acuh terhadap interpretasi.

4. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional
keperawatan
Kriteria Hasil

1. Nyeri akut b.d Tujuan: 1) Kaji intensitas, 1)


peningkatan lokasi, frekuensi dan Peningkatan nyeri
Setelah
frekuensi / penyebaran nyeri adalah indikasi
dilakukan
dorongan dari obstruksi, bila
tindakan 2) Kaji tanda
kontraksi nyeri hilang
keperawatan keringat dingin, tidak
ureteral, kemungkinan batu
3x24 jam nyeri dapat beristirahat, dan
trauma sedang bergerak
dapat teratasi ekspresi wajah
jaringan.
2)
Kriteria Hasil: 3) Tingkatkan
Mengobservasi
pemasukan sampai 2500
Nyeri tanda-tanda shock
ml/hari sesuai toleransi
berkurang,
3)
Skala nyeri 4) Berikan tindakan
Menurunkan iritas
menurun, klien kenyamanan ( sentuhan
dengan
dapat terapeutik, pengubahan
mempertahankan
beristirahat posisi, pijatan punggung
aliran cairan
dan tampak ) dan aktivitas
konstan ke mukosa
rileks terapeutik. Dorong
kandung kemih.
penggunaan teknik
relaksasi, termasuk 4)
latihan napas dalam, Menurunkan
visualisasi, pedoman tegangan otot,
imajinasi. memfokuskan
5) Kolaborasi kembali perhatian,
pemberian analgetik dan dapat
sesuai indikasi meningkatkan
kemampuan
koping

5) Analgetik
memblok lintasan
nyeri sehingga
mengurangi nyeri

2. Gangguan Tujuan : 1) Awasi 1) Hasil


eliminasi urin pemasukan dan pengawasan
Setelah
b.d stimulasi pengeluaran cairan dan memberikan
dilakukan
kandung karakteristik urine informasi tentang
tindakan
kemih oleh fungsi ginjal dan
keperawatan 2) Tingkatkan
batu, iritasi adanya komplikasi
3x 24 jam pemasukan sampai 2500
ginjal atau
gangguan ml/hari sesuai toleransi 2) Hidrasi
ureteral,
eliminasi urine yang cukup
obstruksi 3) Observasi
teratasi meningkatkan
mekanik perubahan status mental
pengenceran
Kriteria Hasil:
4) Periksa urine kemih dan
Nyeri saat membantu
5) Awasi
berkemih mendorong
pemeriksaan
berkurang, lewatnya batu.
laboratorium untuk
berkemih tidak
elektrolit, BUN, dan 3) Akumulasi
menetes, pola
kreatinin uremik dan
berkemih
ketidakseimbangan
kembali 6) Kolaborasi
elektrolit dapat
normal pemberian
mempengaruhi
acstazolamid/alupurinol,
dan antibiotik sistem saraf pusat

4) Membantu
mengidentifikasi
tipe batu dan
pilihan terapi

5) Indikasi
disfungsi
ginjal/komplikasi

6) Alupurinol
untuk
meningkatkan pH
urine, antibiotil
untuk mengatasi
infeksi.

3. Resti Tujuan : 1) Catat insiden 1)


kekurangan muntah, diare, Mengesampingkan
Keseimbangan
volume cairan perhatikan karakteristik, kejadian
cairan adekuat
b.d mual / dan frekuensi. abdominal lain.
muntah Kriteria :
2) Tingkatkan 2)
Intake dan pemasukan cairan 3-4 Mempertahankan
output lt / hari dalam toleransi keseimbangan
seimbang, jantung. cairan dan
Tanda vital homeostasis.
3) Monitor tanda
stabil,
vital, evaluasi nadi, 3) Penurunan
membran
turgor kulit dan LFG merangasang
mukosa
membran mukosa. produksi renin, yg
lembab, turgor
Bekerja
kulit baik. 4) Timbang berat
badan tiap hari meningktakan TD.
Kolaborasi:
4)
5) Awasi Peningkatan
Hb,Ht,elektrolit, BB.yang
cepat,waspada
6) Berikan diet
retensi
tepat,cairan
jernih,makanan lembut 5) Mengkaji
s/d toleransi hidrasi, kebutuhan
intervensi.

6)
Mempertahankan
keseimbangan
nutrisi.
Menurunkan mual
muntah

4. Defisit Tujuan: 1) Kaji tingkat 1) Tingkat


pengetahuan pengetahuan klien pengetahuan klien
Setelah
b.d kurang mengenai kondisinya menentukan sejauh
dilakukan
terpajan, salah mana informasi
tindakan 2) Menjelaskan
interpretasi yang perlu
keperawatan jenis tindakan yang
informasi, diberikan.
2x24jam akan dihadapi klien
sikap acuh
pengetahuan 2)
terhadap 3) Memotivasi
klien Informasi yang
interpretasi untuk minum air putih
meningkat tepat memberikan
2,5 L perhari untuk
pengetahuan bagi
Kriteria Hasil: pencegahan
klien
Memahami 4) Memotivasi
3) Hidrasi yang
penjelasan untuk melakukan diit
perawat, rendah kalsium dan cukup
mampu protein hewani untuk meningkatkan
menjawab pencegahan pengenceran
pertanyaan kemih dan
validasi, membantu
berdiskusi mendorong
aktif lewatnya batu,
mencegah
kekambuhan
berulang

4) Perubahan pola
diit menurunkan
oksalat dan protein
sehingga aka
menurunkan resiko
pembentukan batu
saluran kemih

5. Implementasi

Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana


tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat :

1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan

2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan

3. Menyiapkan lingkungan terapeutik

4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

5. Memberikan asuhan keperawatan langsung

6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.

Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah,


dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana
bantuan dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan, mengkomunikasikan intervensi
keperawatan.

Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan


keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien
deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga
kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam
tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Batu
Saluran Kemih ialah nyeri akut dapat tertangani dengan tepat, proses eliminasi urin
kembali normal, kekurangan volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki
pengetahuan mengenai penyakit yang dialaminya.
BAB VII

(CA BULI BULI)

CA BULI BULI ( KANKER KANDUNG KEMIH)

Buli-buli adalah organ berongga yang dindingnya terdiri dari otot-otot halus yang disebut
muskulus detrusol. Otot ini terdiri dari yang arah seratnya sedemikian rupa sehingga bila
berkontraksi menyebabkan buli-buli mengkerutdan volumenya mengecil. Di bagian distal yaitu
dekat dasar panggul (Diafgrama Urogenital) otot detrusor membentuk tabung dan melapisi
uretra posterior.

Terdapat tiga fungsi penting dari buli yaitu reservoir, ekspulsi urin, dan anti reflek.
Sebagai reservoir, buli-buli manusia mempunyai kapasitas antara 200 sampai dengan 400 ML.
Setelah miksi buli-buli diisi lagi dengan urin yang datang dari ginjal. Selama pengisian ini
sampai kapasitasnya terpenuhi, tekanan dalam buli-buli tetap rendah, kurang dari 20 cm H20.
bila buli-buli penuh dindingnya teregang dan menyebabkan rangsangan pada reseptor di dinding
buli- buli, akibatnya tekanan dalam buli-buli meningkat dan dirasakan sebagai perasaan ingin
kencing. Pada keadaan demikian uretra posterior otomatis membuka. Urin belum keluar karena
masih ditahan oleh sfingter eksterna yang terdiri dari otot bergaris dengan persyasarafan sema
omotoris yang bekerja secara disadari ( volunter ). Sfingter ini akan membuka bila di perintahkan
oleh yang bersangkutan. Pada waktu ekspulasi tekanan dalam buli- buli meningkat antara 70 –
100 cm H20. Urin yang ada dalam buli-buli tidak akan mengalir ke arah ginjal. Arah ureter
bagian distal yang serong. Panjangnya ureter intravesikal serta lokasinya yang submukos
menyebabkan terjadinya mekanisme klep yang mencegah urin ke arah ginjal.

Defenisi
Kanker buli – buli adalah kanker yang mengenai organ buli – buli (kandung kemih). Buli
– buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal.
Jika buli – buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko yaitu :
Usia, resiko terjadinya kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia
Merokok. Merupakan faktor resiko yang utama. Rokok mengandung amin aromatic dan
nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon didalam TAR. Zat ini akan meningkatkan resiko
terkena kanker buli.
Lingkungan pekerjaan , beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
kanker ini karena ditempatnya bekerja ditemukan bahan – bahan karsinogenik ( penyebab kanker
). Misalnya pekerja industry karet, KIMA, dll
Pria , memiliki resiko 2 – 3 kali lebih besar.
Riwayat keluarga , orang – orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya
perubahan Gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
Klasifikasi
Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk
menentukan operasi atau observasi :
T = Pembesaran lokal tumor primer
Ditentukan melalui : Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di
bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
No KODE KET

1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)

Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat


2 Tx
dilakukan

3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada

4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak

5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.

Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang


6 T3
bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.

7 T3a Invasi otot yang lebih dalam

8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli

9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya

10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina

Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam


11 T4b
abdomen

N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis,


lympgraphy, urography, operative
No KODE KET

1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan

2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional

3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral

4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional


No KODE KET

yang multiple

Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas
5 N3
antaranya dan tumor

6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan


klinis , thorax foto, dan test biokimia
No KODE KET

Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya


1 Mx
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan

2 M1 Adanya metastase jauh

3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia

4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal

5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple

6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Patofisiologi
Batu saluran kemih adalah agregat polikristal yang terdiri dari sejumlah kristaloid dan
matrik organik. Pembentukan batu membutuhkan suasan urin yang tersupersaturasi.
Supersaturasi tergantung pada Ph, kekuatan ion, konsentrasi solute dan komplekasi.
Konstituen urin bisa berubah sedemikian rupa dari kondisi asam pada pagi hari ke akalis
setelah makan. Kekuatan ion ditentukan terutama oleh konsentrasi relatif ion monovalen.
Pada saat kekuatan ion meningkat, koefisien aktivitasnya menurun. Koefisien aktivitas
merefleksikan keberadaan ion tertentu.
Tori nukleasi menyatakan bahwa batu saluran kemih berasal dari kristal atau benda asing
yang terendam dalam urin tersuperaturasi. Teori ini ditentang oleh argumen- argumen yang
memiliki dasar yang sama didengarnya. Batu tidak selalu terbentuk pada pasien dengan
hiperekskretor atau mereka yang memiliki resiko dehidrasi. Demikian juga urin tampung 24
jam penderita batu adalah normal dalam hal konsentrasi ion untuk terjadinya pembentukkan
batu. Teori inhibitor kristal mengklaim bahwa batu terbentuk karena tidak adanya atau
rendahnya konsentrasi Inhibitor baru separti magnesium, sitrat, pirofosfat, asam glikoprotein
dan sejumlah logam- logam trace. Teori ini tidak cukup valid dengan adanya kenyataan
bahwa pada banyak orang dengan kekurangan bahan- bahan Inhibitor tersebut masih terjadi
pembentukkan batu atau sebaliknya pada orang yang berlimpah malah didapatkan batu. Ion-
ion yang berada pada di dalam saluran kemih yang berperan dalam pembentukan buli- buli
antara lain :
Kalsium. Kalsium adalah ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium plsma yang
terionisasi dan siap difiltrasi di glomerulus.
Oksalat. Oksalat adalah produk sampah metabolisme dan relatif Insolubel. Normalnya sekitar
10-50 % oksalat yang ditemukan di urin berasal dari diet. Sebagian besar adalah hasil
metabolisme.
Fosfat. Fosfat adalah buffer penting dan mengkompleks dengan kalsium dalam urin. Merupakan
komponen kunci batu kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat. Ekskresi fosfat urin pada
dewasa normal berkaitan dengan jumlah fosfat diet ( khususnya dalam daging dairy product dan
sayuran ).
Asamurat. Asam urat adalah sampah metabolisme urin. Pka asam urat adalah 5,75. Asam uarat
yang tidak trdisosiasi akan dominan pada Ph dibawahnya.
Sodium. Walaupun bukan merupakan konstituen utama batu saluran kemih, sodium memainkan
peranan yang sangat penting dalaqm regulasi kristalisasi garam kalsium.
Sitrat. Sitrat sangat berpengaruh dalam hal pembentukkan batu kalsium. Defigiensi sitrat pada
umumnya dikaitkan dengan pembentukan batu pada penderita diare kronik, asidosis tubular
renal tipe 1 ( defek tubular distal ) dan pada penderita yang mengalami terapi tiazid jangka lama.
Magnesium. Defisiensi magnesium diet berhubungan dengan peningkatan insiden batu saluran
kemih. Magnesium adalah salah satu komponen batu struvit. Kekurangan magnesium diet telah
terbukti bisa menyebabkan peningkatan pembentukan batu kalsium oksalat dan kristaluria
kalsium oksalat.
Sulfat. Sulfat urin membantu mencegah pembentukan batu saluran kemih. Karena bisa
membentuk kompleks dengan kalsium, sulfat ini berperan terutama sebagai komponen protein
urin, seperti kondritin sulfat dan heparin sulfat.
Inhibitor saluran kemih lain. Terutama terdiri dari protein urin dan makromolekul lain seperti
glikosaminoglikans, pirofosfat dan uropontin
Penyebab batu saluran kemih adalah pada umumnya multifaktorial. Meskipun telah
banyak diajukan teori mengenai terbentuknya batu saluran kemih, belum ada satupun teori
yang dapat menerangkan semua penyebab batu saluran kemih secara komprehensif. Namun
demikian faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan batu tetap harus dicermati
agar bisa dilakukan deteksi dini dengan efektif. Faktor – faktor yang sudah dikenali itu antara
lain : Kristaluria, sosioekonomi, pola diet, pekerjaan, ikilm, genetika/ keluarga dan medikasi.
Kondisi yang mempengaruhi terjadinya batu buli- buli telah begitu banyak dilaporkan, antara
lain :
Disfungsi kemih yang kan menyebabkan statis urin atau refluks yang merupakan kondisi optimal
bagi kuman pemecah urea menyebabkan infeksi. Penyebabnya antara lain strikura uretra, BPH,
kontraktur leher, buli dan neurogenik spastik atau flasid. Telah dilaporkan bahwa ionfeksi
persisten buli- buli dan vagina pada pasien yang telah menjalani histerektomi dan iradiasi selama
27 tahun.
Latrogenik dari suatu prosedur urologi. Pada suatu opersi retropubik urethropexy ( untuk
inkokntunensia urin di maksudkan mengangkat uerthrovesical junction ) digunakan sling dari
benang non- absorbable. Benag ini secaraq perlahan- lahan akan mengoresi dinding buli, hingga
masuk ke dalamnya dan menjadi puast pembentukan batu.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Ca Buli – buli yaitu :
Kencing campur darah yang intermitten
Merasa panas waktu kencing
Merasa ingin kencing
Nyeri suprapubik yang constan
Panas badan dan merasa lemah
Nyeri pinggang karena tekanan saraf
Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
Gejala dari kanker kandung kemih menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sistitis)
dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika
dengan pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
Komplikasi
Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium. Kelainan yang ditemukan biasanya hanya ditemukannya darah
dalam air kemih. Tanda adanya anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahan yang
umumnya terjadi pada tumor yang sudah lanjut atau dapat pula ditemukan tanda adanya
gangguan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah yang
terjadi bila tumor tersebut menyumbat kedua muara ureter (saluran kemih).
Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan Foto Polos Perut dan Pielografi Intra Vena (PIV)
digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang memiliki persangkaan
keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain
melihat adanya filling defect (kelainan) pada buli-buli juga dapat mengevaluasi ada
tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh tumor buli-buli
tersebut. Jika penderita alegi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan PIV, maka
dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Foto toraks (rongga dada) juga perlu
dilakukan untuk melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru.
Sistoskopi dan biopsy. Pemeriksaan sistoskopi (teropong buli-buli) dan biopsi mutlak
dilakukan pada penderita dengan persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita
berumur 40-45 tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di
buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi (pengambilan jaringan tumor) untuk
menentukan derajat infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu
pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan pada tumor
superfisial (permukaan ).
Penatalaksanaan
Operasi
Operasi kanker yang terbatas pada permukaan dalam kandung kemih atau hanya
menyusup ke lapisan otot paling atas, bisa diangkat seluruhnya melalui sistoskopi. Tetapi
sering terbentuk kanker yang baru, kadang di tempat yang sama, tetapi lebih sering
terbentuk di tempat yang baru. Angka kekambuhan bisa dikurangi dengan memberikan
obat anti-kanker atau BCG ke dalam kandung kemih setelah seluruh kanker diangkat
melalui sistoskopi. Pemberian obat ini bisa digunakan sebagai pengobatan pada penderita
yang tumornya tidak dapat diangkat melalui sistoskopi. Kanker yang tumbuh lebih dalam
atau telah menembus dinding kandung kemih, tidak dapat diangkat seluruhnya dengan
sistoskopi. Biasanya dilakukan pengangkatan sebagaian atau seluruh kandung kemih
(sistektomi). Kelenjar getah bening biasanya juga diangkat untuk mengetahui apakah
kanker telah menyebar atau belum.Terapi penyinaran saja atau dikombinasikan dengan
kemoterapi kadang bisa mengobati kanker. Jika kandung kemih diangkat seluruhnya,
maka harus dipasang alat untuk membuang air kemih.Biasanya air kemih dialirkan ke
suatu lubang di dinding perut (stoma) melalui suatu saluran yang terbuat dari usus, yang
disebut ileal loop. Selanjutnya air kemih dikumpulkan dalam suatu kantong. Cara untuk
mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung kemihnya telah diangkat,
digolongkan ke dalam 2 kategori:
Orthotopic neobladder
Continent cutaneous diversion.
Pada kedua cara tersebut, suatu penampung internal dibuat dari usus.
Pada orthotopic neobladder, penampung ini dihubungkan dengan uretra. Penderita
diajarkan untuk mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar
panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih mengalir melalui
uretra.
Pada continent cutaneous urinary diversion, penampung ini dihubungkan dengan
sebuah lubang di dinding perut. Diperlukan kantong luar, karena air kemih tetap berada
dalam penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara memasang selang
melalui lubang di dinding perut ke dalam penampung. Penderita melakukan pengosongan
ini secara teratur. Kanker yang sudah menyebar diobati dengan kemoterapi.
Radioterapy
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan
stage B2-C.
Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita
dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP,
kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi
tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.
Chemoterapi. Obat-obat anti kanker :
Citral, 5 fluoro urasil
Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan paliatif. 5-
Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan
topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Biodata /identitas klien
Nama pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Tempat Tinggal:
Keluhan Utama : Hematuria namun tidak disertai rasa sakit. Hematuria dapat
bersifat macroscopic (Gross) atau microscopic, lebih bersifat berselang daripada konstan.
Pada pasien yang telah terdiagnosa kanker bladder, 80-90% mengalami Gross Hematuria.
Hematuria tidak hanya terjadi pada kasus kanker bladder saja, namun juga dapat
mengindikasikan adanya gangguan di tempat lain, misalnya ureter atau ginjal, sehingga
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Riwayat penyakit sekarang : Adanya darah saat berkemih. Pada stadium lanjut nyeri saat
berkemih dapat terjadi. Nyeri pada panggul, dubur atau tulang, anoreksia, kelelahan, penurunan
berat badan, dan edema ekstremitas bawah dapat menunjukkan metastasis kanker.
Riwayat kesehatan sebelumnya
Menanyakan kepada klien apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang
lain atau trauma fisik pada urothelium. Trauma yang dipicu oleh iritasi kronis berulang
pada lapisan urothelial akibat infeksi, calculi (batu ginjal), suntikan siklofosfamid atau
ifosphamide terutama dengan riwayat sistitis hemoragik, dan trauma akibat penggunaan
kateter jangka panjang dapat meningkatkan resiko keganasan.
Pola hidup atau kebiasaan
Menanyakan kepada klien apakah pernah atau masih mengkonsumsi rokok.
Merokok adalah faktor risiko eksogen paling penting pencetus kanker kandung kemih.
Diperkirakan bahwa riwayat merokok hadir pada 50% dari mereka yang didiagnosis
dengan penyakit ini .
Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan kepada klien apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien, atau penyakit keganasan yang lain.
Pengkajian Psikososial
Kanker bladder lebih umum terjadi pada pasien berusia 50 sampai 70 tahun yang
mengarah pada golongan usia dewasa tua menuju lansia. Orang-orang lanjut usia
biasanya khawatir mengenai hal-hal keuangan, berkurangnya rasa kemandirian dan
merasa menjadi beban bagi keluarga serta lingkungannya, serta mengalami penurunan
fungsi intelektual sehingga memerlukan pendekatan dan perhatian khusus.
Pemeriksaan fisik : Review of System (ROS)
B1 (breathing)
Sesak nafas
B2 (blood)
Kulit terlihat pucat
Konjungtiva anemis
Suhu tubuh meningkat
B3 (brain)
Nyeri saat berkemih, nyeri pada perut, panggul, dubur atau tulang
B4 (bladder)
Hematuria
Retensi Urin
B5 (bowel)
Nafsu makan menurun
Berat badan menurun
B6 (bone)
Adanya masa yang teraba saat palpasi abdomen
Malaise
Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN

DS : Pembelahan sel pada jaringan Nyeri akut


buli-buli meningkat cepat
- Pasien mengeluh nyeri pada
daerah perut, panggul, dubur 
atau tulang, serta pada saat
Inflamasi buli-buli
berkemih

DO:
Mediator inflamasi
- Wajah pasien tampak
meringis 

- Skala nyeri Nyeri Akut

-N

- Kaji PQRST

DS : Hidronefrosis Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
- Pasien mengatakan tidak 
kebutuhan tubuh
nafsu makan
Ureum kembali ke pembuluh
- Pasien merasa mual darah

DO : 

- Kurang nafsu makan Uremia

- Bising usus berlebih 


DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN

- Konjungtiva pucat BUN meningkat

- Denyut nadi lemah 

Mual

Intake tidak adekuat

BB menurun

DS: Kelainan struktur fungsional Resiko gangguan


buli-buli integritas kulit
- Pasien mengeluh tidak
nyaman di area luka 
pembedahan
Diversi Urin
DO:

- Luka daerah pembedahan
Stoma
tampak kemerahan

Resiko gangguan integritas kulit

DS : Ca Buli Perdarahan

Pasien mengatakan 
kencingnya berwarna merah
Bermetastasis
(hematuria) dan terasa nyeri

DO:
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN

Pasien menggunakan alat Kontraksi otot buli saat


bantu kateter three way, berkemih
Invasi urotheal karsinoma

hygrade, Tumor infiltrating
sampai lapisan muskularis, Tumor tertekan
Hb 8,8

Terjadi perdarahan

MK : PK perdarahan

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan penekanan pada jaringan saraf

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah

Perdarahan berhubungan dengan kontraksi otot buli saat berkemih


Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

Intervensi
a. Dx :Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


6. Lakukan pengkajian nyeri secara
selama pasien tidak mengalami nyeri, komprehensif termasuk lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
1. Klien mampu mengontrol nyeri
7. Observasi reaksi nonverbal dan
2. Klien mampu mengenali nyeri
NOC NIC

3. Klien menyatakan rasa nyaman ketidaknyamanan


setelah nyeri berkurang
8. Kontrol lingkungan yang dapat
4. TTV dalam rentang normal mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Tidak mengalami gangguan tidur
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri

10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi

11. Ajarkan tentang teknik non


farmakologi: napas dalam, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/dingin

12. Berikan analgesik untuk mengurangi


nyeri

13. Tingkatkan istirahat

b. Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
NOC NIC

1. Status nutrisi : masukan makanan dan Nutrition Management


cairan
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kontrol BB
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Setelah dilakukan tindakan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
keperawatan nutrisi teratasi dengan yang dibutuhkan klien
kriteria hasil :
3. Kaji kemampuan klien untuk
1. Adanya peningkatan BB sesuai mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
tujuan
4. Berikan informasi tentang kebutuhan
NOC NIC

2. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi nutrisi

3. Tidak terjadi penurunan BB yang5. Monitor jumlah nutrisi dan


berarti kandungan kalori

Nutrition Monitoring

1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan BB

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas


yang biasa dilakukan

4. Monitor turgor kulit

5. Monitor mual dan muntah

Monitor kalori dan intake nutrisi

c. Dx : Pk perdarahan berhubungan dengan kontraksi otot buli saat berkemih


NOC NIC

Perdarahan berhenti Pencegahan Sirkulasi

Kriteria Hasil : 1. Lakukan penilaian menyeluruh


tentang sirkulasi
1. Luka sembuh, kering, tidak terdapat
pus, tidak meluas 2. Lakukan perawatan luka
dengan hati-hati dengan steril dan
2. Hb ≥ 11 gr dl
tutup luka dengan tekhnik aseptic

d. Dx : Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi


NOC NIC

Setelah dilakukan tindakan Pressure Management


keperawatan resiko
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
gangguan integritas kulit tidak terjadi pakaian yang longgar
dengan kriteria hasil:
2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
1. Integritas kulit yang baik bisa dan kering
dipertahankan
3. Monitor kulit adanya kemerahan
2. Melaporkan adanya
gangguan
4. Monitor aktivitas dan mobilisasi
sensasi atau nyeri pada daerah kulit
pasien
yang mengalami gangguan
5. Monitor status nutrisi pasien
3. Status nutrisi adekuat
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian tinggi protein, mineral dan
vitamin

7. Monitor serum albumin dan transferin

Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Eliminasi urine dapat optimal sesuai toleransi individu
2. Penurunan skala nyeri
3. Perfusi jaringan ginjal adekuat
4. Pasien menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5. Tidak terjadi infeksi pada luka pasca bedah.
6. Informasi kesehatan terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary et al. (2009). Klien dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Brooker, Chris. (2005). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Linda Juall. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Revisi 3. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC.

Doenges at al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC.

Kuncoro, Sri dan Soenanto, Hardi. (2005). Hancurkan Batu Ginjal dengan Ramuan Herbal.

Jakarta: Niaga Swadaya.

Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan.

Jakarta: Salemba Medika.

Suddart & Brunner. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran

EGC.

Tucker, Susan M, dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan, Diagnosis, dan

Evaluasi Edisi V. Jakarta: Buku Penerbit Kedokteran EGC.


https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/1080/920

http://klikfebyanadwi.blogspot.com/2016/05/askep-ca-bladder.html
https://rissahardi.wordpress.com/2015/12/03/askep-ca-buli-buli/
https://www.academia.edu/11471101/Asuhan_Keperawatan_Ca_Bulibuli
https://www.academia.edu/12215612/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_dengan_Kank
er_Kandung_Kemih
https://www.scribd.com/doc/297625751/Askep-Ca-BULI-BULI

Anda mungkin juga menyukai