Anda di halaman 1dari 10

IDENTITAS MAHASISWA

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Nama Mahasiswa : REGINA NOVITA SARI

NIM :2314901060

Periode Praktik: 19 – 22 Juli (R. Bedah Pria)

Pembimbing :.................................................................................

Tanda Tangan :.................................................................................

POLTEKKES TANJUNGKARANG JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2023
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
NEFROLITIASIS (BATU GINJAL)

I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Batu Ginjal
batu ginjal (nefrolitiasis) merupakan pembentukan materi keras pada ginjal
seperti batu berasal dari mineral dan garam. Batu ginjal dapat terjadi pada
ginjal, ureter, kandung kemih, serta uretra. Batu ginjal berasal dari limbah
dalam darah yang mengkristal serta menumpuk di dalam ginjal. Kalsium
dan asam oksalat merupakan zat kimia yang dapat membentuk batu ginjal.
Seiring berjalannya waktu, materi-materi tersebut akan menjadi keras dan
berbentuk seperti batu

2. Etiologi Batu Ginjal


Menurut (Sakhae et al, 2012) Faktor yang menyebabkan terbentuknya
batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih
banyak pada usia 30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak dari pada perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti intake cairan kurang, diet
dan pola makan, iklim dan cuaca, geografi,kebiasaan menahan
air kencing, , diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman
soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium
(daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan
(kurang bergerak).
3. Patofisiologi / pathway

Faktor Ekstrinsik:
Faktor Intrinsik: intake cairan kurang, diet
Usia dan pola makan, iklim
Keturunan dan cuaca,
Jenis kelamin geografi,kebiasaan
menahan air kencing,
Peningkatan konsentrasi urin

Batu menyumbat diginjal,


Terbentuknya batu ginjal ureter, vessicae urinaria,
uretra

Nyeri Akut Terjadi obstruksi

Nyeri akut disertai


nyeri tekan diseluruh
Pengeluaran urin kostovertebral
tidak tuntas

Mual dan muntah


Gangguan eliminasi
urin

Resiko kekurangan
cairan
4. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Menurut Purnomo (2011) beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan dan
dirasakan pada
pasien batu ginjal yaitu :
a. Nyeri pada sekitar pinggang
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi dan infeksi.
c. Hematuria yang disebabkan akibat trauma mukosa saluran kemih karena batu.
d. Demam
e. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Apabila ginjal manusia mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan pada
pembentukan urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya.
f. Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau
toksin dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan
pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh, diantaranya di bagian kaki,
pergelangan kaki, wajah dan atau tangan.
g. Gangguan gastrointestinal: Rasa Mual dan Ingin Muntah

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih.
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan
paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam
urat bersifat non opak (radio-lusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Bertujuan menilai keadaan anatomi fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat
mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akbiat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu
pada keadaan-keadaan: alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan
pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di
ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis, atau pengerutan ginjal.

Diagnosis dapat juga ditegakan dengan uji kimia darah dan urin 24 jam untuk
mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, naatrium, pH, dan volume total
merupakan bagian dari upaya diagnostic. Riwayat diet dan medikasi serta
riwayat adanya batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi
faktor yang mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karna
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum,
dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. ESWL ( Extracorporeal Shockwae Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan hematuria.
c. Endourologi
Tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat
itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Bedah
Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
d. Bedah terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau
nefrolitotomi unutk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi
untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi
atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi
nanah (pionefrosis), korteks sudah sangat tipis, atau mengalami pengkerutan
akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun.

7. Referensi (MINIMAL 3 BUAH)

1. Russari, I. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Batu Ginjal


Menggunakan Teorema Bayes. Jurnal Riset Komputer
(JURIKOM), 3, 18–22.
2. Purnomo, Basuki B. “dasar-dasar urologi.” Jakarta : Sagung seto. 2011, 6-9
3. Sakhae. “kindey stones 2012: pathogenesis, diagnosis, and
managemen”. The Journal of clinical Endocrinology & Metabolisme,
2012
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut (D.0077)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif: Mengeluh Nyeri
Objektif:
a. Tampak Meringis → keadaan normal tidak meringis
b. Bersikap protektif (mis. Waspada posisi menghindari nyeri)→ keadaan
normal tidak bersikap protektif
c. Gelisah → keadaan normal tidak gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat→ Normal nadi Dewasa 60-100kali/menit.
Anak usia 11-17 tahun: 60-100 kali/menit, anak usia 1-10 tahun 70-120
kali/menit, Bayi 100-160 kali/menit
e. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Tekanan darah meningkat→ tekanan darah normal: Dewasa 19-40 tahun
95-135mmhg/60-80 mmhg, Dewasa 41-60 tahun
110-145mmhg/70/90mmhg, Lansia (>60 th) 95-145mmhg/ 70-90mmhg
2. Pola napas berubah: Frekuensi nafas normal Anak: 18-30x/menit,
Dewasa 12-20, Lansia 28x/menit
3. Nafsu makan berubah→ normal pola makan 3x/hari
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

2. Gangguan Eliminasi Urine (D.0040)

Gejala Tanda Mayor


Subjektif:
1. Desekan berkemih (Urgensi) → Normal Buang air kecil 4-
8x/hari
2. Urin menetas (dribbling) → Normalnya ditandai respon ingin
berkemih sebelum urine keluar
3. Sering buang air kecil ) → Normal Buang air kecil 4-8x/hari
4. Nokturia → Normal Buang air kecil 4-8x/hari dan frekuensi
BAK ssedikitpada malam hari dibandingkan siang hari
5. Mengompol → (normalnya ditandai respon ingin berkemih
sebelum urine keluar)

Objektif :

1. Distensi kandung kemih → Normalnya ketika kandung


kemih penuh tubuh merespon untuk berkemih
2.Berkemih tidak tuntas (Hesitancy)
Volume residu urin meningkat
Gejala minor
Seujektif: tidak tersedia
Objektif : tidak tersedia

3. Risiko Ketidakseimbangan cairan (D.0036)

Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor


Subjectif: tidak tersedia Subjectif: tidak tersedia
Objektif: tidak tersedia Objektif: tidak tersedia

3. DIAGNOSA KEPERAWATAH
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari pasien dengan batu ginjal dengan berfokus pada kebutuhan
eliminasi adalah sebagai berikut (SDKI, 2017):
a) Nyeri akut
b) Gangguan eliminasi urin
c) Risiko ketidakseimbangan cairan

4. PERENCANAAN

No Diagnosa Kriteria hasil/tujuan intervensi rasional


keperawatan
1 Nyeri akut a. Tujuan = Setelah 1. Identifikasi 1. Mengdentifikasi lokasi,
dilakukan tindakan lokasi, karakteristik, durasi
selama 3 x 24 jam karakteristik, frekuensi, kualitas,
makatingkat nyeri durasi frekuensi, intensitas nyeri.
pasien berkurang. kualitas, intensitas 2. Mengdentifikasi skala nyeri
Kriteria hasil : nyeri. 3. Mengdentifikasi faktor
keluhan nyeri 2. Identifikasi skala yang memperberat dan
menurun, meringis nyeri memperingan nyeri
menurun, pola tidur 3. Identifikasi 4. Mengajarkan teknik
membaik faktor yang nonfarmakologis untuk
memperberat mengurangi nyeri
5. Berkolaborasi pemberian
dan
analgetik
memperingan
nyeri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
2 Gangguan a. Tujuan = setelah 3 x 24 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi faktor
eliminasi urin jam mka pasien mampu faktor yang yang menyebabkan
berkemih dengan menyebabkan retensi atau inkontinensia
normal retensi atau urine
inkontinensia 2. Memonitor eliminasi
urine urine
b. Kriteria hasil = pola
2. Monitor (frekuensi,konsistensi,
eliminasi urine dan
eliminasi urine aroma, volume, warna)
output dalam batas
(frekuensi,konsis 3. Mengajarkan tanda dan
normal, tidak
tensi, aroma, gejala infeksi saluran
menunjukkan adanya
volume, warna) kemih
tanda-tanda onstruksi
3. Ajarkan tanda 4. Melakukan kateterisasi
(tidak ada rasa sakit
dan gejala urin
saat berkemih),
infeksi saluran
pengeluaran urin
kemih
lancar.
4. Lakukan
kateterisasi urin

3 Risiko a. Tujuan = setelah 1. Monitor status 1. Monitor status hidrasi


ketidakseimbangan dilakukan tindakan 1 x hidrasi 2. Monitor berat badan harian
cairan 24 jam maka pasien 2. Monitor berat badan 3. Berikan cairan intravena
mempertahankan harian 4. Memonitor hasil
keseimbangan cairan 3. Berikan cairan pemeriksaan
meningkat intravena laboratorium
b. Kriteria hasil = 4. Monitor hasil 5. mencatat intake output dan
Asupan cairan pemeriksaan hitung balance cairan
meningkat, haluaran laboratorium
urine meningkat, 5. Catat intake output
dan hitung balance
cairan

Daftar Pustaka
1. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”.
Jakarta selatan : DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
2. PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta
selatan : DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
3. PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”.
Jakarta selatan : DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2

Anda mungkin juga menyukai