Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS BATU SALURAN KEMIH

DISUSUN OLEH :

NADIA YULIYANI

18082

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA
LAPORAN PENDAHULUAN

BATU SALURAN KEMIH

A. PENGERTIAN
Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas
(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat dan sistein (Wardani, 2014).

B. ETIOLOGI
Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu
saluran kemih diantaranya sebagai berikut :
1. Faktor intrinsik
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar
dari pada perempuan.
2. Faktor ekstrinsik
Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat
dan kalsium mempermudah terjadinya batu).

Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu saluran


kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran
kemih sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya.
Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu
hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan
kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya.
Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan
gejala berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi
aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
1. Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam
bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena
adanya pionefrosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai
mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada
sisi ginjal yang terkena.
4. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Banyak factor yang menyebabkan berkurangnya alira urin dan menyebabkan
obstruksi, salah satunya adalah statis urin dan menurunnya volume urin akibat
dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat meningkatkan
resiko terjadinya batu saluran kemih. Rendahnya aliran urin adalah gejala
abnormal yang umum terjadi, selain itu berbagai kondisi pemicu terjadinya
batu saluran kemih seperti komposisi batu yang beragam menjadi factor utama
bekal identifikasi penyebab batu saluran kemih (Guyton & Hall, 2016).
Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter paling mungkin
tersangkut pada satu dari tiga lokasi berikut sambungan ureteropelvik, titik
ureter menyilang pembulu darah iliaka dan sambungan uretervesika.
Perjalanan batu dari ginjal ke saluran kemih sampai dalam kondisi statis
menjadikan modal awal dari pengambilan keputusan untuk tindakan
pengangkatan batu. Batu yang masuk pada pelvis akan membentuk pola
koligentes yang disebut batu staghorn.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Wijayaningsih (2013), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran
kemih diantaranya sebagai berikut :
1. Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan
Kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau
batu kalsium fosfat), urin 24 jam : (kreatinin, asam urat kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urin menunjukan Infeksi
saluran kemih (ISK), Blood ureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan urin) ;
abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin).
2. Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
3. Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
4. Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
5. Ultrasonografi ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi
batu.

Menurut Purnomo dalam Wardani (2014) pemeriksaan penunjang yang dapat


dilaukan yaitu Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) merupakan
tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu
dan Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit.

F. KOMPLIKASI
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran
kemih adalah :
1. Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
2. Infeksi
3. Gangguan fungsi ginjal.

G. PENTALAKSANAAN MEDIS
Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih
adalah menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa
nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan mmengurangi kemungkinan
terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri,
obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya
gangguan fungsi ginjal.
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.
4. Mencari latar belakang terjadinya batu.
5. Mengusahakan penceghan terjadinya rekurensi
Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah
diantaranya sebagai berikut :
1. Cystotomi ; salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa
sistostomy yang ditempatkan langsung didalam kandung kemih melalui insisi
supra pubis.
2. Uretrolitotomy ; tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang berada
di uretra.

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang,
urine lebih sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat
berkemih, urine berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan
nyeri saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan
rasa terbakar, dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri
panggul, kolik ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal
atau bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung
kapur, perlu dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber
polusi atau tidak.
g. Pengkajian Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat
inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan
2) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
tidak cukup minum, terjadi distensi abdomen, penurunan bising usus.
3) Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat
buang air kecil. Keinginan dorongan ingin berkemih terus, oliguria,
hematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.
4) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah
pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena
penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medulla spinalis.
5) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan
hospitalisasi.
6) Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar
mereka.
7) Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada
lokasi batu misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat
menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia,
nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau
kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
8) Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit.
9) Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta
proses penyakit dan penatalakasanaan.
10) Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
h. Pengkajian Fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
3) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
4) Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
5) Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
6) Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa
bibir biasanya kering, pucat.
7) Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan
peningkatann kerja jantung.
8) Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
9) Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal
10) Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa
kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
11) Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine, dan sering miksi
12) Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan
bangkit dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), diagnosa keperawatan yang muncul untuk
penderita batu saluran kemih adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih
3. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
4. Ansietas berhubungan dengan krisis siuasional

J. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah keperawatan nyeri akut menurun

Kriteria hasil : Tekanan darah sistol 100-140 mmHg diastol 60-90


mmHg,
nadi 60-90 x/menit, frekuensi pernafasan 16-20x/menit, suhu 36.50C –
37.50C, tidak ada keluhan nyeri, dapat melakukan aktivitas ringan,
keadaan
umum membaik.
Rencana tindakan :
1. Mandiri :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
b) Identifikasi skala nyeri
c) Ajarkan teknik relaksasi
d) Ajarkan teknik nafas dalam
e) Posisikan pasien semi fowler/fowler
f) Anjurkan teknik distraksi
g) Beri lingkungan yang tenang, batasi penggunjung
2. Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah keperawatan gangguan eliminasi urin membaik

Kriteria hasil : Sensasi berkemih meningkat, tidak ada distensi kandung


kemih, berkemih dengan tuntas, pola berkemih normal, tidak ada keluhan
saat berkemih, frekuensi BAK normal, karakteristik urin kuning jernih
Rencana tindakan :

a) Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia


b) Monitor integritas kulit pasienTerapeutik
c) Buka pakaian yang diperlukanuntuk memudahkan eliminasi
d) Dukung penggunaan toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
e) Jaga privasi selama eliminasi
f) Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
g) Bersihkan alat bantuBAK/BAB setelah digunakan
h) Latih BAK/BAB sesuai jadwal,jika perlu
i) Sediakan alat bantu (mis. Kateter eksternal, urinal), jika pelu
j) Anjurkan BAK/BAB secara rutin
k) Anjurkan kekamar mandi/toilet, jika perlu

3. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah keperawatan retensi urin

Kriteria hasil : Sensasi berkemih meningkat, tidak ada distensi kandung


kemih, berkemih dengan tuntas, pola berkemih normal, tidak ada keluhan
saat berkemih, frekuensi BAK normal, karakteristik urin kuning jernih
Rencana tindakan :

a) Periksa kondisi pasien (mis, kesadarn, tanda tanda vital, daerah


perineal, distensi kandung kemih, inkontenesua urine, reflex
berkemih)
b) Siapkan peralatan, bahan bahan dan ruangan tindakan
c) Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal
rekumben
d) Pasang sarung tangan
e) Bersihkan daerah perineal atau proposium dengan cairan NaCl atau
aquadest
f) Lakukan insersi kateter urine dengan menerapkan prinsip aseptic
g) Sambungkan kateter urine dengan urine bag
h) Isi balon dengan dengan Nacl 0.9 % sesuai anjuran pabrik
i) Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau di paha
j) Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih
k) Berikan label waktu pemasangan
l) Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine
m) Anjurkan menarik nafas saat insersi selang cateter

4. Ansietas berhubungan dengan krisis siuasional


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
masalah ansietas menurun.
Kriteria Hasil : pasien tidak terlihat gelisah, ttv dalam batas normal, pola
jam tidur teratur, mampu berkonsentrasi, tidak tapak tenggang.
Rencana Tindakan:
Mandiri
a) Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
e) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
f) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
g) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
h) Gunakan pakaian longgar
i) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
j) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
k) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
l) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
m) Anjurkan mengambil psosisi nyaman
n) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
o) Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
p) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing ).

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalahserangkaian kegiatan yang dilakukan
olehperawat untuk membantu pasien darimasalah kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yangmenggambarkan kriteria hasil
yangdiharapkan oleh pasien maupun perawat.Implementasi merupakan
inisiatif darirencana tindakan untuk mencapai tujuanyang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelahrencana tindakan disusun dan ditujukanpada
nursing orders untuk membantuklien mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh
karena itu rencana tindakan yangspesifik dilaksanakan untuk
memodifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan daripelaksanaan adalah membantu kliendalam mencapai tujuan yang
telahditetapkan, yang mencakup peningkatankesehatan, pencegahan,
penyakit,pemulihan kesehatan dan memfasilitasikoping.Tujuan Implementasi
keperawatan yaitu Melaksanakan hasil dari rencana keperawatan yang
selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui kondisikesehatan pasien dalam
periodeyang cepat, Mencegah komplikasi, Memberikan lingkungan
yangnyaman bagi pasien, Membuat pasien merasa puas (Nazir, 2011)

L. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnnya
dalam perencanaan, membandingan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah diteteapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulaidari tahap pengkajian, perencanaandan
pelaksanaan. (Mubarak, 2011)
Menurut Suprajitno (2013), Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana.
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga
O : Keadan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisi.
Ada 2 jenis evaluasi
1. Evaluasi formatif
Dilakakukan saat proses evaluasi terhadap respon evaluasi terhadap respon
segera timbul setelah intervensi
2. Evaluasi sumatif (Hasil)
Evaluasi terhadap tujuan atau hasil akhir yang diharapkan setelah pemberian
asuhan keperawatan jangka panjang.

M. DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. N. & Hardhi, K. (2009). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda, Edisi 2. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Muttaqin A & Sari K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan System
Perkemihan. Jakarta : Salamba Medika.
Guyton, & Hall. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :EGC
Nazir, M. (2011). Metodologi penelitian. Bogor :Ghalia Indonesia
PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia:Definisi dan
indikator diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria
hasil keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia: Definisi dan
tindakan keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Putri & Wijaya. S.A. (2013). KMB I Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika
Rais. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “Vesikolitiasis” Pada Tn.
A di Ruang Asoka BLUD
Suprajitno. (2013). Asuhan keperawatan keluarga aplikasi dalam praktik.
Jakarta : EGD
Wardani F. (2014). Hubungan Batu Saluran Kemih. Yogyakarta.
Wijayaningsi. S. K. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans
Info Media

Anda mungkin juga menyukai