Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-konsp yang saling terkait
dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar konsep. Model konseptual juga
memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa yang dilihat dan memberikan arah riset untuk
mengetahui sebuah pertanyaan untuk menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan suatu pemecahan
masalah (Potter&perry, P 270, 2005).

Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan terstruktur untuk
melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan baik
olehtenaga kesehatan mental maupun perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan
kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah yang positif untuk mengatasi stresor atau
cemas yang dialaminya. Perawat psikiatri dapat bekerja lebih efektif bila tindakan yang dilakukan
didasarkan pada suatu model yang mengenali keberadaan sehat atau sakit sebagai suatu hasil dari
berbagai karakteristik individu yang berinteraksi dengan sejumlah faktor di lingkungan (Videbeck, 2008).

Model konseptual keperawatan jiwa khususnya model komunikasi merupakan suatu hubungan
interaksi manusia sebagai proses interpersonal.Model komunikasi ini memprediksi perilaku dalam hal
pengetahuan tentang manfaat dan ancaman bagi kesehatan dan jiwanya. Untuk memotivasi seseorang
dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan kesehatannya diperlukanlah sebuah komunikasi
(Fitzpatrick, 1989).

B. Tujuan

Untuk memahami mengenai model konseptual keperawatan jiwa danaplikasi penggunaan model konsep
keperawatan jiwa,
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN JIWA

A. Definisi

Model adalah suatu cara untuk mengorganisasi kumpulan pengetahuan yang kompleks seperti
konsep yang berhubungan dengan perilaku manusia. Penggunaan model ini membantu praktisi
memberikan dasar untuk melakukan pengkajian dan intervensi juga cara untuk mengevaluasi keberhasilan
penanggulangan (Stuart dan sundeen, P 32,1998).

Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual, dan teorimerupakan aktivitas berpikir yang
tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok, situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan displin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari
penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena
dari suatu disiplin (Fawcett, 1992). Teori mempunyai konstribusi pada pembentukan dasar praktik
keperawatan (Chinn& Jacobs, 1995).

B. Klasifikasi

berdasarkan model konseptual keperawatan, maka dapatdikelompokan kedalam enam model yaitu
psikoanaliti, interperonal, soial,eksistenial, terapi uportif dan medis.

1. psikoanalitis ( freud, arickon )

model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego ( akal )
tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting ). ketidakmampuan seseorang
dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk memayuhi tata tertib, peraturan,norma, dan agama
( super-ego/das uber ich ) akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku ( deviationof
behavioral ). faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
intrapsikis, terutama pada masa kanak-kanak. sebagai contoh ketidakpuasan pada masa
oral,dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulasi untuk
belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukan benda pada mulutnya pada
fase oral dan sebagainya. hal ini akan menyebabkan trauma yang membekas pada masa dewasa.
prosesterapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisis mimpi, masa
peralihan untuk memperbaiki trauma masa lalu.misalnya, klien dibuat dala keadaan sangat
mengantuk. dalam keadaan tidak berdaya , pengalaman alam bawah sadarnya digali dengan
pertanyaan –pertanyaan untuk menggali trauma masa lalu. hal ini lebih dikenal dengan metode
hipnotis, yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan terapis berupaya untuk
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien. peran perawat adalah berupaya melakukan
assessment atau pengkajian mengenai keadaan - keadaan traumatis atau stressor yang dianggap
bermakna pada masalalu ( misalnya pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan
secara kasar, ditelantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak-anak) dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin hubungan saling percaya.

2. Interpersonal ( sullivan, peplau )

menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul akibat adanya ancaman. ancaman
tersebut menimbulkan kecemasan ( ansietas). ansietas timbul dan dialami seseorang akibat
adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain ( interpersonal ). menurut konsep ini,perasaan
takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
konsep terapi menurut konsep ini adalah berupaya membangun rasa aman pada klien ( build
feeling security) menjalin hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan dalam bergaul
dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati ( trusting relationship and
interpersonal satisfaction ) peran perawat dalam teraapi adalah share anxietas ( berupaya
melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien
saat berhubungan dengan rang lain ), dan therapist use empathy and relationship ( perawat
berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien, serta
memberikan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang
lain ).

3. sosial ( caplan, szasz )

menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku
apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada
seseorang,dimana akan menimbulkan kecemasan dan gejala ( social andenviromental factor creat
stress, which cause anxiety and symptom ).prinsip proses terapi yang sangat penting dalam model
konsep ini adalah modifikasi lingkungan ( environment manipulation ) dan dukungan sosial
(social suport ). peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada dimasyarakat melibatkan teman sejawat,
atasan keluarga, atau suami istri. sementara itu, terapis berupaya menggali sitem sosial klien
seperti suasana dirumah, dikantor, disekolah, dimasyarakat, atau tempat kerja.

4. eksistensial ( ellis, rogers )

menurut teori model eksistensial, gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individual
gagal menemukan jati diri dan tujuan hidupnya.individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya.
membenci diri sendiridan mengalami gangguan dalam body imagenya. prinsip dalam
prosesterapinya adalah mengupayakan agar individu berpengalaman dan bergaul dengan orang
lain, memahami riwayat hidup orang lain dianggap sukses, atau dianggap sebagai panutan
( experience in relationship ),memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi ( self
assesment ),bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan ( conducted in group), mendorong
untuk menerima jati dirinya sendiri, dan menerima kritikatau feedback tentang perilaku dari
orang lain serta dapat mengontrol perilakunya ( encouraged to accept self and control behavior ).
Prinsip keperawatannya adalah klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh
pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feedback dari orang lain,
misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. terapis berupaya untuk memperluas kesadaran diri
pasien melalui feedback, kritik, saran, atau reward dan punishment.

5. terapi suportif ( wermon, rockland )

penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah faktor biopsikososial dan respons maladaptif
saat ini. aspek biologisnya menjadi masalah seperti : sering sakit maag, migrain, atau batuk-
batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan, seperti : mudah cemas,kurang percaya
diri, perasaan bersalah, ragu-ragu dan pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah
bergaul, menarik diri, tidakdisukai, bermusuhan, tidak mampu medapatkan pekerjaan, dan
sebagainya. semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul
saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.

prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon koping adaptif,individu diupayakan mengenal
terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya ; kekuatan mana yang bisa
digunakan sebagai alternatif pemecahan masalahnya. perawat harus membantu individu dalam
melakukan identifikasi koping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. terapis berupaya
menjalin hubungan yang hangat dan empati dengan klien untuk menyiapkan koping klien yang
adaptif.
6. medis ( meyer, kraeplin )

menurut konsep ini, gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifaktor yang kompleks,
meliputi : aspek fisik, genetik, lingkungan, dan faktor sosial sehingga fokus penatalaksanaannya
harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostik, terapi soatik, farmakologi, dan tehnik
interpersonal. perawat berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostik dan
terapi jangka panjang. terapis berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan diagnosis, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.

Model Tampilan Perilaku Proses Terapeutik Peran pasien dan


yang menyimpang terapis

Psikoanalisis ( Freud, Ego tidak mampu - asosiasi bebas Klien mengungkapkan


Erikson) mengontrol ansietas, analisis mimpi semua pikiran dan
konflik tidak selesai mimpi
- transveren untuk
memperbaiki Terapis :
trauma masa lalu Menginterpretasikan
pikiran dan mimpi
pasien
Interpersonal (Sulivan, Ansietas timbul dan di - membangun Klien :
Peplau) alami secara perasaan aman
Menceritakan (sharing)
interpersonal ketakutan apa yang dirasakan,
- menjalin
yang mendasar adalah kecemasan yang
hubungan yang
dirasakan
ketakutan terhadap saling percaya dan
membina
penolakan Terapis :
kepuasan dalam
Menggunakan respon
bergaul dengan
verbal yang mendorong
orang lain
rasa aman klien dalam
sehingga klien
berhubungan dengan
merasa berharga
orang lain
dan di hormati
Sosial (Caplan, Szasz) Faktor sosial dan faktor Memodifikasi lingkungan Klien :
lingkungan yang akan dan dukugan sosial
Menyampaikan
memicu munculnya masalah menggunakan
stress pada seseorang, sumber yang ada di
masyarakat
dimana akan
menimbulkan Terapis :
kecemasan dan gejala Menggali system sosial
klien
Eksistensial (Elis Individu gagal - berpengalaman Klien :
roger) menemukan dan dalam membina
Berperan serta dalam
menerima diri sendiri hubungan, dan pengalaman yang
bergaul dalam berarti untuk
mempelajari diri
kelompok sosial
Terapis :
- mendorong untuk Memperluas kesadaran
menerima jati diri klien
dirinya sendiri dan
menerima kritik
atau feedback
tentang
perilakunya dari
orang lain serta
dapat mengontrol
perilkunya
Suportif terapi Faktor biopsikososial Menguatkan respon koping Klien :
(Wermon rockland) dan respon maladaptif adaptif
Terlibat dalam
masa kini indentifikasi koping

Terapis :
Hubungan yang hangat
dan empati
Medical (Meyer, Kombinasi dari Pemeriksaan diagnostik, Klien :
Kreaklin) fisiologi, genetik, terapi somatik, dan teknik
Menjalani prosedur
lingkungan, dan sosial interpersonal diagnostik dan terapi
jangka panjang

Terapis :
Terapi, dampak,
diagnose penyakit,
pendekatan terapeutik
Asuhan yang kompeten bagi perawat jiwa adalah sebagai berikut :
1. pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya
2. merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga
3. peran serta dalam pengelolaan kasus : mengorganisasi, mengkaji, negosiasi, serta koordinasi
pelayanan bagi individu dan keluarga
4. memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan
sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait serta
teknologi dan system sosial yang palin tepat
5. meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh penyakit mental
melalui penyuluhan dan konseling
6. memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa
dengan masalah fisik
7. mengelola dan mengkoordinasi system pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien,
keluarga, staaf, dan pembuat kebijakan
MODEL KEPERAWATAN JIWA PSIKOANALISA( SIGMUND FREUD)

I. Latar Belakang Sejarah Teori Psikoanalisa

Teori psikoanalis dikembangkan oleh sigmund Freud (1856-1939) padaakhir abad ke-19
dan awal abad ke-20 di Vienna, tempat Freud menghabiskansebagian besar hidupnya. Banyak
praktisi psikoanalisis dan ahli teori tercatatlainnya memberi kontribusi pada ilmu pengetahuan
ini, tetapi Freud adalah perintis yang tidak sependapat dengan banyak teori psikoanalisis
Freudkemudian mengembangkan teori dan gaya terapi mereka sendiri.

Freud mengembangkan ide dan penjelasan awal tentang perilakumanusia dari


pengalamannya meneliti beberapa klien, semua wanita yangmemperlihatkan perilaku seperti
gangguan penglihatan dan wicara,ketidakmampuan untuk makan, dan paralisis ekstrremitas.
Gejala ini tidak memiliki dasar fisiologi atau penyebab dan dengan demikian dianggap perilaku
neurotik atau “histeris” wanita. Setelah lama meneliti wanitatersebut, Freud menyimpulkan
bahwa banyak masalah timbul akibat traumamasa kanak-kanak atau gagal menyelesaikan tugas
perkembangan psikoseksual. Kebutuhan dan perasaan seksual yang tidak terpenuhi ,juga
peristiwa trauma, direpresi (dikeluarkan dari alam sadar). Perilaku histerisatau neurotik timbul
akibat konflik yang tidak selesai. Pengalaman awalmeneliti klien wanita membentuk dasar teori,
keyakinan, dan metode terapi psikoanalisis Freud.

Teori psikoanalis mendukung gagasan bahwa semua perilaku manusiaada penyebabnya


dan dapat dijelaskan (teori determanistik).Freud yakin bahwa banyak perilaku manusia dimotiasi
oleh impuls dan naluri seksualyang direpresi.
II.KONSEP MODEL PSIKOANALISA

A.DEFINISI

Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafattentang sifat


manusia dan metode psikoterapi. Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian
freus bahwa gejala neurotik pada seseorangtimbul karena tertahannya ketegangan emosi yang
ada, ketegangan yang adakaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal
traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. ( Gunarsa, )

Pertama, Psikonalisis adalah terapi atau metode psikoterapeutis.Dalam arti kata ini,
psikoanalisi dipakai untuk mengobati pasien neurosis,meskipun kata “pengobatan” disini
sebetulnya tidak pada tempatnya, sejauhterapi ini sama sekali tidak menggunakan obat-obatan,
tapi seluruhnya berlangsung dalam cakrawala bahasa : percakapan pasien dengan
analisnya.Psikoanalisis dalam arti ini bersifat praktis dan harus dibedakan dari teori-teoriyang
tentu diandaikan olehnya.

Kedua, Psikoanalisis adalah ‘metapsikologi”, menurut istilah yangdibentuk freud sendiri.


Sebagai metapsikologi, psikoanalisis adalah teoridinamis tentang nauri-naluri yang didasarkan
atas topografi dan pandanganekonomis. Dengan “topografi” dimaksudkan kenyataan bahwa
psike manusiaterdiri dari beberapa instansi. Mula-mula Freud menujukkan sebagai instansidalam
tahap sadar- tahap prasadar- tahap tak sadar. Dengan catatan, bahwa tiga tahap ini menunjukkan
dua sistem saja, karen atahap sadar dan tahap prasadar menurut Freud termasuk sistem yang
sama. Kemudian Freud membedakandalam tiga instansi termahsyur yaitu Id- Ego- Superego.

Ketiga, Psikoanalisis adalah cara penafsiran, suatu hermeneutika. Freudmembedakan


antara “ isi mimpi yang terang ( the manifest content of thedream ) dan pikiran-pikiran mimpi
yang tersembunyi ( the latent dreamthoughts).

Freud membandingkan jiwa dengan gunung es dimana bagian lebihkecil yang muncul di
permukaan air menggambarkan daerah kesadaran,sedangkan massa yang jauh lebih besar di
bawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991: 60). Di dalam
daerahketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-
perasaan yang ditekan.
B.KONSEP- KONSEP UTAMA TEORI PSIKOANALISA

1.Tingkat Kehidupan Mental

Menurut freud dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess danGregory J. Feist, 2008:
22), kehidupan mental dibagi menjadi dua tingkatanyaitu alam bawah sadar (unconscious) dan
alam sadar (conscious). Alamsadar sendiri memiliki dua lagi tingkatan yang berbeda, yakni alam
bawahsadar sesungguhnya dan ambang-kesadaran ( preconscious ).

Latipun (2010; 47) menyatakan bahwa tingkat kehidupan mentaldapat disebut juga teori
topografi yaitu merupakan teori psikonalisis yangmenjelaskan tentang kepribadian manusia yang
terdiri dari sub-subsistem.Bagi freud kepribadian manusia berhubungan dengan alam
kesadaran(awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsimengingat, menyadari dan
merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu
menyadari berbagairangsangan yang ada di sekitar kita.

2.Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi
mengantarkan ide, ingatan dan perasaantersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya
kembali.

3.Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar yang
terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang
hidupnya yang tidak dapatdisadari lagi akan tersimpan didalamnya.

2. Struktur Kepribadian

Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai stuktur yangterdiri dari tiga unsur atau
sistem, yaitu id, ego, dan superego(Supratiknya, 1993: 32). Ketiga unsur atau sistem tersebut
adalah sebagai berikut :

 Id

Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar,sistem yang
didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistemyang lainnya, id adalah sistem yang
bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem
tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

Merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan naluri dasar atau bawaan, seperti
perilaki mencari kesenangan, agresi dan impuls seksual. Idmencari kesenangan instan,
menyebabkan perilaku impulsif dan tidak dipikirkan, dan tidak mematuhi aturan atau konvensi
sosial. (Videbeck, 2008)

 Ego

Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individukepada dunia
objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Apabila
dikaitkan dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa diterapkan bahwa ego bertindak
sebagai penunjuk atau pengarah kepada orang yang sedang lapar ini kepadamakanan.

Ego merupakan kekuatan pengimbang atau penengah antara id dansuperego.


(Videbeck,2008)

 Superego

Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-
nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,
superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah
figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan
guru(Supratiknya, 1993: 35).

Superego merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan konsepmoral dan etis,
nilai, serta harapan sosial dan orang tua. Oleh karena itu, superego secara langsung berlawanan
dengan id.

3. Dinamika Kepribadian

 Dorongan-Dorongan (Drives)

Menurut Freud ( 1933/1964 ) dalam buku Theorys of Personality (Feist,Jess dan Gregory
J. Feist, 2008: 29), beragam dorongan dapatdikelompokkan menjadi dua kubu utama : seks atau
Eros, dan agresif,distraksi atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id. Namun,
mereka tunduk pada pengontrolan Ego. Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya sendiri :
Freud menggunakan kata Libido untuk energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan
agresif masih belum dinamainya.

 Seks

Tujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan initidak terbatas
hanya pada kesenangan genital semata. Tujuan akhir dorongan seksual ( pengurangan tegangan
seksual ) tidak dapat diubahnamun, jalan untuk mencapai tujuan ini bisa beragam.

Fleksibilitas objek seksual atau pribadi seksual dapat mengenakansamara Eros yang lebih
jauh. Objek erotis dapat ditransformasikan atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh,
seorang bayi yang dipaksaterlalu cepat untuk lepas dari putting ibunya sebagai objek
seksualmungkin akan menggantinya dengan jempol tangan sebagai objek kesenangannya.
Namun, seks sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain, seperti Narsisisme, cinta,
sadisme, dan masokhisme. Dua yangterakhir ini memiliki komponen dorongan agresif.

 Agresi

Tujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikanorganism pada


kondisi anorganis. Dorongan agresif juga menjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang
yang sudah dibangun manusiauntuk mengendalikan agresi.Contohnya perintah seperti “kasihilah
sesamamu seperti kamu mengasihidirimu sendiri”.

 Kecemasan( anxiety )

Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu.
Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalahkondisi yang tidak menyenangkan, bersifat
emosional, dan sangat terasakekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang
memperingatkanseseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.

Ada tiga macam kecemasan :

1. Kecemasan Neurotis
Kecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak terkendalinyanaluri-naluri yang
menyebabkan seseorang melalkukan suatu tindakanyang bisa mendatangkan hukuman bagi
dirinya sendiri. Contohnya adalah seseorang akan mengalami kecemasan ini karena
kehadiranseorang guru, majikan, atau figure otoritas lain.

2. Kecemasan Moralistis

Kecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani sendiri.Kecemasan ini bersal dari
konflik antara ego dan superego. Kecemasanmoralistis contohnya, akan muncul dari godaan
seksual jika seorang anak percaya bahwa menyerah pada godaan akan membuat dirinya
kelirusecara moral. Namun, kecemasan moralistis juga bisa muncul akibatkegagalan untuk
bersikap secara konsisten dengan apa yang dianggap benar secara moral, contohnya gagal
merawat orang tua yang sudahlanjut usia.

3. Kecemasan Realiatis

Kecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari duniaeksternal, dan taraf
kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yangada. Contohnya, kita dapat mengalami
kecemasan realistis ketika berkendara di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah
kotayang belum kita kenal. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takutkarena rasa takut tidak
perlu malibatkan suatu objek spesifik yangmenakutkan, contohnya jika sepeda motor kita tiba-
tiba terpeleseta danlepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.Kecemasan berfungsi
sebagai mekanisme penjagaan ego karena diamemberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang
mendekat ( Freud,1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi
sinyalkepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akanmengambil bentuk
samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya.

III.Aplikasi Teori Psikoanalisa

Pertama, konsep kunci bahwa ”manusia adalah makhluk yang memilikikebutuhan dan
keinginan”. Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, dengan melihat
hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar.

Kedua, konsep kunci tentang “kecemasan” yang dimiliki manusia dapatdigunakan sebagai
wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantuindividu supaya mengerti dirinya dan
lingkungannya; mampu memilih,memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana;
mampumengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-haridengan baik dan bijaksana;
mampu memahami dan bertindak sesuai dengannorma agama, sosial dalam masyarakatnya.

Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masakecil) terhadap
perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yangmengkritik, namun dalam beberapa hal
konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam pembentukan moral
individual.Dalam sistem pembinaan akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat
melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan norma
agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses
interaksi yang panjang daridalam lingkungannya.

Keempat, teori Freud tentang “tahapan perkembangan kepribadian individu”dapat digunakan


dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun pendekatan. Konsep ini memberi arti
bahwa materi, metode dan pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kepribadianindividu, karena pada setiap tahapan itu memiliki karakter dan sifat yang berbeda.
Oleh karena itu konselor yang melakukan bimbingan haruslahselalu melihat tahapan-tahapan
perkembangan ini, bila ingin bimbingannyamenjadi efektif.

Kelima, konsep Freud tentang “ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang
dilakukan pada individu dengan harapan dapatmengurangi impuls-impuls dorongan Id yang
bersifat irrasional sehingga berubah menjadi rasional.

Anda mungkin juga menyukai