100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
193 tayangan39 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas delapan model konseptual dalam askep kesehatan mental psikiatri yaitu model psikoanalisa, interpersonal, sosial, eksistensi, komunikasi, perilaku, medikal, dan keperawatan.
2. Setiap model memberikan pandangan yang berbeda terhadap penyimpangan perilaku dan proses terapi yang digunakan.
3. Peran klien dan terapis juga berbeda pada setiap model kon
Deskripsi Asli:
Judul Asli
MODEL-MODEL KONSEPTUAL DALAM ASKEP KESEHATAN MENTAL PSIKIATRI
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas delapan model konseptual dalam askep kesehatan mental psikiatri yaitu model psikoanalisa, interpersonal, sosial, eksistensi, komunikasi, perilaku, medikal, dan keperawatan.
2. Setiap model memberikan pandangan yang berbeda terhadap penyimpangan perilaku dan proses terapi yang digunakan.
3. Peran klien dan terapis juga berbeda pada setiap model kon
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas delapan model konseptual dalam askep kesehatan mental psikiatri yaitu model psikoanalisa, interpersonal, sosial, eksistensi, komunikasi, perilaku, medikal, dan keperawatan.
2. Setiap model memberikan pandangan yang berbeda terhadap penyimpangan perilaku dan proses terapi yang digunakan.
3. Peran klien dan terapis juga berbeda pada setiap model kon
MODEL-MODEL KONSEPTUAL ASKEP KESEHATAN MENTAL PSIKIATRI Model-model konseptual 1. M. Psikoanalisa 2. M. Interpersonal Kerangka kerja 3. M. Sosial konsep yang 4. M. Eksistensi berkaitan dengan perilaku manusia 5. M. Komunikasi 6. M. Perilaku
Membantu terapist 7. M. Medikal
mengerti tingkah 8. M. Keperawatan laku klien Stuart Sunden,2007 merubah 1. Model Psikoanalisa (Sigmun Freud) • Fokus : Perkembangan psikoseksual • Bebrapa konsepnya Id, Ego, Super Ego, Mekanisme Pertahanan Ego • Pandangan psikoanalisa terhadap penyimpangan perilaku : Penyimpangan perilaku pada usia dewasa berkaitan dengan perkembangan Ego depence tidak adekuat Gejala usaha untuk mengatasi kecemasan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi. • Proses Terapi : Terapist menggali hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu. Metoda asosiasi bebas analisa mimpi
• Peran klien dan terapist :
Klien mengungkapkan pikiran dan mimpinya Terapistinterpretasi pikiran-pikiran dan mimpi klien dalam hal konflik 2. Model Interpersonal (Sullivan, Peplau) Pengalaman Interpersonal : Good me Bad me Not me Jika anak diberi reward dan membetulkan hal yang tidak tepat serta anak selalu diberi pengertian, maka akan terbentuk good me. Jika anak selalu dilarang dan dihukum serta selalu dikatakan jelek, maka akan terbentuk bad me.
Orang tua yang tidak konsisten dengan
peraturan, akan mengembangkan anak menjadi orang yang tidak konsisten/ragu, sehingga tidak mengetahui identitas mana sesungguhnya yang baik, maka anak akan terbentuk not me. Penyimpangan Perilaku : Kecemasan timbul/meningkat dan dialami dalam hubungan interpersonal Ketakutan yang dasar adalah takut terhadap rejektive (penolakan) Manusia membutuhkan rasa aman dan kepuasan yang merupakan hubungan dari interpersonal yang positif. Individu 2 dorongan : Dorongan untuk kepuasan berkaitan dengan kebutuhan dasar Dorongan untuk keamanan berhubungan dengan kebutuhan budaya : penyesuaian norma sosial, nilai suatu sitem kelompok tertentu. Peran klien dan terapist : Klien membagi kecemasan dan perasaannya pada terapist. Terapist • mengambangkan hubungan yang erat dengan klien • Menggunakan empati • Mengoreksi pengalaman interpersonal dengan mengalami hubungan yang sehat dengan terapist klien belajar hubungan interpersonal yang memuaskan 3. Model Sosial (Szaaz dan Caplan) fokus lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. Pandangan sosial terhadap penyimpangan perilaku kodisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku. Szaas individu bertanggung jawab terhadap perilaku
Individu mampu mengontrol untuk
menyesuaikan perlakunya dengan yang diharapkan masyarakat. Caplan situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa: Kemiskinan Situasi keluarga yang tidak stabil Kurang support sistem
Dapat dicegah prevency primer
Proses Terapi klien dibantu menangani sistem sosial
krisis intervensi, manipulasi lingkungan, support sosial,
kesehatan jiwa masyarakat. Peran klien dan terapist : Klien secara aktif mengemukakan masalah dan bekerja sama dengan terapist untuk mencari pemecahan. menggunakan sumber di masyarakat. Terapist menggali sistem sosial klien dan membantu klien menggunakan sumber yang sesuai. menciptakan sumber baru jika dibutuhkan. 4. Model Eksistensi (Sartre, Jepers) fokus pengalaman individu pada saat ini dan disini (here & now).
Pandangan eksistensi terhadao penyimpangan
perilaku individu kehilangan kontrol terhadap dirinya & lingkungannya
akibat hambatan atau larangan yang dialami
putus asa, sedih, kesepian menghambat
partisipasinya untuk berhubungan dengan orang lain. Proses Terapi Klien dibantu mengeskplorasi diri & menerima dirinya Terapi dilakukan melalui kelompok Klien dibantu mengontrol tingkah laku\
Ada beberapa terapi berdasarkan model eksistensi :
1) Rational amotive therapy (Albert Ellis) aktive – derektive, orientasi pada kognitif konfrontasi digunakan untuk mendorong klien bertanggung jawab terhadap tingkah laku.
menerima diri apa adanya bukan karena apa yang
dilakukan 2) Logo therapi (Viktor E Franki) orientasi pada masa depan
individu meneliti arti dari kehidupan agar sadar
akan tanggung jawabnya. 3) Rality therapy (William Glassor) klien dibantu menyadari terget kehidupannya & cara untuk mencapainya klien disadarkan akan alternatif yang tersedia 4) Gastalt therapy (Fredrick S. Perls) penekanan : here & now klien dianjurkan mengidentifikasi perasaannya dengan meningkatkan kesadaran diri 5) Group therapy (W.O.Schutz, Carl Roger) Fokus : Membina interaksi yang intim dalam kelompok.
anggota kelompok secara jujur & terbuka membagi
pikiran dan perasaannya meningkatkan kesadaran diri. Peran klien dan terapist klien : - menerima tanggung jawab dari tingkah laku - berpartisipasi dalam pengalaman yang berarti untuk belajar tentang self terapist:- membantu untuk mengenal nilai-nilai dari self - klarifikasi realita dari situasi - mengenalkan tentang perasaan & memperluas kesadaran 5. Model Komunikasi (Berne, R.Bandles, Grinder) Semua perilaku mengkomunikasikan sesuatu kejelasan komunikasi antar pengirim & penerima.
Pandangan komunikasi terhadap penyimpangan
perilaku Pesan tidak jelas disampaikan Bahasa yang digunakan merubah diri Proses terapi Pola komunikasi dianalisa API Feedback klarifikasi masalah Penguatan untuk komunikasi yang efektif Memberi alternatif korektif pada komunikasi yang tidak efektif Peranklien dan terapist : Klien : - melihat pola komunikasi - klarifikasi komunikasinya & validasi pesan dari orang lain. Terapist : - Mengintepretasi pola komunikasi klien. - Membantu meningkatkan komunikasi dengan orang yang berarti. - Mengajarkan prinsip berkomunikasi yang baik.
6. Model Perilaku (Eysenck, Wolpe, Skinner)
• Modifikasi perilaku dikembangkan dari teori belajar. • Perubahan perilaku mempengaruhi kognitif dan afektif Pandangan perilaku terhadap penyimpangan perilaku. Semua perilaku dipelajari Penyimpangan respon habitual yang dapat dimodifikasi melalui teori beajar
belajar terjadi bila ada
stimulus timbul repon dikuatkan Proses terapi : Teknik relaksasi Asertif training Positif reinforcement Peran klien dan terapist klien : mempraktekan teknik perilaku latihan reinforcement terapist : - membutuhkan teknik perilaku. - mengajarkan tentang pendekatan terapeutik - penguatan pada periaku yang diinginkan 7. Model Medikal (Freud, Meyer, Kraeplin, Spitzer) Fokus : - Diagnosa penyakit pengobatan berdasarkan diagnosa - Mengekspresikan penyebab gangguan. Pandangan medikal terhadap penyimpangan perilaku : • Manifestasi gangguan susunan saraf pusat • Faktor lingkungan faktor pencetus Proses terapi Pengobatan dikaitkan dengan diagnosa , terapi somatik dan teknik hub interpersonal. Peran klien dan terapist Klien : - melaksanakan pengobatan yang telah ditetepkan - melaporkan efek pengobatan Terapist : - menggunakan kombinasi pengobatan - pendekatan terapeutik = megajarkan pada klien ttng penyakitnya 8. Model Keperawatan (orlando, Peplau, King, Orem, Rogers, Roy) Pendekatan keperawatan berdasarkan : • Teori perkembangan • Teori interaksi • Pendekatan holistik • Teori keperawatan Pandangan keperawatan terhadap penyimpangan perilaku : Manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh Penyimpangan perilaku mempengaruhi keutuhan tersebut Proses Terapi : proses keperawatan : Tujuan umum dan khusus Perencanaan dirumuskan bersama klien Perawat bekerja sama dengan pemberi asuhan yang lain Intervensi keperawatan terapi modalitas : - terapi lingkungan - terapi individu dan kelompok - terapi kerja dsb Peran Klien dan Terapist Klien : Bekerja sama dengan terapist dalam indentifikasi mas, menyusun rencana, implementasi dan evaluasi. Terapist : - Bekerja sama dengan klien dan anggota tim kesehatan mengembangkan rencana keperawatan. - Modifikasi rencana - Penggunaan beberapa terapi modalitas. TINGKAT PENCEGAHAN KESEHATAN JIWA A. Pencegahan Primer Bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan angka kesakitan atau gangguan kesehatan jiwa dengan mengubah faktor penyebab sebelum membahayakan. Pencegahan primer dilakukan terhadap individu, keluarga dan masyarakat sehat. Termasuk dalam pencegahan primer adalah kegiatan pningkatan kesehatan, pencegahan gangguan / penyakit dan melindungi dari kemungkinan terkena gangguan antara lain : Memberikan penyuluhan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa. 1. Penyuluhan keswa mempunyai empat tingkat intervensi yaitu : a. Meningkatkan kesadaran individu, keluarga atau kelompok tentang masalah dan peristiwa yang berhubungan dengan sehat dan sakit, seperti tugas perkembangan normal. b. Meningkatkan pemahaman seseorang tentang demensi stressor yang potensial, kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptif), dan alternatif respon koping. C. Meningkatkan pengetahuan seseorang tentang dimana dan bagaimana memperoleh sumber yang diperlukan. d. Meningkatkan ketrampilan penyelesaian masalah individu, keluarga atau kelompok, ketrampilan interpersonal, toleransi terhadap stress dan frustasi, motivasi harapan dan harga diri. 2. Melakukan perubahan melalui upaya yang terkait dengan perbaikan kondisi Kehidupan, pembebasan kemiskinan dan pendidikan yang baik. 3. Memberikan pendidikan tentang keswa, tumbuh kembang dan pendidikan seksual. 4. Melakukan rujukan sebelum terjadi gangguan jiwa berdasarkan pengkajian tentang stressor yang potensial dan perubahan kehidupan. 5. Menolong klien di RS umum untuk menghindari terjadinya masalah psikiatri. 6. Menguatkan dukungan sosial dan bekerja sama dengan keluarga untuk mendukung fungsi anggota keluarga dan kelompok. 7. Berperan aktif dalam kegiatan keswa di masyarakat. B. Pencegahan Sekunder Termasuk menurunkan angka kelainan melalui penemuan kasus dini dan penanganan masalah kesehatan antara lain : 1. Melakukan penjaringan bagi yang mengalami atau potensial mengalami gangguan keswa. 2. Melakukan kunjungan rumah bagi yang memerlukan penanggulangan keswa. 3. Penanggulangan kedaruratan dan pelayanan psikiatrik di rumah sakit umum. 4. Memberikan lingkungan yang terapeutik. 5. Mengawasi pasien yang sedang dalam pengobatan. 6. Memberikan pelayanan pencegahan tindak bunuh diri. 7. Konseling dalam waktu tertentu. 8. Intervensi krisis yang bertujuan mengembalikan individu pada tingkat fungsi sebelum krisis. 9. Psikoterapi individu, keluarga dan kelompok dalam berbagai kelompok usia. 10. Bekerjasama dengan masyarakat untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi. C. Pencegahan Tersier Ditunjukan untuk menurunkan gangguan atau kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit atau dengan kata lain mengurangi keparahan kelainan dan ketidak mampuan akibat gangguan kesehatan jiwa antara lain : 1. Memasarkan dan meningkatkan pelatihan serta rehabilitasi. Rehabilitasi adalah suatu proses yang memungkinkan individu untuk kembali ke tingkat fungsi setinggi mungkin (Depkes, 2000). Tujuan rehabilitasi untuk mengembalikan pada tingkat fungsi ketika sebelum sakit.
2. Mengorganisir program setelah pasien
dipulangkan dari fasilitas perawatan untuk memudahkan proses transisi mereka ke masyarakat. Keterampilan yang perlu disiapkan pada pasien meliputi ketrampilan melakukan kegiatan hidup sehari-hari, ketrampilan belajar dan keterampilan bekerja. Tes Penunjang Diagnostik Tes penunjang diagnostik yang sering dilakukan pada klien gangguan jiwa adalah : 1. EEG (Elektro Enchepalo Graf) untuk mengetahui keadaan gangguan jiwa yang disebabkan oleh neurobiologi. 2. MMPI (The Minnesota Multiphastic Personality Inventory) 3. Rongten Scedel dan CT Scan kepala. 4. Test psikologi atau psikotes meliputi test kepribadian 5. Foto sinar x untuk mengetahui keadaan gangguan jiwa yang disebabkan oleh gangguan pada sistem syaraf pusat. 6. Pemeriksaan laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan oleh faktor genetik. 7. PET (Position Emision Tomography) menggambarkan fungsi dan aktfitas otak pada klien skizophrenia, umumnya PET menggambarkan abnormal glukosa diotak seseorang yang mengalami hipermetabolisme pada bagian frontal otak akan sulit mengambil keputusan. 8. Stress test untuk mengeahui tingkat stress seseorang.