Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Para remaja dewasa ini generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun dan beranjak

dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para orang tua mereka

beranjak dewasa. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan

masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya

kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi

ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum

didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua

mereka (www.situs.kesrepro.info/krr/materi/remaja.htm, 2006)

Peristiwa terpenting yang terjadi pada remaja putri adalah datang haid yang

pertama kali, biasanya umur 10-16 tahun. Saat haid yang pertama ini datang

dinamakan menarche. Di desa-desa kecil, menarche dianggap sebagai tanda

kedewasaan, dan remaja yang mengalami menarche dianggap sudah masanya

melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita. Sikap semacam itu hingga kini masih

dipertahankan di beberapa daerah. Oleh sebab-sebab tertentu yang dikaitkan dengan

keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi lebih awal. Di Inggris, rata-rata

haid pertama datang pada usia 13 tahun. Dibandingkan dengan keadaan di abad yang

lalu, dimana haid pertama pada umumnya datang pada umur 15 tahun. Nampaknya

anak-anak remaja putri yang dari orang tua yang lebih berada, mengalami menarche
2

lebih cepat daripada mereka yang mempunyai orang tua kurang berada. Tetapi rata-

rata perbedaan itu tidak lebih dari 6 sampai 9 bulan. Anggapan remaja di daerah

tropis mengalami menarche lebih awal dari remaja daerah dingin tidak terbukti.

Kedatangan haid yang pertama lebih tergantung pada tingkat sosial ekonomi daripada

iklim tempat tinggal (Llewelln-Jones, 1997).

Haid pertama bisa menjadi saat yang menyusahkan bagi anak perempuan,

seringkali dibarengi perasaan yang campur aduk, takut dan cemas serta

membingungkan hal ini umumnya disebabkan karena kurang atau salahnya informasi

mengenai haid. Bagi anak perempuan yang telah  dipersiapkan, biasanya tidak

bingung lagi menghadapi haid pertamanya. Umumnya orang takut melihat darah,

apalagi anak-anak. Ketidaktahuannya dapat menyebabkannya secara keliru,

mengaitkan haid dengan penyakit atau luka bahkan memandangnya sebagai sesuatu

yang memalukan, karena tidak mendapatkan penjelasan yang benar. Menurut

penelitian hasil dari partisipan dari 23 negara sepertiga responden mengatakan 

mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak siap dan tidak tahu

apa yang harus dilakukannya. Dari survei tersebut, mereka yang tidak pernah tahu

masalah haid, para wanita itu mengatakan hal ini merupakan pengalaman yang sangat

buruk dan haid pertama membuat panik, trumatis, malu, dan takut (www.dwp.or.id,

2006)

Dalam masyarakat kita sering menemukan berbagai pandangan, pendapat,

persepsi, dan kepercayaan tentang suatu hal yang dipercaya oleh masyarakat karena

dianggap benar, padahal belum tentu benar. Pandangan yang sering muncul dan
3

berkembang dalam masyarakat karena beberapa hal, yaitu penyampaian informasi

yang kurang tepat atau kurang lengkap, penyampaian informasi terlalu berlebihan

sehingga menimbulkan sikap diskriminasi dikalangan remaja atau masyarakat

terhadap berbagai masalah, salah satu diantaranya mengenai masalah menstruasi.

Sangat banyak sekali cerita yang berkembang dikalangan masyarakat sehubungan

dengan menstruasi sedangkan kebenarannya belum dapat dibuktikan secara ilmiah.

Salah satu mitos yang sering terdengar diantaranya adalah bahwa remaja yang sedang

mens dianggap kotor dan sakit. Sebenarnya, menstrusi tidak membuat remaja

perempuan menjadi kotor dan sakit. Namun memang benar jika sedang haid remaja

putri harus menjaga kebersihan, seperti mengganti pembalut.

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau

reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi,

pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh karena itu

kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan

dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Salah satu keluhan yang

dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida

yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.

Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan dalam

masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua kita sejak kita masih kecil.

Tetapi, karena orangtua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah

seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya


4

menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual jarang

kita dapatkan dari mereka (Sarwono cit www.gizi.net, 2006)

Dari hasil pra survei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung

kepada remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan

didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti tentang

bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin saat menstruasi seperti berapa kali harus

mengganti pembalut dalam sehari serta bagaimana cara memasang pembalut yang

benar. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur di dusun Serbajadi Kecamatan

Natar Lampung Selatan tahun 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Jumlah penduduk dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan
Tahun 2005.

Jenis Kelamin
No Umur Jumlah
L P
1 0-4 tahun 134 294 428
2 5-9 tahun 196 256 452
3 10-14 tahun 115 123 238
4 15-19 tahun 101 156 257
5 20-24 tahun 391 487 878
6 25-29 tahun 192 286 478
7 30-34 tahun 387 389 776
8 35-39 tahun 265 269 534
9 40-44 tahun 292 295 587
10 45-49 tahun 288 301 589
11 50-54 tahun 197 199 396
12 55-59 tahun 129 131 260
13 >60 tahun 116 383 499
Sumber: Register Pendataan Keluarga (RPK) dusun Serbajadi 2005
5

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada

yaitu:

1.1.1 Pada hasil penelitian dari partisipasi 23 negara sepertiga responden

mengatakan mereka tidak diberitahu tentang haid sebelumnya, sehingga tidak

siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan

1.1.2 Salah satu keluhan yang dirasakan saat menstruasi adalah rasa gatal yang

disebabkan oleh jamur kandida yang timbul akibat kurangnya kebersihan alat

kelamin pada saat menstruasi.

1.1.3 Dari hasil prasurvei yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung

kepada remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan

didapatkan bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum mengerti

tentang bagaimana menjaga kebersihan saat menstruasi seperti: berapa kali

harus mengganti pembalut dan tampon dalam sehari serta bagaimana cara

memasang pembalut yang benar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan

remaja putri usia 10-19 tahun tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di

dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?


6

1.2 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah gambaran tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi

Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006?

2. Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan

alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung

Selatan tahun 2006?

Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar

Lampung Selatan tahun 2006.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pendidikan remaja putri di dusun

Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.

2. Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar

Lampung Selatan tahun 2006.


7

Manfaat Penelitian

1.2.3 Bagi remaja putri

Untuk memberikan informasi tentang menstruasi khususnya bagaimana menjaga

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi kepada remaja putri.

1.2.4 Bagi masyarakat


Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang
bagaimana menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi, sehingga
masyarakat khususnya orang tua yang memiliki remaja putri bisa memberikan
masukan mengenai kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.

1.2.5 Bagi Pihak Institusi Pendidikan


Sebagai sumber bacaan di perpustakaan AKBID Wira Buana Metro

1.2.6 Bagi peneliti


Sebagai penerapan mata kuliah metodologi penelitian dan menambah

pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah, serta sebagai masukan pengetahuan

tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.

1.2.7 Bagi peneliti lainnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian

lebih lanjut dengan variabel yang belum diteliti.


8

Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian : deskriptif

Subjek : remaja putri dengan usia 10-19 tahun

Objek : pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat

kelamin pada saat menstruasi

Lokasi penelitian : dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan

Waktu : Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 29 Juni

tahun 2006

Alasan : di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung

Selatan banyak terdapat remaja putri yang berusia 10-

19 tahun, sedangkan dari hasil pra survei didapatkan

bahwa dari 10 responden 7 orang mengatakan belum

mengerti tentang bagaimana menjaga kebersihan alat

kelamin pada saat menstruasi seperti berapa kali

harus mengganti pembalut dalam sehari serta

bagaimana cara memasang pembalut yang benar.

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL


9

3.1. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori adalah teori perilaku

kesehatan menurut Lawrence Green, selanjutnya perilaku kesehatan ditentukan oleh

tiga faktor, yaitu: faktor predisposisi (predisposing factor), terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai. Faktor pendukung

(enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas atau

sarana kesehatan. Faktor pendorong (re-enforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku kesehatan petugas kesehatan.

Untuk lebih jelas di bawah ini digambarkan bagan kerangka teori sebagai

berikut:
Faktor predisposisi:
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan

Faktor pendukung:
Perilaku kesehatan Lingkungan fisik
Fasilitas kesehatan
Sarana kesehatan

Faktor pendorong:
Sikap petugas kesehatan
Perilaku petugas kesehatan

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Teori Penelitian


10

Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2002).

Agar konsep dapat diamati dan diukur, maka konsep dijabarkan ke dalam

variabel. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu pengetahuan

remaja putri terhadap kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.

Jika digambarkan dalam kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Pengetahuan tentang kebersihan


alat kelamin pada saat menstruasi
Remaja Putri

Tingkat pendidikan

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Devinisi Operasional Variabel

Definisi operasional sangat dibutuhkan untuk membatasi ruang atau pengertian

variabel-variabel penelitian dan akan memudahkan untuk mengukurnya. Definisi

operasional variabel adalah rumusan pengertian variabel-variabel yang diamati,

diteliti dan diberi batasan (Notoatmodjo, 2002 : 70)


11

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Cara
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. -Remaja putri Wanita dengan usia
10-19 tahun

2 Pengetahuan Memahami dan Angket Kuesioner Baik 76-100% Ordinal


kebersihan aplikasi dalam Cukup 56-75%
alat kelamin melakukan kegiatan Kurang 40-55%
pada saat dengan tujuan untuk Tidak <40%
menstruasi memelihara dan baik
mempertinggi derajat
kesehatan pada saat
pengeluaran darah
secara periodik dan
sel-sel tubuh dari alat
kelamin yang berasal
dari dinding rahim
wanita
3 Pendidikan Pendidikan formal Angket Kuesioner - SD Ordinal
yang terakhir yang - SMP
ditamatkan dan - SMA
mempunyai ijazah - Perguruan tinggi

BAB III

KERANGKA BAB IV
12

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002: 138). Teknik

penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan presentase, yang mana data

kualitatif yang ada dikuantifikasikan, diangkakan sekedar untuk mempermudah

penggabuangan data variabel, kemudian sesudah terdapat hasil akhir lalu

dikualifikasikan kembali.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung

Selatan tahun 2006.

Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 22 sampai dengan 29 Juni

tahun 2006.
13

Populasi dan Sampel

4.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Populasi

adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002: 79).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah remaja putri usia 10-19 tahun di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung

Selatan tahun 2006 yang berjumlah 279 orang.

4.1.2 Sampel

Menurut Arikunto (2002: 109) Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Selanjutnya Notoatmodjo, (2002 : 79) Sampel adalah

sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi.

Apabila subjek penelitian kurang dari seratus, lebih baik sampel diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika jumlah subjeknya

besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti (waktu, tenaga, dana).

b. Sempit luasnya wilayah peneliti

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.

(Arikunto, 1998 : 20).


14

Dari pendapat di atas maka besar sampel yang menjadi subjek dalam penelitian

25
adalah sebesar 25% dari jumlah populasi yang ada yaitu x 279  69 orang .
100

Sedangkan untuk teknik pengambilan sampel digunakan teknik random sampling.

Instrumen Penelitian

Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini, penulis menggunakan instrumen

untuk mengumpulkan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2002: 48)

bahwa yang dimaksud dengan instrumen adalah Alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir,

observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain.

Cara ukur yang digunakan adalah angket yang berisi kuesioner, terdiri dari 15

pertanyaan, masing-masing terdiri dari 4 alternatif jawaban a, b, c dan d. Jika jawaban

benar mendapat nilai 1, jika salah mendapat nilai 0 dan jika jawaban benar semua

mendapat nilai 15.

Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner, maka dilakukan

pengolahan data yang melalui berupa tahapan sebagai berikut:

4.1.3 Seleksi data (Editing)

Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan

diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.


15

4.1.4 Pemberian kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada

tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.

4.1.5 Pengelompokkan data (Tabulating)

Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan

teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk

tabel-tabel.

Analisa Data

Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisa

univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dari sub variabel yang diteliti

sehingga dapat diketahui gambaran dari setiap sub variabel. Untuk menghitung

sebaran persentase dari frekuensi digunakan rumus sebagai berikut:

f
P x100%
N

Keterangan :

P : Persentase

f : frekuensi

N : Jumlah subjek

100 : Bilangan Tetap (Burhan Bungin, 2001).

Untuk penentuan kategori penelitian dinilai menurut Arikunto (1998 : 246)

sebagai berikut :
16

1. 76-100%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori

baik.

2. 56-75%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori

cukup.

3. 40-55%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori

kurang baik

4. Kurang dari 40%, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk

kategori tidak baik.

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

5.1.1 Keadaan geografis

5.1.1.1 Luas dan batas wilayah

Dusun Serbajadi terletak di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

dengan luas wilayah 500 ha. Adapun batas-batas wilayah dusun Serbajadi adalah

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Natar Lampung Selatan

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Haji Mena Bandar Lampung

3. Sebelah Timur berbatasan dengan PTP X Lampung Selatan

4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Sukabanjar Lampung Selatan


17

5.1.1.2 Orbitasi

Jarak dusun Serbajadi ke ibu kota Kecamatan adalah 4 km, jarak ke Ibukota

Kabupaten lebih kurang 80 km, dan ke ibukota Propinsi lebih kurang 15 km.

5.1.2 Keadaan demografi

Jumlah penduduk di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan

adalah 2.697 jiwa yang terdiri dari 1.281 laki-laki dan 1.416 perempuan dengan 803

KK.

5.1.3 Sarana dan prasarana kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung

Selatan meliputi 4 orang dukun terlatih dan 2 orang bidan. Sedangkan prasarana

yang ada yaitu 3 unit gedung Posyandu dan 1 unit motor dinas.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Gambaran Tingkat Pendidikan Remaja Putri di dusun Serbajadi


Kecamatan Natar Lampung Selatan
Setelah dilakukan pengumpulan data dari 69 sampel yang ada maka didapatkan

data mengenai tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar

sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi
Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006
18

Persentase
No Pendidikan Jumlah
(%)
1 SD 0 0,00
2 SMP 15 21,74
3 SMA/sederajat 50 72,46
4 Perguruan Tinggi 4 5,80
Jumlah 69 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 69 responden, tidak ada yang

berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Untuk yang berpendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) berjumlah 15 orang (21,74%), Sekolah Menengah Atas (SMA) 50

orang (72,46%), sedangkan untuk perguruan tinggi ada 4 orang (5,80%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA).

5.2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat

kelamin pada saat Menstruasi

Setelah kuesioner yang terdiri dari 15 item pertanyaan disebarkan kepada

responden yang berjumlah 69 remaja putri dengan usia 10-19 tahun, maka didapatkan

hasil jawaban pada masing-masing item pertanyaan. Seluruh jawaban tersebut

kemudian dikumpulkan dan diolah, sehingga didapat data yang disajikan dalam

bentuk tabel distribusi (lampiran 1) dan frekuensi yang menggambarkan tingkat

pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di

dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.

Adapun hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


19

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan
alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar
Lampung Selatan tahun 2006

No Kategori Jumlah Persentase (%)


1 Baik 36 52,17
2 Cukup 30 43,48
3 Kurang 2 2,90
4 Kurang sekali 1 1,45
Jumlah 69 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden yang

berjumlah 69 orang, yang memiliki pengetahuan baik tentang kebersihan alat kelamin

pada saat menstruasi sebanyak 36 orang (52,17%), cukup sebanyak 30 orang

(43,48%), kurang sebanyak 2 orang (2,90%), dan yang berpengetahuan kurang sekali

1 orang (1,45%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan dalam kategori baik tentang kebersihan alat kelamin pada saat

menstruasi (tabel skor terdapat pada lampiran 3). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

diagram di bawah ini:


20

30 (43,48%)

2 (2,90%)
36 (52,17%)
1 (1,45%)
Baik Cukup Kurang Kurang sekali

Gambar 5.1 Diagram distribusi frekuensi gambaran tingkat pengetahuan remaja putri
tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di dusun Serbajadi
Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Gambaran Tingkat Pendidikan Remaja Putri di dusun Serbajadi


Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2006

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) disebutkan, pendidikan

merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.


21

Menurut John Dewey (2000) pendidikan adalah suatu proses untuk memperoleh

kemampuan untuk kebiasaan berfikir sebagai suatu kegiatan yang intelligent atau

yang ilmiah dalam memecahkan berbagai masalah di dalam kegiatan.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan di dusun Serbajadi Kecamatan

Natar Lampung Selatan tahun 2006 didapatkan bahwa dari 69 responden, tidak ada

yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Untuk yang berpendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP) berjumlah 15 orang (21,74%), Sekolah Menengah Atas

(SMA) 50 orang (72,46%), sedangkan untuk perguruan tinggi ada 4 orang (5,80%).

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA).

Banyaknya remaja putri yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

sangat berperan dalam mencapai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi mengenai

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi, karena usia Sekolah Menengah Atas

(SMA) merupakan usia dimana remaja tersebut sebagian besar sudah pernah

mengalami menstruasi, sehingga secara tidak langsung remaja yang berpendidikan

sekolah menengah atas sudah memiliki pengalaman tentang menstruasi. Hal ini

disebutkan dalam www.bkkbn.go.id.2005 bahwa ciri remaja pada anak wanita

biasanya ditandai dengan tubuh mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak

lahir. Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan

laki-laki memasuki usia antara 9 sampai 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya

tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-

perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau


22

berketurunan. Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering

dikenal dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada

perempuan). Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung

pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif

terhadap tinggi tubuh.

6.2 Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kebersihan Alat kelamin


Pada Saat Menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung
Selatan tahun 2006

Menurut Sukandarrumidi (2004) tingkatan pengetahuan manusia berbeda-beda.

Penguasaan suatu bidang ilmu/IPTEK di samping diperoleh dari pendidikan baik

formal maupun informal juga akan diperkaya dengan pengalaman. Berdasarkan atas

penguasaan ilmu manusia (pengetahuan) di dunia dikelompokkan menjadi 4 (empat):

1) Orang tahu apa yang diketahui; Jenis orang ini dalam hal suatu penguasaan

bidang ilmu dapat diandalkan, ditambah dengan pengalamannya yang

bersangkutan menjadi dapat dibanggakan.

2) Orang tahu apa yang tidak diketahui; Ciri utamanya adalah ingin belajar tentang

sesuatu, tidak pernah membuat gaduh dalam pembicaraan, bersifat mau menerima

dengan dasar argumentative dan mengedepankan rasio,

3) Orang tidak tahu apa yang diketahui; Ciri orang tersebut yaitu ketika di dalam

diskusi tidak berani memutuskan, tidak yakin dengan apa yang diketahui, selalu
23

berpendapat ragu-ragu, keyakinan tentang sesuatu akan timbul setelah diarahkan

oleh orang lain.

4) Orang tidak tahu apa yang tidak diketahui. Orang tersebut pura-pura tahu sekedar

untuk menutupi kelemahan dirinya, lebih mengedepankan emosi dan rasio, lebih

berorientasi pada mitos dibandingkan dengan etos kerja, pernyataannya bersifat

non argumentatif.

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang

kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi juga berbeda-beda. Menstruasi atau haid

mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari alat

kelamin yang berasal dari dinding rahim wanita. Pada saat menstruasi, pembuluh

darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi yang menimbulkan rasa gatal

disekitar alat kelamin. Oleh karena itu kebersihan alat reproduksi remaja harus lebih

dijaga karena kuman mudah sekali masuk. Dalam www.kompas.com/kompas-

cetak/0307/18/muda/435978.htm disebutkan bahwa untuk menjaga kebersihan saat

menstruasi harus mengganti pembalut secara teratur 4-5 kali sehari atau setelah buang

air kecil dan mandi untuk menghindari pertumbuhan bakteri. Pembalut sebaiknya

yang berbahan lembut, dapat menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang

membuat alergi (misalnya parfum atau gel), dan merekat dengan baik pada pakaian

dalam.

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan di dusun Serbajadi Kecamatan Natar

Lampung Selatan tahun 2006 menunjukkan bahwa dari 69 responden, yang memiliki

pengetahuan dalam kategori baik tentang kebersihan alat kelamin pada saat
24

menstruasi sebanyak 36 orang (52,17%), cukup 30 orang (43,48%), kurang 2 orang

(2,90%), dan yang berpengetahuan kurang sekali sebanyak 1 orang (1,45%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik

mengenai kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.

Pengetahuan responden tentang kebersihan pada saat menstruasi bisa

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor predisposisi, karena faktor yang

meliputi sikap dan kepercayaan responden ini merupakan suatu hal yang sangat

menentukan dalam memilih sesuatu yang dianggap paling baik. Selain itu, faktor

pendukung seperti lingkungan fisik, fasilitas kesehatan dan sarana kesehatan juga

sangat berperan dalam memberikan masukan. Sikap dan perilaku petugas kesehatan

atau sebagai faktor pendorong juga memiliki peran yang sangat penting dalam

masalah kesehatan.

Ketiga faktor tersebut di atas sangat berperan dalam menentukan tingkat

pengetahuan responden, karena pengetahuan selain didapatkan melalui pendidikan

formal/informal juga bisa dapat melalui pengalaman. Sebagaimana diungkapkan oleh

Sukandarrumidi (2004) yang menyatakan bahwa tingkatan pengetahuan manusia

berbeda-beda. Penguasaan suatu bidang ilmu/IPTEK di samping diperoleh dari

pendidikan baik formal maupun informal juga akan diperkaya dengan pengalaman.

Dengan demikian jelaslah bahwa sebagian besar remaja putri di dusun Serbajadi telah

banyak memiliki pengetahuan berdasarkan pengalamannya, karena menstruasi

merupakan salah satu tanda bagi seorang wanita yang telah memasuki usia remaja

sebagaimana menurut Llewellyn-jones (1997) yang mengemukakan bahwa Menarche

(haid) merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang

wanita sedang menginjak dewasa.


25

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, serta sesuai

dengan pertanyaan penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Tingkat pendidikan remaja putri di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Lampung

Selatan tahun 2006 sebagian besar memiliki jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA) yaitu 72,46%.

2. Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada

saat menstruasi di dusun Serbajadi Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

tahun 2006 sebagian besar termasuk dalam kategori baik (52,17%).

7.2 Saran

7.2.1 Bagi remaja putri

Bagi remaja putri khususnya yang baru pertama kali menstruasi sebaiknya jika

belum mengetahui tentang kebersihan pada saat menstruasi diharapkan melakukan

konsultasi dengan instansi kesehatan yang ada atau bertanya kepada yang lebih

mengerti tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi.


26

7.2.2 Bagi masyarakat

Bagi masyarakat khusus orang yang memiliki remaja putri harus lebih banyak

lagi memberikan pengetahuan mengenai kesehatan pada saat menstruasi.

7.2.3 Bagi pihak institusi pendidikan

Walaupun institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang

kesehatan khususnya tentang kesehatan pada saat menstruasi, namun tuntutan zaman

yang terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan informasi

kesehatan harus terus ditingkatkan. Oleh karena itu diharapkan pihak institusi untuk

berupaya secara terus menerus memberikan informasi yang terbaik bagi

perkembangan kesehatan.

7.2.4 Bagi Peneliti

Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan khusus dibidang kesehatan,

hendaknya peneliti tidak berhenti dalam menuntut ilmu sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan.

7.2.5 Bagi Peneliti Lainnya

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa, diharapkan mampu

menyempurnakan penelitian ini.


27

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai