Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN PENGETAHUAN DISMENORE DENGAN PENANGANAN

DISMENORE PADA SISWI SMAN 16 SAMARINDA

Disusun oleh :

INE SEKAR SARI

21041058

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN REGULER TRANSFER

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun,
adalah suatu periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
disebut masa pubertas.( Rohan, 2017).
Pada remaja sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah
ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah
proses peluruhan lapisan endometrium yang banyak pembuluh darah dari
uterus melaluivagina (Kumalasari dalam Hasibuan, 2018).
Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,5% yang terjadi dari
54,89% dismenore primer dan 9, 36% dismenore sekunder (Rusman,dkk 2014)
Pada saat haid, sebagian perempuan ada yang mengalami berbagai
gangguan haid yang cukup berat.Misalnya ada sebagian yang mengalami
kram karena kontraksi otot-otot halus pada rahim atau dismenore.(Anurogo,
2017).
Studi pendahuluan di negara – negara berkembang menemukan
bahwa 25-50 % wanita dewasa dan sekitar 75% dari remaja mengalami
sensasi nyeri selama haid, dengan 5-20% dilaporkan mengalami nyeri berat
atau menghambat mereka dari berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari
(Sarinengsih, 2012).
Dismenore tidak hanya menyebabkan gangguan aktivitas tetapi juga
memberi dampak bagi fisik, psikologi, social, dan ekonomi terhadap wanita
diseluruh dunia misalnya cepat letih, dan sering marah. Remaja dengan
dismenore berat mendapatkan nilai yang rendah (6,5 %), menurun
konsentrasi (87,1%) dan absen sekolah (80,6%). Biasanya dismenore primer
timbul pada masa remaja, yaitu 2-3 setelah menstruasi pertama. Nyeri pada
dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh
prostaglandin, nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan

1
jaringan dari lapisan rahim melewati serviks (leher rahim) terutama jika
saluran serviksnya sempit (Saraswati, 2015).
Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar.Rata-rata lebih dari
50% wanita di setiap Negara mengalami dismenore.Di Amerika Serikat
angka persentasinya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%.Sementara di
Indonesia angkanya diperkirakan 55% wanita produktif yang terganggu oleh
dismenore. Karena penderita terbanyak adalah wanita usia produktif,
akibatnya dismenore juga menyebabkan ketidakhadiran saat bekerja dan
sekolah sebanyak 13-51%, wanita telah absen sekali dan 5-14% berulang kali
absen sekolah (Februanti, S 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nafiroh, dkk (2013) yang
berjudul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Dismenore Pada Siswi
Putri Di MTS NU Miranggen Kabupaten Demak Tahun 2013” menunjukkan
responden memilikipengetahuan kurang tentang dismenore yaitu sebanyak 36
siswi (78,3%) dan sebanyak 2 siswi (4,3%) yang memiliki pengetahuan baik,
dengan demikianmayoritas memiliki pengetahuan kurang sebanyak 36 siswi
(78,3%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Erinati Pati Ningsih (2014)
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penanganan
Dismenore di SMA Negeri 7 Manado Tahun 2014” menunjukkan sumber
informasi yang diperoleh remaja putri banyak memperoleh informasi tentang
dismenore dari media yaitu sebanyak 29 orang (43,9%), orangtua sebanyak
22 orang (33,3%), tenaga kesehatan sebanyak 8 orang (12,1%), dan teman
sebanyak 7 orang (10,6%). Kebanyakan remaja putri memperoleh informasi
mengenai dismenore lewat media eletronik seperti internet.Jarang remaja
putri memeriksa ketika mengalami dismenore. Menurut remaja putri ketika
mereka mengalami dismenore lebih baik beristirahat ke ruang unit
kesehatan sekolah. Oleh karenaitu remaja putri sering meminta izin pada saat
pada saat jam pelajaran untuk beristirahat pulang kerumah. Padahal,
pentingnya memperoleh informasi dari petugas kesehatan mengenai
penanganan dismenore dengan baik agar aktivitas remaja putri tidak
terganggu ketika mengalami dismenore.Berbagai informasi dari banyak

2
pihak luar penting untuk menambah pengetahuan remaja putri tentang
penanganan dismenore baik dari media, orang tua, tenaga kesehatan,
maupun dari teman.Informasi memberikan pengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Seseorang yang mempunyai banyak informasi akan mempunyai
pengetahuan luas.
Dampak dari nyeri haid (dismenore) pada remaja putri yaitu
dapat mengganggu aktivitas belajar di kampus dan aktivitas sehari-
hari.Apabila nyeri yang dirasakan berat, maka remaja putri yang
bersangkutan tidak masuk sekolah.Banyak remaja putri belum mengetahui
bagaimana penanganan nyeri haid, sehingga dapat timbul masalah. Namun
bagi wanita yang tahu cara mengatasi nyeri haid, mereka memiliki beberapa
cara agar nyeri yang dirasakan dapat berkurang, antara lain dengan
mengkonsumsi obat rasa nyeri, teknik relaksasi, istirahat, dan lain-lain.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada 5
siswi SMA Negeri 16 Samarinda didapatkan hasil bahwa 3 dari 5 siswi
mengalami nyeri haid (dismenore). Penelitian dilakukan pada siswi SMA
Negeri 16 Samarinda karena siswi SMA lebih banyak berusia 16-18 tahun
dimana usia ini adalah termasuk usia reproduktif. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan peneliti pada beberapa siswi yang pernah mengalami
dismenore, siswi tersebut kurang mengerti tentang dismenore dan cara
penanganan dismenore. Sehingga sering kali siswi tersebut meminta izin
untuk pulang atau beristirahat di ruang unit kesehatan sekolah karena
mengalami dismenore sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis melakukan penelitian
tentang hubungan pengetahuan dengan sikap tentang dismenore pada
remaja putri di SMA Negeri 16 Samarinda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menetapkan rumusan
masalahsebagai berikut :
Apakah ada hubungan pengetahuan dengan sikap tentang
dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 16 Samarinda?

3
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap

tentang dismenore pada remaja putri.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang dismenore pada
remaja putri.
b. Untuk mengetahui sikap dalam mengatasi dismenore pada
remajaputri.
c. Untuk menganalisa hubungan tingkat engetahuan tentang
dismenore dengan sikap dalam mengatasi dismenore pada remaja
putri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab
permasalahan-permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada
remaja khususnya hubungan antara pengetahuan dengan sikap
tentang dismenore pada remaja putri, selain itu penelitian ini
dapat bermanfaat sebagai bahan referensi atau bacaan bagi
mahasiswa.

2. Manfaat Praktik
a. Bagi Tenaga kesehatan
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih
meningkatkan perhatian terhadap penyuluhan dan pelayanan
pendidikan kesehatan remaja khususnya tentang dismenore
dan cara mengatasinya.

b. Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan kepada masyarakat khususnya
remaja yang mengalami dismenore dan cara mengatasinya.

4
c. Bagi Remaja Putri
Dapat memperoleh pengetahuan tentang dismenore sehingga
dapat memberikan kontribusi remaja putri khususnya di SMA
Negeri 16 Samarinda untuk dapat mempunyai sikap yang
positif dalam mengatasi dismenore.

d. Bagi Akademik
1) Sebagai bahan bacaan literatur di perpustakaan.
2) Sebagai perbandingan bagi pihak akademik dalam melihat
berbagai permasalahan yang ada khususnya pada remaja.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan
kelompok umur antara 10-19 tahun, menurut peraturan Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja antara 10-24 tahun dan belum menikah
(Kemenkes, 2015).
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur
tubuh dari anak menjadi dewasa (pubertas).pada masa ini terjadi suatu
perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di
dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk
mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan
melaksanakan fungsi organ reproduksi (Kumalasari, 2012).

2. Perubahan Remaja
Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur
tubuh dari anak menjadi dewasa (pubertas).pada masa ini terjadi suatu
perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di
dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk
mencapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan
melaksanakan fungsi organ reproduksi (Kumalasari, 2012).
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya
tanda- tanda sebagai berikut.
1. Tanda seks primer
a. Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila
telah mengalami mimpi basah.

6
b. Remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi
adalah dengan datangnya menstruasi (menarche).

3. Tanda seks sekunder


a. Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar,
dada semakin besar, badan berotot, tumbuh kumis dan rambut
disekitar alat kemaluan, ketiak, dada, tangan, dan kaki.
b. Pada remaja wanita : tumbuhnya bulu-bulu halus disekitar ketiak
dan vagina, pinggul lebar, pertumbuhan payudara, putting susu
membesar dan menonjol, serta kelenjar susu berkembar,
payudara menjadi lebih besar dan lebih kuat.

B. Menstruasi
1. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala
akibatterlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal
merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium
dengan perubahan-perubahan terkait jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini
karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-
perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.
Perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median
panjang siklus 28 hari. Lama perdarahan menstruasi bervariasi. Pada
umumnya lama 4-6 hari tetapi antara 2-8 hari masih dapat dianggap
normal.
Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen
kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya
tidak tentu.Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormone estrogen dan
progesterone. Kedua hormone ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada tubuh perempuan yang bisa dilihat melalui beberapa indikator
klinis, seperti perubahan suhu basal tubuh,perubahan sekresi lender leher
rahim (serviks), perubahan serviks, panjang tidaknya siklus menstruasi

7
(metode kalender) dan indikator minor kesuburan, seperti rasa nyeri dan
perubahan payudara (Janiwarty, 2013).

2. Bentuk Gangguan Menstruasi


Setelah mengalami siklus menstruasi normal dengan menarche
sebagai titik awalnya, dapat dikemukakan beberapa gangguan seperti
( Manuaba, 2009) :

a. Gangguan jumlah darah dan lama haid


Hipermenorea (menoragia) adalah bentuk gangguan siklus
menstruasi teratur, jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan
terlihat dari jumlah penduduk yang dipakai dan gumpalan
darahnya.Penyebab terjadinya menorragia kemungkinan mioma uteri
(pembesaran uteri).polip endometrium atau hyperplasia endometrium
penebalan dinding rahim. Hipomenorea kelainan yang siklus
menstruasi tetap teratur sesuai jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit
dengan kenyataan tidak banyak berdarah.

b. Kelainan siklus menstruasi


Oligomenorea kelainan yang siklus menstruasi melebihi 35 hari,
jumlah perdarahan mungkin sama, penyebabnya adalah gangguan
hormonal.

Amenorea yaitu keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan


berturut- turut.Amenore fisiologis yaitu sejak wanita lahir sampai
menarche, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas waktu
tertentu dan setelah berhentinya haid.

c. Perdarahan diluar haid


Perdararan diluar haid disebut dengan metroragia.Perdarahan ini
disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan
anatomis.

Pada kelainan hormonal terjadi gangguan proses hipotalamus,


hipofise, ovarium (indung telur) dan rangsangan estrogen dan
progesteron dengan bentuk perdarahan yang terjadi diluar menstruasi

8
bentuk bercak dan terus-menerus. Pada kelainan anatomis terjadi
perdarahan karena adanya gangguan pada alat- alat kelamin
diantaranya pada mulut rahim (keganasan, perlukaan atau polip).

C. Dismenore
1. Pengertian Dismenore
Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan
ginekologi yang paling umum pada perempuan muda yang datang ke
klinik atau dokter. Hampir semua perempuan mengalami rasa tidak
nyaman selama haid seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah dan
biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan ( Anurogo, 2017 ).
Secara etimologi, dismenorea berasal dari kata dalam bahasa
Yunani kuno
(Greek).Kata tersebut berasal kata dys yang berarti sulit, nyeri, atau
abnormal.Sedangkan meno yang berarti bulan, dan rrhea yang berarti
aliran atau arus.Dengan demikian, secara singkat dismenorea dapat
didefenisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang
mengalami nyeri.

2. Tipe-tipe Dismenore
Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknyakelainan atau sebab yang dapat diamati.
a. Dismenore Berdasarkan Jenis Nyeri
1) Dismenore Spasmodik
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian
bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid
dimulai.Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda
maupun wanita berusia 40 tahun ke atas.Sebagian wanita mengalami
dismenore spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas (Judha, 2012).
Tanda dismenore spasmodic, antara lain :
a. Pingsan
b. Mual
c. Muntah

9
d. Dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi
dengan melahirkan,walaupun tidak semua wanita
mengalami hal tersebut.

2) Dismenore Kongesif
Dismenore kongesif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid

datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai

kurang 2 minggu. Pada saat haid dating, tidak terlalu menimbulkan

nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita

dismenorekongesifakan merasa lebih baik.

Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongesif, antara lain :


1. Pegal (pegal pada bagian paha)
2. Sakit pada daerah payudara.
3. Lelah
4. Mudah tersinggung
5. Kehilangan keseimbangan
6. Ceroboh
7. Gangguan tidur.

b. Dismenore Berdasarkan Jenis Nyeri


Secara klinis, dismenore terbagi menjadi dua bagian, yaitu
dismenore primer dan dismenore sekunder.
1) Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada
kelainan pada alat-alat genetalia yang nyata.Dismenore primer
terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya 12 bulan atau
lebih oleh karena siklus-siklus haid pada bulan pertama setelah
menarche umumnya berjenis anovulatoar atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,
walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.
Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya
terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah

10
pinggang dan paha.Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai
rasamual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitasi, dan sebagainya.
Tipe dismenore ini mungkin mulai dalam enam bulan sampai
satu tahun setelah menarche (mulainya menstruasi), waktu ketika
seorang gadis mulai mempunyai periode-periode
menstruasi.Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan
penyebab yang mendasarinya dan dismenore sekunder jika
penyebabnya adalah kelainan kandungan.Dismenore primer
sering terjadi kemungkinan lebih dari 50 % wanita mengalaminya
dan 15 % diantaranya mengalami nyeri pada saat menstruasi yang
hebat. Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu
sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama.
2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan.Pada
umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 25
tahun.Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri menstruasi dismenore
primer, namun lama nyeri dirasakan melebihi periode menstruasi
dan dapat pula terjadi bukan pada saat menstruasi. Pengertian lain
menyebutkan definisi dismenore sekunder sebagai nyeri haid
yang muncul saat menstruasi, namun disebabkan oleh adanya
penyakit lain. Penyakit lain yang sering menyebabkan dismenore
sekunder antara lainendometriosis, fibroid uterin, adeonomiosis
uterin, dan inflamasi pelvis kronis.

Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi latrogenik dan


psikologis yang beraksi di uterus, tuba fallopi, ovarium, atau
pelvis peritoneum. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi,
proses yang mengubah tekanan di dalam atau disekitar pelvis,
perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi
peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi
normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi

11
sumber rasa nyeri.Dismenore sekunder didiagnosis bila gejala
yang timbul dan penyakit yang mendasarinya, gangguan, atau
kelainan struktual baik di dalam atau diluar rahim.

3. Penyebab Dismenore
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi distritmik
miometrium yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari ringan
sampai berat di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spesmodik disisi
medial paha (Anurogo,2017). Berikut adalah penyebab dismenore
berdasarkan klasifikasinya sebagai berikut.
1. Penyebab Dismenore Primer
a. Faktor endokrin. Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase
corpus luteum. Hormon progesterone menghambat atau
mencegah kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen
merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam
fase sekresi memproduksi prostaglandin sehingga menyebabkan
kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenore
dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah,
diare, flushing (tak terkendali) dari sistem saraf yang memicu
pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan
atau sensasi panas.
b. Kelainan organik seperti retrofleksi uterus (kelainan letak arah
anatomis rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang
tak lengkap), obstruksi kanalis servikalis (sumbatan saluranjalan
lahir, mioma submukosa bertangkai dan polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis seperti rasa bersalah,
ketakutan seksual, takut hamil, atau immaturitas (belum mencapai
kematangan)
d. Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore.
e. Faktor alergi. Penyebab alergi adalah toksin haid.
2. Penyebab Dismenore Primer

12
Penyebab dari dismenore sekunder antara lain :

a. Endometriosis ( Saraswati, 2015 )


b. Fibroid
c. Adenomiosis
d. Peradangan tuba fallopi
e. Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
f. Pemakaian IUD

4. Gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai.Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus
ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare ddan sering berkemih.kadang sampai terjadi muntah
( Nugroho, 2014).

5. Faktor Resiko Dismenore

Faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan dengan dismenore berat,


yaitu :

a. Menstruasi pertama pada usia amat dini <11 tahun (earlier age of
menarche). Pada usia<11 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer
masih dalam jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih sedikit
juga.
b. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi
Kesiapan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan faktor
psikologis.Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf
pusat, khususnya thalamus dan hubungan susunan saraf pusat,
khususnya thalamus dan korteks.Pada dismenorefaktor pendidikan
dan faktor psikologis sangat berpengaruh.Nyeri dapat ditimbulkan

13
atau diperberat oleh keadaan psikologis penderita.Seringkali setelah
perkawinan dismenore hilang, dan jarang menetap setelah
melahirkan.Mungkin kedua keadaan tersebut membawa perubahan
fisiologis pada genetalia maupun perubahan psikis.
c. Periode menstruasi yang lama
Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak
haid yang setiap bulannya relatif tetap yaitu selama 28 hari.Jika
meleset pun, perbedaan waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda,
tetap pada kisaran 21 hingga 35 hari, dihitung dari hari pertama haid
sampai bulan berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar sampai
bersih, antara 2-10 hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari belum
dapat dikatakan sebagai haid. Namun, bila telah lebih dari 10 hari,
dapat dikategorikan sebagai gangguan.
d. Aliran menstruasi yang hebat
Jumlah darah haid biasanya sekitar 50 ml hingga 100 ml atau tidak
lebih dari 5x ganti pembalut per harinya. Darah menstruasi yang
dikeluarkan seharusnya tidak mengandung bekuan darah, jika darah
yang dikeluarkan sangat banyak dan cepat enzim yang dilepaskan di
endometriosis mungkin tidak cukup atau terlalu lambat kerjanya.
e. Merokok
Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat
bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early
menopause (lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil.Pada
wanita perokok terjadi peningkatan risiko terjadinya kasus kehamilan
diluar kandungan dan keguguran.
f. Riwayat keluarga yang positif
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki
ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki
resiko lebih besar terkena penyakit juga.Gangguan menstruasi seperti
hipermenorea dan menorragia dapat mempengaruh sistem hormonal
tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesterone yang menyebabkan gangguan

14
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progesterone dalam tubuh.
g. Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
h. Kegemukan
Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau
haid tidak teratur atau kronis.Hal ini mempeengaruhi kesuburan,
disamping itu jugafaktor hormonal yang ikut berpengaruh.Perubahan
hormonal atau perubahan pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat
timbunan lemak pada perempuan obesitas.
i. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan kadar estrogen yang
efeknya dapat memicu lepasnya prostaglandin (zat yang dapat
membuat otot-otot rahim berkontraksi).

6. Pengobatan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan
non- steroid (misalnya ibuprofen, naproven dan asam mefenamat ). Obat
ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi( Nugroho, 2014).
Selain dengan obat-obatan rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan
istirahat yang cukup, olahraga yang teratur (terutama berjalan), pemijatan,
yoga, orgasmepada aktivitas seksual, dan kompres hangat di daerah perut.
Mual dan muntah diatasi dengan memberikan obat antimual.Tetapi,
mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.Gejala
dismenore juga dapat dikurangi dengan istirahat yang cukup serta
olahraga secara teratur.

D. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

15
pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang
lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapi
nya.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).Pengetahuan diperlukan
sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap
dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2010).

2. Klasifikasi
Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan dalam struktur kognitif
hierarki mencakup enam klasifikasi, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang di pelajari atau
rangsangan yang diterima.
1. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
b. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
c. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitan nya satu sama lain.
d. Sintesis (Sintesis)
Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

16
e. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

3. Proses Adaptasi
Menurut Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa apabila suatu
pembuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dan pada
pembuatan yang tidak didasari pengetahuan, dan apabila manusia
mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses
sebagai berikut.
a. Awarness (Kesadaran)
Dimana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
dalam terhadap stimulus (objek).
b. Internest (Tertarik)
Subjek mulai tertarik pada stimulus atau objek tersebut, maka
disini sikap objek sudah timbul.
c. Evaluation (Evaluasi)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus-
stimulus bagi dirinya, hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.
d. Trial (Mencoba)
Dimana subjek mulai mencoba melaksanakan sesuatu hal sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus atau objek.
e. Adaptation (Adaptasi)
Subjek mencoba melaksanakan sesuatu sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikap nya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru
atau adopsi yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung lama
(Notoatmodjo, 2010).

4. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu :

17
a. Cara tradisional atau non-ilmiah

Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh


kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non-
ilmah, tanpa melalui penelitian.
b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian
(research methodology).Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626).Ia adalah seorang tokok mengembangkan
metode berpikir produtif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan
langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian
hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan
akhirnya diambil kesimpulkan umum.Kemudian metode berpikir
induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold
van Dallen.Iamengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2010), berpendapat bahwa ada beberapa factor yang


mempengaruhi pengetahuan seseorang, yakni :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

18
semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan normal, akan juga diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek
itulah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek
tertentu.
b. Media massa/informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang informasi baru.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokonya, media


massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru, bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuan nya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.

d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungantersebut.

19
6. Kriteria Penilaian Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi, 2017, penilaian pengetahuan


diinterpretasikandengan sikap yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : dengan persentase 76%-100%
b. Cukup : dengan persentase 56%-75%
c. Kurang : dengan persentase <56%

E. SIKAP
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, obyek atau isue (Petty cocopio, 1986 dalam azwar S.
2000 : 6). Sedangkan menurut Thomas & Znaniecki (1920) menegaskan
bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal
psikologis yang murni dari individu ( purely psychic inner state ), tetapi
sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya
proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.
Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal
dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh
individu.

2. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
(Wawan dkk, 2017) :
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap , komponen kognitif berisi
kepercayaan stereotipe, yang dimiliki individu mengenai sesuatu
dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila
menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial .

b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek


emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan asek yang paling bertahan

20
tehadap pengaruh – pengaruh yang mungkin adalah mengubah
sikap seseorang komponen afektif disamalan dengan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu .
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang .Dan
berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara – cara tertentu . Dan berkaitan
dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan
bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi
perilaku .

3. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni ( Wawan dkk, 2017 ):

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan


memperhatikan stimulusyang diberikan (obyek) .

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjaab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaa itu benar
atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing )
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalh adalah
suatu indikasi sikap tingakat tiga, misalnya seorang mengajak
ibu yang lain ( tetangga, saudara, dsb) untuk menimbang
anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible)

21
Bertanngung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang
paling tinggi . Misalnya seorang mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri .

4. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
(Azwar,2013), sebagai berikut :
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyanangi,mengharapkan, obyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari,membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

5. Ciri – Ciri Sikap

Adapun ciri – ciri sikap menurut Azwar (2013) adalah sebagai

berikut :

a. Sikap bukan dibaa sejak lahir melainkan dibentuk atau


dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan
obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif
biogenesis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai
hubungan terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu
terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan
suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut

22
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,
sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-
kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang.

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut (Wawan dkk, 2017) faktor - faktor yang mempengaruhi


sikap terhadap objek sikap antara lain:
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslahmeninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yangmelibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan
sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap


kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu - individu masyarakat asuhannya.
d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi


lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya Lembaga pndidikan dan lembaga
agamaKonsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaa tidaklah
mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi
sikap.

23
e. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentukmekanisme pertahanan.

7. Pengukuran Sikap

a. Pengukuran Sikap Model Thrustone


Dalam skala Thrustone, digunakan pernyataan-pernyataan yang
disusun sedemikian rupa hingga merupakan rentangan (range) dari
yang favorable sampai yang paling unfavorable.Pernyataan-
pernyataan itu, disampaikan kepada subjek dalam suatu formulir
(form).Masing-masing pernyataan, dalam skala Thrustone telah
mempunyai nilai skala sendiri-sendiri. Nilai skala (scale value)
tersebut bergerak dari 0,0 (yang merupakan ekstrim bawah yang
artinya menolak pada pernyataan tesebut) sampai dengan 11,0 (yang
merupakan ekstrim atas yang artinya sangat setuju dengan
pernyataan tersebut). Pernyataan tersebut disusun dari skala ekstrim
bawah ke tinggi.Kemudian dari data yang diperoleh pernyataan
dikumpulkan berdasarkan kategori pernyataan.
Kemudian dari nilai yang diperoleh menunjukan sikap
seseorang.Semakin tinggi nilai maka sikap orang tersebut semakin
positif pada masalah yang diajukan dan sebaliknya.

b. Pengukuran sikap model Likert


Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran
sikap skala Likert, karena likert dalam melakukan pengukuran sikap
juga menggunakan skala. Dalam menciptakan alat ukur, Likert juga
menggunakan pernyataan- pernyataan dengan menggunakan lima
jawaban alternative atau tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima
alternative jawaban yang disediakan. Lima alternative jawaban yang
dikemukakan oleh Likert, yaitu:

24
a. Sangat setuju (strongly approve)
b. Setuju (approve)
c. Tidak mempunyai pendapat (undecided)
d. Tidak setuju (disapprove)
e. Sangat tidak setuju (strongly disapprove)
Alternative jawaban tersebut memiliki nilai 1-5.Mana yang
mendapatkan nilai 1 atau 5 tergantung pernyataannya.Bila pernyataan
sifatnya positif dan orang tersebut sangat setuju maka pernyataan tersebut
memiliki nilai 5 dan sebaliknya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo D dan Wulandari A. 2017. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:
Cv. Andi Offset
Azwar, S. 2014. Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Jakaarta: Pustaka
Pelajar
Dharmanuni, N. P. D. (2012). Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Penanganan Dismenore Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 4 Unggaran.
Juni. 2015
Effendi R, Riyanto S, Ulfi S. 2013. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
Terhadap Status Dismenore Primer Pada Mahasiswa Tingkat III Prodi DIV
Bidan Pendidik STIKES Husada Borneo Tahun 2013. Jurkessia. Vol 4. No: 2
Maret 2014
Happy, Maria. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenore
Dengan Sikap dalam mengatasi Dismenore Pada Remaja Putri. Surakarta.
2010
Indriyani, Diyan. 2013. Keperawatan Maternitas Pada Area

PerawatanMaternitas. Yogyakarta: GrahaIlmu

Janiwarty B dan Pieter H. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Yogyakarta:


Andi Offset
Judha M, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI Situasi Kesehatan Remaja. 2015
Kumalasari. I. & Andhayantoro. I. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk

MahasiswaKebidanan Dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Laila, N. N. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika

Marmi, 2015. Kesehatan Reproduksi. Cetakan 3. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Mujahidah, Khansa. 2012. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nafiroh, dkk. 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penanganan
Dismenore Di SMPN 9 Tasikmalaya. Bhakti Kencana Media. Vol.2. No. 4
September 2012

26
Notoadmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka
Cipta
. 2007. Promosi Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta: RinekaCipta

. 2010. Promosi Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

.2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho T dan Indra B, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. April.

Yogyakarta: Nuha Medika

Paramita, Dyah Pradnya, 2010. Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenore


dengan Perilaku Penanganan Dismenore pada Siswi SMK YPKK 1 Sleman
Yogyakarta”. Skripsi. Program Studi DIV Kebidanan Universitas Sebelas
Maret, 2010. Diakses tanggal 20 Mei 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. 2016. Pedoman Penyusunan Skripsi
Prodi DIV Kebidanan.Medan.:Poltekkes Kemenkes Medan
Purnomo Imam. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dengan
Penanganan Keluhan Nyeri Haid (Dismenore) Di SMPN 09 Kelas VIII Kota
Pekalongan“. Karya Ilmiah (Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Pekalongan).
Rohan H, dkk. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Intimedia

Rohma K. 2016. Hubungan antara factor sosiodemografi sikap dalam

menghadapi kejadian dismenore pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Suboh

Sitibondo.Skripsi. Universitas Airlangga. Diakses tanggal 19 Mei 2018.

Saraswati, Sylvia. 2015. Mencegah dan Mengobati 52 Penyakit yang Sering


Diderita Perempuan. Yogyakarta: KATAHATI
Sarinengsih Y, dkk. 2012. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri Haid Pada
Remaja Putri Di Dusun Kebonhui dan Dusun Pangkalan Desa Margajaya
Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Sumedang. Bhakti Kencana Media.
Vol.2. No. 4 September 2012
Sofia, Februanti. 2017. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penanganan
Dismenore Di SMPN 9 Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
Vol. 17. No. 1 Februari 2017
Wawan, A danDewi, M. 2014. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia.Yogyakarta : Nusa Medika.

27
. 2017. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

Manusia Yogyakarta : Nusa Medika.

28

Anda mungkin juga menyukai