Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja atau adolescence adalah masa transisi dari anak-anak menuju

dewasa. Dalam bahasa latin disebut adolescere yang artinya tumbuh menjadi

dewasa (Proverawati, 2013). Menurut Permenkes RI Nomor 25 tahun 2014 remaja

adalah penduduk yang berusia dalam rentang 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2015).

Adolescence merupakan tahap kehidupan manusia antara usia 11-19 tahun yang

bermula dari munculnya tanda-tanda seks sekunder dan diakhiri dengan

berhentinya pertumbuhan tubuh (Dorland, 2011).

Data WHO menunjukkan bahwa seperlima dari penduduk dunia adalah

remaja berusia 10-19 tahun dimana 900 juta berada di negara sedang berkembang.

Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19

tahun, sekitar 15% populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan

60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di

Indonesia menurut Biro Pusat Statistik, kelompok umur 10-19 tahun adalah

sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan

(SDKI, 2017).

Pada masa remaja terjadi perubahan yang pesat seperti perubahan fisik,

psikologis, dan sosial (Proverawati, 2013). Perubahan fisik yang paling mencolok

pada remaja perempuan dapat dilihat dari pertumbuhan tubuh yang semakin

tinggi, pinggul yang semakin lebar, payudara yang membesar, kemudian diikuti
1

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


dengan tumbuhnya rambut pubis serta mulai berfungsinya alat- alat reproduksi

yang ditandai dengan terjadinya menarche atau menstruasi pertama (Soetjiningsih,

2010).

Menarche adalah haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas

kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Biasanya menarche rata-

rata terjadi pada usia 11-13 tahun. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, usia

menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda (Wiknjosastro, 2010). Hasil

Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia

yaitu sebesar 237.641.326 jiwa, dan 63,4 juta atau 27% di antaranya adalah

remaja umur 10-24 tahun. Berdasarkan data dari National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES), umur rata-rata menarche (menstruasi pertama)

pada anak remaja di Indonesia yaitu 12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun

(Sensus Penduduk, 2010).

Awal terjadinya menstruasi akan membuat beberapa remaja perempuan

mengalami traumatik karena tidak adanya persiapan terlebih dahulu. Remaja

perempuan membutuhkan pengetahuan yang benar tentang proses menstruasi dan

kesehatan selama menstruasi. Remaja perempuan akan merasa kesulitan

menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelumnya ia belum pernah

mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi atau tidak pernah membicarakan

tentang menstruasi dengan ibu maupun teman sebayanya (Manuaba, 2012).

Berbagai gangguan dan kesulitan yang dialami secara langsung ataupun tidak

langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik ataupun psikologis remaja. Terlebih

lagi bila remaja perempuan tidak memahami dengan baik apa yang harus

dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Kebanyakan dari mereka justru
2

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


merasa jijik, bingung, panik dan menjadi takut. Dalam situasi seperti ini

diperlukan pengetahuan yang benar tentang menarche dan dengan sikap yang

positif diharapkan pula orangtua mampu memberikan alternatif pemecahan

masalah secara tepat (BKKBN, 2015).

Sikap dalam menghadapi menarche dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media

masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta emosional. Sikap dalam

menghadapi menarche bisa berwujud positif ataupun negatif, sikap positif

ditunjukkan dengan rasa keikhlasan ketika dia tahu bahwa sudah menuju dewasa,

percaya diri, tidak takut dan tidak cemas terhadap apa yang dialaminya. Sikap

negatif ditunjukkan dengan perasaan gelisah, takut, kurang percaya diri, serta

bingung dengan apa yang akan terjadi (Azwar, 2013).

Selama ini sebagian masyarakat tabu untuk membicarakan tentang masalah

menstruasi dalam keluarga, sehingga remaja perempuan kurang memiliki

pengetahuan dan sikap yang baik tentang perubahan-perubahan yang terjadi

selama masa remaja (Chandra, 2012). Remaja yang tidak mengenal proses

reproduksi dalam tubuhnya, juga akan menganggap bahwa menstruasi merupakan

bukti adanya penyakit atau hukuman akan tingkah laku yang buruk. Beberapa

remaja juga akan merasa senang sewaktu mengalami menarche, bila mereka telah

mengetahui informasi mengenai menstruasi (Prawiroharjo, 2010).

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata remaja putri memperoleh

informasi tentang menstruasi dari guru 61% dan teman 39%. Seperempat remaja

tidak pernah membicarakan tentang menstruasi sebelum dirinya mengalami

menarche. Hal ini diperburuk dengan pengetahuan masa subur wanita sebesar
3

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


16% dan persepsi persetujuan hubungan seksual pranikah sebesar 7% dengan

alasan saling menyukai (SDKI, 2012). Sulistyoningsih (2014) menyatakan bahwa

sebanyak 46,7% remaja putri di Kabupaten Jember merasa cemas, takut dan

belum siap dalam menghadapi menarche. Sebanyak 70% siswi mengatakan

mereka takut bila dalam waktu dekat akan mengalami menarche, 60% mereka

tidak tahu apa yang akan dilakukan, dan 40% siswi belum ada persiapan khusus

jika akan mengalami menstruasi. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian

Fitkarida (2013) yang menunjukkan bahwa 66,7% remaja putri di Kabupaten

Temanggung tidak siap dalam menghadapi menarche.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mouli tahun 2017 remaja putri di

Low Middle Income Country (LMIC) sekitar 88,7% berespon negatif dan tidak

siap dalam menghadapi menarche. Informasi utama mengenai menstruasi mereka

peroleh dari ibu dan anggota keluarga perempuan lainnya yang belum tentu

memberikan informasi yang benar tentang kebingungan yang dialami oleh remaja

putri ketika mengalami menarche. Pengetahuan yang kurang dan rasa malu yang

dialami oleh remaja putri dapat menyebabkan kesalahpahaman tentang menstruasi

sehingga menyebabkan remaja tersebut merasa cemas dan takut dalam

menghadapi menarche.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Padang tahun

2018 didapatkan bahwa jumlah siswi SD terbanyak berada di Kecamatan Koto

Tangah, yaitu SD Islam Terpadu Khaira Ummah, setelah dilakukan studi

pendahuluan di SD tersebut didapatkan data bahwa sebagian besar siswi yang

belum menarche menyatakan tidak siap untuk menghadapi menarche kemudian

dilakukan wawancara secara langsung terhadap 10 orang siswi, 8 orang


4

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


mengatakan takut jika mengalami menarche, 2 orang mengatakan tidak

mengetahui tentang menstruasi dan belum ada yang memberitahunya mengenai

menstruasi serta bagaimana cara menghadapinya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Menstruasi dengan Sikap

Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas VI SD di Kota Padang tahun 2019 ”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, rumusan

masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan pengetahuan remaja

tentang menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada siswi Kelas VI SD

di Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan sikap

menghadapi menarche pada siswi Kelas VI SD di Kota Padang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan remaja tentang menstruasi pada siswi kelas VI

SD di Kota Padang

2. Mengetahui sikap dalam menghadapi menarche pada siswi kelas VI SD di

Kota Padang

3. Mengetahui pengetahuan remaja tentang menstruasi dengan sikap

menghadapi menarche pada siswi kelas VI SD di Kota Padang

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti tentang pengetahuan remaja tentang

menstruasi dengan sikap remaja menghadapi menarche dan menerapkan ilmu

pengetahuan tentang metodologi penelitian.

1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang dapat

menyebarluaskan informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang

menarche.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya

kepada masyarakat yang memiliki anak perempuan sehingga bisa diberikan

pemahaman sejak dini tentang kesehatan reproduksi, salah satunya tentang

menarche.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Menambah informasi yang dapat dijadikan bahan masukan bagi akademik

dalam pengembangan pembelajaran dan bahan untuk penelitian selanjutnya.

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Menurut Permenkes RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk

yang berusia dalam rentang 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) yang dikatakan seorang remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2015).

2.1.2 Perkembangan Remaja

Menurut Prawirohardjo (2010) perkembangan yang terjadi pada masa

remaja ada empat yaitu meliputi :

a. Perkembangan fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan dengan

mulainya pubertas, Hormon esterogen membuat anak perempuan memiliki sifat

kewanitaan setelah remaja. Hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran

susu di payudara sehingga payudara membesar. Juga merangsang pertumbuhan

saluran telur rongga rahim dan vagina sehingga membesar, tebal dan

mengeluarkan cairan bertambah banyak. Selain itu juga dapat mengakibatkan

tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita dan dapat memperlambat

pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah otak.

b. Perkembangan intelektual

Tidak terdapat perubahan-perubahan dalam fungsi intelektual selama masa

remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang kompleks

berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal
7

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


operasional, yang dapat diartikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika

dedukasi atau pengurangan. Tahap ini terjadi pada semua orang tanpa memandang

pendidikan dan pengalaman mereka. Sebagian besar remaja mampu

menyesuaikan diri tanpa mendapatkan kesulitan apa-apa. Tetapi selama masa

penyesuaian remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan sulit

dimengerti. Hal ini karena adanya konflik dalam dirinya, frustasi, kebimbangan

bahkan keputusasaan.

c. Perkembangan seksual

Perubahan fisik yang terjadi mengakibatkan munculnya dorongan seksual.

Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, dan

kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Pada masa ini mulai

tumbuh ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin hubungan

yang lebih dekat dengan lawan jenisnya.

d. Perubahan emosional

Masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul dari perubahan

fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hal itu dipandang sebagai

perkembangan proses psikososial yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial

remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak

tergantung, yang identitasnya memungkinkan mereka berhubungan dengan yang

lainnya dengan gaya dewasa. Terjadinya masalah emosional tersebut berbeda-

beda pada setiap remaja. Biasanya pada masa ini remaja mulai mencari jati diri,

susah diatur, lebih mudah marah, cemas, dan merasa bimbang.

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


2.2 Menarche

2.2.1 Definisi Menarche

Menarche merupakan menstruasi pertama yang terjadi dalam rentang usia

9-16 tahun, dan hal ini menandakan bahwa anak sudah memasuki tahap

kematangan organ seksual dalam tubuhnya, diikuti juga dengan pertumbuhan

payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila, serta distribusi lemak

pada daerah panggul (Proverawati, 2013). Menstruasi pertama dikatakan datang

sebelum waktu nya jika menstruasi tersebut datang pada usia dibawah 8 tahun

sedangkan menstruasi dikatakan terlambat jika seorang remaja perempuan belum

menstruasi sampai usia 15 tahun (Soetjiningsih, 2010).

Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman yang

disebabkan karena volume cairan di dalam tubuh berkurang. Gejala lain seperti

kram perut, pegal-pegal di kaki dan dipinggang serta sakit kepala. Sebelum

periode ini terjadi terdapat beberapa perubahan emosional seperti adanya perasaan

suntuk, marah, sedih yang disebabkan karena adanya pelepasan beberapa hormon

(Proverawati, 2013)

2.2.2 Fisiologi Menarche

Selama masa remaja respons LH (Leutenizing Hormone) terhadap

GnRH (Gonadotropin-releasing Hormone) meningkat dengan cepat, tetapi

peningkatan FSH (follicle stimulating hormone) tidak sepesat kenaikan LH. LH

dan juga FSH dapat menimbulkan perubahan-perubahan gonad pada saat

pubertas. Menjelang menarche kadar FSH akan meningkat dan akan

merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer akan berkembang, serta

kadar estradiol akan meningkat. Lalu beberapa saat menjelang menarche akan

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


terjadi mekanisme umpan balik positif estradiol terhadap hipofisis yang akan

menghasilkan suatu lonjakan LH. Namun lonjakan LH tersebut tidak cukup

besar sehingga ovulasi tidak terjadi, maka kadar estradiol akan menurun.

Setelah itu akan terjadi perdarahan akibat deskuamasi endometrium yang

berupa menarche, yaitu perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada

seorang wanita (Batubara, 2010).

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menarche

a. Usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda

atau makhluk, diukur mulai saat dia lahir (Wikipedia, 2010). Hubungan usia siswi

terhadap kesiapan menghadapi menarche menurut Widya Astuti (2009), semakin

muda usia seseorang, maka semakin ia belum siap untuk menerima peristiwa haid,

sehingga menarche dianggap sebagai gangguan yang mengejutkan. Selain itu

menarche yang terjadi sangat awal, dalam artian siswi tersebut masih sangat muda

usianya, dan kedisiplinan diri dalam hal kebersihan badan masih kurang, seperti

mandi masih harus dipaksakan oleh orang lain, padahal sangat penting menjaga

kebersihan saat haid. Sehingga pada akhirnya, menarche dianggap oleh anak

sebagai satu beban baru yang tidak menyenangkan.

b. Sumber informasi

Yang dimaksud sumber informasi disini adalah sumber-sumber yang dapat

memberikan informasi tentang menarche kepada siswi. Sumber informasi yang

diterima siswi menurut Yusuf (2015) dapat diperoleh dari :

10

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


a. Keluarga

Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan

darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan marga. Dalam

arti sempit, keluarga meliputi orang tua dan anak. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Muriyana (2008), Orang tua secara lebih

dini harus memberikan penjelasan tentang menarche pada anak

perempuannya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam menghadapi

menarche. Sedangkan menurut Widya Astuti (2009), Jika peristiwa

menarche tersebut tidak disertai dengan informasi-informasi yang

benar maka akan timbul beberapa gangguan-gangguan antara lain

berupa: pusing, mual, haid tidak teratur.

b. Kelompok Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja (siswi)

mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan

kepribadiannya. Peranan itu semakin penting, terutama pada saat

terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa

generasi terakhir ini. Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap

remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri.

Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya

(iklim keluarga sehat) cenderung dapat menghindarkan diri dari

pengaruh negatif teman sebayanya, dibandingkan dengan remaja yang

hubungan dengan orang tuanya kurang baik. Judith Brook dan

koleganya menemukan, bahwa hubungan orang tua dan remaja yang

11

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


sehat dapat melindungi remaja tersebut dari pengaruh teman sebaya

yang tidak sehat.

c. Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis

melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam

rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya,

baik menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional maupun

sosial. Hubungan sekolah dengan kesiapan anak dalam menghadapi

menarche yaitu, guru di sekolah hendaknya memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi, khususnya menarche pada siswi secara jelas

sebelum mereka mengalami menstruasi. Hal ini berkaitan dengan

peran sekolah sebagai pendidik dan komunikator. Karena informasi

mengenai menarche merupakan hal utama bagi kesiapan siswi

menghadapi menarche (Anggraini, 2013).

2.2.4 Gangguan Masa Menarche

a. Menarche dini, yaitu sudah adanya haid sebelum umur 10 tahun yang

dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi

sebelum usia 8 tahun, sehingga hormon ini akan merangsang ovarium,

ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan kemampuan reproduksi terdapat

sebelum waktunya. Menurutnya usia waktu menarche disebabkan karena

keadaan gizi, kesehatan umum yang membaik dan berkurangnya penyakit

menahun.

b. Menarche tarda, yaitu menarche yang baru datang setelah 14 tahun, yang

disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan dan kurang gizi.


12

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


c. Perdarahan, Perlu diingat bahwa haid pertama jarang datang teratur seperti

orang dewasa, lamanya perdarahan pada haid pertama sangat banyak

selama beberapa bulan sesudah menarche. Haid datang dengan siklus

pendek atau perdarahan waktu haid pertama sangat banyak selama

beberapa bulan sesudah menarche. Haid datang dengan siklus pendek atau

perdarahan waktu haid banyak sehingga menggelisahkan orangtua. Ini

perlu dilakukan pemeriksaan darah untuk menentukan beratnya anemia

dan gangguan pembekuan darah. Faktor-faktor psikologis, gizi dan

diabetes perlu dipertimbangkan sebagai penyebabnya (Prawirohardjo,

2010)

2.3. Sikap Menghadapi Menarche

2.3.1 Definisi Sikap

Dalam penggunaannya yang paling awal, sikap berarti postur fisik

atau posisi tubuh. Kemudian konsep ini tidak hanya dipakai untuk bentuk

tubuh tetapi lebih kepada suatu bentuk pikiran. Definisi sikap semakin

berkembang, banyak ahli yang mulai tertarik kepada sikap dan

memberikan definisi yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang

yang digunakan (Notoadmodjo, 2013). Sikap merupakan kepercayaan atau opini

terhadap orang-orang, obyek atau suatu ide. Setiap orang memiliki opini atau

kepercayaan yang berbeda terhadap suatu obyek atau ide (Santrock, 2010).

Sikap adalah reaksi atas penilaian suka atau tidak suka terhadap sesuatu

atau seseorang yang ditunjukkan melalui kepercayaan, perasaan atau

kecenderungan bertingkah laku. Menurut Lapierre dan Allport, sikap merupakan

semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu.
13

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada

suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Santrock, 2010). Sikap juga

diartikan sebagai respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan seperti

senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya

(Notoadmodjo, 2013)

2.3.2 Komponen Sikap

Katz dan Stotland menyatakan bahwa sikap memiliki tiga komponen

dasar, yaitu kognitif, afektif (atau emosional) dan konatif (atau behavioral).

Seperti yang dikatakan McGuire bahwa manusia memiliki tiga eksistensi

berdasarkan kondisinya yaitu pengetahuan, perasaan dan tindakan merupakan

lanjutan pemikiran sebagaimana yang dikemukakan para ahli. Oskamp

mengatakan kognisi, afeksi dan tingkah laku telah digunakan untuk merujuk pada

tiga komponen yang disebut sikap ( Azwar S, 2013 ).

a. Komponen kognitif (komponen perseptual) merupakan komponen yang

berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang

berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap

(Azwar S, 2013)

b. Komponen afektif (komponen emosional) merupakan komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap obyek

sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak

senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah

sikap, yaitu positif dan negatif (Azwar S, 2013).


14

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap

objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu

menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku

seseorang terhadap objek sikap (Azwar S, 2013).

Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu objek

sikap tertentu, maka akan dapat diketahui kecenderungan perilakunya. Sikap tidak

dapat dilihat secara langsung, sikap seseorang terhadap obyek akan tampak jika

seseorang melihatnya melalui ketiga komponen sikap tersebut. Ketiga komponen

sikap cenderung konsisten satu sama lain. Hal ini berarti, sebuah perubahan dalam

satu komponen sikap, cenderung akan memicu perubahan pula di kedua

komponen lainnya. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang

membentuk struktur sikap (Azwar S, 2013).

2.3.3 Ciri-ciri Sikap

Adapun menurut Purwanto (2013) beberapa ciri-ciri sikap:

a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajarinya

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenesis seperti

lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain penggerak kegiatan

manusia yang menjadi pembawaan baginya, dan yang terdapat padanya

sejak dilahirkan

b. Sikap itu dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat berubah pada

seseorang bila terdapat keadaan–keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah berubahnya sikap pada orang itu. Akan tetapi meskipun


15

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


sikap dapat berubah-ubah, sikap itu masih mempunyai kecenderungan

stabil.

c. Sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu

terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan sederetan obyek-obyek serupa.

d. sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah

yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-

pengetahuan yang dimiliki orang

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2013) ada beberapa hal yang mempengaruhi sikap :

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek, individu mempunyai

dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya memperoleh

pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan

pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.

b. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional

c. Pengaruh orang lain

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.


16

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut.

d. Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap

kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

e. media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

f. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika

pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

g. Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3.5 Sikap Menghadapi Menarche

Sikap adalah reaksi atas penilaian suka atau tidak suka terhadap sesuatu

atau seseorang yang ditunjukkan melalui kepercayaan, perasaan atau


17

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


kecenderungan bertingkah laku. Sikap merupakan kesiapan untuk menghadapi

menarche dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang

dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara

tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki

adanya respon (Azwar, 2013)

Sikap dalam menghadapi menarche bisa berwujud positif ataupun negatif,

sikap positif ditunjukkan dengan rasa keikhlasan ketika tahu bahwa sudah

memasuki usia remaja, percaya diri, tidak takut dan tidak cemas terhadap apa

yang dialaminya. Sikap negatif ditunjukkan dengan perasaan gelisah, takut,

kurang percaya diri, serta bingung dengan apa yang akan terjadi (Fitria, 2011)

Sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan.

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media masa, lembaga

pendidikan dan agama, dan faktor emosional (Azwar, 2013)

2.4 Pengetahuan Tentang Menstruasi

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan

pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan

seseorang (Notoadmodjo, 2013).

Pengetahuan merupakan terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan

diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun dorongan

sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
18

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo (2013)

pengetahuan mencakup 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

“Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah, untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil

penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah


19

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


(Problem Solving Cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari

kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesisi)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

20

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-

tingkat tersebut di atas.

2.4.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2013), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh:

a. Faktor Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka aan semakin

mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang berkaitan

dengan pengetahuan.Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari

informasi yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa.

Pendidikan sangat erat kaitannya denganpengetahuan, pendidikan

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan

untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

maka akan semakin mudah untuk menerima, serta mengembangkan

pengetahuan dan teknologi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses

informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

c. Pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin

banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan semakin

bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

21

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden.

d. Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara

turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan

positif dan keyakinan negatif dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

e. Sosial Budaya

Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapatmempengaruhi

pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.4.3 Menstruasi

Menstruasi merupakan suatu pengeluaran darah dan jaringan mukosa

secara berkala melalui vagina dan terjadi secara fisiologis dari uterus yang

tidak hamil yang dikendalikan oleh hormon, terjadi secara berulang selama

periode reproduktif (Dorland, 2011).

2.4.4 Fisiologis Menstruasi

Menurut Wiknjosastro (2010), Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase

antara lain :

a. Masa menstruasi

Pada waktu itu endometrium dilepas, sedangkan pengeluaran hormon-

hormon ovarium paling rendah (minimum). Endometrium terdiri dari 3

lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan

dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali

membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi

22

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang

sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali

jika perdarahannya sangat hebat.

b. Masa proliferasi

Masa proliferasi dimulai ketika kadar LH meningkat, kemudian

endometrium tumbuh kembali (masa proliferasi) antara hari keduabelas dapat

terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi. Sel telur biasanya

dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.

Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah

dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa perempuan

merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal

sebagai mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai

beberapa jam.

c. Masa sekresi

Masa ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.

Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan

membentuk korpus luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesteron.

Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal

dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa

digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus

luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi

pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG

(human chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang

menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri.


23

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


2.4.5 Psikologis Menstruasi

Menstruasi merupakan proses biologis yang terkait dengan pencapaian

kematangan seks, kesuburan, ketidak hamilan, normalitas, kesehatan tubuh, dan

bahkan pembaharuan tubuh itu sendiri (Abdullah, 2009). Secara Kematangan

seksual (menstruasi, kematangan fisik) ini disebabkan antara lain oleh konstitusi

fisik individual, ras, suku bangsa, iklim, cara hidup, dan lingkungan. Kondisi fisik

yang kurang terjaga atau penyakit yang dialami seorang remaja puteri dapat

memperlambat datangnya menstruasi. Disamping itu rangsangan-rangsangan dari

luar seperti film-film seks, buku bacaan atau majalah seks, godaan, dan

rangsangan dari kaum laki-laki dapat mengakibatkan reaksi seksual dan juga

mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat dari anak sewajarnya

(Abdullah, 2009).

Selama masa menstruasi kebanyakan remaja puteri sering mengalami

ketidaknyamanan dalam bentuk kram perut, yaitu rasa sakit dibagian bawah perut

yang kadang meluas ke pinggang, punggung bagian bawah atau paha. Bahkan ada

yang merasa mual, muntah, atau diare. Selain mengalami kram perut, seringkali

remaja puteri mengalami menstruasi yang tidak teratur. Hal ini dapat disebabkan

karena perubahan kadar hormon akibat stres atau sedang dalam keadaan emosi. Di

samping itu, perubahan drastis dalam porsi olahraga atau perubahan berat badan

yang drastis juga dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur. Rasa

ketidaknyamanan terhadap menstruasi menimbulkan perilaku yang berbeda-beda

antara satu remaja dengan remaja lainnya antara lain perilaku penentangan untuk

membersihkan dirinya, menyembunyikan semua pakaian yang kotor dalam laci-

laci atau disudut lemari, tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari seperti tidak
24

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


mau berenang, berolahraga, beribadah. Semua ini menjadi pengalaman yang

kurang menyenangkan (Anurogo, 2011).

Pada remaja puteri mempunyai kecenderungan neurotis dalam usia

pubertas dan banyak mengalami konflik batin, memunculkan beberapa tingkah

laku patologis, berupa kecemasan fobia, minat yang sangat berlebihan, bentuk

hypochoondria, adapun rasa bersalah. Pada yang lebih tua, penolakan terhadap

menstruasi bisa menimbulkan penyakit psychogwene Amenorrhoe, berupa

gangguan fisik dan psikis, gangguan fungsional yang disebabkan penyakit ini

umumnya sulit disembuhkan baik dengan pengobatan fisis maupun organis.

Timbul pula gangguan-gangguan psikis, problem psikis, dan gangguan genital.

Seperti rasa pusing-pusing, rasa mual, amenorrhoe (menstruasi berhenti),

dysmenorrhoe (menstruasi yang disertai rasa nyeri), menstruasi yang tidak teratur,

perdarahan terus menerus, viscarierend menstruatie, neurosa, dan lain-lain.Maka

informasi yang positif sangat berguna agar tidak terjadi kesalah pemahaman

terhadap para perempuan yang mengalami menstruasi (Anurogo, 2011).

2.4.6 Gangguan Menstruasi

Klasifikasi Gangguan Menstruasi :

1. Sindrom Pramenstruasi (PMS) ini merupakan kumpulan gejala yang

terjadi pada sebagian wanita yang timbul sebelum menstruasi. Gejala

yang dialami dapat berupa gejala fisik dan gejala emosional. Gejala

fisik berupa kram, nyeri perut, nyeri pada payudara, perut kembung,

kelelahan, berat badan meningkat, hingga sulit tidur, sedangkan gejala

emosional seperti mudah tersinggung, mudah marah, nafsu makan

25

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


meningkat, mood tidak stabil, sensitif, sulit berkonsentrasi, cemas,

merasa sedih dan depresi (Proverawati, 2013).

2. Amenorea merupakan menstruasi yang tidak terjadi pada wanita.

Terbagi atas dua yaitu amenorea primer tidak terjadinya menarche

hingga usia 16 tahun atau tanpa perkembangan seksual sekunder,

kemudian amenorea sekunder yaitu terhentinya siklus menstruasi

selama 3 bulan atau lebih pada wanita yang sebelumnya mengalami

menstruasi normal (Purwoastuti, 2015).

3. Hipermenorea atau menoragia merupakan keluarnya darah yang

berlebihan dan lamanya menstruasi lebih lama dari siklus normal

(Purwoastuti, 2015).

4. Hipomenorea merupakan sedikitnya jumlah darah menstruasi yang

keluar pada siklus menstruasi normal yang biasanya disebabkan oleh

kelainan hormonal dan anatomis pada sistem reproduksi (Ganong,

2013).

5. Polimenorea dan oligomemore. Polimenorea merupakan frekuensi

menstruasi yang bertambah sehingga siklus menstruasi memendek.

Sedangkan oligomenorea merupakan kebalikannya yaitu frekuensi

berkurang sehingga siklus menstruasi menjadi lebih panjang

(Purwoastuti, 2015).

6. Metroragia merupakan perdarahan dari uterus dan terjadi diantara

periode menstruasi bersifat bercak dan terus menerus serta perdarahan

yang berkepanjangan (Ganong, 2013).

26

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


2.4.7 Mengatasi Gangguan Menstruasi

Nyeri dan kram perut yang datang saat menstruasi dan sangat

mengganggu ini dapat dikurangi dengan mengompres perut bagian bawah atau

pinggang yang kram dengan botol berisi air hangat atau mandi dengan air

hangat. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihi posisi

bahu. Apabila kram semakin parah atau mengganggu aktivitas dapat

dikonsulkan ke dokter (Kumalasari, 2013).

Pada sebagian besar wanita, senam aerobik juga dapat mengurangi

gejala gangguan menstruasi seperti dismenorea, latihan ini dapat berupa jalan

sehat, berlari, bersepeda atau berenang, kegiatan ini dilakukan setidaknya 30

menit setiap hari. Latihan aerobik yang teratur 1 jam setiap 3-5 jam sekali

seminggu merupakan suatu hal yang bermanfaat karena dapat meningkatkan

kadar endorfin (menghilangkan rasa sakit alami tubuh) (Proverawati, 2013).

Teknik relaksasi juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan

menstruasi. Teknik relaksasi tertentu seperti menarik nafas dalam-dalam atau

visualisasi dan bio-feedback juga terbukti mempunyai efek terapeutik dalam

pengurangan gejala (Proverawati, 2013).

2.4.8 Pengetahuan tentang menstruasi

Hasil tahu seseorang tentang pengeluaran darah dari alat kandungan yang

terjadi secara fisiologis setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa dan sehat.

Menstruasi dimulai pada usia 10-12 tahun namun hal ini dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu: organ genital, hormonal, gizi, lingkungan, pengetahuan

orang tua dan gaya hidup. Dengan mendapatkan menstruasi maka wanita tersebut

sudah dikatakan matang dan mampu untuk mendapatkan keturunan

(Notoadmodjo, 2013).
27

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Biasanya menstruasi terjadi setiap 28 hari sekali dan berlangsung selama

2-8 hari. Sebelum mendapatkan menstruasi perempuan akan mengalami beberapa

gangguan, seperti : timbulnya jerawat, nyeri perut, pinggang, susah tidur, mudah

marah, dan sakit kepala. Adapun beberapa cara untuk mengatasi gangguan

tersebut, antara lain mengurangi garam, menghindari minuman yang mengandung

caffein, makan makanan yang mengandung proyein tinggi. Selama mendapatkan

menstruasi sebaiknya melakukan personal hygiene dengan rutin mengganti

pembalut sesuai kebutuhan dan mencuci kelamin dengan air setiap buang air

(Purwoastuti, 2015).

Setiap perempuan dapat memperoleh pengetahuan tentang menstruasi ini

melalui beberapa cara misalkan dari lingkungan, sekolah, pengalaman, media

cetak ataupun media elektronik. Agar dapat merawat diri selama menstruasi

(Purwoastuti, 2015)

28

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan Sikap menghadapi


tentang menarche
menstruasi

- Pengalaman
pribadi
- Pengaruh
Oranglain
- Kebudayaan
- Media masa
- Lembaga
Pendidikan
dan Agama
- Emosional

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian


29

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep dapat dirumuskan

hipotesis penelitian : Terdapat hubungan antara pengetahuan remaja tentang

menstruasi dengan sikap menghadapi menarche pada siswi kelas VI SD di Kota

Padang tahun 2019.

30

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat analitik dengan pendekatan

Cross Sectional dimana variabel terikat dan variabel bebas dikumpulkan sekaligus

pada waktu yang bersamaan (Hidayat, 2014).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di 3 Sekolah Dasar di Kota Padang yaitu SD

Islam Khaira Ummah Kecamatan Koto Tangah, SDN 22 Andalas Barat

Kecamatan Padang Timur, dan SDN 10 Sungai Sapih Kecamatan Kuranji dan

penelitian dilakukan bulan januari-mei 2019.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa perempuan kelas VI SD

di Kota Padang yaitu SD Islam Khaira Ummah Kecamatan Koto Tangah, SDN 22

Andalas Barat Kecamatan Padang Timur, dan SDN 10 Sungai Sapih Kecamatan

Kuranji yaitu sebanyak 178 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan mewakili dari seluruh populasi yang

ada. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa perempuan kelas VI SD

di Kota Padang tahun 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki

kriteria eksklusi.

31

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


4.3.2.1 Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden

2. Merupakan siswa perempuan kelas VI SD

3. Hadir pada saat penelitian

4. Belum menarche

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

1. Siswa perempuan yang sedang sakit

2. Siswa yang menjabat sebagai dokter kecil

4.3.3. Besar Sampel

Rumus yang digunakan untuk menghitung besar sampel adalah : (Dahlan,

2013)

N Zα 2PQ
n=
(N-1) d2 + Zα 2PQ

Keterangan : N = besar populasi (178 orang)

n = jumlah sampel minimal

Zα2 = derajat kepercayaan = 1,96

P = harga proporsi. Dengan proporsi 50%

Q = 1 - P = 1 – 0,8 = 0,2

d = derajat ketepatan 0,1

178 x 1,962 x 0,5 x 0,2 68,3


n= = = 31,7
(178-1) 0,1 + 1,96 x 0,5x 0,2
2 2
2,15
= 32

32

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya subjek yang drop out,

maka ditambahkan sejumlah subjek agar besar sampel terpenuhi, dengan

rumus:

n
n=
1–f

Keterangan:

n = Besar sampel yang dihitung

f = Perkiraan propori drop out (10%)

32
n= = 35,5 = 36
1 – 0,1

Jadi dalam penelitian ini, besar sampel secara keseluruhan adalah

sebanyak 36 orang.

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional

random sampling yaitu proses pengambilan sampel secara proporsi dilakukan

dengan cara mengambil subjek dari setiap sekolah ditentukan seimbang atau

sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing sekolah dengan

perhitungan menurut rumus Sugiyono (2007), dimana untuk menentukan besarnya

sampel pada setiap sekolah dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel

yang diambil lebih proporsional dengan cara :

Jumlah siswi kelas VI tiap sekolah


X Besar Sampel
Jumlah populasi

33

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Perhitungan Jumlah sampel

1 SDN 22 Andalas Barat 45/178 x 32 = 8,08 8

2 SD Islam Khaira 47/178 x 32 = 8,4 9

Ummah

3 SDN 10 Sungai Sapih 86/178 x 32 = 15,4 15

Cara pengambilan sampel di setiap sekolah adalah menggunakan teknik

pengambilan secara simpel random sampling. Teknik pengambilan sampel secara

simpel random sampling ini dilakukan dengan teknik undian atau mengundi

anggota populasi remaja di setiap sekolah.

4.4 Variabel penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian

4.4.1.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2007). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan remaja tentang menstruasi.

4.4.1.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas/independen (Sugiyono, 2007). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah sikap dalam menghadapi menarche.

34

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


4.4.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 4.2 Tabel Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Independen Pemahaman siswi Kuesioner Isi 1. Tinggi Ordinal
Pengetahuan tentang pengertian (10 soal) Kuesioner (jika
tentang menstruasi dan nilainya
menstruasi menarche serta 76-100% )
gangguan dan cara
mengatasinya. 2. Sedang
(jika
nilainya
60-75%)

3. Rendah
(jika
nilainya <
60%)

(Arikunto,
2013)

Dependen Sikap merupakan Kuesioner Isi 1. Positif (jika Ordinal


Sikap siswi respon atau reaksi (10 soal) Kuesioner nilainya >
dalam yang masih tertutup 60%)
menghadapi dari seseorang
menarche terhadap suatu 2. Negatif
stimulus atau objek (jika
dalam menghadapi nilainya <
menarche. 60%

(Arikunto,
2009)

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data

dalam penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari

10 pertanyaan tentang pengetahuan menstruasi dan 10 pertanyaan tentang sikap

menghadapi Menarche.

4.5.1 Uji Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian kepada responden, maka terlebih dahulu

dilakukan uji validasi dan reliabilitas terhadap kuesioner. Uji validasi adalah
35

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


pengujian terhadap alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini agar dapat

mengukur setiap variabel. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan

dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan

skor total. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment

dimana instrumen dikatakan valid jika nilai koefisien korelasinya (r) > r table

(Notoatmodjo, 2013).

Uji validasi terhadap kuesioner dilakukan pada 15 orang siswi kelas VI di

SDN 04 Tarandam yang memiliki karakteristik yang sama dengan

karakteristik responden penelitian. Korelasi yang diperoleh yaitu 0,514. Instrumen

tersebut masing-masing dinyatakan valid.

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur

dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini untuk melihat apakah hasil pengukuran

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap kriteria

yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2012)

Pengukuran realiabilitas menggunakan uji statistik menggunakan cronbach

alpha. Variabel dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha > 0,70. Berdasarkan

uji reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha 0,945. Instrumen tersebut

dinyatakan reliabel.

4.6. Prosedur Penelitian

Persiapan Penelitian

36

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Populasi

Sampel

Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi

Informed Consent

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisis Data
Menggunakan Komputer

Penyajian Hasil

Gambar 4.1 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.7 Cara Pengolahan Data dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

37

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan menggunakan

komputer. Langkah-langkah pengolahan data (Notoadmodjo, 2013) yaitu :

4.7.1.1 Editting ( Penyuntingan Data )

Penyuntingan data yaitu dengan pemeriksaan kembali dan melakukan

perbaikan pada isian kuesioner, yaitu untuk memeriksa kelengkapan jawaban,

kejelasan dan relevansi isian kuesioner. Pada tahap ini jika ada bagian kuesioner

yang belum diisi, jika data tersebut diperlukan maka dilakukan pengambilan data

ulang untuk melengkapi.

4.7.1.2 Coding (Pengkodean Data)

Pengkodean data yaitu pengkodean terhadap jawaban responden pada

kuesioner. Bertujuan untuk memudahkan dalam pengolahan data.

4.7.1.3 Entry (Memasukkan Data)

Tahap ini adalah tahap memasukkan data dari masing-masing responden

ke dalam komputer. Data dimasukkan sesuai dengan nomor responden pada

kuesioner serta jawaban responden.

4.7.1.4 Cleaning ( Pembersihan Data)

Kegiatan pembersihan data ini yaitu kegiatan memeriksa kembali dan

melakukan koreksi pada data dari responden yang sudah dimasukkan.

4.7.2 Analisis Data

Pada analisis data, digunakan analisis univariat dan bivariat. Data ini akan

diproses menggunakan program pengolahan data SPSS 17.

4.7.2.1 Analisi Univariat

38

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan variabel yang diteliti,

yaitu melalui tabel distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian. Variabel

independen yaitu pengetahuan tentang menstruasi dan variabel dependen adalah

sikap dalam menghadapi menarche.

4.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan dari variabel dependen

maupun variabel independen. Dalam menganalisis hubungan antara variabel

kategorik digunakan uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan 95%, maka

dikatakan signifikan jika p-value < 0,05.

39

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. S. L &Zainal. M. 2009. Indeks Kesejahteraan Psikologi


Remaja: Tahap Kadar Dan Pengaruh Latar Belakang Diri.
Universitas Malaya. Vol 26, No. 10 Hal 153

Anggraeni, I. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang


Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi Dan Kesiapan
Menghadapi Menarche Pada Remaja Awal Di Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen
Sarya.

Anurogo, D., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi


NyeriHaid.Yogyakarta: ANDI

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2013. Sikap dan Perilaku Dalam: Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana Nasional, Badan Pusat


Statistik, Kementrian Kesehatan. 2014. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2015 Kesehatan Reproduksi Remaja:
Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2008. Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SDKI) 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2000. Penduduk Indonesia:Hasil Sensus


Penduduk 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta

Batubara, J, R.L. 2010. Adolescent Development (Perkembangan


Remaja). Jurnal Sari Pediatri Vol 12 (1): 25-26.

Chandra B, 2012. Pengantar KesehatanLingkungan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Dahlan, S. M. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.


Jakarta: Salemba Medika

Dinas Pendidikan Kota Padang. 2018. Profil Pendidikan Kota Padang


2018. Padang.

Dorland, W.A. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, ed. 28. Jakarta
: Buku Kedokteran EGC.

Fitria , N. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

40

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Fitkarida, 2013. Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar dalam
Menghadapi Menarche. Prosiding Konferensi Nasional 2013

Ganong, W.F. 2013. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ed 31. Jakarta:


Kedokteran EGC.

Hidayat, A.A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik


Analisis Data. Edisi kedua. Salemba Medika. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Info DATIN. Pusat Data dan


Informasi Kementrian Kesehatan RI.Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI. Kemenkes. Jakarta

Kumalasari, I. 2013. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Manuaba, I. B. G. 2012. Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk Profesi


Bidan. Jakarta : EGC

Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Mentri


Kesehatan Republik Indonesia No 25 Tentang Upaya
Kesehatan Anak. Jakarta.

Muriyana, S.D. 2008. Studi Kualitatif Tentang Kesiapan Remaja Putri


Sekolah Dasar dalam Menghadapi Menarche pada Usia 10-12
Tahun. Semarang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta: Salemba


Humanika

Nagar, S. & Aimol, R. (2010). Knowledge of Adolescent Girls


Regarding Menstruation in Tribal Areas of Meghalaya. Journal.
Vol. 8. No. 1.

Notoadmodjo, S. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.

Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Proverawati A., & S. Misaroh. 2013. Menarche Menstruasi Pertama


Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja


Rosdakarya

Purwanto, Heri. 2000. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC

Purwoastuti, E.T, dan E.S. Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan


Reproduksi dan Keluarga Bencana. Yogyakarta: PT Pustaka
Baru.

41

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Rohmah, S., R. Djamahar, dan S. Rahayu. 2015. Hubungan
Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Remaja
Putri Menghadapi Menarche. Jurnal BIOSFER 8 (1): 1-6.

Santrock, J.W. 2010. Perkembangan Anak, ed 11, vol.2. Jakarta :


Erlangga.

Sastrawinata, S. 2010.Obstetri Patologi. Jakarta : EGC

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.


Jakarta : Sagung Seto.

Sulistyoningsih. 2014. Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sugiyono. 2006. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Widyastuti Y., A. Rahmawati, dan Y. E. Purwaningrum. 2009.


Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Yusuf. 2015. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &


Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group

Yusuf Z. 2015. Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan


Aplikasi. Bandung: CV. Pustaka Setia

42

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 1
DUMMY TABLE

1.1 Analisis Univariat


Tabel 1. Distribusi Pengetahuan remaja tentang Menstruasi
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Tinggi
Sedang
Rendah
Total

Tabel 2. Distribusi Sikap Menghadapi Menarche


Jabatan di organisasi Frekuensi Persentase (%)
Positif
Negatif

Total

1.2 Analisis Bivariat


Tabel 1. Hubungan Pengetahuan remaja tentang Menstruasi dengan Sikap
Menghadapi Menarche
Sikap Menghadapi
Tingkat Menarche Total
95% Cl p-value
Pengetahuan Positif Negatif
f % f % f %
Tinggi
Sedang
Rendah
Total

43

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 2
JADWAL KEGIATAN

No Bulan
Kegiatan
. 1 2 3 4 5 6
1. Pengesahan Judul
2. Pembuatan Proposal
3. Ujian Proposal
4. Revisi Proposal
5. Penelitian/Pengumpulan Data
6. Analisis Data
7. Penyusunan Skripsi
8. Ujian Skripsi
9. Revisi Skripsi dan Memperbanyak Skripsi

44

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 3

ANGGARAN BIAYA PROPOSAL PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

No. Kegiatan Biaya


(RP)
1. Observasi -
2. Transportasi Rp. 50.000
3. Pengambilan Data Rp. 250.000
4. Bahan Habis Pakai (Revisi dan Ujian) Rp. 1000.000
TOTAL BIAYA Rp. 1.300.000

45

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 4

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya Dilla Fitri mahasiswi semester akhir Program Studi S1 Kebidanan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, saat ini sedang melakukan penelitian

dengan judul

“ Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Menstruasi dengan Sikap

Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas VI SD di Kota Padang.”

Untuk keperluan pengumpulan data penelitian ini saya mengharapkan

kesedian saudari mengisi formulir identitas responden dan kuesioner dengan

jawaban yang sebenar-benarnya. Jawaban yang saudari berikan hanya akan

digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalah gunakan untuk

maksud lain dan tidak dipublikasikan. Keikutsertaan saudari dalam penelitian ini

sangat saya harapkan. Partisipasi saudari bersifat bebas tanpa paksaan.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan, atas partisipasi saudari saya

ucapkan terima kasih.

Padang, 2019

Hormat saya,

Dilla Fitri

46

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 5
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Umur :
Alamat :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya
tentang penelitian,
Judul Penelitian : Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Menstruasi
dengan Sikap Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas VI
SD di Kota Padang
Nama Peneliti : Dilla Fitri
Instansi Peneliti : Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dan
bersedia memberikan informasi dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.

Padang, 2019

( )

47

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 6
KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MENSTRUASI

DENGAN SIKAP MENGHADAPI MENARCHE

Nama Responden :

Kelas :

Sekolah :

A. Pengetahuan tentang Menstruasi

NO Pertanyaan Benar Salah

1 Menarche adalah menstruasi yang sudah dialami

berulang kali oleh seorang wanita

2 Menstruasi adalah pengeluaran darah dari alat alat

kandungan melalui alat kelamin

3 Menarche sebagai tanda mulai memasuki usia dewasa

atau puber dari segi biologis

4 Rata-rata wanita mengalami menarche dalam rentang

usia 10-16 tahun atau awal remaja tengah pubertas

5 Umumnya sebulan sekali seorang wanita akan

menstruasi.

6 Lamanya menstruasi pada semua wanita sama

7 Pada saat menstruasi pasti perut terasa sakit setiap hari.

8 Nyeri perut bagian bawah yang terjadi sebelum pada

saat dan sesudah menstruasi disebut dismenore

48

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


9 Pada saat menstruasi kalau makan amis darah yang

keluar akan berbau amis juga.

10 Pada saat menstruasi dilarang berenang karena bisa

menyebabkan infeksi.

B. Peryataan tentang Sikap Menghadapi Menarche

NO Pernyataan YA TIDAK

11 Saya siap menghadapi menstruasi karena melihat ibu

dan saudara perempuan saya juga mendapatkan

menstuasi

12 Saya takut menghadapi menstruasi karena pernah

melihat orang menstruasi perutnya sakit

13 Saya tidak cemas mendapat menstruasi karena kata

guru hal itu wajar dialami oleh setiap wanita

14 Kalau ada teman saya sudah mendapat menstruasi

baru saya siap mendapat menstruasi

15 Walaupun teman-teman saya belum ada yang

menstruasi saya tidak cemas mendapat menstruasi

16 Saya merasa kesal menghadapi menstruasi karena

pernah melihat orang kalau sedang menstruasi tidak

bisa kemana-mana

17 Saya takut menghadapi menstruasi karena melihat

orang yang sedang menstruasi tubuhnya lemas

49

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


18 Saya senang menghadapi menstruasi karena dengan

menstruasi saya menjadi wanita normal

19 Saya tidak takut menghadapi menstruasi karena saya

sudah mendapatkan informasi dari sosial media

20 Saya merasa mudah marah dan stress ketika

menstruasi

50

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas


Lampiran 7. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary Reliability Statistics


N %

Cases Valid 15 100.0 Cronbach's Alpha N of Items

Excludeda 0 .0 .945 20

Total 15 100.0

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

soal1 13.80 35.600 .609 .943

soal2 13.53 36.124 .779 .941

soal3 13.67 34.952 .809 .939

soal4 13.60 35.829 .715 .941

soal5 13.73 35.067 .733 .941

soal6 13.60 35.257 .837 .939

soal7 13.67 35.952 .616 .943

soal8 13.53 36.695 .639 .942

soal9 13.73 35.781 .604 .943

soal10 13.67 34.952 .809 .939

soal11 13.67 35.095 .781 .940

soal12 13.53 37.267 .501 .944

soal13 13.47 37.552 .608 .943

soal14 13.60 36.400 .595 .943

soal15 13.80 34.457 .811 .939

soal16 13.73 34.781 .786 .940

soal17 13.80 36.029 .535 .944

soal18 13.80 36.029 .535 .944

soal19 13.87 35.695 .580 .943

soal20 13.80 36.314 .486 .945

51

Prodi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai