Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN

REMAJA DENGAN KEHAMILAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah keperawatan maternitas 2


yang diampu oleh Ns. Machmudah., M.Kep., Sp Mat

Disusun oleh:
Ifi Silfiah Irani G2A215006
Wakhidatun Ulfah G2A215007
Yanuan Ben Olina G2A215008
Indaryati G2A215009
Annisa Nur Aini G2A215010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (LJ)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2015/2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencanan Nasional
tahun 2009 jumlah remaja usia 10-19 tahun adalah sekitar 64 juta
dari jumlah penduduk Indonesia (BKKBN, 2009). Berdasarakan data
tersebut terlihat bahwa populasi remaja di Indonesia setiap
tahunnya mengalami peningkatan.
Penelitian dari Australian National University (ANU) dan
Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2010 di Jakarta, Tangerang
dan Bekasi (JATABEK) dengan sampel 3006 responden (usia < 17
tahun 24 tahun) menunjukan bahwa 20,9 % remaja mengalami
kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7 % remaja
mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah
menikah. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
diketahui sebanyak 51 % remaja di Bogor dan Depok telah
melakukan hubungan seks pranikah dan hamil. Dari kota-kota lain
di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan
seks pranikah dan hamil tercatat 54 % di Surabaya, 47 % di Bandung
dan 52 % di Medan (BKKBN, 2010). Data-data tersebut menunjukan
bahwa kehamilan remaja merupakan masalah yang tidak asing lagi
karena sudah menyebar ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
B. TUJUAN
C. MANFAAT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN REMAJA
Remaja merupakan tahap umur yang datang setelah masa kanak
kanak berakhir, ditandai dengan pertumbuhan fisik yang cepat
(Sriwahyuni, 2007). Sedangkan menurut Sri Rumini (2004), masa
remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa
yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki
masa dewasa
Remaja dikategorikan menjadi remaja awal (usia 11-14 tahun),
remaja tengah (usia 15-17 tahun), remaja akhir (usia 18-20 tahun)
(Wong, D et al., 2008). Remaja pada tahap awal masih terheran-
heran akan perubahan yang terjadi pada tubuh mereka sendiri.
Remaja pada tahap tengah mempunyai sifat kebingungan dan
mengikuti teman sebayanya sehingga teman sebaya mempengaruhi
kehidupan mereka, sedangkan remaja tahap akhir adalah remaja
yang minatnya semakin mantap, terbentuk identitas seksual,
egosentrisme, dan timbulnya dinding pemisah antara diri pribadi
(private self) dan masyarakat umum (the public) (Sarwono, 2011).
Remaja mengalami berbagai perkembangan yaitu
perkembangan fisik dan biologis, perkembangan psikoseksual
(Freud), perkembangan kognitif (Piaget), perkembangan moral
(Kohlberg), dan perkembangan psikososial (Erikson). Remaja
mengalami perkembangan fisik dan bilogis yang terlihat pada masa
pubertas. Perkembangan remaja pada teori Freud berada pada tahap
genital yaitu masa dari kebangkitan seksual, kini sumber
kenikmatan seksual terletak di luar keluarga. Piaget mengatakan bahwa
remaja mulai bisa berfikir secara ilmiah dan berfikir logis formal.
Kohlberg mengungkapkan bahwa masa remaja sudah bisa menetapkan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau pergantian yang
telah dirusak akibat tindakan yang salah. Erikson mengungkapkan
bahwa masa remaja adalah masa pengembangan identitas diri
sehingga remaja lebih mengeskplorasi diri mereka (Sarwono, 2011).

B. KEHAMILAN PADA REMAJA


Kehamilan remaja adalah suatu kondisi seseorang remaja
mengalami kehamilan baik yang dikehendaki maupun yang tidak
dikehendaki akibat perilaku seksual yang disengaja maupun tidak
disengaja (PKBI, 2004). BKKBN (2008) mendefinisikan kehamilan
remaja adalah kehamilan yang terjadi pada seseorang berusia 14-19
tahun melalui nikah atau pranikah.
Respon remaja terhadap kehamilannya di setiap semester
kehamilan juga telah diidentifikasi oleh Ladewig, London, dan
Davidson, (2006 dalam Naemsakul, 2008). Pada trimester satu,
remaja berespon negatif terhadap kehamilannya karena tidak
direncanakan. Akibatnya, sebagian besar dari mereka mengabaikan
untuk memastikan apakah mereka benar-benar hamil atau tidak.
Mereka yang tidak ingin mengungkapkan kehamilannya menolak
untuk mempercayai bahwa mereka memang hamil, meskipun
perubahan- perubahan tubuh mereka alami. Beberapa dari mereka
takut bahwa pengungkapan kehamilan mereka kepada keluarga atau
orang lain akan menimbulkan stress bagi mereka. Sampai pada
trimester kedua, remaja masih menyembunyikan kehamilannya antara
lain dengan beraktivitas sebagaimana mestinya.
Pada trimester ketiga, remaja hamil mulai menyadari bahwa
janin yang ada diperut mereka adalah bagian dari tubuh mereka dan
mereka merencanakan untuk menyambut kedatangan anggota
keluarga baru dengan menyediakan kebutuhan bayi, tempat, nama
dan peralatan lain. Mereka menyiapkan diri mereka sendiri untuk
melahirkan. Selama periode ini mereka cemas dan khawatir tentang
proses melahirkan dan kesehatan bayinya, karena itu mereka mencari
tahu dan meminta nasehat dari berbagai sumber. Secara fisik mereka
merasakan adanya nyeri punggung, konstipasi dan frekuensi BAK
yang meningkat.

C. FATOR TERJADINYA KEHAMILAN REMAJA


1. Kurangnya Peran Orangtua dalam Keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar
terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang
tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung
mencari ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya
mereka melakukan hal-hal yang banyak diantaranya yang
cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk kekesalan
mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
2. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orangtua dan Keluarga terhadap
Remaja
Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di
rumah maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan
masyarakat sangat diharapkan, terutama untuk dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan para remaja mengenai kesehatan
reproduksinya dan juga apa saja yang harus dilakukan untuk
menjaga kesehatan reproduksinya. Sebelum usia 10 tahun
pendidikan seksual bisa diberikan secara bergantian tetapi ibu
umumnya lebih berperan, menjelang akil baligh, saat sudah terjadi
proses diferensiasi jenis kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya
ibu memberikan penjelasan kepada anak perempuan dan ayah
kepada anak lakilaki. Anggapan orangtua bahwa pendidikan
seksual yang tabu, akan berakibat kurangnya pengetahuan tentang
seksua dan akan menjerumuskan anak ke perilaku seks bebas
hingga terjadi kehamilan
3. Perkembangan IPTEK yang Tidak didasari dengan Perkembangan
Mental yang Kuat
Zaman sekarang teknologi seperti internet sangat
berpengaruh terhadap terjadinya kehamilan remaja diperkotaan.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (2011) mencatat
jumlah pengguna internet di Indonesia 64 persennya didominasi
oleh remaja yang berusia 15-19 tahun (Virdhani, 2011). Teknologi
internet yang sering digunakan remaja yaitu situs jejaring
social (Priyatna, 2012). Menurut hasil penelitian lebih dari setengah
(55%) anak usia remaja yang menggunakan intenet membuka
situs jejaring sosial misalnya facebook (Priyatna, 2012). Situs
jejaring sosial tersebut yang seharusnya dibuat ajang interaksi
atau menambah teman, tetapi disalahgunakan untuk media
kencan. Setelah remaja berkenalan dan berkencan melalui situs
jejaring sosial, remaja tersebut melakukan pertemuan hingga
akhirnya melakukan hubungan seksual dan menyebabkan
kehamilan.

D. MASALAH YANG TIMBUL AKIBAT KEHAMILAN REMAJA


1. Masalah Kesehatan Reproduksi
Usia ideal hamil adalah 20-35 tahun, sedangkan kehamilan
remaja artinya hamil di usia kurang dari 20 tahun. Sehingga
kehamilan remaja merupakan kehamilan beresiko tinggi. Kehamilan
di usia remaja dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian
ibu melahirkan, kematian bayi, serta berpengaruh pada rendahnya
derajat kesehatan ibu dan anak. Ibu yang hamil usia 20 tahun
kebawah sering mengalami prematuritas, besar kemungkinan cacat
bawaan, fisik maupun mental, kebutaan, dan ketulian (Indriyani dan
Asmuji, 2014)
Rahim siap melakukan fungsinya setelah wanita berumur 20
tahun dan pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerja yang
maksimal. Pada usia 14-18 tahun otot-otot rahim belum cukup kuat
sehingga kehamilan dapat membuat robekan pada rahim.
Pada usia 14-19 tahun sistem hormonal belum stabil
ditandai dengan belum teraturnya haid. Ketidakteraturan hormon
membuat kehamilan menjadi tidak stabil, mudah terjadi perdarahan
dan keguguran atau kematian janin. Ibu remaja beresiko ketika
melahirkan dan dapat mengalami komplikasi pascapartum.
(Muslich, 2009).

2. Masalah Psikologi pada Kehamilan Remaja


Pasangan usia muda belum siap bertanggungjawab secara
moral, pada hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka
sering mengalami kegoncangan mental karena masih memiliki sikap
mental yang labil dan belum matang emosinya (Indriyani dan
Asmuji, 2014). Dampak psikologi remaja terhadap kehamilan
yang dialami yaitu dengan kehamilan yang tidak diinginkan
atau direncanakan dapat menjadi stressor pada remaja. Hal ini
akan menimbulkan konflik peran remaja karena tugas- tugas
perkembangan orang tua seringkali diperburuk oleh kebutuhan dan
tugas perkembangan remaja yang belum terpenuhi. Remaja
dapat mengalami kesulitan dalam menerima perubahan citra diri
dan menyesuaikan peran-peran baru sebagai ibu di usia remaja
yang berhubungan dengan tanggung jawab merawat bayi.
(Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Menurut Najma (2010) risiko secara psikologis kehamilan
pada remaja adalah stress, depresi berat, berhenti untuk tidak
meneruskan pendidikannya, penganiayaan terhadap bayinya,
merasa terasing karena lingkungan dan teman-teman menjauh.
Menurut Tari (2010) akibat stress berlebihan
menimbulkan hiperemesis gravidarum(mual muntah berlebihan)
terjadi kenaikan tekanan darah dan keracunan kehamilan yang
disebut Pre-eklamsia dan berlanjut menjadi eklamsi yang dapat
mengancam jiwa dan meningkatkan angka kematian ibu. Menurut
Najma (2010) Pada depresi dapat juga mengakibatkan keguguran
yang tidak di sengaja maupun yang di sengaja.
3. Masalah Sosial dan Ekonomi Keluarga
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk
kematangan dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata.
Pada umumnya dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah
dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial
ekonomi pada keluarga menimbulkan stress (tekanan batin).
4. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah
(Asfriyanti, 2010 dan Manuba, IBG. 2009) :
a. Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk
menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
Abortus yang dilakukan oleh tenaga non- profesional dapat
menimbulkan tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
Kelainan Bawaan
Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan
dapat mengakibatkan tingginya prematur, BBLR dan cacat
bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah
dan stres memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih
pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap
hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan
saat hamil dalam bemtuk eklampsi dan pre eklampsi sehingga
dapat menimbulkan kematian. Dimana keracunan kehamilan
merupakan penyebab kematian ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan
yang pintas untuk melakukan abortus oleh tenaga non-
profesional. Angka kematian abortus yang dilakukan oleh dukun
cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak diketahui. Kematian ibu
terutama karena perdarahan dan infeksi. Penyebab kematian ibu
dikenal dengan trias klasik yaitu perdarahan, infeksi dan
gestosis.
E. PENCEGAHAN KEHAMILAN REMAJA

Upaya pencehahan kehamilan pada remaja menurut Indriyani


dan Asmuji (2014) adalah
1. Pendidikan kesehatan tentang risiko seks pranikah pada remaja
2. Pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi remaja
3. Pendidikan kesehatan tentang kehamilan usia dini
4. Pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku aborsi
5. FGD tentang kehamilan yang tidak diinginkan
6. Pelatihan pada tenaga pendidik (guru)ntentang kesehatan
reproduksi remaja dan teknik dukungan serta pendampingannya
7. Pendidikan kesehatan pada keluarga dan tokoh masyarakat tentang
kesehatan reproduksi pada remaja

F. PENANGANAN KEHAMILAN REMAJA


Kehamilan yang dialami remaja adalah kehamilan yang beresiko
tinggi. Oleh sebab itu perlu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan
bagi ibu, bayi, dan anak sebagai suatu kesatuan. Upaya tersebut
menurut Indriyani dan Asmuji (2014) antara lain:
1. Meningkatkan cakupan ibu hamil disertai dengan skrining dan
deteksi dini secara aktif adanya factor resiko
2. Meningkatkan penggunaan sarana dan fasilitas obstetri sesuai
dengan faktor resikonya oleh masyarakat
3. Meningkatkan penyuluhan tentang kehamilan, persalinan dan
resiko-resikonya, perencanaan persalinan meliputi tempat dan
penolong persalinan
Selain hal diatas, pada kehamilan resiko tinggi tersebut akan
dilakukan pengelolaan sebagai berikut:
1. Kehamilan resiko tinggi harus dibina oleh seorang ahli kebidanan
2. Rumah sakit yang mengawasi kehamilan resiko, harus mempunyai
fasilitas untuk melakukan diagnostic perinatal, seperti ultrasound,
amniocentesis, pemeriksaan kadar hormone, dan lain lain
3. Konsultasi dengan ahli-ahli kedokteran yang lain, terutama ahli
penyakit dalam dan ahli kesehatan anak. Dengan demikian
pengelolaan ini merupakan hasil team work dari berbagai ahli
4. Pengakhiran kehamilan hanya dapat dilakukan setelah hasil yang
didapat dari pertimbangan-pertimbangan oleh team work.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2011). Kajian profil


penduduk remaja (10-24): Ada apa dengan remaja?. Jakarta: Bkkbn.
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku ajar: Keperawatan
maternitas. (Maria, A, Wijayarini., & Peter, Anugrah, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Indriyani, Diyan., Asmuji. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Upaya Promotif dan Preventif dalam Menurunkan Angka Kematian
Ibu dan Bayi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Manuaba, IBG. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetric
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Najma. 2010. Resiko Secara Psikologis Ibu Hamil Remaja. Availeble
from (http://najma.com/2010/07/17/resiko-psikologis-hamil-
remaja.html)
PKBI. (2004). Proses belajar aktif kesehatan reproduksi remaja. Jakarta.
Priyatna, A. (2012). Parenting di dunia digital. Jakarta: PT Gramedia.
Sarwono, S. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sriwahyuni. (2007). Remaja Harapan dan Tantangan. http://remaja.com
Tari R. 2010. Dampak Stres Pada Ibu Hamil. Available from
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/05/22/dampak-
kehamilan-pra-nikah-pada-remaja/ Bidancare).
Virdhani, H. M. (2011). Gandeng Gundar, pemkot Depok bangun cyber
city. http://kampus.okezone. com/read/ 2011/03 /04/373/
431462/gandeng-gundar-pemkot-depok-bangun-cyber-city

Anda mungkin juga menyukai