Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN TEKNOLOGI VIRTUAL REALITY DALAM

DUNIA KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI KESEHATAN


ORGAN TUBUH DENGAN METODE CROSS SECTIONAL
Ahmad Affandi1, Dela Novita Ayuningtias2,Dodik Arwin Dermawan3
1
ahmad.17050974001@mhs.unesa.ac.id
2
dela.17050974027@mhs.unesa.ac.id
3
dodikdermawan@unesa.ac.id

ABSTRAK
Teknologi Virtual Reality (VR) memberikan pengalaman yang positif saat
digunakan dalam analisis pengobatan klinis, terdapat model gambar tiga
dimensi (3D) untuk memberikan data analisis kesehatan kepada pasien.
Diagnosis tersebut dapat dilihat dengan teknologi Virtual Reality. Metode
dalam penelitian ini adalah studi cross-sectional menggunakan intervensi
pendidikan. Model gambar 3D standar yang dihasilkan dari pemindaian
tomografi terkomputasi dan diunggah ke situs web hosting gambar 3D.
Setelah melakukan serangkaian proses penelitian, pasien menyelesaikan
survei untuk menilai kepuasan dengan menggunakan teknologi Virtual
Reality pada skala Likert kesepakatan 5 poin dan dalam penelitian ini
terdapat 19 partisipan.

PENDAHULUAN
Pada perkembangan teknologi yang sudah modern saat ini hampir semua
operasional sudah didukung dengan aplikasi berbasis teknologi. Hal ini
dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin pesat,
sehingga muncul berbagai inovasi-inovasi baru dari teknologi. Salah satu
inovasi terbaru pada saat ini yaitu virtual reality. Virtual reality merupakan
salah satu teknologi yang membuat perbedaan besar pada sejarah pemikiran
manusia dimana saat ini telah menjadi trend untuk membantu meningkatkan
kualitas kinerja dan produk.
Virtual reality merupakan teknologi dimana pengguna dapat melihat
objek dalam bentuk tiga dimensi atau hampir serupa dengan wujud aslinya.
Saat ini penggunakan teknologi VR sudah berkembang ke berbagai bidang
misalnya media dan hiburan dalam bentuk game, medis dan kedokteran
digunakan untuk simulasi anatomi tubuh manusia, militer digunakan untuk
simulasi perang, ekonomi untuk display barang dan pendidikan misalnya
digunakan untuk simulasi system ekskresi manusia.
Teknologi virtual reality semakin populer dengan kemajuan perangkat
keras dan perangkat lunak yang semakin canggih. VR menjadi pelatihan
inovatif untuk kelompok medis. Ini dapat digunakan untuk berbagai macam
penyakit dalam menyediakan komunikasi medis yang memadai. Hal ini
membantu para medis untuk melakukan praktik tanpa membahayakan
pasien. Dokter muda sekarang dapat melakukan operasi secara digital
dengan pembelajaran langkah demi langkah.
Penggunaan virtual reality dibidang kedokteran terus berkembang.
Penerapan VR dalam pengobatan telah menunjukkan hasil positif dalam
mengobati gangguan vestibular perifer, mengurangi nyeri dan kecemasan,
meningkatkan keseimbangan pada pasien dengan stroke, dan meningkatkan
keterlibatan pasien. VR juga telah digunakan dalam berbagai konteks
pendidikan yang mencakup pendidikan kedokteran dan pelatihan bedah.
Namun, pendidikan untuk pasien adalah salah satu bidang aplikasi VR
potensial yang relatif belum dieksplorasi, terutama dalam pengaturan pra
operasi. Pendidikan merupakan aspek penting dalam merawat pasien dengan
Abdominal Aortic Aneurysms (AAA), yang seringkali harus mematuhi periode
pengawasan sebelum operasi dilaksanakan. Dalam masyarakat saat ini,
pasien lebih sering mencari sumber dari internet, yang ternyata memberikan
informasi terkait AAA yang buruk. Berdasarkan permasalahan tersebut,
model 3D standar dari AAA dihasilkan dari pemindaian tomografi
terkomputasi dan diunggah ke situs web hosting gambar 3D dengan
menggunakan metode cross sectional, sehingga memberikan kepuasan pada
pasien terkait informasi yang diperoleh.

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode cross sectional yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen melalui pengukuran sekali dan dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, S., 2005). Dalam penelitian cross
sectional, peneliti hanya dapat mengobservasi fenomena pada satu titik waktu
tertentu. Pada penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, ataupun
eksplanatif, penelitian cross sectional dapat memberikan penjelasan terkait
hubungan satu variabel dengan variabel lain terhadap populasi yang diteliti,
menguji keberlakuan suatu rumusan hipotesis serta tingkat perbedaan di
antara kelompok sampling pada satu titik waktu tertentu.
Dalam penelitian medis, studi cross sectional merupakan jenis desain studi
observasional yang melibatkan melihat data dari suatu populasi pada satu
spesies. Studi ini digunakan untuk mengukur prevalensi hasil kesehatan,
memahami faktor penentu kesehatan, dan menggambarkan ciri-ciri suatu
populasi. Prevalensi mengacu pada proporsi seseorang dalam suatu populasi
yang memiliki penyakit atau kapan pun mereka perta kali mulai terkena
penyakit.
Terdapat tiga proses dalam metode cross sectional, yaitu protokol studi,
pembuatan gambar, dan pengumpulan data. Pada proses pertama protokol
studi, dokter meminta setiap pasien melihat model di VR dan menjawab
pertanyaan pasien sebelum mendiskusikan rencana perawatan yang akan
dilakukan. Dibutuhkan beberapa menit untuk pasien melihat gambar VR
dalam konteks anatomi. Pasien berinteraksi dengan gambar VR
menggunakan headset VR Google Cardboard yang menampung perangkat
seluler untuk menampilkan gambar VR. Pasien juga dapat menggunakan
kontrol bantuan tangan pada headset untuk bergerak di sekitar ruang VR dan
melihat model dari berbagai sudut.
Pembuatan gambar dihasilkan dari satu perwakilan CT scan. Data
Digital Imaging and Comunications in Medicine (DICOM) diimpor ke
perangkat lunak 3D Slicer, dan anatomi yang relevan disegmentasi untuk
menampilkan wilayah yang diminati dalam konteks anatomi. Kumpulan data
bahasa tessellation standar untuk model tersegmentasi dibuat dan diimpor ke
Autodesk Meshmixer. Data DICOM akan diunggah ke dalam pemotong 3D
untuk membuat model anatomi 3D yang diinginkan dan mengedit gampar di
Autodesk Meshmixer. Akun pribadi dibuat di situs web hosting gambar 3D
www.sketchfab.com , dan file diekspor serta diunggah seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Selain membuat semua data pasien

dianonimkan, model ini dilindungi dengan kata sandi untuk menambah


kerahasiaan data kesehatan pasien.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei yang mencakup lima


item, yaitu demografis usia, status sebagai pasien baru atau tindak lanjut, ras,
jenis kelamin, dan pengalaman sebelumnya dengan VR. Pasien tindak lanjut
yang diperiksa untuk survei pra operasi menerima pertanyaan tambahan
mengenai pemahaman diagnosis sebelumnya dan melakukan penelitian
pribadi tentang diagnosis mereka. Akhirnya, pasien diberi daftar sumber
daya pendidikan untuk memilih sumber mana yang membantu memahami
status kesehatan mereka. Sumber daya pendidikan termasuk VR, pendidikan
verbal, gambar, handout pracetak, dan pencitraan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sembilan belas pasien berpartisipasi dalam penelitian ini, dan demografi
pasien ditunjukkan pada Tabel I .

19 partisipan terdiri dari pasien baru sebanyak 8 pasien dan pasien tindak
lanjut sebanyak 11 pasien, Terdapat Ras kaukasia sebanyak 14 pasien dan Ras
Amerika Afrika sebanyak 5 pasien , untuk gender pria sebanyak 12 pasien
dan wanita 7 pasien, dan yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya
dengan Virtual Reality 15 pasien., hanya 2 pasien yang memiliki pengalaman
sebelumnya dengan VR. Secara keseluruhan, sebagian besar peserta
menunjukkan kepuasan yang tinggi dengan penggunaan Virtual Reality
dalam pendidikan kesehatan ( Tabel II ).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Virtual Reality menjadi alat yang menarik dan bermanfaat dalam
memberikan informasi kesehatan. Dibutuhkan upaya lebih lanjut untuk
menyelidiki peran Virtual Reality lebih luas dalam pendidikan dan
perawatan Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Dodik Arwin. (2020). Designing of Android Based Learning


(Mobile Learning) for Multidiscipline Students. Conference Series, 1569,
022015.

Puissegur Ophelie. (2020). Medical Virtual Reality. Journal of Hand Therapy, 13,
1-45.

Javaid Mohd. (2019). Virtual Reality Applications Toward Medical Field.


Clinical Epidemiology and Global Health, 69, 320-331.

Meier Andreas. (2019). Virtual Reality: Surgical Application Challenge for the
New Millennium. Education, 151, 103-871.

Labovitz Jonathan. (2020). The Use of Virtual Reality in Podiatric Medical


Education. Clinics in Podiatric Medicine and Surgery, 37, 409-420.

Chow Howard. (2020). Effect of Virtual Reality Therapy in Reducing Pain and
Anxiety for Cancer Related Medical Procedures: A Systematic
Narrative Review. Journal of Pain and Symptom Management, 172, 954-
959.
Williams Leanne.(2017). The ENGAGE study: Integrating neuroimaging,
virtual reality and smartphone sensing to understand self-regulation
for managing depression and obesity in a precision medicine model.
Behaviour Research and Therapy, S0005-7967(17)30202-4
Todd P Chang.(2019). Screen-based Simulation and Virtual Reality for
Pediatric Emergency Medicin. Clinical Pediatric Emergency Medicin,
S1522-8401(16)30021
Gaasedelen Erik N.(2018). 3D Graphics to Virtual Reality in Medicine:
Opportunities and Prospective. Departments of Bioinformatics and
Computational Biology, University of Minnesota, Minneapolis, MN,
United States, 201-217.
Camp J.J.. (2018). Virtual reality in medicine and biology. Biomedical Imaging
Resource, Mayo Foundatio, 91-108.
King Spencer B.(2019). When Medicine Meets Virtual Reality. ELSEVIER INC,
691-692.
Liaw Sok Ying.(2018). Virtual Reality Simulation in Interprofessional Round
Training for Health Care Students: A Qualitative Evaluation Study.
ELSEVIER INC, 1-5.

Anda mungkin juga menyukai