Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KEGIATAN

SOSIALISASI PENTINGNYA KESADARAN MASYARAKAT


TENTANG RESIKO KEHAMILAN PADA REMAJA

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dari Ibu Sary Sukawati, M.Pd

Disusun Oleh:

Adinda Syifa Salsabila 2250341100


Ainun Siti Roqoyah 2250341106
Sekar Rahayu Mumpuni 2250341109
Ana Nurhasanah 2250341111
Auffa Pradividya Vidiyanti 2250341139
Elzha Mailiany Putry 2250341140

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2022
KATA PENGANTAR

Assamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan PROPOSAL KEGIATAN dengan judul : Sosialisasi Pentingnya
Kesadaran Masyarakat Tentang Resiko Kehamilan Pada Remaja.
Adapun proposal ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatannya ini telah kami
usahkan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar proposal ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki proposal ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari proposal ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembacanya

Cimahi, 07 Oktober 2022

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencanan Nasional tahun
2009 jumlah remaja usia 10-19 tahun adalah sekitar 64 juta dari jumlah
penduduk Indonesia (BKKBN, 2009). Berdasarakan data tersebut terlihat
bahwa populasi remaja di Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Penelitian dari Australian National University (ANU) dan
Pusat Penelitian Kesehatan UI tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan
Bekasi (JATABEK) dengan sampel 3006 responden (usia < 17 tahun 24
tahun) menunjukan bahwa 20,9 % remaja mengalami kehamilan dan
kelahiran sebelum menikah dan 38,7 % remaja mengalami kehamilan
sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah. Menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional diketahui sebanyak 51 %
remaja di Bogor dan Depok telah melakukan hubungan seks pranikah
dan hamil. Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja
yang sudah melakukan seks pranikah dan hamil tercatat 54 % di
Surabaya, 47 % di Bandung dan 52 % di Medan (BKKBN, 2010). Data-
data tersebut menunjukan bahwa kehamilan remaja merupakan masalah
yang tidak asing lagi karena sudah menyebar ke berbagai kota di seluruh
Indonesia.

1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Pada Remaja


Remaja merupakan tahap umur yang datang setelah masa kanak
kanak berakhir, ditandai dengan pertumbuhan fisik yang cepat
(Sriwahyuni, 2007). Sedangkan menurut Sri Rumini (2004), masa remaja
merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa
dewasa Remaja dikategorikan menjadi remaja awal (usia 11-14 tahun),
remaja tengah (usia 15-17 tahun), remaja akhir (usia 18-20 tahun) (Wong,
D et al., 2008). Remaja pada tahap awal masih terheran-heran akan
perubahan yang terjadi pada tubuh mereka sendiri. Remaja pada tahap
tengah mempunyai sifat kebingungan dan mengikuti teman sebayanya
sehingga teman sebaya mempengaruhi kehidupan mereka, sedangkan
remaja tahap akhir adalah remaja yang minatnya semakin mantap,
terbentuk identitas seksual, egosentrisme, dan timbulnya dinding pemisah
antara diri pribadi (private self) dan masyarakat umum (the public)
(Sarwono, 2011). Remaja mengalami berbagai perkembangan yaitu
perkembangan fisik dan biologis, perkembangan psikoseksual (Freud),
perkembangan kognitif (Piaget), perkembangan moral (Kohlberg), dan
perkembangan psikososial (Erikson). Remaja mengalami perkembangan
fisik dan bilogis yang terlihat pada masa pubertas. Perkembangan remaja
pada teori Freud berada pada tahap genital yaitu masa dari kebangkitan
seksual, kini sumber kenikmatan seksual terletak di luar keluarga. Piaget
mengatakan bahwa remaja mulai bisa berfikir secara ilmiah dan berfikir
logis formal. Kohlberg mengungkapkan bahwa masa remaja sudah bisa
menetapkan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau pergantian
yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Erikson mengungkapkan
bahwa masa remaja adalah masa pengembangan identitas diri sehingga
remaja lebih mengeskplorasi diri mereka (Sarwono, 2011).

2.2 Kehamilan Pada Remaja


Kehamilan remaja adalah suatu kondisi seseorang remaja
mengalami kehamilan baik yang dikehendaki maupun yang tidak
dikehendaki akibat perilaku seksual yang disengaja maupun tidak
disengaja (PKBI, 2004). BKKBN (2008) mendefinisikan kehamilan
remaja adalah kehamilan yang terjadi pada seseorang berusia 14-19 tahun
melalui nikah atau pranikah. Respon remaja terhadap kehamilannya di
setiap semester kehamilan juga telah diidentifikasi oleh Ladewig, London,
dan Davidson, (2006 dalam Naemsakul, 2008). Pada trimester satu, remaja
berespon negatif terhadap kehamilannya karena tidak direncanakan.
Akibatnya, sebagian besar dari mereka mengabaikan untuk memastikan
apakah mereka benar-benar hamil atau tidak. Mereka yang tidak ingin
mengungkapkan kehamilannya menolak untuk mempercayai bahwa
mereka memang hamil, meskipun perubahan- perubahan tubuh mereka
alami. Beberapa dari mereka takut bahwa pengungkapan kehamilan
mereka kepada keluarga atau orang lain akan menimbulkan stress bagi
mereka. Sampai pada trimester kedua, remaja masih menyembunyikan
kehamilannya antara lain dengan beraktivitas sebagaimana mestinya. Pada
trimester ketiga, remaja hamil mulai menyadari bahwa janin yang ada
diperut mereka adalah bagian dari tubuh mereka dan mereka
merencanakan untuk menyambut kedatangan anggota keluarga baru
dengan menyediakan kebutuhan bayi, tempat, nama dan peralatan lain.
Mereka menyiapkan diri mereka sendiri untuk melahirkan. Selama periode
ini mereka cemas dan khawatir tentang proses melahirkan dan kesehatan
bayinya, karena itu mereka mencari tahu dan meminta nasehat dari
berbagai sumber. Secara fisik mereka merasakan adanya nyeri punggung,
konstipasi dan frekuensi BAK yang meningkat.
2.3 Faktor Terjadinya Kehamilan
2.3.1 Kurangnya Peran Orangtua dalam Keluarga Perhatian dan peran
orang tua amat berpengaruh besar terhadap perkembangan mental
dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan ketentraman
didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di luar
dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif
sebagai bentuk kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
2.3.2 Kurangnya Pendidikan Seks dari Orangtua dan Keluarga terhadap
Remaja Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di
rumah maupun di sekolah. Di sini peranan orang tua dan masyarakat
sangat diharapkan, terutama untuk dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan para remaja mengenai kesehatan reproduksinya dan juga
apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan
reproduksinya. Sebelum usia 10 tahun pendidikan seksual .bisa
diberikan secara bergantian tetapi ibu umumnya lebih berperan,
menjelang akil baligh, saat sudah terjadi proses diferensiasi jenis
kelamin dan muncul rasa malu, sebaiknya ibu memberikan
penjelasan kepada anak perempuan dan ayah kepada anak laki-laki.
Anggapan orangtua bahwa pendidikan seksual yang tabu, akan
berakibat kurangnya pengetahuan tentang seksua dan akan
menjerumuskan anak ke perilaku seks bebas hingga terjadi
kehamilan

2.4 Resiko Kehamilan Pada Remaja


Kehamilan pada masa remaja menghentikan proses pembentukan
indentitas dan tugas perkembangan. Mencoba secara simultan memenuhi
tugas-tugas perkembangan pada masa hamil dan pada masa remaja normal
dapat sangat menyulitkan. Beban psikologis dapat menyebabkan depresi
dan dan penundaan dalam memperoleh identitas seseorang yang dewasa
Banyak factor risiko terkait dengan kehamilan pada remaja, termasuk
status sosio-ekonomi yang rendah, status minoritas etnis, dibesarkan dalam
keluarga dengan satu orangtua, pendidikan rendah, aspirasi pekerjaan yang
rendah, dan dibesarkan dalam masyarakat yang memiliki angka insiden
yang tinggi untuk semua factor. Remaja yang hamil sebelum tamat SMU
rata-rata mengalaminya dua tahun sebelum mereka lulus. Remaja berusia
kurang dari 16 memiliki resiko lebih besar untuk hamil
Remaja seringkali memperpanjang periode waktu anatara
mencuriga mereka hamil dan memastikan kehamilan tersebut. Hal ini
biasanya disebabkan mereka menyangkal bahwa mereka hamil. Karena
remaja tidak rela mencurigai bahwa diri mereka hamil, para petugas
kesehatan harus secara langsung menanyai remaja tentang aktivitas
seksual mereka dan mendiskusikan pentingnya pemeriksaan dini jika
dicurigai terjadi kehamilan (Bluestein, Rutledge, 1992).

2.4.1 Tugas Perkembangan Pada Masa Hamil yaitu menerima realitas


biologis kehamilan
Banyak remaja muda ketika mereka hamil tidak mau mengakui
sampai tanda-tandanya sangat jelas. Sering kali remaja muda
menyembunyikan realitadari orang tua dengan cara memakai
pakaian ketat dan melakukan diet.
2.4.2 menerima realitas tentang bayi belum dilahirkan
Remaja mungkin hanya menerima fantasi memiliki bayi yang lucu,
gembira, sehat. Ia mengenakan pakaian dan mengajaknya bermain
seperti boneka. Ia tidak menerima kenyataan bahwa bayi tersebut
akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang besar.
2.4.3 Menerima Realitas menjadi orang tua
Disini berarti mencintai, menyanyangi, member perhatian, dan
mampu merawat bayi dengan baik. Meskipun ia punya keinginan
seperti diatas, akan tetapi wawasan hidup terbatas, sehingga jumlah
dan jenis dukungan sangat diperlukan untuk orang tua usia remaja.
2.4.4 Reaksi Keluarga Terhadap Kehamilan Remaja
Salah satu tugas yang paling sulit ialah member tahu pada keluarga
atau orang tua mengenai kehamilannya, Biasanya mereka memberi
tahu ketika Kehamilan Semakin jelas dan terlihat. Reaksi awal
keluarga terhadap kehamilan biasanya syok, marah, malu, merasa
bersalah, dan sedih. Perawat harus mengkaji setiap
ketidakharmonisan dalam keluarga. Perawat juga harus membantu
Percepatan adaptasi Keluarga tentang kehamilan.
2.4.5 Ayah usia remaja
Ayah remaja kebanyakan lebih miskin dan kurang berpendidikan
daripada laki laki yang tidak menjadi ayah usia muda. Ayah remaja
juga keungkinan lebih besar berasal dari orang tua yang juga
menjadi orang tua pada masa remaja.
Menurut elster, lamb dan kimmerly, kurang dari 9% remaja hamil
mengenal pasangannya kurang dari 6 bulan sebelum konsepsi dan
lebih dari 50% mengenal pasangannya lebih dari 2 tahun. Ayah
remaja berusaha memberikan bantuan dalam bentuk uang, hadiah
dan kendaraan. Mereka juga ingin telibat dalam prosess keputusan
yang berhubungan dengan kehamilan tersebut. Namun seringkali
keluarga dari pasangan tidak melibatkannya karena merasa marah
akan kehamilan tersebut atau merasa anaknya belum mampu
mengambil keputusan dengan baik.
Ibu usia remaja
2.4.6 Ibu usia remaja
Usia pertama kali remaja hamil sangat mempengaruhi efek yang
ditimbulkan kehamilan terhadapa kehidupan remaja tesebut.
Kehamilan yang tidak dikehendaki memiliki implikasi yang
berbeda bagi remaja yang usia 18 / 19 tahun yang lulus sekolah
menengah atas dibandingkan remaja usia 13 / 14 tahun yang masih
sekolah mengah pertama. Umumnya para remaja yang menjadi
orangtua kemungkinan kecil untuk menyelesaikan sekolah mengah
atas, kuliah, mencari pekerjaan tetap, atau dapat menyokong
dirinya-sendiri dibangdikan mereka yang menjadi ornag tua pada
usia yang lebih tua.

2.5 Konsekuensi Kehamilan pada Remaja


Efek usia ibu pada hasil akhir obstetri dan neonatus seringkali sulit
dipisahkan dari pengaruh status sosio-ekonomi, latar belakang
etnik, kurangnya pendidikan, penyalah gunaan substansi, kondisi
tempat tinggal yang terlalu padat, PMS, status pernikahan, dan
kurangnya dukungan sosial. Remaja muda memiliki risiko lebih
besar untuk dipengaruhi oleh satu atau lebih faktor tersebut.
Pengaruh-pengaruh ini, bukan usia si remaja, dapat meningkatkan
risiko remaja tersebut selama hamil
2.5.1 Risiko fisiologis pada ibu
Pada masa lalu orang percaya bahwa remaja memiliki
kecenderungan lebih besar untuk menderita hipertensi kehamilan
dan disproporsi sefalopelvis (CPD) dari pada orang dewasa.
Meskipun dilaporkan bahwa insiden solusio plasenta lebih tinggi
pada remaja tahap awal, remaja yang mendapat perawatan prenatal
yang adekuat akan lebih dini tidak akan memperoleh hasil akhir
obstetri yang merugikan daripada wanita dewasa dengan latar
belakang sosio demografi yang sama. Studi terbaru belum
menguatkan hasil laporan sebelumnya, yang mencatat peningktan
resiko CPD diantara remaja hamil dibandingkan dengan orang
dewasa (McAnarney, Hendree, 1989a) pada kenyataannya,
kelahiran bayi operatif lebih sering berhubungan dengan bayi berat
lahir rendah daripada dari pada dengan bayi CPD.
2.5.2 Resiko fisiologi pada neonatal
Seiring peningkatan usia ibu, risiko ibu untuk melahirkan bayi
berat lahir rendah menurun. Remaja multipara dan remaja tahap
awal memiliki kemungkinan lebih besar melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR). Bayi mereka juga memiliki resiko lebih
tinggi untuk meinggal dalam 28 hari pertama kehidupannya.
Angka kematian yang lebih tinggi ini BBLR yang dilahirkan oleh
para remaja ini. Perawatan prenatal dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas. Orang tua remaja tahap awal ini
memiliki angka kematian bayi mendadak (sudden infant death
syndrome[SIDSI]), dan jumlah penyakit dan cedera pada masa
kanak-kanak yang lebih tinggi.
2.5.3 Remaja tahap awal yang hamil
Remaja tahap awal hamil berisiko paling besar untuk menghadapi
masalah dalam masa hamil dan melahirkan anak. Insiden bayi berat
lahir rendah, kematian bayi, dan abortus dua sampai tiga kali lebih
tinggi pada wanita kelompok usia ini daripada wanita berusia lebih
dari 25 tahun. Karena remaja tahap awal cenderung memulai
perawatan prenatal lebih lambat daripada remaja berusia lebih tua
dan wanita dewasa, mereka memiliki risiko tinggi. Memperoleh
perawatan prenatal lebih lambat dapat menyebabkan ibu tidak
memiliki cukup waktu (sebelum melahirkan) untuk mengatasi
masalah-masalahnya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial baik
terhadap ibu maupun bayinya. Kehamilan usia remaja berisiko terhadap
kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung dan
melahirkan bayinya. Banyak faktor yang menyebabkan kehamilan remaja
usia antara lain melakukan perkawinan semakin rendah tingkat
pendidikannya dan berisiko untuk hamil di usia dini. Pendidikan yang rendah
akan merugikan posisi ekonomi wanita. Faktor ekonomi yang berkenaan
dengan lapangan pekerjaan dan kemiskinan penduduk memberikan andil
bagi berlangsungnya perkawinan dan kehamilan di usia dini. Beberapa faktor
seperti budaya juga memberikan konstribusi terhadap dengan keputusan
wanita untuk hamil di usia muda. Kebudayaan sangat mempengaruhi
kehidupan seorang individu apalagi terhadap anak remaja yang sedang
berada dalam masa transisi atau masa peralihan

3.2 Saran
Ada beberapa saran yang dapat kami berikan untuk mengurangi masalah
kehamilan remaja saat ini antara lain :
3.2.1 Kepada setiap remaja agar mempunyai pengetahuan dan mengembangkan
keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat terhindar dari masalah-
masalah pada remaja, contohnya kehamilan pada usia remaja dan aborsi.
Perlunya pendidikan seks yang diberikan orang tua terhadap si anak
sehingga anak tidak cenderung mencari informasi dari tempat yang salah
dan perlunya pengawasan ketat dari orang tua serta selalu menyediakan
waktu berdiskusi tentang masalah masalah terhadap si anak.
3.2.2 Kepada petugas kesehatan untuk memberikan pembinaan bagi remaja
yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, memberi pelayanan
kontrasepsi, disamping menangani masalah yang ada pada remaja tersebut

Anda mungkin juga menyukai