Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP KEHAMILAN PADA REMAJA


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah keperawatan
maternitas I

Dosen Pembimbing
Inggrid dirgahayu. S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :
Sinta juliani 191FK03016
Aldi rifaldi 191FK03020
Mutia kansha 191FK03021
Sinta anggraeni 191FK03022

Kelompok 2B
Kelas 2A

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa kami dapat
menyelesaikan makalah tentang kehamilan pada remaja ini dengan baik tanpa hambatan.
Hal ini tidak terlepas juga karena dukungan dari dosen pembimbing kami.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah
diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari


bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi, dan
saran dari semua pihak untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya senantiasa akan
kami terima dengan tangan terbuka.

Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang telah
membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Bandung, juni, 2021

                                                                                           

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan
hingga sekarang. Pada tahun 2013 World Health Organization (WHO)
menetapkan tema untuk hari kependudukan dunia yaitu “Kehamilan Remaja”. Hal
ini menandakan kasus tersebut perlu diperhatikan oleh seluruh warga dunia.
Secara global, diperkirakan bahwa 16 juta anak perempuan berusia 15-19 tahun
melahirkan setiap tahun (WHO, 2012). Kejadian kehamilan remaja banyak terjadi
di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Angka
kejadian kehamilan remaja di Indonesia adalah 48 per 1.000 perempuan pada
tahun 2012.
Angka kejadian kehamilan remaja di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan
angka kejadian kehamilan remaja sebanyak 6 di Malaysia dan 41 di Thailand pada
tahun 2014 (World Bank Group). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013
(Riskesdas, 2013) yang mendata perempuan usia 10-54 tahun yang sedang hamil,
masih didapatkan kehamilan pada usia sangat muda, Hasil survei Badan Pusat
Statistik tahun 2012 mengungkapkan, angka kehamilan remaja pada usia 15-19
tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan (BKKBN, 2014). Australian National
University (ANU) bersama Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (UI)
tahun 2010/2011 juga melakukan penelitian terhadap 3.006 remaja dalam
penelitian di Jakarta, Tangerang dan Bekasi didapatkan hasil sebesar 20,9 persen
remaja usia 17-24 tahun hamil sebelum menikah dan 38,7 persen remaja
mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah (Elisa dan
Muhammad,2017).
Sepanjang 2015, Dinas Kesehatan DIY mencatat ada 1.078 remaja usia
sekolah di Yogyakarta yang melakukan persalinan. Dari jumlah itu, 976 (90,5 %)
diantaranya hamil di luar pernikahan. Angka kehamilan di luar nikah merata di
lima kabupaten/kota di Yogya. Di Bantul ada 276 kasus (28,3 %), Kota
Yogyakarta ada 228 kasus (23,4 %), Sleman ada 219 kasus (22,4 %),
Gunungkidul ada 148 kasus (15,2 %), dan Kulon Progo ada 105 kasus (9,7 %)
(Dinkes, 2015)

1.2 rumusan masalah


1. pengertian konsep kehamilan remaja
2. etiologi konsep kehamilan remaja
3. patofisiologi kehamilan remaja
4. manifestasi klinis kehamilan remaja
5. pemeriksaan penunjang kehamilan remaja
6. penatalaksanaan kehamilan remaja
7. komplikasi kehamilan remaja
8. asuhan keperawatan kehamilan remaja berdasarkan teoritis
1.3 tujuan
1. mengetahui pengertian konsep kehamilan pada remaja
2. menegtahui etiologi kehamilan remaja
3. mengetahui patofisiologi kehamilan remaja
4. mengetahui manifestasi klinis kehamilan remaja
5. mengetahui pemeriksaan penunjang kehamilan remaja
6. mengetahui penatalaksanaan kehamilan remaja
7. mengetahui komplikasi kehamilan remaja
8. mengetahui asuhan keperawatan secara teoritis
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara


masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia
11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda.
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia antara 14- 19
tahun baik melalui proses pra nikah atau nikah (Manuaba, 2007).

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi sebelum usia 19 tahun.


Kehamilan ini biasanya tidak direncanakan dan di luar nikah. Kehamilan remaja
masih dipandang sebagai hambatan secara sosial, ekonomi, psikologis dan
pendidikan bagi ibu. 7% dari semua kelahiran terjadi pada remaja. (Muscari, 2005)

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran
bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan
secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.

Menurut Survei Kesehatan Remaja Republik Indonesia (2007) remaja usia


15-24 tahun yang tahu tentang masa subur sebesar 65%, remaja perempuan yang
tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki
sebanyak 21%, hanya 10% remaja pria yang tahu masa subur wanita dan baru 63%
remaja yang mengetahui jika melakukan hubungan seksual sekali beresiko
kehamilan. Sedangkan remaja yang memiliki teman untuk melakukan hubungan
seks pranikah mencapai 82% dan remaja mempunyai teman seks dan hamil
sebelum menikah mencapai 66%. Berdasarkan survei Riskesdas (2013) angka
kehamilan penduduk perempuan 10- 54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat
kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan
kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97 persen. Berdasarkan
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 membuktikan
bahwa angka fertilitas remaja (AFR) pada kelompok usia 15-19 tahun mencapai 48
dari 1.000 kehamilan (Fanaurora, 2013) Sebuah penelitian Australian National
University (ANU) bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas
Indonesia (UI) pada tahun 2010 bertempat di Jakarta, Tangerang. Penelitian ini
diterapkan kepada 3.006 responden berusia 17-24 tahun, ternyata 20% remaja
hamil dan melahirkn sebelum menikah (Fanaurora, 2013).

2.2 etiologi

1. Faktor medis

Adapun faktor medis yang mempengaruhi kehamilan resiko tinggi


yaitu penyakit ibu dan janin, belum matangnya organ reproduksi, kelainan
obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit
neonatus, dan kelainan genetic.

2. Faktor non medis

a) Faktor agama

dan iman Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada


pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan
suami isteri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi
ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.

b) Faktor lingkungan

1) Orang tua

Kurangnya perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk


dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana
dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.

2) Teman,

tetangga dan media. Pergaulan yang salah serta penyampaian


dan penyalahgunaan dari media elektronik yang salah. Dapat membuat
para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi
merupakan sesuatu yang lazim.

3) Pengetahuan

yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan


Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah
seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan
resiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak
terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi
tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah,
internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih
mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari.

4) Perubahan

zaman Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang


dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem
nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan
nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif
sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas,
termasuk masalah hubungan seks di luar nikah.

5) Perubahan kadar hormon

Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan libido atau


dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas
seksual.

6) Semakin cepatnya usia pubertas Semakin cepatnya usia pubertas


(berkaitan dengan tumbuh kembang remaja),

sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan


kehidupan saat ini menyebabkan “masa- masa tunda hubungan
seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan
yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.

7) Adanya trend baru dalam berpacaran dikalangan remaja.


Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual di luar nikah
meskipun dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang
sudah pula bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika
melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.

2.3 patofisiologi

Menurut (Bobak, 2004) secara medis kehamilan remaja membawa dampak


buruk. Dampak buruk itu kemungkinan terjadinya “kemacetan persalinan” akibat
tidak seimbangnya antara panggul ibu dan janinnya. Itu bisa dimengerti, karena
pada wanita yang usianya muda, panggulnya belum berkembang sempurna.

1. Pada ibu, perdarahan pada kehamilan maupun pasca persalinan, hipertensi


selama kehamilan, solusio plasenta, dan resiko tinggi meninggal akibat
perdarahan.
2. Pada bayi, kehamilan belum waktunya (prematur), pertumbuhan janin
terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan, dan BBLR.
2.4 manifestasi klinis
Pada ibu yang memiliki risiko tinggi dalam kehamilan memiliki tanda bahaya
sebagai berikut :
1. Muntah terus menerus, tidak bisa makan
2. Perdarahan
3. Pucat pada konjungtiva, muka, telapak tangan menunjukkan anemia
(kekurangan darah)
4. Demam tinggi, biasanya karena infeksi
5. Keluar air ketuban sebelum waktunya
6. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.

2.5 Pemeriksaan penunjang

1. Ultrasonografi :

mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi


abnormalitas, melokalisasi plasenta dan kantung cairan amnion pada
amniosintesis.
2. Amniosintesis terhadap perbandingan lesitin terhadap sfingomielin (L/S) :
mendeteksi adanya fosfatidilgliserol (fg), mengukur densitas optikal cairan
untuk mendeteksi hemolisis dari ketidaksesuaian Rh atau infeksi pada cairan.
3. Tes toleransi glukosa:
memeriksa diabetes melitus gestasional (DMG).
4. Jumlah trombosit: penurunan mungkin berhubungan dengan HAK dan
sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hepar atau jumlah trombosit
rendah).
5. Golongan darah, kelompok Rh, dan pemeriksaan untuk antobodi pada klien
Rh-negatif/Du-negatif: mengidentifikasi risiko ketidaksesuaian.
6. Pemeriksaan koagulasi (masa tromboplastin parsial teraktivasi (APPT), masa
tromboplastin parsial (PTT), masa protrombin (PT), produk degradasi
lembaran fibrin (FSP atau FDP) : mengidentifikasi kelainan pembekuan bila
ada perdarahan.
7. Bilirubin, pemeriksaan fungsi hepar (AST, ALT, dan kadar LDH): mengkaji
masalah hepar hipersensitif.
8. Urinalisis, kultur atau sensitifitas:
mendeteksi bakteuria, Dipstick: menentukan kadar glukosa atau protein.
9. Pemeriksaan serologi, VDRL:
memeriksa hepatitis, HIV AIDS, sifilis. 10. Profil kriteria biofisika (BPP):
mengkaji kesejahteraan janin.
2.6 Penatalaksanaan
1. Melakukan skrining atau deteksi dini resiko tinggi ibu hamil atau dengan
macam faktor resiko
2. Menentukan ibu dengan pengertian kemungkinan terjadinya resiko
kehamilan atau kesakitan pada ibu dan bayi
3. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan
4. Mencatat dan melapor keadaan kehamilan
5. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
6. Rujukan dini berencana atau rujukan in utera.

2.7 Komplikasi

Dampak dari kehamilan resiko tinggi pada usia muda, antara lain (Manuaba,
2007):
1. Keguguran. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja,
misalnya karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi
alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim
yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan
ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri. Ibu yang hamil pada usia
muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan
berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan
demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat
badan lahir rendah dan cacat bawaan.
3. Mudah terjadi infeksi. Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan
stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4. Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi. Penyebab anemia pada saat hamil
di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat
hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami
anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama
kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5. Keracunan kehamilan (gestosis). Kombinasi keadaan alat reproduksi yang
belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil
dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia
memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6. Kematian ibu yang tinggi. Kematian ibu pada saat melahirkan banyak
disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu
karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh
tenaga non profesional (dukun).
7. Persalinan yang lama8. Disproporsi fetopelvis Kehamilan pada remaja
biasanya menghadapi banyak krisis psikologis selama kehamilan (Muscari :
2005) :
1. Menyadari kehamilannya dan menginformasikannya kepada pasangan
serta orang tua
2. Keputusan untuk mengandung janin sampai lahir atau melakukan aborsi
3. Menyiapkan kebutuhan keuangan, medis dan nutrisi
4. Menghadapi hubungan interpersonal di rumah dan di sekolah
5. Keputusan untuk membesarkan sendiri bayinya atau untuk adopsi
6. Koping terhadap perubahan gambaran tubuh
7. Koping terhadap masalah keterikatan dan menjadi orang tua.

2.8 Asuhan keperawatan kehamilan remaja

1. Pengkajian
Adapun hal- hal yang perlu dikaji pada klien dengan kehamilan risiko
tinggi adalah sebagai berikut:
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
riwayat perkawinan, lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: kaji adanya perdarahan pervaginam.
c. Riwayat kesehatan:
- Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi
ke rumah sakit atau puskesmas pada saat pengkajian. Manifestasi
klinis yang mengindikasikan kehamilan antara lain berhentinya
periode menstruasi dan adanya pembesaran payudara.
- Riwayat kesehatan masa lalu.
- Riwayat kesehatan keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernapasan terhadap
kedalaman dan kesmetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanyan keterbatasan fisik dan seterusnya.
- Palpasi
1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan
kontrak uterus.
2) Tekanan: menentukan karakter nadi, mngevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubitkan kulit mengamati
turgor. Pemeriksaan Leopold 1, leopold 2, leopold 3, dan
leopold
3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan atau tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal.
4) Perkusi
1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi.
2) Menggunakan pali perkusi: ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks atau gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak.
3) Auskultasi Mendengarkan suara nafas, bunyi jantung,
abdomen untuk bising usus ada denyut jantung janin.
2. Identifikasi umum Jika selama kehamilan ditemukan perdarahan, identifikasi:
a. Lama kehamilan
b. Kapan terjadin perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktivitas yang
mempengaruhi
c. Karakteristik darah: merah terang, kecokelatan, adanya gumpalan darah, dan
lendir
d. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau tajam,
mulas serta pusing.
3. Kaji status psikososial :
respon remaja terhadap kehamilan dan persalinan, tingkat perkembangan
kognitif remaja, kemampuan menyelesaikan masalah, gambaran tubuh,
ketergantungan dan hubungan dengan teman sebaya serta pasangan. Pada
umumnya remaja menyangkal kehamilannya sehingga pengenalan sejak awal
oleh orang tua atau tenaga kesehatan sangat penting untuk menentukan waktu
awal perawatan pranatal.
3. Kaji sistem pendukung : orang tua, teman pria atau pacar atau suami.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik, penurunan simpanan
nutrisi, sekunder akibat masa remaja.
b. Kebutuhan pembelajaran mengenai proses kehamilan, kebutuhan individu,
harapan masa datang berhubungan dengan kurangnya informasi.
c. Risiko tinggi cidera terhadap janin berhubungan dengan malnutrisi ibu,
ketidakadekuatan perawatan dan skrinning pranatal.
d. Gangguan citra tubuh atau gangguan identitas pribadi berhubungan dengan
perubahan tubuh akibat kehamilan, krisis situasi dan maturasi, tidak adanya
sistem pendukung.
e. Risiko isolasi sosial berhubungan dengan respon kelompok sebaya terhadap
kehamilan.
5. Intervensi keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik, penurunan simpanan
nutrisi, sekunder akibat masa remaja
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi klien dapat
terpenuhi
Intervensi Rasional
 Kaji masukan makanan dalam 24 jam
Membantu untuk merencanakan perubahan atau penambahan diet
yang adekuat.
 Timbang berat badan klien dan Penambahan berat badan tentukan
berat badan sebelum hamil.
 Berikan informasi tentang risiko diet dalam kehamilan Penambahan
berat badan dibutuhkan selama kehamilan yang dihitung sesuai
tuntutan pertumbuhan normal dan berat badan sebelum kehamilan.
Keistimewaan makanan, yang dihubungkan dengan tahap
perkembangan bumil.
 Berikan ketentuan pada individu akan penambahan berat badan
berdasarkan kebutuhan pertumbuhan dan berat badan sebelum hamil,
mengenali gaya hidup bumil dan kesukaan pada “makanan siap saji”
Kalori adekuat perlu untuk persediaan protein dan menjamin masukan
zat besi
 Tekankan pentingnya masukan vitamin atau zat besi setiap hari.
Remaja yang hamil cenderung mengalami masalah malnutrisi dan
anemia, karena pertumbuhan belum lengkap dan atau atau kebiasaan
makan, yang memerlukan peningkatan protein, zat besi dan kalori.
 Berikan informasi tentang peran protein dalam perkembangan janin
Masukan protein yang tidak adekuat selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, membuat pertumbuhan janin terhambat.
 Kaji situasi klien, dan tentukan siapa yang bertanggung jawab
terhadap pembelanjaan dan persiapan makanan. Berikan informasi
tentang cara- cara memperbaiki masukan nutrisi Status ekonomi, atau
kurangnya pengalaman belanja dan penyediaan makanan dapat
mempeng

b. Kebutuhan pembelajaran mengenai proses kehamilan, kebutuhan individu,


harapan masa datang berhubunga dengan kurangnya informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat memahami
proses kehamilan yang dialaminya. Kriteria hasil:
- Berpartisipasi dalam proses belajar.
- Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi.
Intervensi rasional :
 Evaluasi usia klien dan tahap perkembangan remaja Usia dan tahap
remaja akan mempengaruhi pendekatan untuk penyuluhan.
 Kaji pemahaman klien tentang anatomi dan fisiologi pria atau wanita.
Berikan informasi yang tepat; perbaiki kesalahan konsep Untuk klien
yang hamil pada masa remaja awal, kehamilan dan menjadi orangtua
sering tidak dikenali sebagai kemungkinan hasil dari aktivitas sosial
 Kaji riwayat penggunaan atau penyalahgunaan obat. Berikan
informasi tentang efek negatif yang mungkin terjadi pada janin.
Membantu mencegah komplikasi janin.
 Diskusikan tanda- tanda persalinan. Identifikasikan yang membuat
remaja berisiko untuk persalinan atau kelahiran preterm Klien perlu
tahu kapan menghubungi dokter atau pemberi pelayanan dan
bagaimana membedakan antara persalinan palsu dan sejati.

c. Risiko tinggi cidera terhadap janin berhubungan dengan malnutrisi ibu,


ketidakadekuatan perawatan dan skrinning pranatal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan kejadian atau kondisi yang
dapat menimbulkan risiko terhadap janin dapat diatasi.
Kriteria hasil:
- Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang faktor- faktor risiko
individu.
- Menunjukkan pertumbuhan janin dalam batas normal.
Intervensi rasional :
 Kaji adanya potensial risiko janin Bayi yang lahir dari ibu remaja
berisiko prematuritas, BBLR, trauma kelahiran.
 Timbang berat badan klien. Berikan petunjuk bagi individu untuk
penambahan berat badan berdasarkan kebutuhan pertumbuhan normal
Klien yang melahirkan bayi BBLR, sebelum hamil berat badannya
kurang dan semakin berkurang selama hamil sampai dengan
melahirkan
 Tekankan pentingnya perawatan pranatal terus menerus Dapat
mengatahui atau menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin
normal
 Berikan informasi kepada klien tentang pentingnya masukan nutrisi
yang adekuat untuk janin Malnutrisi memperberat ketidakadekuatan
perkembangan neonatus atau sel- sel otak janin

d. Gangguan citra tubuh atau gangguan identitas pribadi berhubungan dengan


perubahan tubuh akibat kehamilan, krisis situasi dan maturasi, tidak adanya
sistem pendukung.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat meningkatkan
rasa percaya diri.
Kriteria hasil:
- Klien mengidentifikasikan perasaan dan metoda untuk koping terhadap
persepsi diri atau kemampuan negatif
- Klien menunjukkan adaptasi pada perubahan peran.
Intervensi rasional :
 Ciptakan hubungan terapeutik Penting untuk menciptakan sikap saling
percaya dan kerjasama sehingga klien bebas untuk mendengarkan
informasi yang tersedia.
 Tanyakan perasaan klien tentang identitas atau peran seksual Klien
mungkin sulit untuk melihat dirinya sebagai seorang ibu.
 Diskusikan masalah dan rasa takut akan citra tubuh dan perubahan
sementara karena hamil Membuat dasar untuk pembelajaran masa
datang
 Diskusikan cara- cara untuk meningkatkan citra diri positif (misalnya
gaya berpakaian, tata rias) Membantu dalam mengatasi perubahan
penampilan dan menunjukkan citra positif
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai