Anda di halaman 1dari 10

Volume 11, Nomor 02, November 2020

Hal. 148 - 157

KOMBINASI METODE STORY TELLING DAN TERAPI MUSIK


DALAM UPAYA MENURUNKAN STRESS PADA ANAK DENGAN
HIV/AIDS DI WILAYAH SURABAYA

Combination of Storytelling and Music Therapy to Reduce Stress in Children


with HIV / AIDS in Surabaya

Taufan Citra Darmawan*

 STIKes William Booth, Surabaya, Indonesia, email: Tp4n_thefujin@yahoo.com

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency


Syndrome (AIDS) di Indonesia masih dianggap sebagai penyakit menular yang
mematikan. Penyakit ini menjadi masalah di tingkat nasional maupun internasional.
Dampak utama pada anak yang menderita HIV/AIDS adalah perubahan psikologis yaitu
stress. Solusi mengatasi masalah ini dengan pemberian kombinasi metode story telling
dan terapi musik. Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh penerapan metode
storytelling dan terapi musik untuk menurunkan stress anak penderita HIV/AIDS.
Metode penelitian ini Quasy eksperiment dengan menerapkan perlakuan kepada 1
kelompok (One Group Pre-Post Test). Populasi penelitian ini adalah penderita HIV di
kota Surabaya. Sampel penelitian yaitu anak HIV/AIDS. Metode sampling dalam
penelitian ini menggunakan purposive sampling. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini
meliputi 1) anak HIV/AIDS berusia 6-10 tahun, 2) Anak HIV/AIDS yang masih dapat
beraktivitas (makan, mandi, bermain, belajar) 3) Anak HIV/AIDS yang mengalami stress.
Pengumpulan data stress anak dilakukan sebelum penelitian dan setelah dilakukan
penelitian. Instrument penelitian ini menggunakan Hamilton Anxiety Questionaire.
Hasil penelitian terhadap 30 orang sampel penelitian didapatkan bahwa 26 orang
sampel penelitian (86.7%) mengalami penurunan stress. Pengukuran Wilxocon Sign Rank
didapatkan α = 0.009, berarti terdapat perubahan tingkat stress antara sebelum dengan
sesudah dilakukan terapi.
Kombinasi terapi musik dan storytelling dapat digunakan sebagai alternatif yang
lebih baik dalam menurunkan stress anak. Storytelling membantu mengasah kemampuan
serta kemauan anak berinteraksi dengan orang lain, sedangkan terapi musik membantu
meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia anak. Terapi ini memerlukan perhatian
khusus kepada usia perkembangan anak, lingkungan, dan emosi anak saat diterapkan agar
terapi dapat berjalan dengan optimal.

Kata Kunci: HIV, Stress, Story Telling, Terapi Musik

ABSTRACT

Human Immunodeficiency Virus (HIV) or Acquired Immune Deficiency


Syndrome (AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) or Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) in Indonesia is still considered a deadly infectious disease. This disease
has become a national and international problem. The main impact on children suffering
from HIV / AIDS is stress. The solution to this problem is by providing a combination of
story telling and music therapy. This study aims to explain the effect of the application of
storytelling and music therapy to reduce stress in children with HIV / AIDS.
This research method was Quasy experiment by applying treatment to 1 group
(One Group Pre-Post Test). The population of this study were people with HIV in the city
of Surabaya. The research sample was children with HIV / AIDS. The sampling method in
this study used purposive sampling. Inclusion criteria in this study included 1) HIV /
AIDS children aged 6-10 years, 2) HIV / AIDS children who can still have activities
(eating, bathing, playing, learning) 3) HIV / AIDS children who experience stress. The
data collection of children's stress levels was carried out before the study and after the

148
research was conducted. The research instrument used the Hamilton Anxiety
Questionaire.
The results of the study on 30 research samples found that 26 research samples
(86.7%) experienced a reduction in stress. Measurement of the Wilxocon Sign Rank
obtained α = 0.009, meaning that there is a change in stress levels between before and
after therapy.
The combination of music therapy and storytelling can be used as a better
alternative in reducing stress in children. Storytelling helps improve children's ability
and willingness to interact with other people, while music therapy helps increase
children's feelings of comfort and happiness. This therapy requires special attention to
the child's developmental age, environment, and children's emotions when applied so that
therapy can run optimally

Keywords: HIV, Music Therapy, Stress, Storytelling

PENDAHULUAN Surabaya tahun 2015 sebanyak 466


penderita, 330 diantaranya berusia 0-
Human Immunodeficiency
4 tahun (Kemenkes, 2017).
Virus (HIV) dan Acquired Immune
Masyarakat Indonesia saat ini
Deficiency Syndrome (AIDS) di
masih sangat sensitif terhadap isu
Indonesia dianggap sebagai penyakit
HIV/AIDS yang berakibat stigma
menular dan mematikan. Penyakit ini
serta diskriminasi masyarakat terkait
tidak dapat disembuhkan, serta masih
HIV/AIDS tinggi. Tindakan
menjadi tantangan permasalahan di
diskriminasi masyarakat terkait
tingkat nasional maupun global.
HIV/AIDS merupakan hal yang
AIDS merupakan kumpulan gejala
sangat tidak menyenangkan bagi
penyakit yang berakibat penurunan
penderita HIV/AIDS, karena mereka
sistem kekebalan tubuh. Penurunan
merasakan langsung akibat
sistem kekebalan tubuh disebabkan
diskriminasi tersebut. Respon
oleh virus HIV. Virus ini
perasaan tidak menyenangkan muncul
menyebabkan penderita mengalami
akibat gangguan dari kondisi
penurunan daya tahan tubuh sehingga
lingkungan internal maupun
membuat penderita rentan mengalami
eksternal. Perubahan perasaan ini
infeksi berbagai macam penyakit lain
secara langsung menimbulkan
(Kemenkes, 2017).
perubahan psikologis maupun
Jawa Timur tahun 2014-2016
fisiologis. Dampak utama adalah
menempati posisi kedua kasus
perubahan pada psikologis, yakni
HIV/AIDS. Terdapat 4.508 penderita
stress (Ayun, 2017). Stress terjadi
di tahun 2014, 4.155 penderita di
kapanpun, dimanapun, dan oleh
tahun 2015, kemudian meningkat
siapapun, termasuk anak-anak. Stress
menjadi 6.513 penderita pada tahun
pada anak masih belum terlalu
2016. Data Kominfo Jatim, jumlah
dipahami oleh orangtua, keluarga,
anak penderita HIV/AIDS di
serta masyarakat (Danandjaja, 2013).

149
Stress pada anak terjadi akibat adanya kenangan tidak menyenangkan.
konflik, tekanan, frustasi, atau krisis Terapi musik sangat efektif membuat
dari diskriminasi sosial. Hal ini tubuh, emosi dan jiwa seperti
merupakan salah satu penyebab mengeluarkan desah lega (Wulandari,
timbulnya stressor, terutama bagi 2011). Penerapan kedua metode ini
anak yang menderita jenis penyakit terhadap ADHA diharapkan mampu
HIV/AIDS (Susanti, 2017). Anak mengurangi masalah stress akibat
penderita HIV/AIDS (ADHA) diskriminasi.
cenderung terdampak diskriminasi
METODE DAN ANALISA
sosial dari lingkungan dia tinggal,
termasuk dari keluarga. Diskriminasi
Metode penelitian
sosial yang dialami selalu berulang.
menggunakan quasy eksperiment
Hal ini dikarenakan ADHA
dengan desain penelitian one group
dikucilkan, stigma negatif, serta tak
pre-post test design. Lokasi penelitian
jarang ditelantarkan
di LSM Abdi Asih. Lama waktu
(Setyowati,2017).
pelaksanaan penelitian keseluruhan
Stress ADHA akibat
adalah 3 bulan. Populasi penelitian ini
diskriminasi sosial membuat perasaan
adalah penderita HIV di kota
ADHA menjadi mudah takut,
Surabaya. Sampel penelitian yaitu
menarik diri dari pergaulan,
anak HIV/AIDS. Metode sampling
munculnya perilaku negatif, sulit
dalam penelitian ini menggunakan
tidur, dll (Danandjadja, 2013). Anak-
purposive sampling. Kriteria Inklusi
anak pada umumnya belum bisa
dalam penelitian ini meliputi 1) anak
memahami dan mengungkapkan apa
HIV/AIDS berusia 6-10 tahun, 2)
yang mereka rasakan. Oleh karena itu
Anak HIV/AIDS yang masih dapat
butuh suatu upaya yang dilakukan
beraktivitas (makan, mandi, bermain,
untuk menanggulangi masalah stress
belajar) 3) Anak HIV/AIDS yang
tersebut. Upaya yang dapat
mengalami stress. Sedangkan kriteria
ditawarkan adalah metode story
ekslusi terdiri dari : 1) Anak
telling dan terapi musik (Arwiyanti,
HIV/AIDS yang tidak bersedia
2012). Berdasarkan hasil penelitian,
dilakukan penelitian, 2) Anak
story telling mampu mengalihkan
HIV/AIDS Stadium 3 dan 4.
perhatian anak (mendistraksi anak)
Penelitian dilakukan 1 minggu
serta mengurangi rasa cemas akibat
3 kali. Lama pertemuan setiap terapi
penyakit (Padila, 2019). Sedangkan
60 menit. Anak dilakukan terapi story
terapi musik membuat anak
telling 20 menit kemudian dilanjutkan
melepaskan emosi terpendam serta

150
diskusi, kemudian dilanjutkan dengan diskriminatif sedang (40%) dan berat
terapi musik 20 menit kemudian (33.3%). Hasil pengambilan data ini
ditutup dengan sesi diskusi. Tehnik menunjukkan bahwa masih banyak
story telling dilakukan memanfaatkan anak yang mengalami diskriminasi
media fabel (buku cerita bergambar akibat pandangan masyarakat terkait
hewan), video online, serta komik. HIV.
Terapi musik menggunakan media Tabel 2 menunjukkan bahwa
musik yang diputar secara online dari terjadi perubahan tingkat stress. Hasil
youtube. Jenis musik yang diberikan uji Wilcoxon menunjukkan nilai
terdiri atas musik klasik, dan musik signifikansi <0.05 yang memiliki
pop anak. Pengukuran tingkat stress makna terdapat perubahan tingkat
anak menggunakan Hamilton Anxiety stress pada anak saat sebelum dan
Questionaire. Hasil pengambilan data sesudah perlakuan. Perubahan
dengan kuesioner kemudian bernilai negatif sebanyak 23 sampel
dibandingkan pre-post nya dan di menunjukkan adanya penurunan
Analisa menggunakan Wilcoxon sign tingkat stress ADHA. Penurunan nilai
rank test. memiliki arti baik setelah dilakukan
terapi meskipun masih ditemukan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN orang anak justru bernilai positif. Hal
ini dikarenakan kemampuan serta
Tabel 1 menunjukkan bahwa keinginan anak selama proses sangat
mayoritas usia anak berada pada usia labil sehingga menyebabkan proses
6 tahun (40%), sedangkan minoritas tidak berjalan maksimal.
berada pada usia 9 tahun (7%). Data
pada tabel 1 juga menunjukkan Gambaran Tingkat Stress Anak
bahwa mayotitas sampel adalah laki- dengan HIV AIDS (ADHA)
laki (70%), untuk status pendidikan sebelum dilakukan terapi
sampel menunjukkan mayoritas kombinasi terapi story telling dan
sampel bersekolah (56.7%) yaitu pada musik
jenjang sekolah dasar dan sekolah Hasil pengambilan data awal
berkebutuhan khusus, dan sampel pada ADHA menunjukkan 46.7%
penelitian mayoritas tinggal bersama stress sedang serta 40% stress berat.
keluarga tidak kandung (76.7%) yang Data ini sesuai dengan Penelitian
terdiri atas keluarga tiri, dan LSM. sebelumnya milik Carter (2012)
Berdasarkan pengambilan data menggambarkan masalah paling
didapatkan bahwa mayoritas anak tinggi dialami oleh penderita
dengan HIV AIDS mengalami HIV/AIDS selama 6 bulan hingga 2

151
tahun pertama yaitu stress yang berpengaruh terhadap aktivitas sosial
berkepanjangan hingga depresi. Stress sehari-hari dikarenakan tekanan
penderita HIV terjadi dikarenakan psikologis, fisik, dan sosial. Untuk
berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan kemampuan
melatarbelakangi, dalam kasus ini penderita HIV dalam menjalani
dikarenakan stigma masyarakat yang aktivitas sehari-hari maka stress yang
memunculkan diskrimasi baik secara dikarenakan tekanan psikologis yang
sengaja maupun tidak disengaja. Hal dialami harus diminimalkan sebaik
ini membuat penderita HIV semakin mungkin sehingga penderita HIV
sukar untuk menerima kondisi dapat beraktivitas dengan lebih baik.
kesehatannya, selain itu juga

Tabel 1. Karakteristik Responden


Kategori Data Jumlah Persentase
Usia
6 Tahun 12 40
7 Tahun 7 23
8 Tahun 6 20
9 Tahun 2 7
10 Tahun 3 10
Total 30 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 21 70
Perempuan 9 30
Total 30 100
Status Pendidikan
Sekolah 17 56.7
Tidak Sekolah 13 43.3
Total 30 100
Status Keluarga
Kandung 7 23.3
Tidak Kandung 23 76.7
Total 30 100
Perlakuan Diskriminatif
Ringan 8 26.7
Sedang 12 40
Berat 10 33.3
Total 30 100

Berdasarkan hasil penelitian adalah fase penting anak dalam


juga didapatkan bahwa 40% anak bersosialisasi dengan lingkungan
stress muncul pada usia 6 tahun. Hal sosialnya. Pada usia ini seorang anak
ini sesuai dengan penelitian Setyowati mulai memiliki keinginan untuk
(2017) yang mengatakan bahwa pada disukai oleh teman-teman sebayanya.
usia 6 tahun (masa awal sekolah) Anak akan mulai mencoba saling

152
mengenal satu sama lain dan saling apabila ada kesalahan stimulus sosial
belajar, anak pada usia ini sangat yang dialaminya.
rentang menghindar dari lingkungan

Table 2. Tingkat stress anak dengan HIV AIDS (ADHA) sebelum dan sesudah
dilakukan terapi kombinasi terapi story telling dan musik
Kategori Pre Post
Nilai % Nilai %
Stress Ringan 4 13.3 15 50
Stress Sedang 14 46.7 11 36.7
Stress Berat 12 40 4 13.3
Total 30 100 30 100
Negatif Rank 26
Ties 3
Positif Rank 1
Sign 2 Tail 0,009

Suryana (2016) juga (kurang dalam kemampuan membaca,


mengatakan bahwa pada tahap usia 6- berhitung, dan mengenal logika
12 tahun adalah fase sensitif anak sederhana). Berdasarkan hal tersebut
mengenal lingkungan sosialnya, pada maka stress yang muncul pada anak
tahap ini anak mencari tau secara usia pembelajaran awal yaitu 6-10
komprehensif tentang apapun yang tahun sebaiknya tidak terjadi
ingin dia ketahui tentang lingkungan dikarenakan anak pada perkembangan
sosialnya. Anak dalam fase ini mudah tahap ini rentan dan sangat mudah
sekali menarik diri apabila terjadi menarik diri dengan lingkungannya
kesalahan saat melakukan pengenalan yang berdampak pada rendahnya
diri dalam lingkungan sosialnya. Fase perkembangan pikir, emosi dan
ini juga merupakan fase belajar awal kemampuan bersosialisasi anak.
dari pembelajaran sosial seorang
anak. Apabila fase ini terganggu akan Gambaran Tingkat Stress Anak
berdampak pada perkembangan anak dengan HIV AIDS (ADHA) setelah
yaitu dari aspek sosial (menarik diri, dilakukan terapi kombinasi terapi
pemalu, sulit berinteraksi dengan story telling dan musik
orang lain, tidak mau berbicara, dan Berdasarkan data setelah
kurang mampu bekerja secara dilakukan terapi yang dilakukan
berkelompok), aspek intelektual didapatkan data bahwa stress
(memiliki nilai rendah dalam mengalami penurunan yang
pelajaran, kurang mampu menjawab signifikan. Penurunan stress terjadi
saat ditanya), maupun kognitif kepada 86,7% (26 orang) sampel

153
penelitian. Setelah dilakukan terapi meningkatkan kemampuan anak
anak yang awalnya sulit diajak berinteraksi dengan seseorang,
bersosialisasi, menarik diri dari storytelling sangat direkomendasikan
lingkungan, bahkan takut bertemu untuk memberikan pendekatan
dengan orang lain menjadi berubah. kepada anak secara perlahan guna
Perubahan ini ditunjukkan dengan “memancing” interaksi anak dengan
lebih percaya diri nya anak saat seseorang secara perlahan. Terapi ini
bertemu orang lain yang ditunjukkan dapat memfasilitasi dan merangsang
dengan kemampuan memulai anak secara tidak langsung untuk
pembicaraan dengan orang lain, berinteraksi dengan orang lain.
kemampuan bernyanyi dan menjawab Penelitian Susanti (2017)
pertanyaan orang, kemampuan menyebutkan storytelling pada anak
menatap lawan bicara, dan bersedia ditentukan dari usia anak dan sikap
keluar rumah untuk bertemu orang anak. Seorang terapis harus paham
lain. berbagai metode storytelling agar
Penelitian Wulandari (2011) anak mau berinteraksi dan memulai
menjelaskan bahwa musik jenis terapi. Seorang terapis tidak boleh
tertentu dapat diterapkan pada anak memberikan model storytelling yang
usia sekolah dasar dalam upaya sama.
membantu anak meningkatkan Pemberian storytelling yang
perasaan senang. Musik berperan dikombinasikan dengan terapi musik
sebagai media mendistraksi anak dalam praktiknya dapat membantu
terhadap segala masalah yang sedang menurunkan stress pada anak dengan
dihadapi anak seperti : saat belajar, menerapkan sesuai rentang usia yang
mengerjakan tugas, ataupun karena tepat agar tindakan terapi efektif dan
faktor pencetus lainnya. Musik untuk efisien. Berdasarkan data juga
anak sekolah dasar sangat bervariasi, didapatkan bahwa ada kegagalan
beberapa contoh yang diberikan terapi saat dilakukan terapi kepada 1
diantaranya : musik klasik, orang sampel dan 3 orang sampel
tradisional, dsb. Pada prinsipnya diantaranya mengalami tingkat stress
haruslah musik yang dapat membantu yang tetap (tidak mengalami
anak terdistraksi dari emosi negatif perubahan). Kegagalan ini
yang dimilikinya. diakibatkan karena sulitnya
Penelitian Padila (2019) menyesuaikan musik dan/atau
menunjukkan bahwa storytelling storytelling yang dibutuhkan
merupakan jenis terapi yang dapat berdasarkan usia dan kepribadian
diberikan pada anak untuk anak dikarenakan kurang menarik

154
bagi anak. Hal ini tergambar saat jenis musik lainnya, atau anak yang
dilakukan penelitian anak sulit terbiasa bermain dengan handphone
berkonsentrasi, anak mudah (HP) lebih mudah dilakukan terapi
terdistraksi saat terapi. Saat terapi storytelling dengan menggunakan
anak mengikuti seluruh terapi akan video dibandingkan harus membaca
tetapi seringkali terdistraksi oleh atau mendengarkan cerita tanpa
lingkungan. Penelitian Ayun (2017) media.
mengatakan bahwa kepribadian anak Hasil perbandingan kombinasi
memang cepat berubah, anak akan musik dan storytelling menunjukkan
cenderung tertarik terhadap suatu hal data keberhasilan yang lebih tinggi
yang baru dan menarik baginya dibandingkan penelitian dengan
karena berdasarkan konsep tumbuh musik atau storytelling saja. Hal ini
kembang anak usia sekolah memiliki ditunjukkan dengan angka
rasa penasaran terhadap hal baru yang keberhasilan yang lebih tinggi yaitu
tinggi. Rasa penasaran ini akan 86.7% dari 30 sampel mengalami
menghilang seiring waktu apabila perubahan. Penelitian Wulandari
anak merasa bosan atau sudah sering (2011) sebelumnya dengan
ditemui. Pelaksanaan terapi musik menggunakan terapi musik kepada 50
dan storytelling pada anak dalam orang didapatkan data 72.5%
penerapannya perlu memperhatikan mengalami perubahan dan Penelitian
lebih faktor-faktor lain yang memicu Padila (2019) tentang penerapan
kegagalan terapi seperti budaya hidup storytelling dengan menonton kartun
anak, kepribadian anak, dan emosi didapatkan data keberhasilan kepada
anak. Seorang anak tidak dapat 30 sampel yaitu 70%. Penelitian
diberlakukan sama dengan anak lain kombinasi musik dan storytelling
karena dibesarkan dalam lingkungan lebih direkomendasikan untuk dapat
keluarga yang berbeda. Homogenitas diterapkan dalam rangka menurunkan
tindakan dalam penelitian anak sulit stress pada anak.
tercapai, oleh karena itu perlu di
perhatikan secara rinci dan cermat KESIMPULAN DAN SARAN
tahap usia perkembangan, dan
Kesimpulan
lingkungan anak dibesarkan. Sebagai
contoh anak yang terlahir dan Kombinasi terapi musik dan
dibesarkan dengan keluarga yang storytelling dapat digunakan sebagai
menyukai dangdut akan lebih mudah alternatif yang lebih baik dalam
dilakukan terapi musik dengan menurunkan stress anak. Storytelling
mendengarkan dangdut dibandingkan membantu mengasah kemampuan

155
serta kemauan anak berinteraksi Jurnal Inovasi Pendidikan
Guru Raudhatul Athfal, 5(1),
dengan orang lain, sedangkan terapi
pp.102-122. Kudus. IAIN.
musik membantu meningkatkan
Danandjaja, J. 2013. Diskriminasi
perasaan nyaman dan bahagia anak. Terhadap Minoritas
Kombinasi ini memberikan tindakan Merupakan Masalah Aktual di
Indonesia Sehingga Perlu
yang lebih banyak dan bervariasi Ditanggulangi Segera.
sehingga anak menjadi lebih tertarik Jakarta: Universitas Indonesia.

saat diterapi yang berdampak pada Djoerban Z, Djauzi. 2009. HIV/AIDS


di Indonesia. Dalam:
kemauan dan kemampuan anak dalam Kementrian Kesehatan
melakukan terapi lebih baik. Republik Indonesia. 2017.
Data dan Informasi Profil
Saran Kesehatan Indonesia 2016.
Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementrian
Untuk penggunaan kombinasi
Kesehatan RI.
terapi ini apabila diterapkan oleh
Padila, P., Agusramon, A. and Yera,
orang tua maupun terapis Kesehatan Y., 2019. Terapi Story Telling
(perawat anak) maka perlu dan Menonton Animasi
Kartun terhadap Ansietas.
diperhatikan bahwa, dalam terapi ini Journal of Telenursing
memerlukan perhatian khusus (JOTING), 1(1), pp.51-66.
Bengkulu. Universitas
terutama usia perkembangan anak, Muhammadiah
lingkungan, dan emosi anak saat Setyowati, N., 2017. Hubungan
diterapkan agar terapi dapat berjalan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Perkembangan Emosi
dengan optimal. Selain itu, Terapi ini Anak Dengan Perkembanagn
perlu keterlibatan orang tua/orang Emosi Anak Pra Sekolah Usia
3-6 Tahun. Jurnal
terdekat pada saat penerapan sebagai Keperawatan, 6(1), pp.5-5.
faktor lingkungan yang membantu Surabaya. STIKes William
Booth
anak lebih percaya diri saat proses
terapi diberikan Suryana, D., 2016. Pendidikan Anak
Usia Dini: Stimulasi & Aspek
Perkembangan Anak. Jakarta.
KEPUSTAKAAN Prenada Media
Arwiyanti, W.T. 2012. Pengaruh Susanti, A., 2017. Pengaruh Story
Storytelling Terhadap Tingkat Telling terhadap Tingkat
Kecemasan pada Anak Usia Kecemasan Anak Prasekolah
Sekolah DI Rumah Sakit yang Menjalani Hospitalisasi
Islam Sultan Agung di RSUP Dr. M. Djamil
Semarang. Semarang. Padang Tahun 2017. JIK
UNISSULA. (JURNAL ILMU
KESEHATAN), 1(1), pp.44-
Ayun, Q., 2017. Pola Asuh Orang
50. Padang. STIKes Alifah
Tua dan Metode Pengasuhan
Dalam Membentuk Wulandari, R., 2011. Pengembangan
Kepribadian Anak. ThufuLA: Lagu untuk Anak Usia 4-6

156
Tahun. Yogyakarta.
Downloaded from staff. uny.
ac. id.

157

Anda mungkin juga menyukai