Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan sebutan untuk penderita

HIV/AIDS potif. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

menyerang sistem imun tubuh yang berfungsi melawan peyakit dan infeksi.

Akibatnya, tubuh rentan terinfeksi bakteri ataupun virus lainnya. Apabila virus

ini terus meningkat maka akan muncul penyakit AIDS (Acquired Immune

Deficiency Syndrome). AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi virus HIV

(Safarino, 2011).

Hasan (2009) Mengungkapkan Bahwa ODHA memiliki tiga tantangan

utama dalam hidupnya. Tantanga pertama, mereka bingung bagaimana mereka

mereka harus memberikan respon atas penyakit mereka yang mengandung

stigma. Tantangan kedua, mereka merasa bahwa waktu mereka yang sangat

terbatas. Tangangan ketiga, mereka berupaya untuk mempertahankan kondisi

fisik dan emosi merekka dengan baik. Untuk menjalani berbagai tantangan ini

maka ODHA perlu menyadari dan menerima diri mereka sebagaimana

adanya.

Apabila individu mampu mecapai tahap penerimaan terhadap status

HIV positif, memungkinkan individu untuk mengembangkan penerimaan

diri yang efektif terkait status HIV pisitif yang dimiliki. Penerimaan Diri

1
2

merupakan kemampuan individu untuk memiliki suatu pandangan positif

mengenai diri yang sebenar-benarnya (Germer, 2009).

HIV terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia,

sejauh ini WHO telah mengklaim lebih dari 39 juta jiwa mengidap HIV.

Pada tahun 2013 1,5 juta orang meninggal karena HIV. Sekitar 35 juta

orang yang hidup dengan HIV pada tahun 2013 secara global. Sub Sahara

Afrika adalah wilayah yang paling terkena dampak, dengan 24,7 juta orang

yang hidup dengan HIV pada tahun 2013. Sub-sahara Afrika menyumbang

hampir 70% dari total infeksi HIV baru (Word Helath Organization, 2014)

Berdasarkan data yang di keluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI

mencatat bahwa sejak pertama kali kasus AIDS ditemukan di Bali pada

tahun 1987 sampai dengan Maret 2017 terus mengalami peningkatan. Data

terakhir menyebutkan jumlah kumulatif penemuan kasus baru HIV pada

Desember 2016 meningkat menjadi 232.323 jiwa atau bertambah 41.250

jiwa dan kasus AIDS menjadi 86.780 jiwa atau bertambah 9.658 jiwa.

Perhitungan terbaru maret 2017 jumlah kasus HIV meningkkat menjadi

242.699 dan kasus AIDS menjadi 87.453. Data tersebut menunjukkan

penyebaran virus ini sangat cepat (Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data yang di keluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI

mencatat angka kejadian HIV/AIDS di Jawa Timur. Data terakhir

menyebutkan jumlah kasus HIV pada tahun 2017 yaitu 8.204 jiwa dan kasus

AIDS yaitu 741 jiwa (Kemenkes RI, 2017).


3

Tabel 1.1 Distribusi jumlah pasien HIV/AIDS 3 tahun terakhir di RSUD


Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.
No Tahun Jumlah Presentase
1 2016 32 0,33%
2 2017 72 0,76%
3 2018 66 0,69%

Sumber: Data Sekunder

Dari data diatas menunjukkan bahwa di tahun 2017 pasien HIV/AIDS

mengalami peningkatan dan pada tahun 2018 mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Syarifah Ambami Rato

Ebu Bangkalan, dari 10 responden di Dapatkan sekitar 6 responden

mengalami penerimaan diri rendah di tunjukkan dengan menyadari

keterbatasan dengan merasa terbebani dan menyalahkan diri sendiri atas

keterbatasan yang dimiliki, menyalahkan diri sendiri atas penyakitnya,

merasa kecewa dengan diri sendiri, seering merasa tidak percaya diri jika

berkumpul dengan orang lain. 2 responden dengan penerimaan diri sedang

di tunjukkan dengan Bertanggung jawab dengan mau menerima kritikan dan

masukan dari orang lain, dan tidak keberatan jika harus meminum ARV

seumur hidup, puas dalam menikmati hidup. Sedangkan 2 responden dengan

penerimaan diri tinggi ditunjukkan dengan menerima sifat kemanusiaan

dengan tidak pernah menunjukkan emosi yang sebenarnya kepada orang

lain, dan tidak mennyalahkan diri sendiri atas keterbatasan yang di miliki.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas dapat disimpulkan bahwa masih

rendahnya penerimaan diri pada pasien HIV/AIDS di RSUD Syarifah

Ambami Rato Ebu Bangkalan.


4

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri diantaranya

ialah usia, pendidikan, keadaan fisik, pola asuh, dukungan sosial, Ekonomi

(Simarmata, 2017). Dampak dari penerimaan diri pada orang dengan

HIV/AIDS yaitu Pengingkaran (denial), Kemarahan (anger), Sikap tawar

menawar (bargaining), Depresi, Penerimaan dan partisipasi (Nursalam &

Ninuk, 2009). Dampak dari stigma dan penolakan lingkungan menyebabkan

individu terisolir, merassa tidak bernilai, malu dan muncul perasaan depresif

(Rodkjaer dkk, 2011).

Penerimaan diri yang tinggi pada ODHA berkaitan dengan dukungan

sosial yang tinggi pula. Dengan Demikian, ODHA yang mendapat

dukungan sosial yang tinggi baik dari keluarga, pasangan, anak, shabat dan

orang lain akan meningkatkan penerimaan diri yang tinggi pada ODHA.

Tersedianya dukungan keluarga dan orang-orang sekitar dalam kehidupan

ODHA inilah yang akan mendorong terwujudya penerimaan diri yang lebih

baik.

Ketika individu telah melakukan penerimaan diri, maka akan dapat

melihat masa depan dengan lebih baik dan bersemangat, namun proses

terhadap penerimaan diri tidak lah mudah. Hal ini lah yang kemudian

membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan Penerimaan

diri dengan tingkat depresi pada ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di

RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.


5

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri:

1. Usia Penerimaan Diri Rendah pada


2. Pendidikan pasien dengan HIV/AIDS di
3. Keadaan fisik RSUD Syarifah Ambami
4. Pola asuh Rato Ebu Bangkalan.
5. Dukungan sosial
6. Ekonomi

Gambar 1.1 Identifikasi masalah (Simarmata, 2017)

1.2.1 Faktor yang mempengaruhi penerimaan diri

a. Usia

Individu yang memiliki usia yang lebih matang tentu akan dapat

menerima dirinya dengan lebih baik dibanding dengan individu lain

yang berusia jauh dibawahnya (Simarmata, 2017).

b. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka dapat mempermudah

seseorang dalam menerima dirinya. Seseorang yang memiliki

pendidikan

yang baik akan memiliki wawasan yang luas dan mudah memahami

suatu hal yang dihadapinya (Permatasari, 2010).

c. Keadaan fisik

Sikap penerimaan diri pada remaja, orang dewasa, dan dewasa yang

lebih tua adalah berbeda. Hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan fisik

yang ada pada dirinya. Individu dewasa yang lebih tua tidak
6

menjadikan keadaan fisiknya sebagai faktor yang terlalu mempengaruhi

mereka dalam sikap menerima terhadap dirinya (Simarmata, 2017).

d. Pola asuh

Pengaruh pola asuh orang tua dapat mempengaruhi proses penerimaan

diri individu. Pola asuh yang bersifat demokratis akan lebih

berpengaruh lebih baik dalam penerimaan diri bagi seseorang

(Simarmata, 2017).

e. Dukungan sosial

Lingkungan sosial yang baik dapat membantu seseorang memiliki sikap

menerima diri. Individu yang dapat dukungan sosial akan mendapat

perlakuan yang baik dan menyenangkan dari lingkungan (Simarmata,

2017).

f. Ekonomi

Status ekonomi yang baik juga dapat menunjang penerimaan diri.

Status ekonomi yang tercukupi menjadikan seseorang merasa

kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Subjek dapat dengan mudah

melakukan berbagai upaya untuk menunjang kesehatannya, terutama

dalam hal pengobatan, baik secara mandiri maupun medis yang

mengeluarkan biaya yang cukup banyak (Permatasari, 2010).

1.3 Batasan Masalah


7

Dilihat dari identifikasi penyebab masalah maka dibatasi pada masalah “

Hubungan Penerimaan Diri dengan Tingkat Depresi pada ODHA (Orang

dengan HIV/AIDS) di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan”.

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana gambaran penerimaan diri pada ODHA di RSUD Syarifah

Ambami Rato Ebu Bangkalan?

1.4.2 Bagaimana kejadian Tingkat Depresi pada ODHA di RSUD Syarifah

Ambami Rato Ebu Bangkalan ?

1.4.3 Apakah ada hubungan antara penerimmaan diri dengan tingkat depresi pada

ODHA di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Menganalisis hubungan penerimaan diri dengan tingkat depresi pada

ODHA (orang dengan HIV/AIDS) di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu

Bangkalan.

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi penerimaan diri pada ODHA di RSUD Syarifah

Ambami Rato Ebu Bangkalan.

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada ODHA di RSUD Syarifah

Ambami Rato Ebu Bangkalan


8

c. Menganalisis ada hubungan antara penerimaan diri dengan tingkat

depresi pada ODHA di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan terutama hubungan

penerimaan diri dengan tingkat depresi pada ODHA (orang dengan

HIV/IADS).

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan

dan acuan di lingkungan pendidikan Program Studi Keperawatan STIKes

Ngudia Husada Madura yang berkaitan dengan Penerimaan Diri dengan

ODHA.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pemahaan

masyaarakat mengenai ODHA sehingga dapat memberikan dukungan

terhadap penerimaan diri pada ODHA.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya


9

Sebagai bahan evaluasi terhadap teori dan sumber tambahan bagi peneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan Penerimaan diri dan tingkat

depresi pada ODHA.

d. Bagi obyek penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan diri dan

dukungan sehingga bisa meminimalkan tingkat depresi pada ODHA di

RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

1.7 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Penulis & Variabel Desain Hasil


Tahun Penelitian
penelitian

1 Hubungan stigma, Lisnawati Depresi, Kuantitatif Ada hubungan


depresi dan Lubis, Sori kualitas dengan antara depresi
kelelahan dengan Muda hidup pendekatan dan kualitas
kualitas hidup Sarumpaet, Cross hidup di pasien
pasien HIV/AIDS Ismayadi, sectional HIV/AIDS di
di klinik veteran Tahun 2016 veteran medan
medan
2 Gambaran Ida Ayu Penerimaan Kuantitatif Terdapat
penerimaan diri Karina Putri diri gambaran
pada perempun bali dan David penerimaan diri
pengidap Hizkia Tobing, pada perempuan
HIV/AIDS Tahun 2016 bali pengidap
HIV/AIDS
3 Efektifitas terapi Dwiana Terapi Kuantitatif Terdapat
kelompok suportif widianti, kelompokm perbedaan yang
ekspresif dan Tahun 2018 penerimaan sngat signifikan
empatic love diri peningkatan
therapy untuk peneriman diri
meningkatkan pada ODHA
penerimaan diri yang diberikan
pada orang dengan terapi kelompok
HIV/AIDS suportif ekspresif
dengan ODHA
yang tidak
mendapat terapi
10

4 Penerimaan diri Fitriatun Penerimaan Kualitatif Penerimaan diri


pada perempuan Khasanah dan diri yang dimiliki
pekerja seks Luh Putu subjek terkait
penderita Shanti K, dengan kondisi
HIV/AIDS Tahun 2015 subjek yang
terinfeksi
HIV/AIDSpada
masing-masing
subjek
dikategorikan
berbeda-beda.
5 Proses Grieving Anna Yunita Penerimaan Kualitatif Terdapat dua
dan penerimaan dan Made Diah diri bentuk
diri pada ibu rumah Lestari, Tahun penerimaan yaitu
tangga berstatus 2017 penerimaan
HIV positif tyang positif dan
tertular melalui penerimaan
suaminya negatif
6 Penerimaan diri Yandi Afandi, Penerimaan Observasi Menerima
pada penderita Tahun 2018 diri dan dirinya dan
HIV/AID di Wawanca yakin bermanfaat
Yogyakarta bagi orang lain

Anda mungkin juga menyukai