Dosen Pengampu:
Suhaimi Fauzan, S. Kep., Ns., M. Kep
Oleh: Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya, penyusun
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip Hidup, Family Centered Care, serta Stigma
pada ODHA” guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Penyelesaian makalah
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun ingin menyampaikan
rasa terimakasih kepada:
1. Herman, S.Kep, Ns., M.Kep. Selaku dosen koordinator mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS yang sudah memberikan tugas ini.
2. Suhaimi Fauzan, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku dosen penguji mata kuliah Keperawatan
HIV/AIDS.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu dalam menyusun tugas mengenai
“Prinsip hidup, Family Centered Care, serta stigma pada ODHA”.
Penyusun juga menyadari bahwa penyusunan makalah ini terbatas dan jauh dari sempurna,
hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna bagi
diri sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penyusun memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Pontianak, September
2020
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. HIV sendiri adalah Human
Immunodefficiency Virus yakni suatu penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami
penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh menjadi sangat rentan dengan berbagai macam
penyakit. Sedangkan AIDS merupakan Acquired Immuno Defficiency Syndrome yakni
tahapan lanjutan setelah seseorang terinfeksi virus HIV. Hingga saat ini banyak masyarakat
yang mengucilkan odha, bukan hanya secara psikis tetapi mental mereka juga terkena
dampaknya karena di kucilkan ditempat tinggalnya dan tidak bisa melakukan aktifitas sehari-
hari dengan normal seperti dulu.
Informasi kasus-kasus seperti itu menghalangi program pencegahan dan perawatan HIV.
Ketiga, Tanggapan (Response). Itu berarti pemajuan dan perlindungan HAM
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi kebijakan nasional dalam menjawabHIV/
AIDS. Kebebasan berbicara, berekspresi, berorganisasi dan hak atas informasi danedukasi
merupakan faktor yang esensial bagi efektifitas program pencegahan danperawatan
HIV/ AIDS. Uraian di atas menunjukkan dengan sangat jelas saling ketertautan antara
pemajuandan perlindungan Ham dengan efektifitas pencegahan dan perawatan ODHA.
Oleh karena itu program perlindungan HAM ODHA sudah seyogyanya menjadi
prioritas kegiatan advokasi organisasi HAM baik pada nasional dan internasional. Sumber
hukum yang mendasari perlindungan Ham ODHA dapat dirujuk pada berbagai
Kovenan Internasional Ham, seperti, Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik, Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Kovenan
Internasional Penghapusan Segala Bentuk Diskrikminasi terhadap Perempuan, Kovenan
Internasional Menentang Penyiksaan, Kovenan Internasional Hak-Hak Anak, Kovenan
Internasional Menentang Diskriminasi Rasial, serta hukum nasional Indonesia seperti, UUD
l945, UU Ham, UU Pengadilan Ham, dan berbagai UU sektoral yang menyentuh hak-hak
masyarakat
Banyak presepsi masyarakat atau orang kebanyakan mengenai cara penularan penyakit
HIV/AIDS yang keliru dan salah diartikan. Virus HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh
ODHA bukan berarti semua jenis cairan tubuh dapat menularkan penyakit ini. Untuk hidup
dengan ODHA dalam kehidupan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari ada baiknya untuk
tidak membedakan peralatan yang akan digunakannya agar ia memiliki peralatannya sendiri.
Pasien HIV dengan orang lain dapat berbagai makanan dan minuman yang sama sehingga
tidak perlu takut untuk tertular virus HIV karena biasanya penyakit ODHA dapat ditekan
dengan pengobatan alternatif HIV AIDS sehingga tidak menular.
Hidup dengan ODHA selama ini selalu digambarkan dengan sebuah kondisi yang sulit
untuk dikendalikan oleh kebanyakan orang namun pada kenyataanya hal ini merupakan cara
yang mudah untuk dilakukan. Hidup dengan ODHA artinya menghilangkan segala batasan
antara pasien dengan orang yang merawatnya, jika hal ini dilakukan dapat membantu pasien
HIV untuk bangkit dari keterpurukan yang dialaminya. AIDS pada ODHA dapat ditekan
apabila tubuh ODHA sehat, dan kesehatan ini secara langsung juga dipengaruhi oleh mental
ODHA.
Oleh karena diskriminasi terhadap ODHA menjadi sumber dari segala bentuk
kesewenangan dan kekerasan yang di alami ODHA, saya perlu mengutip disini
pengertian diskriminasi yang dianut oleh UU HAM sebagai berikut : “Diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsungataupun tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,keyakinan politik,
yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusanpengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalamkehidupan baik individual
maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,sosial, budaya, dan aspek
kehidupan lainnya.” Konsepsi diskriminasi tersebut di atas jauh lebih luas dari konsepsi
diskriminasi yang dianut oleh Kovenan Interrnasional tentang Hak Sipil dan
Politik, Kovenan Internasional Menentang Diskriminasi Rasial, dan Kovenan Internasional
Penghapusan
Pertama, Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dantidak
terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi
peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta
keadilan.
(pasal 2) Kedua, Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang
sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan. Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil
serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum. Setiap orang
berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa
diskriminasi.
(Pasal 3) Ketiga, Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikirandan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan tetap butuh berinteraksi sosial guna mematangkan kisi-kisi sosial kepribadiannya
dalam bermasyarakat. Akan tetapi interaksi Odha dengan yang lain tetap memerlukan ilmu
baik dari sisi medis maupun psikospirit agar interaksi yang berjalan tidak menjadi
interaksiyang negatif terutama bagi Odha sendiri. Odha agar dapat berinterksi kembali di
tengah-tengah kehidupan, kesehatannya harus tetap dijaga, dan ini membutuhkan
perhatian bagi orang-orang yang ada disekitarnya
Stigma terhadap ODHA ini disebabkan oleh adanya sikap dan perilaku negative
seseorang apabila berhadapan dengan ODHA. Stigma muncul karena tidak tahunya
masyrakat tentang informasi HIV yang benar dan lengkap, khususnya dalam mekanisme
penularan HIV, kelompok orang berisiko tertular HIV dan cara pencegahannya termasuk
penggunaan kondom. Stigma merupakan penghalang terbesar dalam pencegahan penularan
dan pengobatan HIV. Selain itu, stigma terhadap ODHA juga menyebabkan orangyang
memiliki gejala atau diduga menderita HIV enggan melakukan tes untuk mengetahui status
HIV karena apabila hasilnya positif, mereka akan ditolak oleh keluarga dan khususnya oleh
pasangan. Munculnya stigma di masyarakat juga merupakan salah satu kendala yang
dihadapi dalam penanggulangan HIV/AIDS. Dalam hidup bermasyarakat, stigma juga
menhalangi ODHA untuk melakukan aktivitas social. ODHA menutup diri dan cenderung
tidak bersedia melakukan interaksi dengan keluarga, teman, dan tetangga. Hal ini disebabkan
karena Sebagian masyarakat beranggapan bahwa orang dengan HIV positif adalah orang
berlaku tidak baik seperti perempuan pekerja seksual, pengguna narkoba, dan homoseksual.
Phillisp LA menyebutkan bahwa sejarah HIV-AIDS Yang identic dengan kelompok yang
terdiskriminasi seperti kelompok homoseksual dan pencandu narkoba menyebabkan
mungculnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Stigma muncul karena melihat HIV-
AIDS dapat terjadi pada kelompok yang memiliki perilaku berbeda dengan masyarakat
kebanyakan.
Stigma merupakan atribut, prilaku, atau reputasi social yang mendiskreditkan dengan
cara tertentu. Menurut Corrigan & kleinlein stigma memiliki dua pemahaman sudut pandang,
yaitu stigma masyarakat dan stigma pada diri sendiri (self stigma). Stigma masyarakat terjadi
ketika masyarakat umum setuju dengan stereotype buruk seseorang (misal, penyakit mental,
pecandu, dll) dan self stigma adalah konsekuensi dari orang yang distigmakan menerapkan
stigma untuk diri mereka sendiri.
Diskriminasi terjadi karena keluarga merasa takut tertular infeksi virus HIV. Bentuk
diskriminasi seperti barang-barang yang dipisahkan penggunanya, barang yang disentuh
ODHA langsung dibersihkan, dan dikucikan dengan tidak membolehkan anak-anak bermain
bersama ODHA. Selain dari keluarga, stigma juga didapatkan dari teman atau tetangga yang
dimana ODHA tersebut menerima berbentuk diskriminasi dan intimidasi (bullying).
Diskriminasi tidak hanya pada saat ODHA masih hidup, tetapi juga pada saat sudah
meninggal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. HIV sendiri adalah Human
Immunodefficiency Virus yakni suatu penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami
penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh menjadi sangat rentan dengan berbagai macam
penyakit. Sedangkan AIDS merupakan Acquired Immuno Defficiency Syndrome yakni
tahapan lanjutan setelah seseorang terinfeksi virus HIV. Hidup dengan ODHA selama ini
selalu digambarkan dengan sebuah kondisi yang sulit untuk dikendalikan oleh kebanyakan
orang namun pada kenyataanya hal ini merupakan cara yang mudah untuk dilakukan. Hidup
dengan ODHA artinya menghilangkan segala batasan antara pasien dengan orang yang
merawatnya, jika hal ini dilakukan dapat membantu pasien HIV untuk bangkit dari
keterpurukan yang dialaminya.
Adapun elemen-elemen yang terdapat pada Family Centered Care yakni, Perawat
menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan pasien, sementara
sistem sistem layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi, Memfasilitassi
Kerjasama antara keluarga dan perawat di semua tingkat pelayanan kesehatan merawat anak
secara individual, Menghormati Keanekaragaman ras, etnis budaya dan social ekonomi
dalam keluarga, Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan
perbedaan mekanisme koping dalam keluarga, Memberikan imformasi yang lengkap dan
jelas kepada orangtua, Mendorong dan mempasilitasi keluarga untuk saling mendukung,
Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak,
remaja dan keluarga mereka ke dalam system perawatan kesehatan, Menerapkan kebijakan
yang komprehensif dan program-program yang memebrikan dukungan emosional dan
keuangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Merancang sistem perawatan kesehatan yang
fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsive terhadap kebutuhan keluarga
teridentifikasi. Adapun stigma yang didapatkan oleh ODHA adalah dengan adanya
diskriminasi dari pihak keluarga maupun masyarakat, hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan akan HIV/AIDS.
3.2 Saran
Diharapkan untuk pihak pemerintah atau rumah sakit mengadakan sosialisasi mengenai
ap aitu HIV/AIDS, bahaya dari HIV/AIDS dan lain sebagainya, mengingat bahwa masih
banyak masyarakat yang kurang mengetahui akan penyakit tersebut. Hal ini untuk
menghindari adanya diskriminasi atau sikap bullying terhadap ODHA.
DAFTAR PUSTAKA
Fiane de Fretes. 2012. Hubungan Family Centered care dengan efek hospitalisais pada anak di
Ruang Dahlian Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Artikel Skripsi. Fakultas
Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana.
Handayani S, Ardani I. Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebagai hambatan
encarian pengobatan: Studi Kasus pada Pecandu Narkoba Suntik di Jakarta. Buletin
Penelitian Kesehatan. 2017;44(2):81-8
Philips LA. Stigma and Substance Use Disorders: Research, Implications, and Potentiall
Solutions. Journal of Drug Addiction, education, and eradication. 2011;7(2):91.
Rino Vanchapo Antonius., Mendes Kiik, Stefanus., Nuwa Saleh, Muhammad. 2019. Penanganan
Terhadap Stigma Masyarakat tentang Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Komunitas.
Jurnal Penelitian Kesehatan Syara Forikes. Volume 10 Nomor 1, Januari 2019.
Zahroh Shaluhiyah, Syamsulhuda Budi Musthofa, Bagoes Widjanarko. 2015. Stigma Masyarakat
terhadap Orang dengan HIV/AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 9,
No. 4, Mei 2015.