Anda di halaman 1dari 17

Tujuan Intruksional

1. Mengetahui Prinsip Hidup dengan ODHA , Family centered pada ODHA


dan Stigma pada ODHA
1.1 Menjelaskan pengertian ODHA
1.2 Menjelaskan prinsip hidup dengan ODHA
1.3 Menjelaskan pemberdayaan ODHA
1.4 Menjelaskan family centered pada ODHA
1.5 Menjelaskan stigma pada ODHA dan upaya menanggulangi
stigma pada ODHA

Learning Outcome
Mampu mengetahui dan memahami Prinsip hidup dengan ODHA, Family
centered pada ODHA dan Stigma pada ODHA

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidup dengan ODHA selama ini selalu digambarkan dengan sebuah


kondisi yang sulit untuk dikendalikan oleh kebanyakan orang namun pada
kenyataanya hal ini merupakan cara yang mudah untuk dilakukan. Hidup
dengan ODHA artinya menghilangkan segala batasan antara pasien dengan
orang yang merawatnya, jika hal ini dilakukan dapat membantu pasien HIV
untuk bangkit dari keterpurukan yang dialaminya. AIDS pada ODHA dapat
ditekan apabila tubuh ODHA sehat, dan kesehatan ini secara langsung juga
dipengaruhi oleh mental ODHA.

Terus terang saja, Odha memang menarik. Odha direndahkan tapi


diminati karena adagunanya. Orang mencibir padanya, tetapi tetap berusaha
mengintip.Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) maupun
status AIDS (AquirredImmunodeficiency Syndrome) dapat menimbulkan
dampak yang kompleks terhadapaspek bio-psikososial seorang Odha
(Orang yang hidup Dengan HIV/AIDS). Tidakhanya akan mengalami
gejala-gejala klinis berupa penyakit semata, tetapi juga berbagaipermasalahan
psikis dan sosial.Odha memiliki kehidupannya sendiri yang tentu saja tidak
dapat dihentikan hanyadengan alasan penyakit mematikan yang dideritanya.
Apapun yang terjadi, ODHA tentutetap butuh berinteraksi sosial guna
mematangkan kisi-kisi sosial kepribadiannya dalambermasyarakat. Akan
tetapi interaksi Odha dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baikdari sisi
medis maupun psikospirit agar interaksi yang berjalan tidak menjadi
interaksiyang negatif terutama bagi Odha sendiri.Odha agar dapat

2
berinterksi kembali di tengah-tengah kehidupan, kesehatannyaharus tetap
dijaga, dan ini membutuhkan perhatian bagi orang-orang yang
adadisekitarnya.

Adanya perhatian yang seksama dari orang-orang terdekat,


sekitarnya,sekaligus tenaga medis akan membantu munculnya motivasi dari
Odha sendiri untuk sembuh. Bagaimanapun juga mengetahui diri
terinfeksi HIV/AIDS bukan hal yangmudah. Kecemasan tentu
membayangi. Akan tetapi dengan adanya orang-orang disekitarnya
yang memahami penyakit sekaligus penanganannya menjadi tanda bagi
Odhabahwa masih banyak yang peduli.Faktanya, stigma terhadap Odha telah
menjadi sumber ketakutan bagi sebagianmasyarakat. Acapkali muncul
berbagai perdebatan yang mempertentangkan antarakepentingan
masyarakat umum dengan Odha. Akibatnya, hak-hak Odha
dalamkehidupan sehari-hari sering terabaikan. Alasan yang sering digunakan
adalah demimenyelamatkan masyarakat, tetapi apabila dikaji kembali
ternyata hanya karenapemahaman yang salah dari mitos-mitos negatif
tentang Odha. Seperti mitos bahwa AIDS merupakan suatu penyakit
yang sangat mematikan, berbahaya, belum dapatdisembuhkan, tidak
ada obatnya, mudah menular dan tidak dapat dicegah. Dengan adanya
hal-hal di atas ini penulis mencoba meneliti bagaiman hubungan antara
tingkatpengetahuan dengan sikap masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/
AIDS (ODHA).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ODHA ?


2. Apa yang dimaksud dengan prinsip hidup dengan ODHA ?
3. Bagaimana pemberdayaan ODHA ?
4. Bagaimana dengan family centered pada ODHA ?
5. Bagaimana dengan stigma pada ODHA dan upaya menanggulangi
stigma pada ODHA ?

3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ODHA
2. Untuk mengetahui prinsip hidup dengan ODHA
3. Untuk mengetahui pemberdayaan ODHA
4. Untuk dengan family centered pada ODHA
5. Untuk mengetahui stigma pada ODHA dan upaya menanggulangi
stigma pada ODHA

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. HIV


sendiri adalah Human Immunodefficiency Virus yakni suatu penyakit yang
menyebabkan penderitanya mengalami penurunan daya tahan tubuh,
sehingga tubuh menjadi sangat rentan dengan berbagai macam penyakit.
Sedangkan AIDS merupakan Acquired Immuno Defficiency Syndrome
yakni tahapan lanjutan setelah seseorang terinfeksi virus HIV. Hingga saat
ini banyak masyarakat yang mengucilkan odha, bukan hanya secara psikis
tetapi mental mereka juga terkena dampaknya karena di kucilkan ditempat
tinggalnya dan tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari dengan normal
seperti dulu.

Informasi. Kasus-kasus seperti itu menghalangi program pencegahan


dan perawatan HIV. Ketiga, Tanggapan (Response). Itu berarti
pemajuan dan perlindungan Hammenciptakan lingkungan yang
mendukung bagi kebijakan nasional dalam menjawabHIV/ AIDS.
Kebebasan berbicara, berekspresi, berorganisasi dan hak atas informasi
danedukasi merupakan faktor yang esensial bagi efektifitas
program pencegahan danperawatan HIV/ AIDS. Uraian di atas
menunjukkan dengan sangat jelas saling ketertautan antara pemajuandan
perlindungan Ham dengan efektifitas pencegahan dan perawatan
ODHA. Olehkarena itu program perlindungan Ham ODHA sudah
seyogyanya menjadi prioritaskegiatan advokasi organisasi Ham baik pada
for a nasional dan internasional. Sumberhukum yang mendasari
perlinduungan Ham ODHA dapat dirujuk pada berbagaiKovenan
Internasional Ham, seperti, Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil

5
danPolitik, Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya, KovenanInternasional Penghapusan Segala Bentuk Diskrikminasi
terhadap Perempuan, KovenanInternasional Menentang Penyiksaan,
Kovenan Internasional Hak-Hak Anak, KovenanInternasional Menentang
Diskriminasi Rasial, serta hukum nasional Indonesia seperti,UUD l945, UU
Ham, UU Pengadilan Ham, dan berbagai UU sektoral yang menyentuh hak-
hak masyarakat

Banyak presepsi masyarakat atau orang kebanyakan mengenai cara


penularan penyakit HIV/AIDS yang keliru dan salah diartikan. Virus HIV
dapat ditularkan melalui cairan tubuh ODHA bukan berarti semua jenis
cairan tubuh dapat menularkan penyakit ini. Untuk hidup dengan ODHA
dalam kehidupan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari ada baiknya
untuk tidak membedakan peralatan yang akan digunakannya agar ia
memiliki peralatannya sendiri. Pasien HIV dengan orang lain dapat berbagai
makanan dan minuman yang sama sehingga tidak perlu takut untuk tertular
virus HIV karena biasanya penyakit ODHA dapat ditekan dengan
pengobatan alternatif HIV AIDS sehingga tidak menular.

2.2 Prinsip Hidup Bersama ODHA

Hidup dengan ODHA selama ini selalu digambarkan dengan sebuah


kondisi yang sulit untuk dikendalikan oleh kebanyakan orang namun pada
kenyataanya hal ini merupakan cara yang mudah untuk dilakukan. Hidup
dengan ODHA artinya menghilangkan segala batasan antara pasien dengan
orang yang merawatnya, jika hal ini dilakukan dapat membantu pasien HIV
untuk bangkit dari keterpurukan yang dialaminya. AIDS pada ODHA dapat
ditekan apabila tubuh ODHA sehat, dan kesehatan ini secara langsung juga
dipengaruhi oleh mental ODHA.

Oleh karena diskriminasi terhadap ODHA menjadi sumber dari segala


bentuk kesewenangan dan kekerasan yang di alami ODHA, saya
perlu mengutip disinipengertian diskriminasi yang dianut oleh UU HAM

6
sebagai berikut : “Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau
pengucilan yang langsungataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras,etnik, kelompok, golongan, status
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,keyakinan politik,
yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau
penghapusanpengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia
dan kebebasan dasar dalamkehidupan baik individual maupun kolektif
dalam bidang politik, ekonomi, hukum,sosial, budaya, dan aspek
kehidupan lainnya.” Konsepsi diskriminasi tersebut di atas jauh lebih luas
dari konsepsi diskriminasiyang dianut oleh Kovenan Interrnasional
tentang Hak Sipil dan Politik, KovenanInternasional Menentang
Diskriminasi Rasial, dan Kovenan Internasional Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Diskriminasi


terhadap ODHAmerupakan diskriminasi terhadap kelompok yang
tidak dibenarkan oleh UU Ham.Berkenaan dengan pemajuan dan
perlindungan Ham, termasuk tentunya ODHA kitaperlu mengenali asas-asas
dasar UU Ham sebagai berikut : Pertama, Negara Republik Indonesia
mengakui dan menjunjung tinggi hak asasimanusia dankebebasan dasar
manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dantidak terpisahkan
dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan
demipeningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan
kecerdasan sertakeadilan. (pasal 2) Kedua, Setiap orang dilahirkan bebas
dengan harkat dan martabat manusia yangsama dan sederajat serta
dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat,berbangsa, dan
bernegara dalam semangat persaudaraan.Setiap orang berhak
ataspengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang
adil serta mendapatkepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan
hukum. Setiap orang berhak atasperlindungan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.(Pasal 3) Ketiga, Hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikirandan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagaipribadi dan tetap butuh berinteraksi sosial guna mematangkan kisi-

7
kisi sosial kepribadiannya dalambermasyarakat. Akan tetapi interaksi Odha
dengan yang lain tetap memerlukan ilmu baik dari sisi medis maupun
psikospirit agar interaksi yang berjalan tidak menjadi interaksiyang negatif
terutama bagi Odha sendiri.Odha agar dapat berinterksi kembali di
tengah-tengah kehidupan, kesehatannyaharus tetap dijaga, dan ini
membutuhkan perhatian bagi orang-orang yang ada disekitarnya.

Prinsip Hidup Dengan ODHA Saat Di Rumah tidak menguncilkan


ODHA dalam ruangan tertutup, ODHA atau pasien HIV yang mana ada
kemungkinan besar telah mengindap penyakit AIDS pada tubuhnya ada
kalanya dikunci dalam ruangan tertutup karean anggota keluarga yang takut
untuk tertular atau ditulari penyakit yang sedang dialami ODHA. Namun
perlu diketahui bahwa cara yang dilakuan ini tidak akan pernah
menyelesaikan masalah atau menyembuhkan penyakit yang dialami oleh
anggota keluarga yang sedang menderita penyakit HIV/AIDS dan justru
akan berdampak sebaliknya yang mana tubuh pasien mengalami penurun
kesehatan yang drastis. Membiarkan anggota keluarga yang merupakan
pasien HIV untuk tetap dapat bergerak bebas dalam rumah ataupun
bersosialiasi dengan anggota keluarga lainnya akan membantu
meningkatkan kepercayaan diri pasien. Anggota keluarga juga ada baiknya
tidak memandang aneh pasien serta menganggap pasien berbeda dengan
yang lainnya. ODHA di dalam tubuh nya hanya memiliki virus HIV yang
melemahkan daya tahan tubuhnya sehingga terkadang dapat menimbulkan
dampak AIDS terhadap kehidupan sosial yang dimilikinya. Mengajak
ODHA untuk lebih terbuka. Ada kalanya ODHA akan merasa bahwa
dirinya berbeda dengan orang lain disekitarnya akibat penyakit yang
dialaminya, hal ini jika dibiarkan lama kelamaan akan membuat ODHA
menjadi pribadi yang tertutp dan sulit untuk didekati. Jika melihat situasi ini
ODHA sebenarnya membutuhkan seorang atau tempat yang mana dapat ia
percayai untuk mencurahkan isi hati dan pemikirannya. ODHA yang dalam
kehidupan sehari-harinya mengalami tekanan batin akibat banyak hal dan
pemikiran yang dipendamnya sendiri lama kelamaan akan membuat
kesehatan mentalnya menjadi terganggu.

8
2.3 Pemberdayaan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)

Terkait dengan upaya pemberdayaan Odha, secara umum kegiatan yang


dilakukanoleh LSM antara lain

1. KIE/Kampanye ( poster, stiker, talkshow, media massa, dsb )

2. Konseling

3. Advokasi

4. Pelatihan

5. Diskusi rutin

6. Klinik

Program penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia saat ini, telah


dilakukan oleh beberapa pihak, baik dari sektor pemerintah, swasta maupun
LSM. Upaya tersebut masih perlu diimbangi dengan beberapa hal berikut
ini, yaitu penguatan perspektif kebijakan kesehatan dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia masih perlu untuk dilakukan,
upaya untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan ilmu yang sesuai dengan
upaya penanggulangan HIV dan AIDS masih tetap perlu untuk dilakukan,
karena hal ini telah terbukti mampu membantu menginisiasi,
mengembangkan serta mengevaluasi pelaksanaan program penanggulangan
HIV dan AIDS. Pemanfaatan pengetahuan bagi semua pihak perlu untuk
ditingkatkan, untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat. Untuk
menjawab beberapa tantangan tersebut dan untuk mengelola pengetahuan
secara sistematis, Tim Kebijakan HIV dan AIDS PKMK FK UGM
mengembangkan manajemen pengetahuan kebijakan AIDS, yang di
dalamnya terdapat forum-forum diskusi yang berusaha untuk melibatkan
semua pihak yang terlibat dalam penanggulangan HV dan AIDS. Forum
diskusi ini disebut dengan Community of Practice. Forum ini diharapkan
dapat menjadi satu bentuk manajemen pengetahuan untuk mendorong

9
terbentuknya kebijakan dan program penanggulangan HIV dan AIDS yang
lebih baik.

2.4 Family Centerd pada ODHA


Pengaruh motivasi dan dukungan keluarga untuk terapi ARV pada
ODHA, penelitian menunjukkan bahwa prosentase terbesar responden
memiliki mo-tivasi tinggi sebesar 68,2%. Berdasarkan uji statistik !sher’s
exact diperoleh nilai p= 0,007 (p<0,05) dengan taraf kepercayaan 95% me-
nunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya adanya hubungan yang signi!kan
antara moti-vasi minum obat dengan kepatuhan terapi ARV. Hal ini sejalan
dengan Menurut Azwar (2001) motivasi adalah dorongan untuk melakukan
hal yang positif bagi dirinya dan orang lain. Motivasi adalah penggerak
tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan
yang dapat timbul dari dalam individu tersebut, atau dapat diperoleh dari
luar dan orang lain/keluarga. Aspek-aspek motivasi meliputi memiliki sikap
positif, berorientasi pada pencapaian suatu tujuan dan kekuatan yang
mendorong pasien. Motivasi sangat diper-lukan dalam menjalankan
kepatuhan terapi ARV, tanpa adanya motivasi terapi ARV tidak dapat
dilanjutkan (Nursalam dan Ninuk, 2007).

Hal ini sejalan dengan dukungan dari anggota keluarga dan teman
terdekat merupakan salah satu dukungan yang sangat diperlukan terhadap
pelaksanaan terapi ARV dan berpengaruh besar bagi ODHA untuk memacu
semangat hidupnya. Menurut Nursalam dan Ninuk (2007), beberapa pen-
dapat mengatakan bahwa dukungan sosial terutama dalam konteks
hubungan yang akrab atau kualitas hubungan perkawinan dan keluarga
merupakan sumber dukungan yang pa-ling penting. Dengan adanya
dukungan keluarga diharapkan keluarga penderita HIV/AIDS memahami
masalah HIV/AIDS, memberikan perhatian keparawatan bagi anggota yang
menderita HIV/AIDS. Intervensi melalui terapi ARV secara rutin dan terus
menerus sangat diperlukan oleh ODHA, karena itu diperlukan bantuan
keluarga dan orang-orang terdekat untuk membantu mengingatkan penderita
dalam mengkonsumsi obat pada jam yang tetap setiap hari, membawa obat

10
saat bepergian, dan me-rencanakan kapan mendapatkan obat selanjutnya
setelah persediaan obat telah habis (In-fokes, 2007).

2.5 Stigma pada ODHA


Stigma pada ODHA adalah sebuah penilaian negatif yang diberikan
oleh masyarakatkarena dianggap bahwa penyakit HIV-AIDS yang diderita
sebagai akibat perilaku yang merugikan diri sendiri dan berbeda dengan
penyakit akibat virus lain. Ditambah lagi kondisi ini diperparah karena
hampir sebagian besar kasus penularan HIV pada ODHA disebabkan karena
aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan.

Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa orang-orang dengan infeksi


HIV (HIV positif)menerima perlakuan yang tidak adil (diskriminasi) dan
stigma karena penyakit yang dideritanya.Stigma pada ODHA melekat kuat
karena masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai moral,agama dan
budaya atau adat istiadat bangsa timur (Indonesia) di mana masyarakatnya
belum/tidak membenarkan adanya hubungan di luar nikah dan seks dengan
berganti-ganti pasangan,sehingga jika virus ini menginfeksi seseorang maka
dianggap sebagai sebuah balasan akbibat perilakunya yang merugikan diri
sendiri. Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap ODHAsebagai sosok
yang menakutkan. Maka dari itu mencibir, menjauhi serta menyingkirkan
ODHAadalah sebuah hal biasa karena menjadi sumber penularan bagi
anggota kelompok masyarakatlainnya. Justifikasi seperti inilah yang keliru
atau salah karena bisa saja masyarakat tidakmengerti bahwa penuluaran
virus HIV itu tidak hanya melalui hubungan seksual akibat "membeli sex"
tetapi ada banyak korban ODHA yang tertular akibat penyebab lain seperti
jarumsuntik, transfusi darah ataupun pada bayi-bayi yang tidak berdosa
karena ibunya adalah ODHA.

Stigma dari lingkungan sosial dapat menghambat proses pencegahan


dan pengobatan.Penderita akan cemas terhadap diskriminasi dan sehingga
tidak mau melakukan tes. ODHAdapat juga menerima perlakuan yang tidak
semestinya, sehingga menolak untuk membuka statusmereka terhadap
pasangan atau mengubah perilaku mereka untuk menghindari reaksi negatif.

11
Mereka jadi tidak mencari pengobatan dan dukungan, juga tidak
berpartisipasi untuk mengurangi penyebaran. Reaksi ini dapat menghambat
usaha untuk mengintervensi HIV & AIDS.

Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan


diskriminasi..Diskriminasi yaitu penghilangan kesempatan untuk ODHA
seperti ditolak bekerja, penolakandalam pelayanan kesehatan bahkan
perlakuan yang berbeda pada ODHA oleh petugas kesehatan.Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andrewin et al. (2008) di
Belize,diketahui bahwa petugas kesehatan (dokter dan perawat) mempunyai
stigma dan melakukan diskriminasi pada ODHA. Tidak hanya itu
diskriminasi yang dialami orang ODHA bisa datangdari berbagai kelompok
masyarakat mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat
tinggal,lingkungan kerja, lingkungan sekolah, serta lingkungan komunitas
lainnya.Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA biasanya berupa sikap
sinis, perasaan ketakutanyang berlebihan dan persepsi negatif tentang
ODHA dapat mempengaruhi dan menurunkankualitas hidup ODHA.

Stigma dan diskriminasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan


dan persepsi. Stigma dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan yang dila
kukan oleh petugas kesehatan menjadi sala satu kendala kualitas pemberian
pelayanan kesehatan kepada ODHA yang pada akhirnya dapat menurunkan
derajat kesehatan ODHA.

Satu upaya dalam menanggulangi adanya diskriminasi terhadap


ODHA adalah meningkatkan pemahaman tentang HIV & AIDS di
masyarakat, khususnya di kalangan petugaskesehatan, dan terutama
pelatihan tentang perawatan. Pemahaman tentang HIV & AIDS
padagilirannya akan disusul dengan perubahan sikap dan cara pandang
masyarakat terhadap HIV &AIDS dan ODHA, sehingga akhirnya dapat
mengurangi tindakan diskriminasi terhadap ODHA.

Berdasarkan data dari Badan Narkotika dan HIV-AIDS


Sulawsi Delatan terdapat 5 langkah untuk mengeliminasi stigma dan

12
diskriminasi masyarakat terhadap ODHA, yang harusdilakukan oleh para
penggiat HIV-AIDS antara lain :

1. Melakukan sosialisasi tentang patofisiologi HIV-AIDS yang benar


kepada masyarakat.
2. Melakukan simulasi hubungan sosial atau terapi kerja dengan ODHA
sehingga dapatmenghapuskan fobia pada masyarakat pada ODHA
dalam interaksi sosial.
3. Berhenti melakukan eksploitasi ODHA yang dapat menimbulkan "
negativ feedback"oleh masyarakat terhadap ODHA. dapat saja dari
simpati berubah menjadi antipati
4. Melakukan upaya-upaya advokasi terhadap instansi/lembaga
pemerintah dan swastadalam hal penegakan hukum terhadap hak-hak
dasar (HAM) ODHA.
5. Memberikan bantuan hukum terhadap semua bentuk diskriminasi
terhadap ODHA yang menyebabkan HAM ODHA tersalimi.

Semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli akan HIV dan AIDS
maka AIDS akan bisa dihentikan melalui penghapusan stigma dan
menghentikan diskriminasi dengan memulainya dari diri kita sendiri.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

ODHA merupakan seseorang yang seharusnya kita tolong dan kita


beri bimbingan menuju jalan yang lebih baik, dengan cara merangkul bukan
mengucilkan. Karena sebenarnya semakin kita mengucilkan mereka,
semakin kecil pula harapan hidup mereka. Mereka sebenarnya masih
memiliki potensi jika kita mau membantu bangkit. Selangkah bagi kita
bagaikan seribu langkah bagi mereka tidak ada kata terlambat untuk
membantu, mengucilkan bukanlah sebuah solusi, jauhi penyakitnya bukan
orangnya. Adanya perhatian yang seksama dari orang-orang terdekat,
sekitarnya,sekaligus tenaga medis akan membantu munculnya motivasi dari
Odha sendiri untuk sembuh. Bagaimanapun juga mengetahui diri
terinfeksi HIV/AIDS bukan hal yang mudah. Kecemasan tentu
membayangi. Akan tetapi dengan adanya orang-orang disekitarnya
yang memahami penyakit sekaligus penanganannya menjadi tanda bagi
Odhabahwa masih banyak yang peduli.

3.2 Saran

Diharapkan masyarakat mulai berangsur memahami dan mampu


memberi solusi yang baik selain menyalahkan dan membunuh secara
perlahan, terutama kita yang berkecimpung dalam dunia kesehatan sudah
seharusnya memberi edukasi bagi masyarakat maupun bagi penderita
ODHA sendiri guna kehidupan mendatang yang lebih baik.

14
EVALUASI

1. Apa saja pilar dalam pencegahan positif pada penderita HIV AIDS?
a. Menurunkan mutu hidup ODHA
b. Meningkatkan mutu hidup ODHA, Menjaga diri untuk tidak tertular
HIV maupun infeksi lain dari orang lain, Menjaga diri untuk tidak
menularkan HIV kepada orang lain
c. Tidak menjaga diri untuk menularkan HIV
d. Menularkan HIV ke orang lain
e. Tidak menjaga kesehatan
Jawaban : B

2. UNAIDS menegaskan bahwa keterlibatan yang lebih besar dan bermakna


dari ODHA di semua aspek dalam respons HIV akan mengarah pada
kebijakan dan layanan yang dapat diterima dan dapat dijangkau oleh
masyarakat yang mereka ingin jangkau. Keterlibatan yang bermakna ini
mencakup apa saja ?
a. Pengembangan kebijakan dan pengambilan keputusan, desain
program, implementasi, monitoring dan evaluasi
b. Monitoring dan evaluasi
c. Mengembangan kebijakan dan evaluasi
d. Desain progam dan monitoring
e. Pengambilan keputusan
Jawaban : A

3. Bagaimana caranya menghilangkan stigma buruk masyarakat terhadap ODHA?


a. Melakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS

15
b. Memberikan pengobatan pada ODHA
c. Memberikan tempat/ komunitor bagi ODHA
d. Memberikan kesempatan bagi ODHA untuk bermasyarakat
e. Tidak memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS
Jawaban : A

4. Salah satu upaya bemberdayaan ODHA yang dilakukan oleh LSM


adalah…
a. Berkerja
b. Pengobatan
c. Pelatihan
d. Rehabilitasi (pemerintah)
e. Penyuluhan
Jawaban : C

5. Resiko terinfeksi HIV/AIDS antara lain dapat melalui hal-hal berikut


yaitu…
a. Gaya hidup seks bebas
b. Pemakaian baju bersama penderita
c. Mencuci tangan bersama penderita hiv/aids
d. Berbicara bersama penderita hiv/aids
e. Terkena sentuhan tangan penderita
Jawaban : A

16
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam & Dian Nunuk. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV AIDS. Jakarta : Salemba Medika
Handono. 2008. Aids Dan penanggulangannya. Jakarta : Departemen Kesehatan
Indonesia
www.kebijakanindonesia.prinsiphidupodha.com
https://id.scribd.prinsip-hidup-dengan-odha.com
https://spritia.or.id.files.hidup-dengan-hiv-aids-prinsip.com
https://tirti.id.stigma-kebijakan-deskriminasi-terhadap-ODHA-upaya.com
https://scribd.family-cetered-dengan-ODHA.com

17

Anda mungkin juga menyukai