Anda di halaman 1dari 10

Perspektif islam mengenai HIV AIDS

Disusunoleh :

Y0GA AJI PRAYOGA

(010118A153)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Penyakit AIDS sangat ditakuti masyarakat, bukanlah merupakan penyakit “kutukan Tuhan” sebagaimana
pandangan sebagian masyarakat. Melainkan penyakit biasa sebagaimana penyakit-penyakit lainnya
penyakit HIV/AIDS ditakuti oleh masyarakat karena penyakit tersebut belum ada obatnya. Penyakit
tersebut muncul dikarenakan perbuatan manusia yang melanggar terhadap syari’at yang telah ditetapkan.

Sejak ditemukannya pertama kali di Bali pada tahun 1987, jumlah kasus HIV & AIDS di Indonesia
cenderung terus meningkat. HIV bukan saja pada kalangan penjaja seks, jarum suntik dan gay, tetapi juga
pada bayi, remaja, perempuan dan laki-laki yang taat pada agama, petugas kesehatan, dan orang-orang
pada umumnya. Orang dengan HIV & AIDS sering dikategorikan sebagai orang yang mendapatkan virus
HIV karena perbuatan yang secara moral tidak benar. Mereka sering mendapatkan stigma sebagai
pembuat dosa karena kutukan Tuhan. Mereka juga sangat rentan terhadap diskriminasi, karena masih
adanya ketidaktahuan bahwa HIV & AIDS tersebut dapat menular karena kontak sehari-hari seperti
berjabat tangan atau bergantian tempat duduk. Hal ini mengakibatkan mereka sering diasingkan.
Penyebab utama dari stigma dan diskriminasi ini adalah karena masyarakat tidak menerima informasi
yang benar tentang HIV & AIDS baik dari sudut pandang agama, kesehatan, maupun non agama.

Fiqh HIV & AIDS merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi stigma dan diskriminasi melalui
pendekatan agama. Diharapkan dapat digunakan oleh para aktivis sosial sebagai dasar teologis untuk
memerangi penyebaran HIV & AIDS. Para pembaca diharapkan dapat memahami HIV & AIDS dari
perspektif Islam. Juga dapat meningkatkan kepedulian dalam penanggulangan HIV & AIDS.
1.2.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pengertian HIV/AIDS ?

2. Bagaimana Pandangan Agama islam Terhadap HIV/AIDS ?

3. Bagaimana Solusi Pencegahan AIDS dalam Islam?

1.3.Tujuan Penulis

1. Untuk Mengetahui Pengertian HIV/AIDS.

2. Untuk Mengetahui Pandangan Islam Terhadap HIV/AIDS.

3. Untuk Mengetahui Sulusi dalam islam terhadap AIDS.

4. Sebagai Tugas Mata Pelajaran PJOK.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian HIV/AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya didapat bukan keturunan.
Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan, dan Syndrome yakni kumpulan gejala
penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan
atau merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).

AIDS disebabkan salah satu kelompok virus yang disebuat dengan retroviruses yang sering
disebut dengan HIV. Seseorang yang terkena atau terinfeksi HIV AIDS sistem kekebalan tubuhnya akan
menurun drastic. Virus AIDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan T-lymphocytes.
Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap sehat dalam beberapa
tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena serangan demam yang berulang.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin hanya sebatas mencegah
penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier selama hidupnya,

firman Allah SWT. yang artinya:

“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan, ketakutan,…dan
berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar.” (Al-Baqarah:155)

2.2.Pandangan Islam Terhadap HIV/AIDS

Agama Islam mendambakan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup lahir dan batin
bagi seluruh umat manusia. Semua itu akan dapat diraih dan dinikmati oleh manusia, jika mereka
memelihara hubungan yang baik dengan Allah, yaitu mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya.
Salah satu faktor yang berkaitan dan paling mendasar yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia
ialah kesehatan.

Sehat bukan hanya bebas dari sakit dan cacat sata, tetapi mempunyai arti yang luas dan dalam,
yaitu rohani, sosial dan lingkungan. Dengan kesehatan manusia dapat melakukan segala aktivitasnya.
Allah menurunkan berbagai macam penyakit dan setiap penyakit itu ada obatnya, kecuali maut salah satu
penyakit yang menakutkan bagi manusia ialah AIDS.

ِ ْ‫َّاع َوهُ َو ْال َمو‬


‫ت‬ ِ ‫ لَ ْم يَقُوْ ُل دَا َء اَالَّ اَ ْنزَ َل هللاُ لَهُ َو أَ َعلِ َمةُ ِم ْن َعلِ َم ِة َوجْ هَلَهُ ِم ْن َج ِهلَ ٍة اِالَّ الس‬:‫اِ َّن هللاَ تَ َعالَى‬
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan berbagai macam penyakit dengan berbagai macam obatnya pula,
baik yang sudah diketahui manusia maupun yang belum diketahui. Semua penyakit ada batnya, kecuali
penyakit maut.”

Salah satu motif dasar dalam kehidupan manusia ialah motif biologis. Hubungan seksual yang mengantar
untuk mencintai lawan jenis dan mengadakan hubungan kelamin dengannya. Islam memberikan tuntunan
tentang penyaluran motif biologis, penyaluran yang erat kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan dan
kebahagiaan manusia.

Secara biologis laki-laki dan perempuan saling membutuhkan. Agama Islam, perkawinan sebagai satu-
satunya bentuk hidup berpasangan antara laki-laki dan perempuan.

Perkawinan merupakan peristiwa yang mengandung nilai luhur bagi manusia dan perkawinan
menghalalkan hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan.

Kata AIDS tidaklah asing ditelinga kita, baik dari kalangan masyarakat kecil sampai masyarakat
elit. AIDS adalah virus ganas dan mematikan yang belum ada obat untuk penyembuhannya sampai
sekarang ini sehingga AIDS sangat mengancam kehidupan di dunia. Penularan AIDS sangat sederhana,
bisa melalui luka, jarum suntik, serta sex bebas, menyeramkan bukan?? Hal-hal di atas adalah pandangan
AIDS secara umum, bagaimanakah pandangan agama terhadap virus ini??

AIDS adalah suatu penyakit akibat perbuatan yang dibenci ALLAH SWT, AIDS sendiri tidak ada
hukum pasti, hanya saja perbuata seperti prilaku seks bebas yang menyimpang seperti Homo atau lesbian,
yang sering mendatangkan virus ini, hukumnya haram. Tidak mengeherankan lagi AIDS telah menjadi
berita yang menggemparkan seluruh dunia, selain Karen obat yang menyebuhkan belum ada, tetapi juga
penyebaran virus ini terjadi sangat cepat perihal seks bebas yang menyimpang terus dilakukan oleh
masyarakat.

Di beberapa Negara pernikahan sesama jenis tidak lagi di anggap tabu, bahkan mereka
memperkuat pernikahan tersebut dengan adanya undang-undang yang mengesahkan pernikahan sejenis di
Negara mereka. Lain halnya di Indonesia, pernikahan sejenis memang tidak sesuai dengan hukum di
Indonesia dan tak ada yang mengesahkannya, tetapi perilaku seks bebas yang tidak terikat hukum pun
menjadi marak di kalangan masyarakat kita, baik lawan jenis maupun sesame jenis, hal ini tercermin pada
masa Nabi Luth As, yang sesuai pada firman ALLAH SWT:

“Dan(kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan
perbuatan keji?”, sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama laki-laki bukan kepada
perempuan. Kemu merupakan kaum yang melampaui batas. “usir mereka (Luth dan pengikutnya) dari
negeri ini. kemudian kami selamatkan dan pengikutnya kecuali istrinya. Dan kami hujani mereka dengan
hujan batu.” (surah al-A’raf ayat:80-84)
“sebenarnya ALLAH telah memperlihatkan bekas-bekas tentang peristiwa kejadian sebagai contoh
teladan bagi mereka yang suka memikirkan. Karena kaum Luth adalah orang yang bergelimang dengan
kejahatan dan kemungkaran. Mereka suka melakukan perbuatan yang keji yaitu laki-laki kawin dengan
laki-laki dan mereka tidak suka kawin dengan perempuan. Sehingga ALLAH melaknat kaum tersebut
dengan menghancurkan negeri tersebut. Negeri tersebut dihancurkan dikarenakan perbuatan kaum Luth
itu” firman ALLAH dalam AL-Qur’an

Lagi diberi tanda pada sisi tuhan engkau. Tiadalah siksa itu terjadi kecuali untuk orang yang aniaya.
(surah Hud ayat:83)

Seperti Firman ALLAH, dapat kita ambil kesimpulan bahwa AIDS pun terjadi karena ulah manusia
sendiri, tetapi bagaimanapun ALLAH tidak akan memutus rahmatnya kepada hambanya yang mau
bertaubat, begitu indahnya Islam ketika kita mau mengikuti jalan yang benar.

Dengan adanya penyakit AIDS kita sebaga hambanya diingatkan untuk selalu memikirkan apa
yang akan kita lakukan, Bertaubatlah hai hamba ALLAH, karena ALLAH tidak menurunkan suatu
penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit satu (pikun) Islam memberikan tuntunan
dalam pengobatan HIV /AIDS secara fisik, psikis dan sosial. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya,
walaupun masih dalam tahap vaksin bukan obat penyembuh hanya penghamabat, untuk melambatkan
virus tersebut, teknologi saat ini yaitu ARU (Anti Retro Viral) dan secara psikis melalui kesabaran,
taubat, tagarrubilallah(dzikirullah dan berdo’a). sedangkan secara sosial melalui penerimaan dan
dukungan penuh yaitu dari masyarakat terutama keluarganya.

Jadi, jelaslah bahwa Islam telah mengatur semuanya dalam AL-Qur’an sebagai petunjuk agar kita
tetap selalu dijalan ALLAH SWT. Karena telah banyak kejadian dan peristiwa yang di kisahkan oleh AL-
Qur’an lewat nabi-nai dan rasul-rasul ALLAH. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang sholeh.

Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya didapat bukan keturunan.
Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan, dan Syndromeyakni kumpulan gejala
penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan
atau merusak system kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).

Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin hanya sebatas mencegah
penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier selama hidupnya, firman
Allah s.w.t. yang berbunyi:

“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan, ketakutan,…dan
berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar.” (Al-Baqarah:155)

2.3.Solusi Pencegahan AIDS Dalam Islam

Solusi tuntas permasalahan HIV/AIDS sebenarnya sudah ada dalam Islam. Solusi tersebut terbagi
menjadi dua penanganan yaitu upaya preventif dan kuratif. Upaya preventif adalah upaya pencegahan
sebelum masalah semakin besar. Tindakan preventif dilakukan dengan menghilangkan segala bentuk
praktek yang mendukung free seks seperti industri porno, media perangsang, klub-klub malam, prostitusi,
penggunaan narkoba dan tempat maksiat lainnya.
Dari sisi pelaku, Islam telah memiliki aturan yang tegas. Pintu-pintu perzinaan harus ditutup
rapat-rapat. Islam telah mengharamkan perzinahan dan seks bebas dalam surat Al Isra’ (17): 32. Islam
juga melarang jalan menuju perzinahan yaitu dengan melarang pria dan wanita berkhalwat. Tidak hanya
berduaan, memandang lawan jenis dengan syahwat pun dilarang. Islam pun melarang pria dan wanita
menampakkan auratnya, melarang wanita berpakaian yang memancing perhatian lawan jenis. Dari sisi
objek seksual, Islam tegas melarang produksi, konsumsi dan distribusi barang dan jasa yang bisa merusak
masyarakat, seperti pornografi dan pornoaksi. Karena semuanya ini bisa mengantarkan pada perbuatan
zina. Sebagaimana kaidah ushul yang menyatakan, “Sarana yang bisa mengantarkan pada keharaman,
maka hukumnya haram.”

Sedangkan upaya kuratif yang pertama adalah upaya untuk menyembuhkan penderita penyakit
HIV/AIDS yang tertular bukan karena maksiat. Negara wajib menyediakan layanan kesehatan. Mulai
dari perawatan, obat-obatan hingga layanan pengobatan. Khilafah juga akan melakukan riset dengan
serius untuk menemukan obat yang bisa menanggulangi virus HIV-AIDS ini. Karena penyakit AIDS
menular maka para penderitanya harus dikarantina agar tidak menyebar kepada orang yang sehat.
Tentunya tindakan ini harus dilakukan dengan cara yang manusiawi.

Upaya kuratif yang kedua adalah dengan memberikan sanksi yang tegas pada pelaku maksiat.
Islam tidak membedakan para pelaku maksiat yang terkena penyakit atau tidak. Sekali berbuat maksiat
maka ia adalah pelaku maksiat. Bagi yang belum menikah dikenai hukuman cambuk. Untuk yang sudah
menikah dikenai hukuman rajam sampai mati. Maslahat dari penerapan seluruh ketentuan dan hukum ini
adalah terbebasnya masyarakat dari perilaku seks yang tidak sehat. Tidak hanya itu, prilaku seks yang
menjadi sumber penyakit HIV/AIDS pun benar-benar telah ditutup rapat. Jika pelaku zina di-rajam
sampai mati, maka salah satu sumber penyebaran penyakit AIDS ini pun dengan sendirinya bisa
dihilangkan.

Oleh karena itu Indonesia yang bebas adalah HIV/AIDS adalah sangat mungkin. Hanya saja
masalahnya, Indonesia belum bisa menerapkan hukum-hukum Islam secara keseluruhan. Jika Indonesia
mengganti sistem negaranya menjadi Islam maka semua tindakan preventif dan kuratif akan mudah
dilakukan oleh negara. Sudah saatnya Indonesia menerapkan sistem Islam yang menyejahterakan dan
menyelamatkan rakyatnya dari epidemi HIV/AIDS yang menakutkan.
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

AIDS, dan bank sperma adalah masalah umum yang terjadi di masyarakat. Fenomena ini tidak sesuai
dengan kajian Islam. Islam mengharamkan perbuatan ini. AIDS terjadi karena free sex. Virus HIV dan
penyebaran AIDS merupakan adzab Allah atas perbuatan keji atau kezaliman yang dilakukan manusia.
Dalam agama ditegaskan dampak setiap adzab Allah tidak khususmenimpa pelaku kezaliman saja,tetapi
akan turun secara menyeluruh dapat juga menimpai orang yang bertakwa dan pentingnya memelihara
kesehatan jasmani dan rohani dan disertai dengan adanya rambu-rambu agama dalam kehidupan yang
sudah dibuat agar kita bisa mematuhinya,dan tidak terjebak dalam kehidupan yang sesat naudzubillah
suma naudzubillah.Semoga kita tergolong orang-orang yang bersyukur dan beriman takwa.

3.2.Saran

1. Jangan melakukan hubungan seksual di luar nikah

2. Menghindari hubungan seksual dengan tuna susila

3. Menghindari hubungan seksual dengan orang dengan orang yang mempunyai pasangan seksual
banyak

4. Menghindari hubungan seksual dengan mereka yang mempunyai resiko tinggi menularkan Aids

5. Menggunakan kondom saat sedang melakukan hubungan seksual


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ida Bagus Mantra, MPH., 1993, pedoman penyuluhan AIDS menurut Agama Islam, departemen
kesehatan RI, Jakarta

Departemen Agama RI, “Al-Qur an dan terjemahanya”.Bandung :CV penerbit J-ART, 2005

Anda mungkin juga menyukai