Anda di halaman 1dari 16

AB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kata AIDS tidaklah asing ditelinga kita, baik dari kalangan
masyarakat kecil sampai masyarakat elit. AIDS adalah penyakit ganas dan
mematikan yang belum ada obat untuk penyembuhannya sampai sekarang
ini sehingga AIDS sangat mengancam kehidupan di dunia. Penularan
AIDS sangat sederhana, bisa melalui luka, jarum suntik, serta sex bebas,
menyeramkan bukan?? Hal-hal di atas adalah pandangan AIDS secara
umum, bagaimanakah pandangan agama terhadap virus ini??
AIDS adalah suatu penyakit akibat dari perbuatan yang dibenci
Allah SWT, AIDS sendiri tidak ada hukum pasti, hanya saja
perbuatan seperti prilaku seks bebas yang menyimpang seperti homo atau
lesbian, yang sering mendatangkan virus ini, hukumnya haram. Tidak
mengherankan lagi AIDS telah menjadi berita yang menggemparkan
seluruh dunia, selain karena obat yang belum ada, tetapi juga penyebaran
virus HIV terjadi sangat cepat perihal seks bebas yang menyimpang terus
dilakukan oleh masyarakat.
Di beberapa Negara pernikahan sesama jenis tidak lagi di anggap
tabu, bahkan mereka memperkuat pernikahan tersebut dengan adanya
undang-undang yang mengesahkan pernikahan sejenis di Negara mereka.
Lain halnya di Indonesia, pernikahan sejenis memang tidak sesuai dengan
hukum di Indonesia dan tak ada yang mengesahkannya, tetapi perilaku
seks bebas yang tidak terikat hukum pun menjadi marak di kalangan
masyarakat kita, baik lawan jenis maupun sesama jenis, hal ini tercermin
pada masa Nabi Luth As, yang sesuai pada firman Allah SWT:
“Dan(kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya,
“Mengapa kamu melakukan perbuatan keji?”, sungguh, kamu telah
melampiaskan syahwatmu kepada sesama laki-laki bukan kepada
perempuan. Kamu merupakan kaum yang melampaui batas. “usir mereka
(Luth dan pengikutnya) dari negeri ini. kemudian kami selamatkan dan
pengikutnya kecuali istrinya. Dan kami hujani mereka dengan hujan
batu.” (surah al-A’raf ayat:80-84)
“Sebenarnya Allah telah memperlihatkan bekas-bekas tentang peristiwa
kejadian sebagai contoh teladan bagi mereka yang suka memikirkan.
Karena kaum Luth adalah orang yang bergelimang dengan kejahatan dan
kemungkaran. Mereka suka melakukan perbuatan yang keji yaitu laki-laki
kawin dengan laki-laki dan mereka tidak suka kawin dengan perempuan.
Sehingga Allah melaknat kaum tersebut dengan menghancurkan negeri
tersebut. Negeri tersebut dihancurkan dikarenakan perbuatan kaum Luth
itu” firman Allah dalam Al-Qur’an
Lagi diberi tanda pada sisi tuhan engkau. Tiadalah siksa itu terjadi
kecuali untuk orang yang aniaya. (surah Hud ayat:83)

Seperti Firman Allah, dapat kita ambil kesimpulan bahwa AIDS pun
terjadi karena ulah manusia sendiri, tetapi bagaimanapun Allah tidak akan
memutus rahmatnya kepada hambanya yang mau bertaubat, begitu
indahnya Islam ketika kita mau mengikuti jalan yang benar.
Dengan adanya penyakit AIDS, kita sebagai hambanya diingatkan
untuk selalu memikirkan apa yang akan kita lakukan, “Bertaubatlah hai
hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit satu (pikun)”. Islam
memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV /AIDS secara fisik, psikis
dan sosial. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya, walaupun masih
dalam tahap vaksin bukan obat penyembuh hanya penghambat, untuk
melambatkan virus tersebut, teknologi saat ini yaitu ARU (Anti Retro
Viral) dan secara psikis melalui kesabaran, taubat,
tagarrubilallah (dzikirullah dan berdo’a). Sedangkan secara sosial melalui
penerimaan dan dukungan penuh yaitu dari masyarakat terutama
keluarganya.
Jadi, jelaslah bahwa Islam telah mengatur semuanya dalam AL-
Qur’an sebagai petunjuk agar kita tetap selalu dijalan Allah SWT. Karena
telah banyak kejadian dan peristiwa yang di kisahkan oleh AL-Qur’an
lewat Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah. Semoga kita termasuk golongan
orang-orang yang sholeh. Aammiinn...
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bahaya dari penyakit AIDS baik secara umum maupun agama
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan AIDS
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum AIDS menurut Negara dan islam
3. Untuk mengetahui manfaat dan madharat dari AIDS
4. Untuk mengetahui cara penularan AIDS
1.3. Manfaat
1. Mengetahui yang dimaksud dengan AIDS
2. Mengetahui tinjauan hukum AIDS menurut islam
3. Mengetahui manfaat dan madharat dari AIDS
4. Mengetahui cara penularan AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
1. Secara Umum
AIDS adalah virus ganas dan mematikan yang belum ada obat untuk
penyembuhannya sampai sekarang ini sehingga AIDS sangat mengancam
kehidupan di dunia. Penularan AIDS sangat sederhana, bisa melalui luka,
jarum suntik, serta sex bebas.
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara
harfiah Acquired artinya didapat bukan keturunan. Immune artinya sistem
kekebalan. Deficiency adalah kekurangan, dan Syndrome yakni kumpulan
gejala penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS merupakan
kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau merusak system
kekebalan tubuh manusia melalui HIV (Human Immune Virus).
2. Menurut Pandangan Islam
AIDS adalah suatu penyakit akibat perbuatan yang dibenci Allah SWT, AIDS sendiri
tidak ada hukum pasti, hanya saja perbuata seperti prilaku seks bebas yang menyimpang
seperti Homo atau lesbian, yang sering mendatangkan virus ini, hukumnya haram.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV (mungkin hanya sebatas
mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier
selama hidupnya, firman Allah SWT yang berbunyi:
“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
kelaparan, ketakutan,…dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang
sabar.” (Al-Baqarah:155)
2.2. Tinjauan AIDS Menurut Hukum Islam
Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an :

" Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia
itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Yunus: 44).
Penyakit HIV-AIDS yang sangat ditakuti oleh masyarakat, bukanlah merupakan
penyakit "Kutukan Tuhan" sebagaimana pandangan sebagaian masyarakat. Melainkan
penyakit biasa sebagaimana penyakit-penyakit lainnya.
Penyakit HIV-AIDS diatas lebih banyak di takuti oleh masyarakat karena hingga saat
ini penyakit tersebut belum ada obatnya. Penyakit tersebut muncul dikarenakan perbuatan
manusia yang melanggar terhadap syari'ah yang telah di tetapkan.

2.3. Perilaku Masyarakat dan Hubungannya dengan AIDS


Berbagai data menjelaskan bahwa akselerasi jumlah penderita
HIV/AIDS dikarenakan tingginya prevalensi penyakit kelamin atau IMS
(Infeksi Menular Seksual) pada waria dan tuna susila. Penyakit kelamin
mempermudah penularan HIV/AIDS.
Berbagai riset menyatakan bahwa pengetahuan remaja yang minim
tentang HIV/AIDS dan interpretasi yang salah tentang masalah seksual
merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya HIV/AIDS.

2.4. Titik Pandang Islam dalam Masalah HIV/AIDS


Masalah HIV/AIDS sebenarnya bukan sekadar masalah kesehatan (medis), namun juga
masalah perilaku. Sebab telah terbukti penyebab terbesar penularan HIV/AIDS adalah
perilaku seks bebas, yaitu zina dan homoseksual. (Ali As-Salus, Mausu‘ah Al-Qadhaya al-
Fiqhiyah al-Muashirah, hal. 705). Islam memandang HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan,
karena penyakit AIDS memang berbahaya (dharar) lantaran menyebabkan lumpuhnya
sistem kekebalan tubuh. Berbagai penyakit akan mudah menjangkiti penderitanya yang
ujung-ujungnya adalah kematian. Padahal Islam adalah agama yang melarang terjadinya
bahaya (dharar) pada umat manusia. Rasulullah SAW bersabda,"Tidak boleh menimpakan
bahaya pada diri sendiri dan juga bahaya bagi orang lain dalam Islam (laa dharara wa laa
dhiraara fi al-islam)." (HR Ibnu Majah no 2340, Ahmad 1/133; hadits sahih). Namun Islam
juga memandang HIV/AIDS sebagai masalah perilaku, karena HIV/AIDS pada sebagian
besar kasusnya berawal dan tersebar melalui perilaku seks bebas yang menyimpang, seperti
lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender. Semua perilaku ini adalah perbuatan kotor dan
tercela dalam pandangan Islam. Semuanya adalah tindakan kriminal yang layak mendapat
hukuman yang tegas. (Imam Al-Ajiri, Dzamm Al-Liwath, Kairo: Maktabah Al-Qur`an, 1990,
hal. 22; Mahran Nuri, Fahisyah al-Liwath, hal. 2; Abdurrahman Al-Maliki, Nizham Al-
Uqubat, hal. 18-20).
Solusi Islam ini jelas berbeda berbeda dengan solusi model sekular-liberal selama ini.
Solusi ini hanya memandang HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, bukan masalah
perilaku. Maka solusinya hanya terkait dengan persoalan kesehatan semata, misalnya
kondomisasi, pembagian jarum suntik steril, kampanye bahaya AIDS, dan yang semisalnya.
Sedang perilaku seks bebas seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan transgender dianggap
tidak ada masalah, tidak perlu dihukum, dan dianggap tak ada hubungannya dengan
penanggulangan HIV/AIDS. Jelas solusi ini adalah solusi yang dangkal dan bodoh.
Dikatakan "dangkal" karena solusi yang ada berarti hanya menyentuh fenomena permukaan
yang nampak secara empiris. Tidak menyentuh persoalan yang lebih mendalam dan hakiki,
yaitu persoalan nilai-nilai kehidupan (morality) dan gaya hidup (life style) yang
terekspresikan lewat seks bebas.
Dan dikatakan "bodoh" karena solusi tersebut berarti memerosotkan derajat manusia
setara dengan binatang. Karena perilaku yang jelas-jelas bejat seperti lesbianisme, gay,
biseksual, dan transgender dianggap legal dan sah-sah saja dilakukan. Padahal semua
perilaku sampah itu hakikatnya adalah mempertuhankan hawa nafsu dan membunuh akal
sehat. Bukankah ini suatu kebodohan? Firman Allah SWT (artinya) : "Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah
kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan
mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (daripada binatang ternak itu). (QS Al-
Furqaan : 43-44).
2.5. Manfaat dan Madhorot
1. Manfaat AIDS
Sebagai petunjuk agar kita tetap selalu dijalan ALLAH SWT
2. Madharat AIDS
a. Merusak generasi penerus bangsa
b. Merusak diri, moral dan agama
c. Menjauhkan dari masyarakat
d. Menyebabkan kematian

2.6. Penyebab dan Penularannya


Kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersumber
pada doctrine of permissiveness yang kemudian melahirkan permissive society, hal tersebut
tercermin pada pola dan gaya hidup semisal;
1. Perdagangan seks
2. Pengesahan perkawinan sesama jenis
3. Pameran seks
4. Pornografi
5. Legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, dan seterusnya.
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya penyakit HIV-AIDS. Diantaranya
adalah :
1. Penyalahgunaan Narkoba dengan menggunakan jarum suntik
Secara tekstual di dalam Al-Qur'an tidak sebutkan akan dilarangnya penggunaan narkoba.
Namun secara kontekstual, baik Al-Qur'an maupun Hadits telah menyebutkan bahwa
Narkoba itu hukumnya adalah haram. Sebagaimana Ayat dan Hadits di bawah ini:

‫يسالونك عن الخمروالميسرقل فيهمااثم كبيرومنافع للناس‬


‫واعهمااكبرمن نفعهما‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan
narkoba lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba tidak
hanya membuat orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang menyalahgunakan
menjadi mati. Melihat bahanya narkoba melebihi khamr, maka narkoba hukumnya adalah
haram.

‫كل مسكرخمروكل مسكرحرام‬

“Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu haram.” (HR.
Abdullah Ibnu Umar)

Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat syaraf yang
menyalahgunakan menjadi error. Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-
jauhnya. Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan agar
sesuatu yang dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu
supaya dijauhi. Sebagaimana firman Allah :

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban


untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan “(QS.
Al-maidah: 90).
Selain itu Khamr dan judi adalah haram, sebagaimana firman Allah sebagai berikut :

“Mereka bertanya kepadamu tentanng khamr dan judi. Katakanlah: pada keduuanya itu
terdapat dosa besar dann beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya”.(QS. Al-Baqarah:219)
Laknat Allah terhadap Khamr terdapat dalam firman Allah sebagai berikut :
‫ يامحمد ان هللا لعن الخمر وعاصيرها‬: ‫اتانيي جبريل فقال‬
‫ومعتصرها وشاربها والمحمول اليه وبائعها ومبتاعها وساقيها‬

Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ hai Muhammad, Allah melaknat minuman
keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima penyimpanannya, orang
yang menjualnya, orang yang membelina, orang yang menyuguhkannya dan orang-orang
yang mau disuguhi”. (Riwayat Ahmad bin Hambal ibnu Abbas)

2. Hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau heteroseksual)


Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan salah satu dari
kebiasaan pada sebagaian masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih
eksisnya beberapa tempat pelacuran di Negara kita yang mayoritas
penduduknya memeluk agama Islam.
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, merupakan
salah satu negara yang memiliki tempat pelacuran terbesar jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya. Ini adalah merupakan
prestasi yang memalukan bagi umat Islam.

Islam telah melarang mendekati perbuatan di atas, sebagaimana


firmannya:

”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah


suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. ( QS. Al-Isra’:
32).

”Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan


pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu
hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barang siapa yang memaksa
mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu)”. ( QS. An-
Nur: 33).

“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara


kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (terj.
Qs: An-Nuur; 30).
Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan dalam satu tempat tanpa kehadiran seorang mahram. Nabi
SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki (pergi) berduaan dengan
seorang wanita, maka setan menjadi orang ketiganya di sana.” Dalam
Islam, campur baur bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya
keperluan dan kepentingan syar’i adalah terlarang. Islam memandang seks
bebas sebagai sebuah malapetaka besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji, baik yang nampak
diantaranya maupun yang tersembunyi….” (terj. QS :Al-An’am; 151).
Dari ayat di atas, Allah swt menjelaskan kepada hambanya, bahwa
segala bentuk perbuatan mendekati kepada zina (main perempuan)
pelacuran dan seterusnya itu dilarang. Sebagai akibat dari perbuatan di atas
adalah munculnya penyakit HIV-AIDS yang hingga sekarang belum
ditemukan obatnya.
3. Seks bebas/ tidak sehat
Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan salah satu dari kebiasaan pada
sebagaian masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran di
Negara kita yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, merupakan salah satu negara
yang memiliki tempat pelacuran terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lainnya. Ini adalah merupakan prestasi yang memalukan bagi umat Islam.
4. Musibah
Penyakit HIV-AIDS selain ditimbulkan oleh mereka yang melanggar syari'ah agama
( menyalahgunakan narkoba dengan menggunakan jarum suntik dan seks yang tidak sehat)
juga bisa karena factor ketidak sengajaan. Misalnya: Istri yang baik-baik (shalihah) bisa
terkena HIV jika bergaul dengan suaminya yang suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV,
atau seorang petugas kesehatan yang menggunakan jarum suntik bekas digunakan menyuntik
seseorang yang terinfeksi HIV. Dan masih banyak factor lainnya. Oleh karena itu jalan yang
paling baik untuk mencegah tertularnya penyakit HIV-AIDS yang sangat menakutkan
tersebut adalah dengan menjahui perbuatan zina dan tidak menggunaan narkoba.
5. Transfusi darah yang mengadung HIV
6. Alat suntik bekas pengidap HIV; tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi,
dan lain-lain
7. Dari ibu hamil kepada janinnya.
Misalnya: Istri yang baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika bergaul
dengan suaminya yang suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV.

Sebelumnya virus AIDS tidak mudah menular virus influensa. Kita tidak usak terlalu
mengucilkan atau menjauhi penderita AIDS, karena AIDS tidak akan menular dengan cara –
cara seperti di bawah ini :
1. Hidup serumah dengan penderita AIDS (asal tidak mengadakan hubungan seksual).
2. Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita AIDS.
4. Makan dan minum.
5. Gigitan nyamuk dan serangga lain.
6. Sama-sama berenang di kolam renang
Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan
antara lain:
1. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara
yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular.
Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak
akan menyebabkan seseorang tertular.
2. Memakai milik penderita
Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja
penderita HIV/AIDS tidak akan menular.
3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.
4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

2.7. Gejala Klinis


Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum
terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi) :
1. Gejala mayor :
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor :
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008),
gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,
ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi,
penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi
seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening
(sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS.

2.8. Pencegahan
1. Secara Umum
Memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi melalui ceramah
agama, khotbah, pengajian, seminar, lokakarya, dan lain-lain. Firman Allah s.w.t.:
“serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah
pula dengan cara yang baik….” (An-Nahl:25)
2. Secara Khusus
Memperkenalkan metode A, B, C, dan D, yakni:
a. Abstain → bagi remaja dan belum menikah
b. Be faithful → setia terhadap pasangan
c. Condom → selalu menggunakan kondom
d. Drugs → tidak menggunakan alat suntik bekas pengidap HIV/AIDS.

2.9. Tawaran Solusi Islam penanganan HIV/AIDS


Dalam pandangan Islam penyebaran HIV/AIDS sudah tergolong bahaya umum (al-
Dharar al-'Am) yang dapat mengancam siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur, dan
profesi. Mengingat tingkat bahaya HIV/AIDS tersebut maka wajib bagi semua pihak untuk
mengikhitiarkan pencegahan dengan berbagai cara yang mungkin dilaksanakan secara
perorangan maupun bersama, baik dari sudut agama, budaya, sosial maupun kesehatan.
Namun sangat disayangkan adanya kebijakan yang dilematis dan kontradiksi dengan
ajaran Islam dalam metode penanggulangan HIV/AIDS oleh Kemenkes RI, utamanya
kebijakan kondomisasi dan upaya sosialisasinya.
Program penanggulangan HIV/AIDS melalui sosialisasi pemakaian kondom kepada
kepada masyarakat termasuk pelajar dan mahasiswa, secara tidak langsung maupun tidak
langsung mengajarkan kepada masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa, bahwa melakukan
seks di luar pernikahan itu “legal asal menggunakan kondom. Padahal, program bagi-bagi
kondom gratis akan berpotensi memicu perilaku seks bebas yang kontraproduktif,
kondomisasi berarti liberalisasi perzinahan yang akan mendatangkan murka Allah, dan
membuat hidup tidak barokah. Penggunaan kondom aman tidaklah benar. Kondom (yang
terbuat dari bahan latex) terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak
meregang, sedangkan bila dalam keadaan meregang lebarnya pori-pori tersebut mencapai 10
kali. Sementara kecilnya virus HIV berdiameter 1/250 mikron. Dengan demikian jelas bahwa
virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom.(Laporan Konferensi AIDS
Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand,1995).
Sudah seharusnya, upaya penanggulangan HIV/AIDS akibat seks bebas di luar
pernikahan dapat dilakukan melalui revolusi sistem dan strategi pendidikan, yaitu dengan
memasukkan pendekatan aqidah, moral (akhlaq) dan seluruh pokok pokok keyakinan agama
sesuai al qur’an dan as sunnahbi fahmis shohabah di dalam kurikulum dan pembelajaran di
semua mata pelajaran secara komprehensif. Sehingga keagungan Allah akan merasuk di
dalam jiwa generasi penerus bangsa ini. Dari hasil revolusi system dan strategi pendidikan
tersebut diharapkan masyarakat mau meninggalkan perbuatan seks bebas di luar pernikahan,
tidak hanya karena takut akibat virus HIV/AIDS akan tetapi mereka menjauhinya karena
takut kepada Allah dan adzabNya di dunia dan akkhirat. Penanggulangan HIV/AIDS juga
dapat dilakukan dalam bentuk penggecaran sosialisasi tentang bahaya seks sebelum
menikah, seks bebas atau bergonta ganti pasangan seksual, pelacuran, pornografi, narkoba,
bahaya perilaku Lesbi Gay Biseksual Transgender (LGBT) melalui media massa maupun
media audio visual, yang semua itu dilakukan dengan harapan dapat menghindarkan
masyarakat dari resiko dan bahaya penularan virus HIV/AIDS.
HIV/AIDS harus ditanggulangi bukan hanya dengan mencegah dan mengobati
HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, melainkan harus disertai pula dengan upaya
menghapuskan segala perilaku menyimpang, seperti lesbianisme, gay, biseksual, dan
transgender (LGBT).
Selain kedua hal di atas, langkah yang semestinya diambil oleh pemerintah Indonesia
adalah dengan menerapkan syari’ah Islam dalam menindak tegas dan memberikan keputusan
hukum bagi para pelaku zina utamanya pelaku seks bebas (LGBT). Penutupan tempat tempat
pelacuran / lokalisasi dan tempat tempat praktik para penzina, penerapan hukuman cambuk,
pengasingan dan rajam, bukanlah sebuah tindakan melanggar HAM. Justru dengan hal
tersebut pencegahan penyebaran HIV/AIDS akan optimal, karena ada multifier effect yang
akan memberikan efek jera bagi para pelaku atau orang yang hendak berbuat pelanggaran
terhadap hukum yang telah ditetapkan. Inilah solusi yang diserukan oleh Islam yang sangat
sesuai dengan tuntutan realita sepanjang hayat. Semoga Indonesia bisa berubah menjadi
negeri yang penuh berkah dan lebih baik lagi dengan menerapkan Syari’ah Islam. Aaamiin.

2.10. Pengobatan
Hadits Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Arba’ah:
“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu
penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu
(pikun).”

Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni


secara fisik, psikis, dan social. Secara fisik melalui medis dan sejenisnya
hingga yang terbaru ARV (Anti Retroviral) secara psikis melalui
kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan berdoa, sedangkan
secara social melalui penerimaan dan dukungan penuh masyarakat
terutama keluarga.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Agama Islam menuntut manusia kearah kesempurnaan, kebahagiaan, dan kesejahteraan
hidup lahir dan bathin, baik didunia maupun diakhirat nanti. Agama Islam memberikan
petunjuk kepada umat manusia dalam upaya menghadapi cobaan dan tantangan hidup
termasuk dalam mengahdapi penyakit yang menjadi sebab kesengsaraan dan penderitaan.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrom adalah kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini mengakibatkan penurunan daya tahan
tubuh seseorang sehinga penderita dapat meninggal. Penularan penyakit ini melalui transfusi
darah jarum suntik/ alat tusuk lainnya yang sudah tercemar virus HIV, oleh karena itu
kegiatan penyuluhan merupakan aspek yang sangat penting. Melalui pendekatan kesehatan
keluarga pendekatan kesehatan social.
Islam memandang HIV/AIDS sebagai masalah kesehatan, karena penyakit AIDS
memang berbahaya (dharar) lantaran menyebabkan lumpuhnya sistem kekebalan tubuh.
Berbagai penyakit akan mudah menjangkiti penderitanya yang ujung-ujungnya adalah
kematian. Padahal Islam adalah agama yang melarang terjadinya bahaya (dharar) pada umat
manusia. Rasulullah SAW bersabda,"Tidak boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri dan
juga bahaya bagi orang lain dalam Islam (laa dharara wa laa dhiraara fi al-islam)." (HR
Ibnu Majah no 2340, Ahmad 1/133; hadits sahih). Namun Islam juga memandang
HIV/AIDS sebagai masalah perilaku, karena HIV/AIDS pada sebagian besar kasusnya
berawal dan tersebar melalui perilaku seks bebas yang menyimpang, seperti lesbianisme,
gay, biseksual, dan transgender. Semua perilaku ini adalah perbuatan kotor dan tercela dalam
pandangan Islam. Semuanya adalah tindakan kriminal yang layak mendapat hukuman yang
tegas.

Anda mungkin juga menyukai