Anda di halaman 1dari 23

KAJIAN AL QUR’AN DAN HADIS TERKAIT PENYAKIT HIV AIDS/ PENYAKIT

MENULAR SEKSUAL DAN ATAU TERKAIT PERILAKU BERESIKO HIV AIDS DAN
BAHAYANYA BAGI KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 KELAS 2 C LAMPUNG TIMUR

1. ARUM PURNAMA PUTRI NIM 2020206203233P


2. DEWI TRI INDARTI NIM 2020206203183P
3. ELI HANDAYANI NIM 2020206203242P
4. HENDRA DWI SAPUTRA NIM 2020206203211P
5. INDRA HIDAYAT NIM 2020206203210P
6. MADE SURYATI NIM 2020206203195P
7. MAHFUD SIDIK NIM 2020206203215P
8. SUDARWATI NIM 2020206203207P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KONVERSI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU – LAMPUNG
TAHUN 2021
I
PANDANGAN ISLAM MENGENAI HIV AIDS
A.Latar Belakang
Kata AIDS tidaklah asing ditelinga kita, baik dari kalangan masyarakat kecil sampai masyarakat
elit. AIDS adalah virus ganas dan mematikan yang belum ada obat untuk penyembuhannya
sampai sekarang ini sehingga AIDS sangat mengancam kehidupan di dunia. Penularan AIDS
sangat sederhana, bisa melalui luka, jarum suntik, serta sex bebas, menyeramkan bukan?? Hal-
hal di atas adalah pandangan AIDS secara umum, bagaimanakah pandangan agama terhadap
virus ini??
AIDS adalah suatu penyakit akibat perbuatan yang dibenci Allah SWT, AIDS sendiri tidak ada
hukum pasti, hanya saja perbuata seperti prilaku seks bebas yang menyimpang seperti Homo
atau lesbian, yang sering mendatangkan virus ini, hukumnya haram. Tidak mengeherankan lagi
AIDS telah menjadi berita yang menggemparkan seluruh dunia, selain Karena obat yang
menyebuhkan belum ada, tetapi juga penyebaran virus ini terjadi sangat cepat perihal seks bebas
yang menyimpang terus dilakukan oleh masyarakat.
Di beberapa Negara pernikahan sesama jenis tidak lagi di anggap tabu, bahkan mereka
memperkuat pernikahan tersebut dengan adanya undang-undang yang mengesahkan pernikahan
sejenis di Negara mereka. Lain halnya di Indonesia, pernikahan sejenis memang tidak sesuai
dengan hukum di Indonesia dan tak ada yang mengesahkannya, tetapi perilaku seks bebas yang
tidak terikat hukum pun menjadi marak di kalangan masyarakat kita, baik lawan jenis maupun
sesama jenis, hal ini tercermin pada masa Nabi Luth As, yang sesuai pada firman Allah SWT:
“Dan(kami telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu
melakukan perbuatan keji?”, sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama
laki-laki bukan kepada perempuan. Kamu merupakan kaum yang melampaui batas. “usir
mereka (Luth dan pengikutnya) dari negeri ini. kemudian kami selamatkan dan pengikutnya
kecuali istrinya. Dan kami hujani mereka dengan hujan batu.” (surah al-A’raf ayat:80-84)
“sebenarnya Allah telah memperlihatkan bekas-bekas tentang peristiwa kejadian sebagai
contoh teladan bagi mereka yang suka memikirkan. Karena kaum Luth adalah orang yang
bergelimang dengan kejahatan dan kemungkaran. Mereka suka melakukan perbuatan yang keji
yaitu laki-laki kawin dengan laki-laki dan mereka tidak suka kawin dengan perempuan.
Sehingga Allah melaknat kaum tersebut dengan menghancurkan negeri tersebut. Negeri tersebut
dihancurkan dikarenakan perbuatan kaum Luth itu”
firman Allah SWT dalam AL-Qur’an
Lagi diberi tanda pada sisi tuhan engkau. Tiadalah siksa itu terjadi kecuali untuk orang yang
aniaya. (surah Hud ayat:83)
Seperti Firman Allah SWT, dapat kita ambil kesimpulan bahwa AIDS pun terjadi karena ulah
manusia sendiri, tetapi bagaimanapun Allah tidak akan memutus rahmatnya kepada hambanya
yang mau bertaubat, begitu indahnya Islam ketika kita mau mengikuti jalan yang benar.
Dengan adanya penyakit AIDS kita sebaga hambanya diingatkan untuk selalu memikirkan apa
yang akan kita lakukan, Bertaubatlah hai hamba Allah, karena Allah SWT tidak menurunkan
suatu penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit satu (pikun). Islam
memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV /AIDS secara fisik, psikis dan sosial. Secara fisik
melalui medis dan sejenisnya, walaupun masih dalam tahap vaksin bukan obat penyembuh hanya
penghambat, untuk melambatkan virus tersebut, teknologi saat ini yaitu ARV (Anti Retro Viral)
dan secara psikis melalui kesabaran, taubat, tagarrubilallah(dzikirullah dan berdo’a). sedangkan
secara sosial melalui penerimaan dan dukungan penuh yaitu dari masyarakat terutama
keluarganya.
Jadi, jelaslah bahwa Islam telah mengatur semuanya dalam AL-Qur’an sebagai petunjuk agar
kita tetap selalu dijalan Allah SWT. Karena telah banyak kejadian dan peristiwa yang di
kisahkan oleh AL-Qur’an lewat nabi-nai dan rasul-rasul Allah. Semoga kita termasuk golongan
orang-orang yang sholeh. Amieeenn…..

 B.Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya didapat bukan
keturunan. Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan,
dan Syndrome yakni kumpulan gejala penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS merupakan
kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau merusak  system kekebalan tubuh manusia
melalui HIV (Human Immune Virus).
Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin hanya sebatas
mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier selama
hidupnya, firman Allah SWT yang berbunyi:
“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan, ketakutan,
…dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar.” (Al-Baqarah:155)

C. Perilaku Masyarakat dan Hubungannya dengan AIDS


Berbagai data menjelaskan bahwa akselerasi jumlah penderita HIV/AIDs dikarenakan tingginya
prevalensi penyakit kelamin atau IMS (Infeksi Menular Seksual) pada waria dan tuna susila.
Penyakit kelamin mempermudah penularan HIV/AIDS.
Berbagai riset menyatakan bahwa pengetahuan remaja yang minim tentang HIV/AIDS dan
interpretasi yang salah tentang masalah seksual merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya
HIV/AIDS.
D. Penyebab dan Penularannya
Kemajuan iptek telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersumber pada doctrine of
permissiveness yang kemudian melahirkan permissive society, hal tersebut tercermin pada pola
dan gaya hidup semisal;
·         perdagangan seks
·         pengesahan perkawinan sesama jenis
·         pameran seks
·         pornografi
·         legalisasi aborsi tak bertanggung jawab, dan seterusnya.
Allah SWT berfirman:
“maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan, kami pun membuka semua
pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira, kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam terdiam berputus asa.” (Al-
An’am:44)
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
” Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia
itulah yang berbuat dzalim kepada diri mereka sendiri. (QS. Yunus: 44).
Penyakit HIV-AIDS yang sangat ditakuti oleh masyarakat, bukanlah merupakan penyakit
“Kutukan Tuhan” sebagaimana pandangan sebagaian masyarakat. Melainkan penyakit biasa
sebagaimana penyakit-penyakit lainnya.
Penyakit HIV-AIDS diatas lebih banyak di takuti oleh masyarakat karena penyakit tersebut
belum ada obatnya. Penyakit tersebut muncul dikarenakan perbuatan manusia yang melanggar
terhadap syari’ah yang telah di tetapkan.
HIV terutama terdapat di dalam darah, air mani, dan cairan vagina, cairan preseminal, air susu
ibu. Penularannya melalui:
1.Hubungan seksual dengan pengidap HIV (homo atau heteroseksual)
Kebiasaan main perempuan (berbuat zina) merupakan salah satu dari kebiasaan pada sebagaian
masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih eksisnya beberapa tempat pelacuran di Negara kita
yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini, merupakan salah satu negara yang
memiliki tempat pelacuran terbesar jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya. Ini
adalah merupakan prestasi yang memalukan bagi umat Islam.
Islam telah melarang mendekati perbuatan di atas, sebagaimana firman-Nya:
‫وال تقـربوا الزنا إنه كان فاحشة وساء سبيـال‬
” Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk”. ( QS. Al-Isra’: 32).
” Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang
mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan
barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa (itu)”. ( QS. An-Nur: 33).
Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat.” (terj. Qs: An-Nuur; 30).

Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam satu tempat
tanpa kehadiran seorang mahram. Nabi SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki (pergi)
berduaan dengan seorang wanita, maka setan menjadi orang ketiganya di sana.” Dalam Islam,
campur baur bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya keperluan dan kepentingan syar’i
adalah terlarang. Islam memandang seks bebas sebagai sebuah malapetaka besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang
tersembunyi….” (terj. QS :Al-An’am; 151).
Dari ayat di atas, Allah SWT menjelaskan kepada hambanya, bahwa segala bentuk perbuatan
mendekati kepada zina (main perempuan) pelacuran dan seterusnya itu dilarang. Sebagai akibat
dari perbuatan di atas adalah munculnya penyakit HIV-AIDS yang hingga sekarang belum
ditemukan obatnya.
2.Transfusi darah yang mengandung virus HIV
3.Alat suntik bekas pengidap HIV,tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi, dan lain-lain
Secara tekstual di dalam Al-Qur’an tidak sebutkan akan dilarangnya penggunaan narkoba.
Namun secara kontekstual, bait Al-Qur’an maupun Hadits telah menyebutkan bahwa Narkoba itu
hukumnya adalah haram. Sebagaimana Ayat dan Hadits di bawah ini:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.(QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan narkoba
lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba tidak hanya membuat
orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang menyalahgunakan menjadi mati. Melihat
bahanya narkoba melebihi khamr, maka narkoba hukumnya adalah haram.
Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu haram.(HR.
Abdullah Ibnu Umar)
Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat syaraf yang
menyalahgunakan menjadi error. Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-jauhnya.
Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan agar sesuatu yang
dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu supaya dijauhi.
Sebagaimana firman Allah :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS. Al-maidah: 90).

Khamr dan judi adalah haram


‫يسألونك عن الخمر والميسر قل فيهما إثم كبير ومنافع للناس وإثمهما أكبر من نفعهما‬
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”.(QS. Al-Baqarah:219)
Laknat terhadap Khamr
Malaikat Jibril datang kepadaku lalu berkata : “ hai Muhammad, Allah melaknat minuman
keras, yang memerasnya, yang meminumnya, orang yang menerima penyimpanannya, orang
yang menjualnya, orang yang membelinya, orang yang menyuguhkannya dan orang-orang yang
mau disuguhi”. (Riwayat Ahmad bin Hambal ibnu Abbas)
4.Dari ibu hamil kepada janinnya.
Misalnya: Istri yang baik-baik (shalihah) bisa terkena HIV jika bergaul dengan suaminya yang
suka melacur dan pelacurnya terinfeksi HIV
E. Pencegahan
1).Secara Umum
Memberikan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi melalui ceramah agama,
khotbah, pengajian, seminar, lokakarya, dan lain-lain. Firman Allah SWT.:
“serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantulah
pula dengan cara yang baik….” (An-Nahl:25)
2).Secara Khusus
Memperkenalkan metode A, B, C, dan D, yakni:
·  Abstain from sex → bagi remaja dan belum menikah
·  Be faithful → setia terhadap pasangan
·  Condom → selalu menggunakan kondom
·  Don’t use a hypodermic needle → tidak menggunakan alat suntik bekas pengidap
HIV/AIDS.

F. Pengobatan
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Arba’ah:
“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).”
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik, psikis, dan social.
Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV (Anti Retro viral) secara
psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan berdoa, sedangkan secara
social melalui penerimaan dan dukungan penuh masyarakat terutama keluarga.

( Sumber : https://haqqul-yaqiin.blogspot.com/2016/12/pandangan-islam-mengenai-hivaids.html
diakses pada 5 juni 2021 pukul 08.45 wib )
II
HOMOSEKSUAL MENURUT ULAMA EMPAT MAZHAB

1. Imam Syamsuddin as-Sarkhasi[1] rahimahullah mengatakan,

“Menurut Imam Abu Yusuf dan Muhammad, seorang yang mendatangi wanita yang bukan
mahramnya pada duburnya, ia diberi hukuman had[2], sedangkan Imam Abu Hanifah
berpendapat diberi hukuman takzir[3]. Demikian pula Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
(pelaku) liwath (homoseksual) wajib diberi hukuman takzir, sedangkan Imam Abu Yusuf dan
Muhammad berpendapat bahwa hukumannya adalah adalah seperti hukum had pada zina; yaitu
dirajam jika telah menikah, dan dicambuk apabila belum menikah.” (Lihat al-Mabsuth, 9/77 cet.
Dar al-Ma’rifah)

2. Imam Abu Muhammad Ibnu Bizzizah at-Tunisi[4] rahimahullah mengatakan,

“Umat Nabi Muhammad SAW telah sepakat tentang keharaman homoseksual. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,

َ‫سبَقَ ُكم بِ َها ِم ۡن أَ َح ٍد ِّمنَ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬ َ ‫سبَقَ ُكم َولُوطًا إِ ۡذ قَا َل لِقَ ۡو ِم ِٓۦه أَت َۡأتُونَ ۡٱل ٰفَ ِح‬
َ ‫شةَ َما‬ َ ‫َولُوطًا إِ ۡذ قَا َل لِقَ ۡو ِم ِٓۦه إِنَّ ُكمۡ لَت َۡأتُونَ ۡٱل ٰفَ ِح‬
َ ‫شةَ َما‬

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada
mereka, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” (al-A’raf: 80)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

‫سبِياًل‬
َ ‫سٓا َء‬ َ ‫َواَل ت َۡق َربُو ْا ٱل ِّزنَ ٰۖ ٓى إِنَّهۥُ َكانَ ٰفَ ِح‬
َ ‫شةً َو‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan fahisyah dan suatu
jalan yang buruk.” (al-Isra: 32)

Hal ini menunjukkan bahwa homoseksual lebih keji dari perbuatan zina, sebab:
 mereka (kaum Sodom) melakukan suatu perbuatan keji yang belum pernah dilakukan
oleh seorang pun sebelum mereka.
 homoseksual adalah perbuatan mendatangi sesama jenis (untuk melampiaskan syahwat)
yang tidak mungkin bisa dihalalkan. Berbeda halnya dengan zina, karena wanita dapat
dihalalkan dengan cara pernikahan.” (Lihat Raudhatul Mustabin, hlm. 1286)

3. Imam Nawawi[5] rahimahullah

“Pernyataan kami (sebelumnya) ‘memasukkan kemaluan’, termasuk di antaranya adalah liwath


(homoseksual). Liwath termasuk perkara keji lagi dosa besar. Apabila ia melakukannya terhadap
sesama lelaki (homoseksual), ada dua pendapat tentang hukuman bagi pelakunya:

a. Hukumannya sama dengan hukuman perbuatan zina, yaitu:

 dirajam bagi yang sudah menikah


 dicambuk dan diasingkan bagi yang belum menikah.

b. Dibunuh, baik bagi yang telah menikah maupun yang belum.

Ada beberapa pendapat tentang tata cara membunuhnya:

 dipenggal dengan pedang, sebagaimana hukuman bagi orang yang murtad.


 dirajam sebagai bentuk hukuman keras untuknya.
 diruntuhkan tembok atasnya (hingga mati) atau dijatuhkan dari tempat ketinggian sampai
mati.”

(Lihat Raudhatut Thalibin 10/90)

4. Imam al-Muwaffaq Ibnu Qudamah[6] rahimahullah mengatakan,

“Para ulama telah bersepakat atas haramnya perbuatan homoseksual. Dalam al-Qur’an, Allah
subhanahu wa ta’ala mencela perbuatan homoseksual dan pelakunya. Demikian pula Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam mencelanya (perbuatan homoseksual dan pelakunya). Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,

ۡ‫سˆٓا ۚ ِء بَˆˆلۡ أَنتُم‬


َ ِّ‫شˆ ۡه َوةً ِّمن دُو ِن ٱلن‬ ِّ َ‫ إِنَّ ُكمۡ لَت َۡأتُون‬٨٠ َ‫سبَقَ ُكم بِ َها ِم ۡن أَ َح ٍد ِّمنَ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
َ ‫ٱلر َجا َل‬ َ ‫َولُوطًا إِ ۡذ قَا َل لِقَ ۡو ِم ِٓۦه أَت َۡأتُونَ ۡٱل ٰفَ ِح‬
َ ‫شةَ َما‬
َ‫َق ۡو ٌم ُّم ۡس ِرفُون‬

Dan (Kami juga telah mengutus) Luth alaihis salam (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu adalah
kaum yang melampaui batas.” (al-A’raf: 80—81)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

‫ لَ َعنَ هللاُ َمنْ َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُو ٍط‬،‫ لَ َعنَ هللاُ َمنْ َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُو ٍط‬،‫لَ َعنَ هللاُ َمنْ َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُو ٍط‬

“Allah subhanahu wa ta’ala melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah
subhanahu wa ta’ala melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah subhanahu
wa ta’ala melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.” (Lihat al-Mughni, 12/348—
349)

Keterangan para ulama di atas adalah sekadar contoh sebagian pendapat ulama dari empat
mazhab tentang homoseksual.

Apabila kita mau sedikit saja mencermati kitab-kitab para ulama, akan banyak kita dapati
bagaimana keras dan tegasnya para ulama menghukumi dan menyikapi perbuatan homoseksual
dan pelakunya.

Hal ini juga sekaligus menjadi bantahan terhadap pihak-pihak yang mencoba mengaburkan
pembahasan LGBT dengan berdalih pendekatan fikih empat mazhab.

[1] Seorang ulama bermazhab Hanafi, wafat pada 500 H.


[2] Jenis hukuman atas suatu maksiat, yang bentuk dan kadarnya telah ditetapkan dalam syariat,
untuk mencegah maksiat tersebut terulang.

[3] Jenis hukuman atas suatu maksiat, yang tidak ada had dan kafaratnya dalam syariat. Adapun
bentuk dan kadarnya, ditentukan oleh ulil amri.

[4] Seorang ulama bermazhab Maliki, wafat pada 663 H.

[5] Seorang ulama bermazhab Syafi’i, wafat pada 676 H.

[6] Seorang ulama bermazhab Hambali, wafat pada 620 H.

Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif


( Sumber : https://asysyariah.com/homoseksual-menurut-ulama-empat-mazhab/ , diakses pada 5
juni 2021 pukul 09.15 wib )
III
PENCEGAHAN AIDS DALAM ISLAM
Oleh Faisal Hilmi, dkk
 
A.Pendahuluan
Data penderita HIV AIDS seiring berjalannya waktu menimbulkan kecemasan. Korban HIV
AIDS, semakin hari semakin meningkat. Belum ada tanda-tanda yang menggembirakan
penurunan statistik korban. Sampai sekarang, AIDS masih menempati peringkat keempat
penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut WHO (2009) jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 33,4 juta jiwa di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus HIV/AIDS ditemukan pertama kali
tahun 1986 di Bali. Kementerian Kesehatan RI memperkirakan, 19 juta orang pada 2010 berada
pada risiko terinfeksi HIV. Adapun berdasarkan data Yayasan AIDS Indonesia (YAI), jumlah
penderita HIV/AIDS di seluruh Indonesia per Maret 2009, mencapai 23.632 orang. Dari jumlah
itu, sekitar 53 persen terjadi pada kelompok usia 20-29 tahun, disusul dengan kelompok usia 30-
39 tahun sekitar 27 persen. Adapun berdasarkan cara penularan, 75 hingga 85 persen HIV/AIDS
ditularkan melalui hubungan seks, 5-10 persen melalui homoseksual, 5-10 persen akibat alat
suntik yang tercemar terutama pengguna narkoba jarum suntik dan 3-5 persen tertular lewat
transfusi darah. Begitu besar epidemi Aids ini. Bila kita tidak mengetahui penyebabnya dan
pencegahannya, maka tidak menutup kemungkinan kita pun bias terinfeksi. Termasuk orang-
orang terdekat kita. Hingga saat ini cara efektif pencegahan HIV AIDS belum menemukan kata
sepakat. Masing-masing pihak memiliki argumen tersendiri untuk mencegah HIV AIDS. Namun
secara mendasar, pencegahan dengan melakukan seks aman dan tidak mengkonsumsi narkoba
adalah kesepaktan berbagai pihak sebagai sebuah pencegahan. Baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pembahasan pencegahan HIV AIDS yang ditawarkan Islam termasuk kajian
menarik dan penting. Terlebih umat Muslim di dunia termasuk komunitas religious terbesar. Al-
Qur’an dan hadis Nabi cukup membahas banyak kasus seperti HIV AIDS ini.

B.Fenomena HIV AIDS


Pada akhir 2007, WHO dan UNAIDS melaporkan bahwa penderita HIV dan AIDS di seluruh
dunia mencapai angka 33,2 juta jiwa, dengan jumlah korban yang meninggal mencapai 2,1 juta
jiwa. WHO memperkirakan bahwa ada sekitar14.000 kasus infeksi HIV baru setiap harinya di
dunia sekarang ini. WHO dan UNAIDS juga mengingatkan dalam laporannya bahwa kondisi
kerawanan AIDS di ASIA. Terutama Cina, India dan Indonesia, yang memiliki total populasi
lebih dari 2,5 miliar jiwa, adalah tiga negara Asia yang berada pada titik yang di dalamnya
infeksi HIV menjadi ancaman yang sangat serius. Selama ini, penanggulangan HIV/AIDS di
dunia maupun di Indonesia secara umum mengadopsi strategi yang digunakan oleh UNAIDS dan
WHO. Karena penyakit ini hingga sekarang belum ada obat untuk menyembuhkannya,area
pencegahan adalah salah satu prioritas yang harus dilakukan. Di antara program yang masuk
dalam area pencegahan pada Strategi Nasional Penanggulangan HIV-AIDS adalah: Kondomisasi
ataupun dan Pembagian Jarum Suntik Steril.
Upaya penanggulangan HIV/AIDS versi UNAIDS ini telah menjadi kebijakan nasional yang
berada di bawah koordinasi KPAN(Komisi Penanggulangan AIDS Nasional). Kondomisasi
(100% kondom) sebagai salah satu butir dari strategi nasional telah ditetapkan sejaktahun 1994
hingga sekarang. Saat ini kampanye penggunaan kondom semakin gencar dilakukan melalui
berbagai media, dengan berbagai macam slogan yang mendorong penggunaan kondom untuk
“safe sex‟ (seks yang aman) dengan “dual protection‟ (melindungi dari kehamilan tak diinginkan
sekaligus melindungi dari infeksi menular seksual). Kampanye kondom juga dilakukan dengan
membagi-bagikan kondom secara gratis di tengah-tengah masyarakat seperti mal-mal dan
supermarket. Terakhir, demi memperluas cakupan sasaran penggunaan kondom (utamanya para
ABG/remaja yang masih segan kalau harus membeli di apotik), telah lama diluncurkan program
ATM (Anjungan Tunai Mandiri) kondom. Cukup dengan memasukkan 3 koin lima ratus perak,
maka akan keluar 3 boks kondom dengan 3 rasa.Bagaimana hasilnya? Kenyataan berbicara,
kondomisasi ini bukan hanya terbukti gagal mencegah penyebaran HIV/AIDS, namun malah
menumbuhsuburkan wabah penyakit HIV/AIDS. Di AS, kampanye kondomisasi yang
dilaksanakan sejak tahun 1982 terbukti menjadi bumerang. Hal ini dikutip oleh Dadang Hawari
(2006) dari pernyataan H. Jaffe (1995), dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat
(USCDC: United State Center of Diseases Control). Evaluasi yang dilakukan pada tahun 1995
amat mengejutkan, karena ternyata kematian akibat penyakit AIDS malah menjadi peringkat no.
1 di AS, bukan lagi penyakit jantung dan kanker. Prof. Dr. Dadang Hawari (2002) pernah
menuliskan hasil rangkuman beberapa pernyataan dari sejumlah pakar tentang kondom sebagai
pencegah penyebaran HIV/AIDS antara lain sebagaiberikut:
a.Efektivitas kondom diragukan (Direktur Jenderal WHOHiroshi Nakajima, 1993).
b.Virus HIV dapat menembus kondom (Penelitian Carey [1992] dari Division of Pshysical
Sciences, Rockville, Maryland, USA).
c.Penggunaan kondom aman tidaklah benar. Pada kondom (yang terbuat dari bahan latex)
terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang; dalam keadaan
meregang lebar pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Virus HIV sendiri berdiameter 1/250
mikron. Dengan demikian, virus HIV jelas dengan leluasa dapat menembus pori-pori kondom
(Laporan dari Konferensi AIDS Asia Pacific di Chiang Mai, Thailand (1995).
d.Jika para remaja percaya bahwa dengan kondom mereka aman dari HIV/AIDS atau penyakit
kelamin lainnya, berarti mereka telah tersesatkan (V Cline [1995], profesor psikologi dan
Universitas Utah, Amerika Serikat).
Prof. Dadang Hawari meyakini, dari data-data tersebut di atas jelaslah bahwa kelompok yang
menyatakankondom 100 persen aman merupakan pernyataan yang menyesatkan dan bohong.
Adapun pemberian jarum suntik steril kepada pengguna narkoba jarum suntik agar terhindar dari
penularan HIV/AIDS juga merupakan strategi yang sangat tidak jelas. Memberikan jarum suntik
meskipun steril, di tengah-tengah jeratan mafia narkoba sama saja menjerumuskan anggota
masyarakat kepada penyalahgunaan narkoba. Apalagi para pengguna narkoba ini tetap berisiko
terjerumus pada perilaku seks bebas akibat kehilangan kontrol, meskipun mereka telah
menggunakan jarum suntik steril. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan penderita AIDS
mencapai Rp. 164 juta rupiah per orang yang akan berakhir dengan kematian. Para ahli
meramalkan bahwa jumlah biaya keseluruhanakan mencapai 33 trilliyun; suatu pengeluaran dana
yang sia-sia karena akhirnya penderita akan mati juga.

C. ODHA: Korban dan yang Bersalah


Penderita HIV/AIDS tidak semuanya adalah pelaku dari hasil perbuatan mereka sendiri seperti
halnya seks bebas, narkoba, dan semacamnya. Akan tetapi terdapat juga mereka yang hanya
menjadi korban tanpa mereka sadari atau bahkan belum mengetahui bahwa dia adalah penderita
AIDS. Mereka yang tertular HIV dikarenakan sulitnya akses pencegahan dari orang tua ke anak
yang bisa diakses oleh perempuan yang terinfeksi HIV dan sudah mengandung. Mereka menjadi
korban dikarenakan masalah ODHA anak ini belum menjadi perhatian dari pemerintah.
Perempuan sendiri sulit mendapatkan akses pencegahan sehingga bisa melindungi dirinya dari
infeksi HIV yang berasal dari pasangannya. Kemiskinan yang membelit orangtua yang
mempunyai anak yang turut terinfeksi HIV telah memaksa anak-anak berada di pinggir jurang
kematian. Bahkan seringkali orang tua dari anak ini sudah dipanggil Tuhan terlebih dahulu
sehingga anak-anak ODHA ini menjadi yatim piatu dan terkapar di rumah sakit tanpa ada yang
memperhatikan. Banyaknya wanita baik-baik yang positif terkena HIV/AIDS ataupun para bayi
yang terlahir dalam keadaan positif terkena HIV/AIDS mungkin akan membawa kita kepada
perdebatan semu, yang pada semuanya dapat membawa kita pada pemikiran untuk membedakan
yang mana ODHA yang bersalah dan yang mana hanya menjadi korban.
Sebagai gambaran, pernah ada perdebatan mengenai respon pelayanan kesehatan bagi penderita
paru-paru yang di sebabkan oleh rokok dan penderita paru-paru yang bukan di sebabkan oleh
perokok itu sendiri. Dalam kasus ini, etika kedokteran lebih memprioritaskan penderita paru-
paru yang bukan di sebabkan karena merokok untuk mendapatkan donor organ paru-paru sehat
terlebih dahulu, dibandingkan pasien yang menderita karena merokok. Pemberian prioritas ini di
dasarkan karena alasan sang perokok itu sendiri seharusnya di hukum karena perbuatannya,
padahal mereka telah mengetahui bahayanya bahan yang mereka hisap. Nah, atas gambaran di
atas, apakah kita juga akan mengucilkan dan memprioritaskan penderita HIV / AIDS yang
bersalah daripada yang hanya menjadi korban ?. Baru-baru ini media Cina melaporkan kasus
seorang laki-laki yang berusia 25 tahun dari Tianjin, ditolak rumah sakit untuk perawatan kanker
paru-paru karena dia mengidap HIV positif. Kasus ini mencerminkan apa yang dialami banyak
ODHA di Cina, mereka kerap ditolak perawatan oleh rumah sakit dan mengalami diskriminasi di
tempat kerja. Stigma HIV/AIDS masih meluas, meskipun pemerintah sudah memperkenalkan
aturan hukum untuk memerangi diskriminasi tersebut. Mungkinkah sikap seperti ini bisa
membantu kita merumuskan sikap apa yang seharusnya kita miliki manakala berhubungan
dengan ODHA, berkaitan dengan religiusitas dan moralitas bangsa. Sebagai orang beragama,
kita memang harus membenci segala perbuatan yang “kotor” dan dosa terhadap agama. Namun,
kepedulian kita atas moralitas itu tidak semestinya berdampak pada sikap yang tak adil bagi
orang lain karena tiap orang dengan HIV/AIDS pernah mengalami momen di mana mereka
merasa hidup mereka adalah sebuah tragedi bukan anugerah dari Tuhan.
D.Pencegahan HIV AIDS
UNAIDS (United Nations for Program HIV/AIDS) menyatakan populasi penduduk Afrika
Utara, Timur Tengah dan Asia yang notebene berpenduduk muslim terbanyak yang telah tertular
HIV mencapai hampir 1 juta orang. Menurut seorang pakar kesehatan muslim yang terkenal, Dr.
Abdullah Hakim, cepat atau lambat umat Islam akan menyadari bahwa AIDS yang awalnya
berasal dari kalangan non-muslim akan semakin berdampak pada umat Islam. Mayoritas umat
Islam menganggap AIDS sebagai “penjara dosa” yaitu konsekuensi final dari perbuatan dosa,
seperti penggunaan narkoba atau perzinaan. Padahal, fakta menunjukkan bahwa 500.000 jiwa
anak-anak terinfeksi penyakit AIDS di tahun 2005 menghapus anggapan bahwa HIV/AIDS
bukanlah konsekuensi dosa. Hal ini menunjukkan bahwa korban HIV/AIDS tidak hanya para
pendosa tersebut, tetapi juga anak-anak yang tidak berdosa. Islam memiliki “sistem kehidupan
yang berprinsip pada amar ma’ruf nahi munkar”, sehingga sistem ini dapat menjaga setiap
individu, keluarga, dan masyarakat muslim dari serangan penyakit sosialdan moral. Umat Islam
juga diwajibkan mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan.
Firman Allah SWT : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Imran/3 : 104).
Abū Ja’far berkata tafsiran ayat tersebut : Hendaklah ada diantara kalian wahai kaum mukmin
sekelompok umat yang mengajak orang lain berbuat kebaikan yakni islam dan syariat yang Allah
tetapkan untuk hamba-hamba-Nya.Ungkapan “menyuruh kepada yang ma’rūf” maknanya adalah
memerintahkan yang ma’ruf. Dengan ungkapan lain memerintahkan manusia untuk mengikuti
Muḥammad SAW dan agama yang dibawanya dari Allah SWT. Ungkapan “mencegah dari yang
mungkar” maknanya adalah melarang manusia dari kufur kepada Allah SWT serta mendustakan
Muhammad SAW beserta segala yang dibawanya, dengan jihad tangan, hingga mereka tunduk.
Ungkapan “merekalah orang-orang yang beruntung ”maknanya adalah orang-orang yang sukses
di sisi Allah SWT yang kekal dalam surga dan kenikmatannya. Dalam ajaran Islam, perilaku
menyimpang misalnya perzinaan yang dapat memberikan kontribusi pada penyebaran
HIV/AIDS adalah perbuatan terkutuk.
Firman Allah SWT. : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yangburuk.” (Q.S. Al-Isra/17: 32).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Islam melarang segala jenis kegiatan yang mengarah
kepada perzinaan, termasuk diantaranya seks pra-nikah, prostitusi, homoseks dan penggunaan
narkoba.
Al-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan
mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan
mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada
perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan
terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat
kuat dorongannya untuk melakukan zina.”Zinaadalah dosa yang sangat keji ditinjau dari
kacamata syariat, akal sehat, dan fitrah manusia yang masih suci. Hal ini dikarenakan (perbuatan
zina) mengandung unsur melampaui batas terhadap hak Allah dan melampaui batas terhadap
kehormatan wanita, keluarganya dan suaminya. Dan juga pada perbuatan zina mengandung
kerusakan moral, tidak jelasnya nasab(keturunan), dan kerusakan-kerusakan yang lainnya yang
ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. Ajaran Islam telah membangun benteng yang kokoh dalam
ajaran moralitas, dan menganjurkan setia pada pasangan dan kesucian dalam perkawinan.
Pandangan seperti inilah harus disebarluaskan ke seluruh dunia. Program penanggulangan
HIV/AIDS dan pendidikan seks di sekolah umum yang diperkenalkan kepada remaja merupakan
upaya strategis yang mengarah pada prilaku “safe sex”. Umat Islam mesti melaksanakan
pendidikan seks dan informasi seputar AIDS berdasarkan perspektif al-Qur’an dan al-Sunnah,
sehingga semua pesan moral tersebut diberikan masih dalam jalur-jalur keislaman. Umat Islam
mesti memahami dan memegang teguh ajaran-ajaran Islam, mengajarkannya kepada anak-anak
dan keluarga mereka, dan menyampaikannya kepada masyarakat luas. Setiap keluarga muslim
harus memotivasi remajanya bahwa perkawinan adalah hubungan yang sehat, dan menutup
semua celah yang dapat mengakibatkan perbuatan dosa, seperti seks pranikah dan free sex.
Selain itu, bagi calon pasangan nikah perlu melakukan tes bebas HIV/AIDS sebelum
melanjutkan ke jenjang pernikahan. Berikut pencegahan Aids dalam Islam menurut kami setelah
mengamati beberapa ayat-ayat al-Qur’an terkait :

a.Pendidikan Seks
Langkah efektif yang tak kalah pentingnya untuk mengantisipasi penularan HIV/AIDS adalah
kampanye pendidikan seks. Perlu disosialisasikan kepada orang tua pentingnya menyampaikan
informasi tentang seks kepada anak-anaknya.
Melalui al-Qur’an, Sunnah, dan kitab-kitab fiqh, Islam begitu responsive menyentuh persoalan
seks. Yang menjadi masalah bagi pendidik khususnya adalah what, when, who, where, how, dan
why. Topik-topik apa tentang seks yang harus diajarkan, kapan waktunya yang tepat, siapa yang
mengajarkannya, di mana tempatnya, bagaimana menyampaikannya, dan apa dasar atau alasan
aqli maupun naqli yang relevan dengan itu. Pendidikan seks sudah saatnya tidak lagi dianggap
tabu dikenalkan kepada anak-anak. Tentu dengan maksud agar anak-anak, pelajar, maupun
mahasiswa mengerti dan memahami seks yang benar, sehat dan bertanggung jawab. Semasa
Nabi hidup, muslim laki-laki dan perempuan tidak pernah merasa malu menanyakan segala
persoalan, termasuk persoalan pribadi seperti kehidupan seks; dari situ mereka mengetahui
ajaran dan ketentuan hukum agama. Siti ‘Aisyah, istri Nabi, memberikan kesaksian:
“Keberhakan bagi perempuan Anshar (penduduk Madinah). Perasaan malu tidak
menghalanginya dalam usahanya mencari pengetahuan agama.”(Semua kitab Hadits kecuali al-
Tirmidzī).
Cara seorang perempuan bertanya kepada Nabi secara langsung atau melalui perantaraan istri
Nabi adalah bukti bahwa masalah seksual tidak tabu, tetapi harus diakui dan dihormati. “Malu
adalah sebagian dari Iman,” seperti yang diajarkan Nabi, tetapi beliau juga mengajarkan: “Tidak
boleh malu dalam masalah-masalah agama ... bahkan jika menyangkut aspek-aspek kehidupan
seksual.”
Inilah keyakinan kita bahwa fakta tentang seks harus diajarkan kepada anak-anak dengan cara-
cara yang setaraf dengan usia pertumbuhan mereka, baik di rumah ataupun di sekolah. Perlu
ditekankan bahwa pendidikan ini harus dilaksanakan dalam keseluruhan konteks ideologi Islam
dan kehidupan sosial supaya para remaja di samping memperoleh pengetahuan fisiologis dengan
baik, memiliki kesadaran penuh akan kesucian hubungan seks dalam Islam, dan dosa besar bila
menodai kesucian ini, baik dari sudut Islam ataupun lebih penting lagi dalam pandangan Allah.

b.Pengharaman perilaku homoseksual (hubungan sejenis)


Allah SWT. berfirman :
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada
mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk
melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas.” (Q.S. al-A’raf : 80-81 )
Ada beberapa manfaat dalam pernikahan yang tidak didapatkan dalam perilaku homoseksual.
Sebagian kecil dari manfaat itu antara lain:
a)Adanya rasa kasih sayang cinta dan hubungan yang wajar.
b)Lahirnya keturunan
c)Terbentuknya sebuah organisasi keluarga
d)Bertahannya landasan kemanusiaan dan kealamiahan dalam pernikahan.

Sayangnya, dunia barat secara formal menerima perilaku sodomi yang menyeramkan itu dan di
beberapa negara eropa, perbuatan tersebut di perbolehkan secara hukum. Ungkapan al-Qur’an
“saudara mereka” telah di pakai untuk Nabi Hud AS, Ṣaliḥ AS, dan Syu’aib AS, tetapi ungkapan
itu tidak digunakan untuk Nabi Luth AS. Barangkali perbedaan ini untuk memberikan perhatian
bahwa Nabi Luth AS berhijrah dari daerah lain demi melaksanakan tugas kenabiannya.

c. Pengharaman zina dan hukuman keras bagi yang melakukannya


Firman Allah SWT. :
“Dan janganlahkamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.
dan suatujalanyangburuk.” (QS. Al-Isra’ [17] : 32)
Sebagaimana telah disinggung dalam QS. Al-Isra’ : 32, ayat ini berisi larangan terhadap zina dan
apa saja yang mengarah pada zina, sehingga pengertian yang dicakup tidaklah sebatas coitus
saja. Ungkapan yang berbunyi “Janganlah kamu mendekati zina” mempunyai arti tidak boleh
melakukan apa saja yang biasanya menjadi pendahuluan atau bisa mengarah pada zina seperti
memandang lawan jenis dengan penuh syahwat, berduaan di tempat sepi, meraba, mengelus,
menggerayangi, mencium, kencan dengan pasangan selingkuh dan sebagainya. Jalan zina
merupakan jalan yang buruk karena merupakan jalan ahli maksiat kepada Allah, orang-orang
yang menentang perintahnya-Nya. Betapa buruk jalan yang mengantarkan pelakunya ke Neraka
Jahannam.
d. Mengharamkan minum minuman keras
Dalam hal ini minuman keras dikaitkan dengan pemakaian narkoba. Salah satu cara yang sangat
efektif dalam menularkan HIV adalah melalui narkoba yang berjenis jarum suntik (putaw).
Firman Allah SWT. :
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapamanfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya". (Q.S. al-Baqarah/2 : 219).
Maksudnya, kaum mukminin bertanya kepadamu wahai Rasul tentang hukum khamr dan judi, di
mana pada zaman jahiliyah kedua hal tersebut sering dilakukan dan juga pada awal-awal Islam.
Seolah-olah terjadi kesulitan memahami kedua perkara tersebut. Karena itu, mereka bertanya
kepadamu tentang hukum-hukumnya. Maka Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi-Nya
untuk menjelaskan manfaat-manfaatnya dan kemudharatannya kepada mereka agar hal tersebut
menjadi pendahuluan untuk pengharamannya dan wajib meninggalkan kedua perbuatan tersebut
secara total.
Allah mengabarkan bahwa dosa dan mudharat keduanya serta apa yang diakibatkan oleh
keduanya seperti hilangnya ingatan, harta dan menghalangi dari berdzikir kepada Allah, dari
shalat, (menimbulkan) permusuhan dan saling benci, adalah lebih besar didapatkan harta dengan
berjual beli khamr atau memperolehnya dengan cara judi atau kebahagiaan hati saat
melakukannya.
Dan penjelasan ini merupakan pencegahan dari kedua perbuatan tersebut, karena seorang yang
berakal akan lebih memilih sesuatu yang kemaslahatannya lebih besar, dania akan menjauhi
suatu yang mudharatnya lebih besar. Akan tetapi, ketika mereka sudah begitu terbiasa dengan
kedua perkara tersebut dan sulit untuk meninggalkannya secara total pada awal-awalnya, maka
Allah memulai hal tersebut dengan ayat ini sebagai pendahuluan menuju kepada pengharaman
secara mutlak yang disebutkan dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah adalah perbuatan keji yang termasukperbuatan setan." (al-Māidah: 90). Sampai
firmanNya, "Berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." (al-Māidah: 91). Ini adalah
kasih sayang, rahmat dan kebijaksanaanNya. Oleh karena itu, ketika ayat ini turun, Umar
radhiallahu’anhu berkata, "Kami berhenti, kami berhenti" ( Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad1/53, AbūDāwud3670, at-Tirmidzi3049, al-Nasā‟ī8/286, dishahihkan oleh al-Madīnīdan
al-Tirmidzī, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn Kaṡīrdalam tafsirnya 2/87.).
Khamr artinya adalah semua yang memabukkan lagi menghilangkan akal pikiran dan
menutupinya, dari apa pun macamnya. Sedangkan judi adalah segala macam usaha saling
mengalahkan yang di dalamnya terdapat taruhan dari kedua belah pihak seperti dadu atau catur
dan segala macam usaha saling mengalahkan baik perkataan maupun perbuatan dengan taruhan,
tentunya selain dari perlombaan berkuda, unta dan memanah, karena hal-hal itu semua
adalahboleh karena hal-hal tersebut sangat membantu dalam jihad, karena itulah Allah
membolehkannya. Orang-orang yang bertanya yang disebutkan dalam firman-Nya: Yasalūnaka
an al-Khamri wa al-Maisīr (Mereka bertanya kepadamu tentang khamer dan judi) adalah orang-
orang yang beriman, sebagaimana yang nanti akan dikemukakan saat menyebutkan tentang
sebab turunya ayat ini. Al-khamr diambil dari kata khamara, yaitu apabila menutupi. Contoh
kalimat “Khimār al mar‟ah”(cadar wanita). Segala sesuatu yang menutupi sesuatu disebut
“Khamaruhū”(menutupinya). Contoh kalimat, “khammirūāniyatakum” (tutuplah bejana-bejana
kalian). Disebut khamer karena yukhammirru al-aql, yakni menutupi akal. Dari pengertian,
pohon yang rindang disebut khamar (dengan fathah pada mm) karena menutupi apa yang
dibawanya. Akhmarat al-ardhu (tanah berlubang-lubang), karena banyak lubangnya. Seorang
penyair mengatakan:”Ketahuilah wahai Zaid dan al-Dhahhak, berjalanlah kalian karena kalian
telah melewati lubang jalanan”Maksudnya adalah yakni kalian melewati lubangnya. Ada yang
mengatakan, bahwa khamer disebut khamer karena dibiarkan sampai jadi (yakni
difermentasikan). Sebagaimana dikatakan, “Qad ikhtamarra ar-ra „yu” (adonan itu telah meragi),
yakni: telah matang (sudah jadi). “Khamarraar-ra‟yu” (pendapatnya dipending), yakni dibiarkan
hingga jelas arahnya. Ada juga yang mengatakan, bahwa khamer disebut khamer karena
mencampuri akal, yaitu dari mukhammarah yang artinya Mukhālaṭah (pencampuran). Ketiga
makna tersebut saling berdekatan dan terdapat pada khamer, karena memang khamer itu
dibiarkan (difermentasi) hingga jadi, kemudian mencampuri akal sehingga khamarathu, yakni
menutupinya. Khamer adalah sari buah anggur yang telah mendidih (berbuih) dan tajam lalu
buihnya dibuang, dan semua yang mengacaukan akal termasuk dalam hukumnya. Demikianlah
pendapat jumhur. Sementara Abu Hanifah, al-Sauri, Ibn Abi Laila, Ibn Syubrumah dan golongan
ahli fikih Kūfah menyatakan, bahwa setiap yang jumlahnya banyak memabukkan yang bukan
terbuat dari sari buah anggur, maka itu halal. Yakni dibawah kadar yang memabukkan.
Abu Hanifah juga berpendapat halalnya minuman yang menguap sepertiganya setelah didihkan.
Perbedaan pendapat mengenai hal ini cukup populer, dan pembahasan tentang Khamer cukup
panjang, silahkan merujuk didalam Syarhal-Muntaqa.

e. Menciptakan ketahanan keluarga sakinah


Firman Allah SWT. :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang.” (Q.S. ar-Rum/30 : 21)
Ayat di atas menguraikan pengembangbiakan manusia serta bukti kuasa dan rahmat Allah dalam
hal tersebut. Untuk menciptakan keluarga sakinah di butuhkan sifat mawaddah yang
mengandung arti kelapangan dada dan kekosongan jiwa. Yang mana mawaddah adalah jalan
menuju terabaikannya pengutamaann kenikmatan duniawi bahkan semua kenikamatan untuk
siapa yang tertuju kepadanya mawaddah itu dan karena itu, maka siapa yang memilikinya dia
tidak pernah akan memutuskan hubungan apapun yang terjadi.

E. Penutup
Ajaran Islam telah membangun benteng yang kokoh dalam ajaran moralitas, dan menganjurkan
setia pada pasangan dan kesucian dalam perkawinan. Pandangan seperti inilah harus
disebarluaskan ke seluruh dunia. Islam juga mengajarkan memakan dan minumhal-hal yang
baik. Umat Islam mesti memahami dan memegang teguh ajaran-ajaran Islam, mengajarkannya
kepada anak-anak dan keluarga mereka, dan menyampaikannya kepada masyarakat luas.
Program penanggulangan HIV/AIDS dan pendidikan seks diperkenalkan kepada remaja
merupakan upaya strategis yang mengarah pada prilaku “safe sex”. Umat Islam mesti
melaksanakan pendidikan seks dan informasi seputar AIDS berdasarkan perspektif Al-Qur’an
dan Al-Sunnah, sehingga semua pesan moral tersebut diberikan masih dalam jalur-jalur
keislaman.

( Sumber : https://www.academia.edu/29664085/PENCEGAHAN_AIDS_DALAM_ISLAM ,
diakses pada 5 juni 2021 pukul 10. 30 wib )

Anda mungkin juga menyukai