MENULAR SEKSUAL DAN ATAU TERKAIT PERILAKU BERESIKO HIV AIDS DAN
BAHAYANYA BAGI KESEHATAN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 KELAS 2 C LAMPUNG TIMUR
B.Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome, secara harfiah Acquired artinya didapat bukan
keturunan. Immune artinya sistem kekebalan. Deficiency adalah kekurangan,
dan Syndrome yakni kumpulan gejala penyakit. Sedangkan secara terminologi AIDS merupakan
kumpulan gejala penyakit yang menyerang dan atau merusak system kekebalan tubuh manusia
melalui HIV (Human Immune Virus).
Sampai saat ini belum ada vaksin yang mampu mencegah HIV( mungkin hanya sebatas
mencegah penyebarannya melalui ARV). Orang yang terinfeksi HIV akan menjadi karier selama
hidupnya, firman Allah SWT yang berbunyi:
“dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kelaparan, ketakutan,
…dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang sabar.” (Al-Baqarah:155)
Islam melarang berdua-duaan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam satu tempat
tanpa kehadiran seorang mahram. Nabi SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki (pergi)
berduaan dengan seorang wanita, maka setan menjadi orang ketiganya di sana.” Dalam Islam,
campur baur bebas antara laki-laki dan wanita tanpa adanya keperluan dan kepentingan syar’i
adalah terlarang. Islam memandang seks bebas sebagai sebuah malapetaka besar.
“…dan janganlah kamu datangi perbuatan keji, baik yang nampak diantaranya maupun yang
tersembunyi….” (terj. QS :Al-An’am; 151).
Dari ayat di atas, Allah SWT menjelaskan kepada hambanya, bahwa segala bentuk perbuatan
mendekati kepada zina (main perempuan) pelacuran dan seterusnya itu dilarang. Sebagai akibat
dari perbuatan di atas adalah munculnya penyakit HIV-AIDS yang hingga sekarang belum
ditemukan obatnya.
2.Transfusi darah yang mengandung virus HIV
3.Alat suntik bekas pengidap HIV,tindik, tattoo, narkoba (IDU), injeksi, dan lain-lain
Secara tekstual di dalam Al-Qur’an tidak sebutkan akan dilarangnya penggunaan narkoba.
Namun secara kontekstual, bait Al-Qur’an maupun Hadits telah menyebutkan bahwa Narkoba itu
hukumnya adalah haram. Sebagaimana Ayat dan Hadits di bawah ini:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.(QS. Al-Baqarah: 219).
Dari ayat di atas jelas bahwa khamr itu memabukkan dan hukumnya haram sedangkan narkoba
lebih bahaya dari khamr dan hukumnya lebih haram dari khamr. Narkoba tidak hanya membuat
orang menjadi mabuk tetapi dapat membuat orang yang menyalahgunakan menjadi mati. Melihat
bahanya narkoba melebihi khamr, maka narkoba hukumnya adalah haram.
Setiap zat yang memabukkan itu kmar dan setiap zat yang memabukkan itu haram.(HR.
Abdullah Ibnu Umar)
Narkoba tidak hanya sekedar membuat mabuk, tetapi narkoba membuat syaraf yang
menyalahgunakan menjadi error. Oleh karena itu narkoba harus dijauhi dengan sejauh-jauhnya.
Melihat bahaya narkoba yang sangat besar, maka Allah SWT memerintahkan agar sesuatu yang
dapat membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan lain-lainnya itu supaya dijauhi.
Sebagaimana firman Allah :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS. Al-maidah: 90).
F. Pengobatan
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Arba’ah:
“berobatlah hai hamba Allah, karena Allah tidak menurunkan suatu penyakit, kecuali
diturunkan pula obatnya, kecuali penyakit yang satu (pikun).”
Islam memberikan tuntunan dalam pengobatan HIV/AIDS yakni secara fisik, psikis, dan social.
Secara fisik melalui medis dan sejenisnya hingga yang terbaru ARV (Anti Retro viral) secara
psikis melalui kesabaran, taubat, taqarrub ilallah (dzikrullah), dan berdoa, sedangkan secara
social melalui penerimaan dan dukungan penuh masyarakat terutama keluarga.
( Sumber : https://haqqul-yaqiin.blogspot.com/2016/12/pandangan-islam-mengenai-hivaids.html
diakses pada 5 juni 2021 pukul 08.45 wib )
II
HOMOSEKSUAL MENURUT ULAMA EMPAT MAZHAB
“Menurut Imam Abu Yusuf dan Muhammad, seorang yang mendatangi wanita yang bukan
mahramnya pada duburnya, ia diberi hukuman had[2], sedangkan Imam Abu Hanifah
berpendapat diberi hukuman takzir[3]. Demikian pula Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
(pelaku) liwath (homoseksual) wajib diberi hukuman takzir, sedangkan Imam Abu Yusuf dan
Muhammad berpendapat bahwa hukumannya adalah adalah seperti hukum had pada zina; yaitu
dirajam jika telah menikah, dan dicambuk apabila belum menikah.” (Lihat al-Mabsuth, 9/77 cet.
Dar al-Ma’rifah)
“Umat Nabi Muhammad SAW telah sepakat tentang keharaman homoseksual. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
َسبَقَ ُكم بِ َها ِم ۡن أَ َح ٍد ِّمنَ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين َ سبَقَ ُكم َولُوطًا إِ ۡذ قَا َل لِقَ ۡو ِم ِٓۦه أَت َۡأتُونَ ۡٱل ٰفَ ِح
َ شةَ َما َ َولُوطًا إِ ۡذ قَا َل لِقَ ۡو ِم ِٓۦه إِنَّ ُكمۡ لَت َۡأتُونَ ۡٱل ٰفَ ِح
َ شةَ َما
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada
mereka, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan
oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” (al-A’raf: 80)
سبِياًل
َ سٓا َء َ َواَل ت َۡق َربُو ْا ٱل ِّزنَ ٰۖ ٓى إِنَّهۥُ َكانَ ٰفَ ِح
َ شةً َو
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan fahisyah dan suatu
jalan yang buruk.” (al-Isra: 32)
Hal ini menunjukkan bahwa homoseksual lebih keji dari perbuatan zina, sebab:
mereka (kaum Sodom) melakukan suatu perbuatan keji yang belum pernah dilakukan
oleh seorang pun sebelum mereka.
homoseksual adalah perbuatan mendatangi sesama jenis (untuk melampiaskan syahwat)
yang tidak mungkin bisa dihalalkan. Berbeda halnya dengan zina, karena wanita dapat
dihalalkan dengan cara pernikahan.” (Lihat Raudhatul Mustabin, hlm. 1286)
“Para ulama telah bersepakat atas haramnya perbuatan homoseksual. Dalam al-Qur’an, Allah
subhanahu wa ta’ala mencela perbuatan homoseksual dan pelakunya. Demikian pula Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam mencelanya (perbuatan homoseksual dan pelakunya). Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth alaihis salam (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada mereka, “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi
lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu adalah
kaum yang melampaui batas.” (al-A’raf: 80—81)
لَ َعنَ هللاُ َمنْ َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُو ٍط، لَ َعنَ هللاُ َمنْ َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُو ٍط،لَ َعنَ هللاُ َمنْ َع ِم َل َع َم َل قَ ْو ِم لُو ٍط
“Allah subhanahu wa ta’ala melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah
subhanahu wa ta’ala melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth. Allah subhanahu
wa ta’ala melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Luth.” (Lihat al-Mughni, 12/348—
349)
Keterangan para ulama di atas adalah sekadar contoh sebagian pendapat ulama dari empat
mazhab tentang homoseksual.
Apabila kita mau sedikit saja mencermati kitab-kitab para ulama, akan banyak kita dapati
bagaimana keras dan tegasnya para ulama menghukumi dan menyikapi perbuatan homoseksual
dan pelakunya.
Hal ini juga sekaligus menjadi bantahan terhadap pihak-pihak yang mencoba mengaburkan
pembahasan LGBT dengan berdalih pendekatan fikih empat mazhab.
[3] Jenis hukuman atas suatu maksiat, yang tidak ada had dan kafaratnya dalam syariat. Adapun
bentuk dan kadarnya, ditentukan oleh ulil amri.
a.Pendidikan Seks
Langkah efektif yang tak kalah pentingnya untuk mengantisipasi penularan HIV/AIDS adalah
kampanye pendidikan seks. Perlu disosialisasikan kepada orang tua pentingnya menyampaikan
informasi tentang seks kepada anak-anaknya.
Melalui al-Qur’an, Sunnah, dan kitab-kitab fiqh, Islam begitu responsive menyentuh persoalan
seks. Yang menjadi masalah bagi pendidik khususnya adalah what, when, who, where, how, dan
why. Topik-topik apa tentang seks yang harus diajarkan, kapan waktunya yang tepat, siapa yang
mengajarkannya, di mana tempatnya, bagaimana menyampaikannya, dan apa dasar atau alasan
aqli maupun naqli yang relevan dengan itu. Pendidikan seks sudah saatnya tidak lagi dianggap
tabu dikenalkan kepada anak-anak. Tentu dengan maksud agar anak-anak, pelajar, maupun
mahasiswa mengerti dan memahami seks yang benar, sehat dan bertanggung jawab. Semasa
Nabi hidup, muslim laki-laki dan perempuan tidak pernah merasa malu menanyakan segala
persoalan, termasuk persoalan pribadi seperti kehidupan seks; dari situ mereka mengetahui
ajaran dan ketentuan hukum agama. Siti ‘Aisyah, istri Nabi, memberikan kesaksian:
“Keberhakan bagi perempuan Anshar (penduduk Madinah). Perasaan malu tidak
menghalanginya dalam usahanya mencari pengetahuan agama.”(Semua kitab Hadits kecuali al-
Tirmidzī).
Cara seorang perempuan bertanya kepada Nabi secara langsung atau melalui perantaraan istri
Nabi adalah bukti bahwa masalah seksual tidak tabu, tetapi harus diakui dan dihormati. “Malu
adalah sebagian dari Iman,” seperti yang diajarkan Nabi, tetapi beliau juga mengajarkan: “Tidak
boleh malu dalam masalah-masalah agama ... bahkan jika menyangkut aspek-aspek kehidupan
seksual.”
Inilah keyakinan kita bahwa fakta tentang seks harus diajarkan kepada anak-anak dengan cara-
cara yang setaraf dengan usia pertumbuhan mereka, baik di rumah ataupun di sekolah. Perlu
ditekankan bahwa pendidikan ini harus dilaksanakan dalam keseluruhan konteks ideologi Islam
dan kehidupan sosial supaya para remaja di samping memperoleh pengetahuan fisiologis dengan
baik, memiliki kesadaran penuh akan kesucian hubungan seks dalam Islam, dan dosa besar bila
menodai kesucian ini, baik dari sudut Islam ataupun lebih penting lagi dalam pandangan Allah.
Sayangnya, dunia barat secara formal menerima perilaku sodomi yang menyeramkan itu dan di
beberapa negara eropa, perbuatan tersebut di perbolehkan secara hukum. Ungkapan al-Qur’an
“saudara mereka” telah di pakai untuk Nabi Hud AS, Ṣaliḥ AS, dan Syu’aib AS, tetapi ungkapan
itu tidak digunakan untuk Nabi Luth AS. Barangkali perbedaan ini untuk memberikan perhatian
bahwa Nabi Luth AS berhijrah dari daerah lain demi melaksanakan tugas kenabiannya.
E. Penutup
Ajaran Islam telah membangun benteng yang kokoh dalam ajaran moralitas, dan menganjurkan
setia pada pasangan dan kesucian dalam perkawinan. Pandangan seperti inilah harus
disebarluaskan ke seluruh dunia. Islam juga mengajarkan memakan dan minumhal-hal yang
baik. Umat Islam mesti memahami dan memegang teguh ajaran-ajaran Islam, mengajarkannya
kepada anak-anak dan keluarga mereka, dan menyampaikannya kepada masyarakat luas.
Program penanggulangan HIV/AIDS dan pendidikan seks diperkenalkan kepada remaja
merupakan upaya strategis yang mengarah pada prilaku “safe sex”. Umat Islam mesti
melaksanakan pendidikan seks dan informasi seputar AIDS berdasarkan perspektif Al-Qur’an
dan Al-Sunnah, sehingga semua pesan moral tersebut diberikan masih dalam jalur-jalur
keislaman.
( Sumber : https://www.academia.edu/29664085/PENCEGAHAN_AIDS_DALAM_ISLAM ,
diakses pada 5 juni 2021 pukul 10. 30 wib )