BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penggunaan narkoba suntik (Injecting Drug User-IDU) dan tahun 2002 HIV
sudah menyebar hingga ke tingkat rumah tangga. Dengan demikian, perawat
perlu memahami patofisiologi dan penyebaran HIV/AIDS untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan tepat kepada penderita. (Nursalam &
Kurniawati, 2013)
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan
keji dan suatu jalan yang buruk serta terkutuk.” (QS. Al-Isra’[17]:32)
Ayat di atas memperingatkan kepada kita supaya menghindari perzinaan
(seks bebas, perselingkuhan dan pelacuran) karena perzinaan itu sendiri
mempunyai dampak yang buruk dan sejahat-jahat perjalanan. Al-Imam Ibnu
Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah subhanahu wa ta’ala
19
Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Al Bazzar dan Baihaqi
menyatakan yang artinya:
“Apabila perzinaan (perilaku seks bebas, perselingkuhan dan pelacuran) sudah
meluas di masyarakat dilakukan secara terang-terangan (dianggap biasa, maka
infeksi dan penyakit mematikan yang sebelumnya tidak terdapat pada zaman
nenek moyangnya akan menyebar di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah, Al Bazzar
dan Baihaqi)
Hadits tersebut mengingatkan kita bahwa akibat perzinaan (pelacuran,
perselingkuhan dan hubungan seks diluar nikah) seperti yang sekarang banyak
terjadi, berakibat pada munculya infeksi dan penyakit yang mematikan, yang
sebelum tahun 1980 belum pernah dikenal. Penyakit HIV/AIDS ini merupakan
global effect karena ulah manusia itu sendiri, hal ini sesuai dengan firman Allah
subhanahu wa ta’ala . Dalam surah Yunus ayat 44 sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikitpun, tetapi
manusia itulah yang menzalimi kepada dirinya sendiri”. (QS. Yunus
[10]:44)
Penjelasan ayat tersebut di jelaskan dalam tafsir Al-Misbah oleh Quraish
shihab bahwa jangan seorang pun menduga bahwa Allah subehanahu wa ta’ala
menganiaya mereka dengan ketulian, kebutaan hati, dan ketiadaan akal mereka.
Tidak! “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun” karena semua
manusia diberi-Nya kebebasan memilih, akan tetapi manusia itulah terhadap diri
mereka sendiri, bukan siapa pun selain diri mereka, berbuat zalim dengan
mengabaikan tuntunan Allah sehingga akhirnya mereka tidak memperoleh kecuali
keadilan-Nya, bukan anugerah dan kemurahan-Nya. Dari hadits Nabi
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan Al Hakim,
21
Artinya:
“Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri, maka mereka
penghuninya sudah menghalalkan atas mereka sendiri azab Allah”. (HR.
Ath Thabrani dan Al Hakim).
Dalam kisah Nabi Luth berseru kepada kaumnya agar meninggalkan
adat kebiasaan keji mereka yaitu melakukan perbuatan homoseksual dan lesbian.
Nabi Luth juga menyatakan perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati
nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung di dalam penciptaan
manusia yang diciptakan menjadi dua jenis yakni laki-laki dan perempuan.
Terjemahnya:
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada
kaumnya, Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum
pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini).
Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki
bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampui
batas”. (QS. Al-A’raf/7:80-81)
tetapi itu kamu lakukan karena kamu durhaka bahkan kamu adalah kaum yang
melampaui batas sehingga melakukan pelampiasan syahwat bukan pada
tempatnya. Homoseksual merupakan perbuatan yang sangat buruk sehingga ia
dinamai fahisyah, ini antara lain dapat dibuktikan bahwa ia tidak dibenarkan
dalam keadaan apa pun dan sama sekali tidak ada jalan untuk membenarkannya.
Setiap pelanggaran terhadap fitrah mengakibatkan apa yang diistilahkan dengan
uqhubatul fitrah (sanksi fitrah). Dalam konteks pelanggaran terhadap fitrah
seksual, sanksinya antara lain apa yang dikenal dewasa ini dengan penyakit
AIDS. Penyebab utama AIDS adalah hubungan yang tidak normal ini dan itulah
antara lain yang disebut dengan fashiyah di dalam al-Qur‟an. Dalam satu riwayat
yang oleh sementara ulama dinyatakan sebagai hadits Nabi Muhammad
sallallahu alaihi wa sallam, dinyatakan bahwa: ”Tidak merajalela fahisyah
dalam satu masyarakat sampai mereka terang-terangan melakukannya kecuali
tersebar pula wabah dan penyakit di antara mereka yang belum pernah dikenal
oleh generasi terdahulu.
Secara fisiologis HIV menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya.
Jika ditambah dengan stress psikososia-spiritual yang berkepanjangan pada pasien
terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan
angka kematian. Menurut Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan
(ahausted stage), maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi sistem imun yang
memperparah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS. Pada
umumnya, penanganan pasien HIV yang memerlukan tindakan yang hampir
sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien kontrol ke rumah sakit
menunjukkan adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut
menunjukkan terdapat faktor lain yang berpengaruh, dan faktor yang diduga
sangat berpengaruh adalah stress. Dalam hal ini perawat sangat berpengaruh
penting dalam pengelolaan stress, khususnya dalam memfasilitasi dan
mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi
dengan sakitnya. Selain itu perawat juga berperan dalam pemberian dukungan
23
2. Etiologi HIV/AIDS
Virus Human Immunodeficiency (HIV) adalah sejenis retrovirus. Ada 2
tipe: Tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2). Virus-virus ini secara serologis dan
geografis relative berbeda tetapi mempunyai ciri epidemiologis yang sama.
Pathogenesis dari HIV-2 lebih rendah di banding HIV-1 (Kunoli, 2012).
3. Patofisiologi HIV/AIDS
Sistem imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri atau virus
yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. Ketika sistem imun
melemah atau rusak oleh virus seperti HIV, tubuh akan lebih mudah terkena
infeksi oportunistik. Sistem imun terdiri atas organ dan jaringan limfoid, termasuk
di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus limfa, limfa, tonsil, adenoid,
appendix, darah, dan pembulu limfa. Seluruh komponen dari sistem imun tersebut
adalah penting dalam produksi dan perkembangan limfosit atau sel darah putih.
Limfosit B dan T diproduksi oleh sel utama sumsum tulang. Sel B tetap berbeda
24
Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien juga
menginfeksi berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel
mikroglia di otak, sel-sel hobfour plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfa,
sel-sel epitel pada usus, dan sel Langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel
mikroglia di otak adalah encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare
kronis (Nursalam & Kurniawati, 2013). Gejala-gejala klinis yang ditimbukan
akibat infeksi tersebut biasanya baru disadari pasien setelah beberapa waktu
lamanya karena tidak mengalami kesembuhan. Pasien yang terinfeksi virus
HIV tidak memperlihatkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.
Sepanjang perjalanan penyakit tersebut, sel CD4+ mengalami penurunan
jumlah dari 1000/µl sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200-300/µl setelah
terinfeksi dalam kurun waktu 2-10 tahun (Nursalam & Kurniawati, 2013).
26
c. Fagosit
Termasuk di dalamnya adalah monosit dan makrofag, sel darah
putih dengan jumlah besar yang mengelilingi dan mencerna sel yang
membawa partikel-partikel antigen. Ditemukan di seluruh tubuh, fagosit
membersihkan tubuh dari sel yang rusak, memulai respons imun dengan
membawa APC (Antigen Precenting Cells) pada limfosit, yang penting dalam
proses regulasi dan inflamasi respon imun, dan membawa reseptor untuk
sitokin. Sel dendrit, tipe lain dari fagosit juga merupakan APC. Neutrofil
adalah fagosit granulosit yang penting dalam respons inflamasi (Nursalam &
Kurniawati, 2013).
d. Komplemen
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS,
sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan
menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya
diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta
penyakit keganasan. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang
menjadi AIDS pada tiga tahun pertama. 50% menjadi AIDS setelah sepuluh
tahun, dan hampir 100% pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun
(Nursalam & Kurniawati, 2013).
Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel
pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap terinfeksi.
Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas infeksi seperti demam, nyeri
menelan. Pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6
minggu setelah infeksi (Sudoyo dalam Buku Nursalam, 2008). Kondisi ini dikenal
dengan infeksi primer. Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu di mana
HIV pertama kali masuk ke dalam tubuh. Pada fase awal proses infeksi
(Imunokompeten) akan terjadi respon imun berupa peningkatan aktivasi imun,
yaitu pada tingkat seluler, serum atau humoral, neopterin, dan antibody
upregulation. Induksi sel T-Helper dan sel-sel lain diperlukan untuk
mempertahankan fungsi sel-sel faktor sistem imun agar tetap berfungsi baik.
Infeksi HIV akan menghancurkan sel-sel T, sehingga T-Helper tidak dapat
memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun seperti T8 sitotoksik, sel
NK, monosit dan sel B tidak dapat berfungsi secara baik. Daya tahan tubuh
28
sehingga pasien jatuh ke dalam stadium lanjut (Hoffmann, dkk dalam buku
Nursalam, 2008). Saat ini, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat
tinggi, yang berarti banyak virus lain di dalam darah. Sejumlah virus dalam darah
atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa yang baru terinfeksi
sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari sindrom
retroviral akut ini meliputi: panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare,
berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan
gejala tersebut biasanya akan terjadi dalam 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian
hilang atau menurun setelah beberapa hari sehingga sulit untuk terdeteksi sebagai
influenza atau infeksi mononucleosis (Calles dalam Buku Nursalam, 2008).
Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun
dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ pada nodus limfa dan thymus
Selama waktu tersebut, yang membuat individu terinfeksi akan mungkin terkena
infeksi oportunistik dam membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi
limfosit T. Tes antibody HIV menggunakan enzyme linked imunoabsorbent assay
(ELISA) yang akan menunjukkan hasil positif (Calles dalam Buku Nursalam,
2008). Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala)
pada masa ini dapat berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada beberapa yang
mengalami perjalanan penyakitnya sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada
pula perjalanan penyakitnya yang lambat. (Nursalam & Kurniawati, 2013)
Seiring dengan makin memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai
menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik (penurunan berat badan, demam
lama, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberculosis, infeksi jamur, herpes
dan lain-lain (Sudoyo dalam buku Nursalam, 2008). Pada fase ini disebut dengan
imunodefisiensi, dalam serum pasien yang terinfeksi HIV ditemukan adanya
faktor supresif berupa antibody terhadap proliferasi sel T. adanya supresif pada
sel tersebut dapat menekan sintesis dan sekresi limfokin. Sehingga sel T tidak
mampu memberikan respon terhadap mitogen, terjadi disfungsi imun yang
29
ditandai dengan penurunan kadar CD4+, sitokin, antibody down regulation, dan
lain-lain ( Hoffman dalam buku Nursalam, 2008)
Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna narkoba. Lamanya
penggunaan jarum untuk berbanding lurus dengan infeksi pneumonia dan
tuberculosis. Infeksi oleh kuman lain akan membuat HIV membelah lebih cepat.
Selain itu dapat mengakibatkan reaktivasi virus di dalam limfosit T sehingga
perjalanan penyakit bisa lebih progresif (Sudoyo dalam buku Nursalam, 2008).
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasronudin (2014), menjelaskan bahwa
virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia dan menginfeksi dengan berbagai
macam cara melalui perantara benda tajam yang dapat menembus dinding
pembuluh darah sehingga virus HIV dapat mencapai sirkulasi sistemik secara
langsung, atau secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intak
seperti yang terjadi pada penularan melalui seksual. Setelah virus berada dalam
sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat dideteksi. Selama
virus dalam sirkulasi sistemik maka terjadi viremia yang disertai tanda dan gejala
infeksi virus akut seperti, demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot,
mual, muntah, sulit tidur, batuk-pilek, dan lain-lain, kondisi ini disebut sindrom
retroviral akut. Pada fase ini sudah mulai terjadi penurunan CD4 dan peningkatan
HIV-RNA Viral Load yang mengalami peningkatan dengan cepat pada awal
infeksi dan kemudian turun pada suatu titik tertentu. Dengan semakin
berlanjutnya infeksi viral load secara perlahan cenderung semakin meningkat
yang diikuti dengan penurunan hitung CD4 secara perlahan dalam waktu
beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat dalam kurun waktu
1,5-2,5 tahun sebelum akhirnya jatuh ke stadium AIDS. Dari proses infeksi virus
HIV sel T-CD4 secara dramatis dari normal berkisar 600-1200/mm3 menjadi
200/mm3 atau lebih rendah lagi yang menyebabkan terjadinya infeksi sekunder
sehingga sampai pada stadium AIDS. Terjadinya infeksi sekunder menyebabkan
munculnya keluhan dan gejala klinis sesuai dengan infeksi sekundernya
(Nasronuddin dalam Barkbah, 2014).
30
10%, terjadi sariawan berulang pada mulut, peradangan pada sudut mulut,
juga dapat ditemukan infeksi bakteri pada saluran napas bagian atas, namun
kondisi ini penderita masih melakukan aktivitas meskipun terganggu.
Penderita banyak istirahat di tempat tidur tapi masih kurang dari 12 jam sehari
dalam satu bulan terakhir (Nasronuddin dalam Barkbah, 2014).
d) Stadium keempat: AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain
penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder
(Nursalam & Kurniawati, 2013).
Pada tahap ini penderita mengalami penurunan berat badan lebih
10%, diare lebih dari 1 bulan, demam lebih dari 1 bulan yang tidak diketahui
penyebabnya, kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, TBC paru, dan
pneumonia bakteri, penderita terbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari
dalam satu bulan terakhir. Menderita berbagai macam infeksi sekunder,
misalnya pneumonia, pneumonia karini, tokso plasmosis otak, diare akibat
kriptosporidiosis, penyakit virus sitomegalo, infeksi virus herpes, kandidiasis
pada esofagus, trakhea, bronkus serta infeksi jamur lainnya misalnya,
histoplasmosis, koksidiodomikokus, dapat juga ditemukan beberapa jenis
malignasi, termasuk keganasan kelenjar getah bening dan sarkoma kaposi
(Nasronuddin dalam Barkbah, 2014).
Gejala klinis pada stadium AIDS terdiri atas beberapa bagian
(Nursalam & Kurniawati, 2013):
1) Gejala utama/Mayor
a) Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b) Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus
c) Penurunan berat badan lebh dari 10% dalam tiga bulan
d) TBC
2) Gejala Minor
a) Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
32
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk
melakukan pelacuran, sedang mereka sendri menginginkan kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Dan
barang siapa memaksa mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa”. (QS. An-
Nur/24:33)
walinya, membayar mahar, dan dinikahkan. Kedua, mengirim istri yang telah
suci dari haidnya untuk “tidur” bersama seorang dipilih dan setelah jelas bahwa
ia mengandung barulah ia kembali ke suaminya. Ketiga, bekumpul dalam satu
grup yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang lalu mereka berhubungan
dengan seorang wanita, dan bila hamil dan melahirdkan, dia memanggil seluruh
anggota grup- tanpa seorang pun yang dapat mengelak dan mengingatkan mereka
tentang hubungan mereka dengannya. Lalu wanita itu menunjuk salah seorang
yang dipilihnya untuk menjadi ayah anaknya dan diberi nama dengan nama yang
dinisbahkan kepada siapa yang terpilih itu. Yang keempat adalah al-bighd ini.
Islam dating menghapus semua bentuk kecuali yang pertama. Demikian yang
diriwayatkan oleh bukhari.
HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang tidak
bersifat seksual di tempat bekerja, sekolah ataupun di rumah. HIV juga tidak
ditularkan lewat makan dan minum bersama atau pemakaian alat makan minum
bersama, pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon, wc umum, dan
kolam renang, ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya atau
lewat keringat dan gigitan nyamuk. Belum pernah dilaporkan kasus penularan
HIV melalui batuk atau bersin penderita. Penularan dari seorang dokter atau
dokter gigi yang terinfeksi terhadap pasiennya juga sangat jarang terjadi
(Dorothy, 2011).
Menurut Hawari (2012), bahwa masa inkubasi HIV antara 5-10 tahun.
Seseorang yang mengidap HIV akan nampak sehat dan tidak terlihat sakit, selama
itu pula ia dapat menularkan pada orang lain tanpa ia sadari. Untuk mendeteksi
seseorang mengidap HIV atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan darah.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali, kalau pemeriksaan pertama negatif
6 bulan kemudian diperiksa ulang sebab antibodi dalam tubuh baru terbentuk
dalam 6 bulan tersebut, tetapi sekiranya pemeriksaan kedua ini negatif berarti
orang tersebut bebas dari HIV.
7. Pencegahan HIV/AIDS
35
Terjemahnya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka
merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”. (QS.Ar-Rum/30:41)
tinggal lagi peran aktif masyarakat, ulama, pemuda-pemudi, orang tua dan
organisasi sosial lainnya untuk bergandengan tangan melawan penyebaran virus
kutukan tersebut. Membekali anak remaja dengan iman dan ulama juga ikut
menyiarkan ketika berdakwah, menjaga dan mengawasi pergaulan anak.
pertemuan ini juga salah satu jalan untuk dapat memberikan pemahaman tentang
HIV/AIDS. Dengan adanya penyakit AIDS kita sebagai hambanya diingatkan
untuk selalu memikirkan apa yang akan dilakukan. Bertaubatlah wahai hamba
Allah subhanahu wata’ala karena Allah subhanahu wata’ala tidak menurunkan
suatu penyakit, kecuali diturunkan pula obatnya, dan hanya penyakit (pikun).
Jadi, jelaslah bahwa Islam telah mengatur semuanya dalam Al-Qur‟an sebagai
petunjuk agar kita tetap selalu di jalan Allah subhanahu wata’ala . Karena telah
banyak kejadian dan peristiwa yang di kisahkan oleh Al-Qur‟an melalui Nabi-
Nabi dan Rasul-Rasul Allah subhanahu wata’ala. Semoga kita termasuk
golongan orang-orang yang sholeh (Kastina, 2014).
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu terhadap
obyek tertentu setelah melalui tahap penginderaan. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan peraba (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman dalam QS. Az-Zumar (39):9
Terjemahnya:
… Katakanlah,“Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang
49
Kesehatan adalah hak asasi yang melekat pada setiap manusia, baik
dalam lingkup kesehatan individual maupun kelompok (keluarga). Tanpa
kesehatan yang baik, setiap orang akan mengalami kesulitan dalam menjalankan
aktivitasnya. Pemahaman yang rendah akan urgensi kesehatan membuat
seseorang acuh dan kurang peduli dengan masalah kesehatan yang ada
dilingkungan masyarakat yang lazim disebut sabagai paradigma sehat dan sakit
dalam konsep kesehatan masyarakat (Asrari P, 2016).
Salah satu penyakit yang hingga kini menjadi permasalahan besar dan
mendapat perhatian khusus dari pemerintah adalah HIV/AIDS. Fenomena gunung
es yang menjadi ciri khas dari perkembangan kasus HIV/AIDS, ditandai dengan
penyebaran kasus HIV/AIDS yang tidak dapat diprediksi saat fase awal. Namun,
akan terlihat dan teridentifikasi ketika telah terjadi infeksi serta telah terjadi
infeksi serta telah dinyatakan positif terkena HIV/AIDS. Selain itu, stigma dan
diskriminasi di masyarakat yang masih banyak dialami penderita dan keluarga
menjadi persoalan tersendiri. Semakin tinggi stigma oleh masyarakat dan
lingkungan menyebabkan timbul banyak perlakuan diskriminatif di beberapa
bidang, dimulai dalam hal perawatan, pengobatan, pendidikan, serta pekerjaan.
(Asrari P, 2016)
Di suatu rumah sakit, tenaga perawat umumnya merupakan tenaga
terbanyak diantara tenaga kesehatan lainnya. Dengan semakin meluasnya
kejadian kasus HIV ke berbagai daerah, pencegahan penularan ke tenaga
keperawatan melalui penerapan standar pencegahan umum sangatlah penting.
Sebelum dapat melaksanakan pencegahan umum secara baik tentunya perawat
harus memahami terlebih dahulu tentang HIV/AIDS dengan berbagai
kompleksitas masalahnya (Ibrahim, Mardiah, & Priambodo, 2014).
D. Tinjauan Umum Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya merupakan satu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan. Akhirnya
53
E. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan suatu konsep yang menjelaskan tentang
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui daam
suatu masalah tertentu. Kerangka teori mencakup beberapa elemen seperti
konsep, dan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel (Notoatmodjo,
2012). Berikut ini kerangka teori yang tergambar dalam skema berikut.
Penderita Intervensi:
HIV/AIDS Pendidikan Disebabkan karena
kesehatan berbasis tingkat pendidikan, lama
video bekerja, dan kurang
pengetahuan.
Terapi ARV
(Martiningsih, 2015)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan, menurut
Notoatmodjo 2010:
Pengetahuan
1. Pendidikan Perawat tentang
2. Pengalaman kerja HIV/AIDS
3. Usia
4. Pelatihan
5. Sumber informasi
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan rangkuman dari kerangka teori yang dibuat
dalam bentuk diagram yang menghubungkan antar variabel yang diteliti dan variabel
lain yang terkait (Sastroasmoro, 2010). Berdasarkan dari tinjauan pustaka, diperoleh
bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap perawatan pada pasien HIV/AIDS.
Penjelasan mengenai kerangka konsep dapat digambarkan melalui skema berikut:
Pendidikan
Pengetahuan Sumber
Kesehatan berbasis
Perawat tentang informasi
video tentang
HIV/AIDS
HIV/AIDS
1. Usia
2. Pendidikan (DIII, S1
+ Ners)
3. Lama kerja (<1 tahun
Keterangan:
: Variabel kontrol
: Variabel perancu
63
G. Alur Penelitian
Tahap Persiapan:
Penyelesaian proposal,
pengambilan data jumlah
perawat di RSUD Haji
Makassar
Populasi
Analisis data
Penyajian hasil
Kesimpulan