Anda di halaman 1dari 11

MENGENAL PENYAKIT HIV/AIDS DAN STIGMA MASYARAKAT

TERHADAP ODHA

Merliana Tri Wilujeng


Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar, Jl.S. Supriadi No.168,
Gedog, Blitar, Jawa Timur, 66137 Email: merlianatw@gmail.com

ABSTRACT : HIV is one of the global health problems, in Indonesia the number of HIV positive
cases is increasing from year to year and mostly occurs in the productive age group, namely the
age of 25-49 years. HIV is a virus that weakens the human immune system HIV related stigma and
discriminations is a negative trait given to the person causing unnatural acts and unfair to the
people based on HIV status. Stigma against people living with HIV can be a variety of
forms such as isolation, rejection and discrimination that suffered experience fear. The
purpose of this research is to know the stigma against people living with HIV in
Indonesian. The method of this research is data collection in various articles. Literature search
uses the Google Scholar and . In stages of searching for journal articles 5 articles from 2017 to
2020 were used using the keywords "Stigma of PLWHA", "Handling Stigma of PLWHA" HIV ".
Keyword: HIV/AIDS, Stigma, Society, PLWHA.

ABSTRAK : HIV merupakan salah satu masalah kesehatan global, di Indonesia jumlah kasus
HIV positif dari tahun ke tahun semakin meningkat dan paling banyak terjadi pada kelompok usia
produktif yaitu usia 25-49 tahun. HIV merupakan virus yang melemahkan kekebalan tubuh
manusia. Stigma dan diskriminasi terkait HIV merupakan ciri negatif yang diberikan pada
seseorang sehingga menyebabkan tindakan yang tidak wajar dan tidak adil terhadap orang tersebut
berdasarkan status HIV nya. Stigma terhadap ODHA bisa bermacam-macam bentuknya seperti
pengasingan, penolakan dan diskriminasi sehingga penderitanya mengalami ketakutan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui stigma masyarakat terhadap ODHA di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan pengumpulan Data dari berbagai artikel. Pencarian literatur menggunakan database
Google Scholar dan lainnya. Pada tahap pencarian artikel jurnal diperoleh 5 artikel dari 2017
sampai 2020 menggunakan kata kunci "Stigma ODHA” , “Penanganan Stigma ODHA” HIV”..
Kata kunci: HIV/AIDS, Stigma, Masyarakat, ODHA.

1|Page
Page |2

Kita tidak akan tahu bagaimana cara mencegah HIV/AIDS apabila kita tidak tahu
pengertian dari keduanya. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi
virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Aids didefinisikan sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200 atau terjadinya satu atau lebih
infeksi oportunistik tertentu. Istilah AIDS terutama dipakai untuk kepentingan
masyarakat sebagai patokan untuk laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS berdasarkan
gejala dan atau status kekebalan kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus dan status
ini tidak diubah walau kita menjadi sehat Kembali. Oleh karena itu,istilah AIDS tidak
penting buat kita sebagai individu.

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu


virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV hanya menular antar
manusia. Ada virus yang serupa yang menyerang hewan tetapi virus ini tidak dapat
menular pada manusia dan HIV tidak dapat menular hewan. HIV menyerang sistem
kekebalan tubuh yaitu sistem yang melindungi tubuh terhadap infeksi.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.


Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta
orang di seluruh dunia.Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama
dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25
juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim
telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan
lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini
terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.
Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi
tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut
tidak tersedia di semua negara.
Page |3

PENYEBAB DAN PENULARAN HIV/AIDS

AIDS adalah suatu penyakit menular yang penularannya sangat mudah karena sangat
dekat dengan kehidupan sehari-hari kita. Maka kita harus lebih hati-hati dalam kehidupan
sehari-hari kita terlebih dalam penggunaan alat yang tidak steril. Ada beberapa penyebab
dan penularan HIV/AIDS.Yang pertama yaitu lewat cairan darah. Contoh penularan lewat
cairan darah misalnya melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV.
Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa
disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna narkotika suntikan.
Yang kedua yaitu lewat cairan sperma dan cairan vagina. Dan yang ketiga lewat air susu
ibu. Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan
lewat vagina kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu
ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10
kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.
Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang
tercemar HIV). (1) Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll)
yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak
disterilisasi terlebih dahulu. Karena HIV – dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi
orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-
cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui:
air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).
Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa memakai
kondom, Melalui transfusi darah , Melalui alat-alat tajam yang telah tercemar HIV (jarum
suntik, pisau cukur, tatto, dll) , Melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang
dikandungnya atau bayi yang disusuinya. Dalam satu kali hubungan seks secara tidak
aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara
statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV
melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui
hubungan seks yang tidak aman. Karena kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama
kita mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita melakukannya
secara aman dengan memakai kondom.
Page |4

GEJALA TERJANGKIT HIV/AIDS

Selain harus tahu cara penularannya,kita juga harus tahu gejala-gejala yang akan kita
rasakan apabila kita terjangkit virus HIV. Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan
terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan
kondisi tersebut akibat infeksi oleh  bakteri,  virus,  fungi dan parasit, yang biasanya
dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi
oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir
semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker
seperti sarkoma Kaposi,  kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang
disebut limfoma.

Tetapi ada beberapa tahapan yang akan kita rasakan apabila kita akan terjangkit virus
HIV. Seperti pada masa 3 bulan pertama,masa 5-7 tahun,dan masa kronis. Masa 3 bulan
pertama yaitu masa dimana kita sudah tertular penyakit tersebut. Sehabis tertular penyakit
tersebut tidak terlihat gejala akan tanda-tanda terkenanya penyakit HIV. Pada awalnya
sulit diketahui karena seringkali mirip penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare
sehingga penderita tampak sehat.

Pada masa 5-7 tahun yang sudah dijalani oleh si penderita maka penyakit tersebut baru
dapat terdeteksi dari tes darah. Yang akan menunjukkan adanya antibodi/virus HIV dalam
darah. Artinya positif HIV, akan tetapi dalam masa tersebut tidak timbul gejala yang
menunjukkan orang tersebut menderita AIDS, atau si penderita masih tampak sehat. Dan
terkhir adalah masa kronis.Dalam masa ini sering disebut masa sebagai penderita AIDS.
Gejala AIDS sudah timbul dan pada umumnya si penderita dapat bertahan 6 bulan sampai
2 tahun dan kemudian meninggal. Karena pada masa ini virus tersebut sudah menjalar
dan sistem imun pun mulai menurun sehingga mudah sekali terkena penyakit.Mereka
akan mudah terkena penyakit seperti penyakit saluran pernapasan,saluran
pencernaan,sistem integument, dan lain-lain. Dan pada masa inilah penderita akan
merasakan dampak-dampak dari AIDS yang sangat mempengaruhi hidupnya.

PENCEGAHAN HIV/AIDS MELALUI TRANSMISI SEKSUAL (PMTS)


Transmisi seksual adalah bertemunya sel kelamin dengan sel kelamin lainnya.
Mencegah HIV/AIDS melalui transmisi seksual adalah mencegah penularan virus HIV
baik kepada pasangan maupun janin hasil hubungan seksual dengan cara penetralisasi
sperma yang mengandung virus HIV dan pemberian antictrovirus.Beberapa hal yang
menjadi latar belakang diperlukannya program pencegahan HIV melalui PMTS adalah
Page |5

prevalensi gonore dan kalmidia di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia,


penggunaan kondom yang inkonsisten, resistensi obat gonore, kepatuhan menghabiskan
obat klamidia rendah, penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) meningkatkan resiko
terinfeksi HIV, dan yang sangat penting ternyata menurut sebuah penelitian penularan
virus HIV 53,2 % adalah melalui transmisi seksual, dan hanya 34,4 % melalui jarum
suntik.
Menurut Yayasan Rureka Indonesia setidaknya ada empat elemen kunci agar PMTS
dapat berjalan komprehensif. Pertama, komunikasi perubahan perilaku. Dalam konteks
program PMTS, perubahan perilaku yang diharapkan adalah perilaku seksual yang tidak
beresiko tertular HIV dan perilaku selalu mencari layanan kesehatan yang benar. Kedua,
penguatan pemangku kepentingan setempat, misalnya kepemimpinan, kebijakan lokal,
perda, keterlibatan pemilik wisma, mucikari, dan lain-lain. Ketiga, pengelolaan kondom
dan pelicin. Tujuannya adalah menjamin agar kondom dan pelicin selalu tersedia dan
terjangkau dalam jumlah yang cukup di lokasi. Untuk itu perlu ada persiapan dan
pengendalian kebutuhan, manajemen pengadaan dan pamasokan, manajemen
penyimpanan, pendistribusian dan mekanisme promosi ke pelanggan. Keempat, skrining
dan layanan. Selain empat elemen di atas, PMTS akan dapat berjalan lancar jika
masyarakat mengenal STD. STD atau Sexual Transmitted Diseas adalah penyakit
kelamin yang dapat menular melalui hubungan seks.
Beberapa macam penyakit yang tergolong STD adalah ghonorrea, chlamidya,
shiphilis, herves, dan HIV/AIDS. Pada umumnya penyakit-penyakit ini ditransmisikan
melalui hubungan seks dalam bentuk cairan seksual dan virus, bisa juga ditransmisikan
melalui darah atau bisa juga dari ibu ke bayinya. Sekarang kita fokuskan pembahasan
kepada transmisi virus HIV/AIDS. Sehubungan dengan resiko yang sangat berbahaya
dari HIV/AIDS ini maka masyarakat haruslah mendapat informasi yang jelas tentang cara
pencegahan menularnya virus ini. Pemerintah dan LSM yang peduli akan bahaya AIDS
dapat meningkatkan kegiatannya untuk memberikan informasi yang jelas kepada
masyarakat. Informasi yang salah dapat mengakibatkan bertambah luasnya penularan
virus ini. Dan yang lebih penting adalah informasi ini langsung menyentuh objek yang
dituju. Seperti yang telah dilakukan oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA)
Propinsi Papua. KPA Papua telah mengadakan pelatihan penyegaran akselerasi program
komprehensif pencegahan HIV melalui transmisi seksual. 
Selain dengan cara transmisi seksual,pencegahan HIV/AIDS juga dapat dilakukan
dengan cara Kesatu, Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi HIV. Cara yang paling
umum untuk menularkan HIV adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang
terinfeksi HIV. Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus menyebar
Page |6

dari satu orang ke orang lain. Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari
melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif terinfeksi
HIV, jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV/ AIDS, pastikan untuk
memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet. Kedua, Hati-hati dengan Jarum
suntik dan peralatan Bedah. Obat infus, jarum suntik dan peralatan tato dapat menjadi
sumber infeksi HIV. Jarum tato senjata,, dan pisau cukur adalah alat yang berpaparan
langsung dengan darah orang yang terinfeksi.
Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan ketika menggunakan jarum
dan peralatan bedah (1) Jangan menggunakan kembali Alat suntik sekali pakai. (2)
Bersihkan dan cuci peralatan bedah sebelum menggunakannya. (3) Jika Anda ingin tato,
pastikan itu dilakukan oleh sebuah toko tato bersih dan sanitasi. (4) Hindari penggunaan
obat-obat terlarang dan zat yang dikendalikan intravena.
Ketiga, Gunakan Kondom. Cara lain untuk penularan HIV adalah melalui kontak
seksual tidak terlindungi. kondom adalah baris pertama pertahanan Anda untuk
menghindari terinfeksi HIV. Hal ini sangat penting untuk menggunakan kondom saat
berhubungan seks, tidak hanya akan mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV, tetapi juga
dapat melindungi diri dari infeksi menular seksual lainnya. Kondom Lateks adalah yang
terbaik, tetapi Anda juga dapat menggunakan kondom polyurethane. Jangan
menggunakannya kembali dan pastikan bahwa tidak ada yang rusak di hambatan saat
menggunakannya.
Keempat Hindari Seks Bebas. HIV dan AIDS yang lebih lazim untuk orang dengan
banyak pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan seksual, Anda secara
dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV atau mendapatkan AIDS.
Namun itu tidak berarti bahwa Anda dapat berhenti menggunakan kondom, Anda masih
harus melakukan seks dilindungi bahkan jika Anda setia pada pasangan seksual Anda.
Jika kita bisa menjalankan segala cara-cara pencegahan HIV/AIDS kita pasti bisa
terhindar dari penyakit mematikan tersebut.Selain itu dengan membudayakan hidup sehat
kita juga akan terhindar dari segala penyakit.Setialah pada pasangan anda karena gonta
ganti pasangan merupakan salah satu penyebab penularan virus HIV/AIDS. Taatilah
segala norma dan peraturan-peraturan sosial agar kita bisa selalu dilindungi dari segala
yang dapat mencelakakan diri kita sendiri.
Page |7

STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ODHA


Stigma dan diskriminasi terkait HIV merupakan ciri negatif yang diberikan pada
seseorang sehingga menyebabkan tindakan yang tidak wajar dan tidak adil terhadap orang
tersebut berdasarkan status HIV nya (UNAIDS, 2012). Stigma dan diskriminasi terhadap
Orang dengan HIV AIDS (ODHA) sudah mengiringi epidemi HIV AIDS sejak awal.
Stigma memperberat tekanan pada ODHA yang sudah menghadapi situasi hidup yang
penuh dengan tekanan baik dari diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat (Adeyemi,
2007). Stigma terhadap ODHA bisa bermacam-macam bentuknya seperti pengasingan,
penolakan dan diskriminasi sehingga penderitanya mengalami ketakutan atas
pengungkapan statusnya yang pada akhirnya menyebabkan penyakit ini tersebar luas
secara terselubung (Gobel, 2016). Itulah Stigma masyarakat terhadap ODHA menurut
para ahli.

Bagi individu yang positif terinfeksi HIV, menjalani kehidupannya akan terasa sulit
karena dari segi fisik individu tersebut akan mengalami perubahan yang berkaitan dengan
perkembangan penyakitnya. Pandangan dan sikap lingkungan terhadap korban yang
umumnya belum bisa menerima, takut, mencap buruk, yang bisa berdampak pada
pengisolasian/pengucilan, penyingkiran serta diskriminasi, membuat penderita makin
tertekan.

Sekitar 50% laki-laki dan perempuan mengalami stigma dan perlakuan diskriminasi
terkait dengan status HIVnya di 35% negara di dunia. Akibat dari adanya stigma dan
diskriminasi, ODHA cenderung dikucilkan oleh keluarga, teman-temannya dan
lingkungan yang lebih luas. Pada sisi lain mereka juga mengalami diskriminasi dalam
pelayanan kesehatan, pendidikan dan hak-hak lainnya. Indeks stigma terhadap ODHA
mengindikasikan bahwa 1 dari 8 ODHA tidak mendapat pelayanan kesehatan karena
stigma dan diskriminas

Stigma merupakan atribut, perilaku, atau reputasi sosial yang mendiskreditkan dengan
cara tertentu. Stigma memiliki dua pemahaman sudut pandang, yaitu stigma masyarakat
dan stigma pada diri sendiri (self stigma). Stigma masyarakat terjadi ketika masyarakat
umum setuju dengan stereotipe buruk seseorang (misal, penyakit mental, pecandu, dll)
dan self stigma adalah konsekuensi dari orang yang distigmakan menerapkan stigma
untuk diri mereka sendiri. Lebih lanjut, stigma mempengaruhi kehidupan ODHA dengan
menimbulkan depresi dan kecemasan, rasa sedih, rasa bersalah, dan perasaan kurang
bernilai. Selain itu stigma dapat menurunkan kualitas hidup, membatasi akses dan
Page |8

penggunaan layanan kesehatan, dan mengurangi kepatuhan terhadap antiretroviral


(ARV).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi stigma terhadap ODHA. Diantaranya yaitu
ketakutan kontak dengan Orang HIV/AIDS. HIV dianggap penyakit yang mengancam
hidup, hubungan HIV dengan perilaku homoseksual, religi yang menyamakan HIV
dengan kesalahan moral yang pantas dihukum serta kurangnya pengetahuan mengenai
HIV. Selain itu kepatuhan terhadap agama juga menjadi faktor yang mempengaruhi
stigma terhadap ODHA. Mari kita lindungki tubuh kita sendiri dari penyakit HIV/AIDS.

Menurut Departemen kesehatan faktor yang mempengaruhi stigma pada ODHA


adalah masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai moral, agama dan budaya atau adat
istiadat bangsa timur (Indonesia) di mana masyarakatnya belum/tidak membenarkan
adanya hubungan di luar nikah dan seks dengan berganti-ganti pasangan, sehingga jika
virus ini menginfeksi seseorang, maka dianggap sebagai sebuah balasan akbibat
perilakunya yang merugikan diri sendiri. Dampaknya kondisi tersebut memberikan
kontribusi meluasnya epidemik HIV dan kematian jumlah penderita AIDS secara global.

HASIL RESET STIGMA MASYARAKAT TERHADAP ODHA

Stigma terhadap ODHA dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku negatif
seseorang apabila berhadapan dengan ODHA. Fokus penelitian ini adalah mengidentikasi
bentuk stigma masyarakat terhadap ODHA dan menganalisis hubungan faktor determinan
yang berkontribusi terhadap stigma masyarakat pada ODHA yang masih banyak terjadi di
masyarakat. Stigma muncul karena tidak tahunya masyarakat tentang informasi HIV yang
benar dan lengkap, khususnya dalam mekanisme penularan HIV, kelompok orang
berisiko tertular HIV dan cara pencegahannya termasuk penggunaan kondom. Stigma
merupakan penghalang terbesar dalam pencegahan penularan dan pengobatan HIV.
Selain itu, stigma terhadap ODHA juga menyebabkan orang yang memiliki gejala atau
diduga menderita HIV enggan melakukan tes untuk mengetahui status HIV karena
apabila hasilnya positif, mereka takut akan ditolak oleh keluarga dan khususnya oleh
pasangan. Munculnya stigma di masyarakat juga merupakan salah satu kendala yang
dihadapi dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat memengaruhi sikap seseorang terhadap


penderita HIV/AIDS. Stigma terhadap ODHA muncul berkaitan dengan tidak tahunya
seseorang tentang mekanisme penularan HIV dan sikap negatif yang dipengaruhi oleh
Page |9

adanya epidemi HIV/AIDS.14 Kesalahpahaman atau kurangnya pengetahuan masyarakat


tentang HIV/AIDS sering kali berdampak pada ketakutan masyarakat terhadap ODHA,
sehingga memunculkan penolakan terhadap ODHA. Pemberian informasi lengkap, baik
melalui penyuluhan, konseling maupun sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat
berperan penting untuk mengurangi stigma

Dari berbagai penelitian/reset yang ada dalam artikel didapatkan hasil bahwa Stigma
masyarakat terhadap ODHA di Indonesia masih buruk. Sekitar 70% masyarakat
Indonesia mempunyai cap buruk terhadap ODHA. Ini jauh lebih buruk dibandingkan
negara lainnya di wilayah khususnya Asia Tenggara. Orang yang terinfeksi HIV dan
AIDS dalam Bahasa Inggris disebut PLWHA (People Living with HIV/AIDS),
sedangkan di Indonesia kategori ini diberi nama ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS)
dan OHIDA (Orang yang hidup dengan HIV dan AIDS) baik keluarga serta
lingkungannya. ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV dan AIDS,
sebagai pengganti istilah penderita yang mengarah pada pengertian bahwa orang
tersebut sudah secara positif didiagnosa terinfeksi HIV.
Hasil untuk tema Stigma masyarakat terhadap ODHA di Indonesia ketakutan tertular
saat bersentuhan , partisipan mengungkapkan merasa takut untuk berjabat tangan dan
bersentuhan dan berusaha menjaga jarak dengan ODHA dan mengungkapkan merasa
takut, tapi kalau melihat pasien kasihan, dan bila terpaksa berjabat tangan akan cepat-
cepat mencuci tanganya dengan sabun dengan harapan tidak tertular penyakit HIV.
Telah muncul mitos yang salah di masyarakat bahwa berhubungan sosial dengan
penderita HIV-AIDS akan membuat kita tertular, seperti bersalaman, menggunakan WC
yang sama, tinggal serumah, menggunakan sprei yang sama dengan pendeirta HIV-
AIDS (Katiandagho, 2015).
Nasronudin (2014) juga mengungkapkan bahwa pemberitaan tentang penyakit HIV
dapat memberikan dampak negatif kelompok tertentu di masyarakat yang merasa
ketakutan berlebihan dan memberikan reaksi terhadap pengidap HIV dan keluarganya
yang cenderung emosional dan kurang manusiawi, berdasarkan fakta dilapangan
memang muncul ketakutan dimasyarakat yang cukup berlebihan sehingga membuat
partisipan enggan untuk melakukan kontak sosial dalam bentuk bersentuhan dengan
ODHA, serta segera mencuci tangan apabila terpaksa bersentuhan, tentunya hal ini
merupakan sikap yang kurang manusiawi karena dapat menimbulkan rasa rendah diri
pada ODHA, sehingga dapat mempengaruhi kondisi psikologisi maupun sosial ODHA
dalam berinteraksi dengan masyarakat.
P a g e | 10

KESIMPULAN

Stigma merupakan atribut, perilaku, atau reputasi sosial yang mendiskreditkan dengan
cara tertentu. Penatalaksanaan stigma masyarakat terhadap ODHA dapat dilakukan
dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang HIV dan AIDS, meningkatkan
peran serta dukungan teman sebaya, keluarga dan masyrakat. Peran dari tokoh
masyarakat maupun tokoh agama sebagai kelompok masyarakat yang disegani, ditengarai
dapat memengaruhi perilaku masyarakat. Salah satu caranya adalah melalui forum dialog
yang difasilitasi untuk mendukung upaya pengurangan stigma dan diskriminasi terhadap
ODHA. Rekomendasi review ini adalah melalui Pendidikan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai HIV/AIDS karena dalam banyak
penelitian dibuktikan sebagai salah satu faktor yang paling mempengaruhi terjadinya
pengurangan stigma ODHA di masyarakat.

SARAN

Perlu pemberian informasi HIV/AIDS yang lengkap kepada masyarakat


untuk memberikan pemahaman yang dapat mengubah persepsi individu dan
masyarakat .Termasuk keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat tentang
ODHA. Selain itu, juga diperlukan upaya penurunan stigma terhadap ODHA
melalui penyuluhan oleh tenaga kesehatan. Sebagai contoh untuk meluruskan
mitos dan penularan HIV/AIDS agar tidak terjadi kekhawatiran dan ketakutan
masyarakat terhadap ODHA.Mari kita stop stigma buruk terhadap Orang
Dengan HIV/AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

Shaluhiyah.Z, Mustofa, Widjanarko B.Stigma masyarakat terhadap ODHA. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional 2015, Volume 9.

Ade Latifa, Purwaningsih SS. Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita
HIV & AIDS. Jurnal Kependudukan Indonesia. 2011;VI(2)

Hayita, Farida; Puspita, Artie; dan DZ. Faudah. Stigma masyarakat terhadap Orang
dengan HIV AIDS (ODHA). Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.8 No.2, Desember 2017.

Nuwa, M. Saleh. Penanganan Terhadap Stigma Masyarakat tentang Orang Dengan


HIV/AIDS (ODHA) di Komunitas. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Volume
P a g e | 11

10 Nomor 1, Januari 2019

Kemenkes RI.2012.Pedoman Penghapusan Stigma dan Diskrimiasi. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat PPM.

Komisi Penanggulangan AIDS.2007. Strategi Pencegahan dan Penanggulangan HIV


AIDS.

Setiarto , H. Bimo; Karo, Marni Br; dan Tambaip, Titus .2021. Penanganan Virus
HIV/AIDS. Yogyakarta : CV Budi Utama

Aids,www.wikipedia.org. (diakses pada tanggal 18 Desember 2022)

Anda mungkin juga menyukai