Anda di halaman 1dari 20

A.

Sejarah penyakit HIV AIDS


Infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang
dewasa homoseksual, para peneliti menemukan peningkatan mendadak dari 2
jenis penyakit di kalangan kaum homeseksual di Amerika. Kedua penyakit itu
adalah Sarkome Koposi (sejenis kanker yang jarang terjadi) dan Pneumonia
Pnemokista (sejenis Peumonia yang hanya terjadi pada penderita gangguan
sistem kekebalan). Kegagalan sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan
timbulnya 2 jenis penyakit yang jarang ditemui ini sekarang dikenal dengan
AIDS.
Enam

tahun

kemudian

(1989),

AIDS

sudah

merupakan

penyakit

yang

mengancam kesehatan anak di Amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan


kematian pada lebih dari 8,000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang
setiap 10 detik. Karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat satu jenis agen infeksius. AIDS pada anak pertama kali
dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika
Serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin
meningkat. Pada bulan Desember 1989 di Amerika telah dilaporkan 1995 anak
yang berumur kurang dari 13 tahun yang menderita AIDS dan pada bulan Maret
1993 terdapat 4.480 kasus. Jumlah ini merupakan l,5 % dari seluruh jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat
356 anak dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun
anak-anak tertinggi di dunia adalah di Afrika terutama negara-negara Afrika SubSahara.
Sejak dimulainya epidemi HIV, AIDS telah mematikan lebih dari 25 juta orang;
lebih dari 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat
AIDS. Setiap tahun diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS; 500,000
diantaranya adalah anak di bawah umur 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi
infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang dan berkembang;
700,000 diantaranya terjadi pada anak-anak. Dengan angka transmisi sebesar ini
maka dari 37.8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat
2.1 juta anak-anak di bawah 15 tahun.
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan
epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization

tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya
ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis
pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negaranegara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV
digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negaranegara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC)
Amerika Serikat.

B. Definisi
"HIV" singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Untuk memahami apa
artinya, mari kita memecahnya.:

H - Manusia - Virus ini tertentu hanya dapat menginfeksi manusia.

I - Immunodeficiency - HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh dengan


menghancurkan sel-sel penting yang melawan penyakit dan infeksi. A
"kekurangan" sistem kekebalan tubuh tidak dapat melindungi Anda.

V - Virus - Virus hanya dapat bereproduksi sendiri dengan mengambil alih


sel dalam tubuh inangnya.

HIV adalah banyak seperti virus lainnya, termasuk yang menyebabkan " flu "atau
pilek biasa. Tapi ada perbedaan penting - dari waktu ke waktu, Anda sistem
kekebalan tubuh dapat membersihkan virus yang paling keluar dari tubuh Anda.
Itu tidak terjadi dengan HIV - sistem kekebalan tubuh manusia tidak bisa
menyingkirkan itu. Itu berarti bahwa sekali Anda memiliki HIV, Anda memiliki
untuk hidup.
Kita tahu bahwa HIV dapat menyembunyikan untuk jangka waktu yang lama
dalam sel-sel tubuh Anda dan menyerang bagian penting dari sistem kekebalan
tubuh - Anda -sel T atau sel CD4 . Tubuh Anda harus memiliki sel-sel ini untuk
melawan infeksi dan penyakit, tetapi HIV menyerang mereka, menggunakan
mereka

untuk

membuat

menghancurkan mereka.

lebih

banyak

salinan

dirinya,

dan

kemudian

Seiring waktu, HIV dapat menghancurkan begitu banyak sel CD4 Anda bahwa
tubuh Anda tidak dapat melawan infeksi dan penyakit lagi. Ketika itu terjadi,
infeksi HIV dapat menyebabkan AIDS, final tahap infeksi HIV .
Namun, tidak semua orang yang memiliki HIV berkembang menjadi AIDS.
Dengan tepat pengobatan , yang disebut "terapi antiretroviral" (ART), Anda
dapat menjaga tingkat virus HIV dalam tubuh Anda rendah. ART adalah
penggunaan obat-obatan HIV untuk melawan infeksi HIV. Ini melibatkan
mengambil

kombinasi

obat

HIV

setiap

hari.

Ini

obat-obatan

HIV

dapat

mengendalikan virus sehingga Anda dapat hidup lebih lama, hidup sehat dan
mengurangi risiko penularan HIV kepada orang lain. Sebelum pengenalan ART
pada pertengahan 1990-an, orang-orang dengan HIV bisa berkembang menjadi
AIDS hanya dalam beberapa tahun. Hari ini, orang yang didiagnosis dengan HIV
dan diobati sebelum penyakit ini jauh maju dapat memiliki harapan hidup yang
hampir normal.
Ada obat yang aman dan efektif untuk HIV saat ini ada, tetapi para ilmuwan
bekerja keras untuk menemukan satu, dan tetap berharap.
"AIDS" adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome. Untuk
memahami apa artinya, mari kita memecahnya:

A - Acquired - AIDS bukanlah sesuatu yang Anda mewarisi dari orang tua
Anda. Anda mendapatkan AIDS setelah lahir.

I - Immuno - sistem kekebalan tubuh Anda mencakup semua organ dan


sel-sel yang bekerja untuk melawan infeksi atau penyakit.

D - Kekurangan - Anda mendapatkan AIDS saat sistem kekebalan tubuh


Anda adalah "kekurangan", atau tidak bekerja dengan cara yang
seharusnya.

S - Syndrome - sindrom adalah kumpulan dari gejala dan tanda-tanda


penyakit.

AIDS

adalah

sindrom,

bukan

penyakit

tunggal,

karena

merupakan penyakit yang kompleks dengan berbagai komplikasi dan


gejala .

Seperti disebutkan di atas, AIDS adalah akhir tahap infeksi HIV , dan tidak semua
orang yang memiliki HIV maju ke tahap ini. Orang pada tahap ini penyakit HIV
telah rusak parah sistem kekebalan tubuh, yang menempatkan mereka pada
risiko infeksi oportunistik (IO).
Terdapat 2 jenis virus penyebab AIDS yaitu HIV-1, HIV-2, HIV yang banyak
ditemukan di daerah Barat, Eropa, Afrika Tengah, Selatan, dan Timur. Sedangkan
HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat.

Anda dianggap telah berkembang menjadi AIDS jika Anda memiliki satu atau
lebih spesifik IO , kanker tertentu , atau jumlah yang sangat rendah sel CD4 . Jika
Anda memiliki AIDS, Anda akan perlu intervensi medis dan pengobatan untuk
mencegah kematian.

C. Penularan HIV Pada Manusia


Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan mengandung sel terinfeksi
atau partikel virus. Yang dimaksud dengan cairan tubuh disini adalah darah,
semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, dan air susu ibu. Dalam konsentrasi
yang lebih kecil, virus juga terdapat pada air mata, air kemih, dan air ludah.
HIV ditularkan melalui cara-cara berikut :
1. Hubungan seksual dengan penderita, dimana selaput lendir mulut, vagina
atau

rektum

terkontaminasi.

berhubungan

langsung

dengan

cairan

tubuh

yang

2. Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi. Hal ini sering terjadi pada
saat transfusi darah, pemakaian jarum bersama-sama atau tidak sengaja
tergores oleh jarum yang terkontaminasi virus HIV.
3. Pemindahan virus dari yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau
selama proses kelahiran
4. Melalui ASI
HIV tidak ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang tidak bersifat
seksual di tempat bekerja, sekolah ataupun dirumah. Belum pernah dilaporkan
kasus penularan HIV melalui batuk atau bersin penderita maupun melalui gigitan
nyamuk.
Virus HIV yang telah masuk ke dalam tubuh seseorang tidak akan menimbulkan
gejala-gejala yang terlihat secara fisik sehingga penderitanya terlihat normal
seperti tidak sedang terkena penyakit. Namun, perlu diwaspadai, walaupun dari
luar penderita HIV tampak normal-normal saja, tetapi dia dapat menularkan virus
tersebut kepada orang lain dalam berbagai cara yang mungkin juga tidak
disadari oleh penderita itu.

Cara penularan virus ini bisa bermacam-macam misalnya melalui hubungan


seksual, penggunaan jarum suntik berganti-berganti orang, transfusi darah,
bahkan pada ibu hamil yang menularkan pada bayi yang sedang dikandungnya.
Jika virus HIV telah masuk ke tubuh seseorang baru beberapa tahun kemudian
virus ini akan mulai menyerang sistem kekebalan tubuh pada sel darah putih.
Kekebalan tubuh seseorang yang terinfeksi HIV biasanya akan terus menurun
dan kemudian hilang dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun. Pada saat itulah
ciri-ciri seseorang yang terkena HIV baru muncul. Seperti berat badan yang terus
menerus turun, mengalami diare berkepanjangan, munculnya panas tinggi yang

tidak dapat sembuh, lalu diikuti dengan bercak-bercak kemerahan, dan batuk
berkepanjangan.
Setelah mengalami gejala-gejala tersebut, seseorang telah dinyatakan terkena
penyakit AIDS. Setelah kekebalan tubuh seseorang hilang maka penyakit akan
mudah menghinggapi orang tersebut. Penyakit akan terus menghunggapi oarang
tersebut. Penyakit akan terus menerus hingga sampai suatu saat muncul
penyakit yang benar-benar berbahaya yang kemudian akan mengakibatkan
kematian.

D. Faktor risiko
Ketika HIV / AIDS pertama kali muncul di Amerika Serikat, terutama dipengaruhi
pria yang berhubungan seks dengan laki-laki. Namun, sekarang jelas bahwa HIV
juga menyebar melalui hubungan seks heteroseksual.
Siapapun dari segala usia, ras, jenis kelamin atau orientasi seksual dapat
terinfeksi, tetapi Anda berada di risiko terbesar dari HIV / AIDS jika Anda:

Berhubungan seks tanpa kondom. Hubungan seks tanpa kondom


berarti berhubungan seks tanpa menggunakan kondom lateks baru atau
polyurethane setiap kali. Seks anal lebih berisiko daripada hubungan seks
vaginal. Risiko meningkat jika Anda memiliki beberapa mitra seksual.

Memiliki IMS lain. Banyak infeksi menular seksual (IMS) menghasilkan


luka terbuka pada alat kelamin Anda. Luka ini bertindak sebagai pintu
untuk HIV memasuki tubuh Anda.

Gunakan

obat

intravena.

Orang-orang

yang

menggunakan

obat

intravena sering berbagi jarum suntik. Ini menghadapkan mereka untuk


tetesan darah orang lain.

Apakah seorang pria yang tidak disunat. Studi menunjukkan bahwa


kurangnya sunat meningkatkan risiko penularan heteroseksual HIV.

E. Penyebaran Dalam Tubuh


Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah
putih yang di maksud. Materi genetik virus yang dimasukkan ke dalam DNA sel
yang

terinfeksi.

Di

dalam

sel,

virus

berkembang

biak

pada

akhirnya

menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus
yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang disebut
CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor
biasanya disebut sel CD4+ atau disebut limfosit T Helper. Limfosit T Helper
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lain pada sistem kekebalan
(misalnya limfosit B, makrofag, dan limfosit T stitostik), yang kesemuanya
membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T Helper , sehingga terjadi
kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinnya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit T Helper melalui 3 tahap
selama beberapa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/ml
darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel
menurun sebanyak 40-50%. Selama berbulan-bulan ini penderita bisa
menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di luar darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi
tubuh tidak dapat meredakan infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai
kadar yang stabil yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel
CD4+ dan penularan penyakit pada orang lain terus berlanjut. Kadar
partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu
dokter mendapati orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS , jumlah CD4+ biasanya menurun
drastis. Jika kadarnya turun hingga 200 sel/ml darah, maka penderita
menjadi rentan terhadap infeksi.

Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B


adalah limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV menyebabkan
produksi antibodi berlebihan. Antibodi yang diperuntukan melawan HIV dan
infeksi lain banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada
AIDS.

Pada saat yang bersamaan , penghancuran CD4+ oleh virus menyebabkan


berkurangnya kemampuan sistem kekebaln tubuh dalam mengenali dan sasaran
baru yang harus diserang.

F. Gejala
Gejala HIV dan AIDS bervariasi, tergantung pada fase infeksi.
1. Infeksi primer/akut
Dalam waktu 2 sampai 4 minggu setelah infeksi HIV, Anda mungkin merasa
sakit dengan gejala seperti flu. Ini disebut sindrom retroviral akut (ARS) atau
infeksi HIV primer, dan itu respon alami tubuh terhadap infeksi HIV. (Tidak semua
orang berkembang ARS, namun-dan beberapa orang mungkin tidak memiliki
gejala.)
Tanda dan gejala mungkin termasuk:

Demam

Sakit kepala

Nyeri otot

Ruam

Panas dingin

Sakit tenggorokan

Mulut atau ulkus genital

Kelenjar getah bening, terutama di leher

Nyeri sendi

Keringat malam

Diare

Selama periode ini infeksi, jumlah besar HIV sedang diproduksi dalam tubuh
Anda. Virus ini menggunakan sel-sel sistem kekebalan tubuh penting yang
disebut sel CD4 untuk membuat salinan dari dirinya sendiri dan menghancurkan
sel-sel ini dalam proses. Karena itu, jumlah CD4 bisa jatuh dengan cepat.
Kemampuan Anda untuk menyebarkan HIV tertinggi selama tahap ini karena
jumlah virus dalam darah sangat tinggi.
Akhirnya, respon imun Anda akan mulai untuk membawa jumlah virus dalam
tubuh Anda kembali ke tingkat yang stabil. Pada titik ini, jumlah CD4 Anda
kemudian akan mulai meningkat, tapi mungkin tidak kembali ke tingkat prainfeksi.
2. Infeksi laten klinis (tidak aktif atau dormansi)
Periode ini kadang-kadang disebut infeksi HIV tanpa gejala atau infeksi HIV
kronis. Selama fase ini, HIV masih aktif, tapi mereproduksi pada tingkat yang
sangat rendah. Pada beberapa orang, pembengkakan kelenjar getah bening
yang terus-menerus terjadi selama klinis laten HIV. Jika tidak, tidak ada tandatanda dan gejala spesifik. HIV tetap dalam tubuh, namun, dan sel darah putih
yang terinfeksi. Orang yang memakai terapi antiretroviral (ART) dapat hidup
dengan latency klinis selama beberapa dekade. Bagi orang-orang yang tidak
memakai ART, periode ini bisa bertahan hingga satu dekade, tetapi beberapa
mungkin maju melalui fase ini lebih cepat. Penting untuk diingat bahwa Anda
masih dapat menularkan HIV kepada orang lain selama fase ini bahkan jika Anda
diperlakukan dengan ART, meskipun ART sangat mengurangi risiko. Menjelang
tengah dan akhir periode ini, viral load mulai meningkat dan jumlah CD4 mulai
turun.
Infeksi laten klinis biasanya berlangsung delapan sampai 10 tahun. Beberapa
orang tinggal di tahap ini lebih lama lagi, tetapi yang lain berkembang menjadi
penyakit yang lebih parah lebih cepat.
3. Infeksi AIDS
Ini adalah tahap infeksi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh rusak parah
dan Anda menjadi rentan terhadap infeksi dan kanker terkait infeksi disebut
penyakit oportunistik. Ketika jumlah sel CD4 Anda turun di bawah 200 sel per

milimeter kubik darah (200 sel / mm3), Anda dianggap telah berkembang
menjadi AIDS. (Jumlah CD4 normal adalah antara 500 dan 1.600 sel / mm3.)
Anda juga dapat didiagnosis dengan AIDS jika Anda mengembangkan satu atau
lebih oportunistik penyakit, terlepas dari jumlah CD4. Tanpa pengobatan, orang
yang didiagnosis dengan AIDS biasanya bertahan sekitar 3 tahun. Setelah
seseorang memiliki penyakit oportunistik yang berbahaya, harapan hidup tanpa
pengobatan jatuh ke sekitar 1 tahun. Orang dengan AIDS membutuhkan
pengobatan medis untuk mencegah kematian.
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda terinfeksi HIV adalah untuk
diuji. Anda tidak dapat mengandalkan gejala untuk mengetahui apakah Anda
memiliki HIV. Banyak orang yang terinfeksi HIV tidak memiliki gejala sama
sekali selama 10 tahun atau lebih. Beberapa orang yang terinfeksi HIV laporan
mengalami gejala seperti flu (sering digambarkan sebagai "flu terburuk yang
pernah") 2 sampai 4 minggu setelah terpapar. Gejalanya bisa berupa:

Demam

Pembesaran kelenjar getah bening

Sakit tenggorokan

Ruam

Gejala-gejala ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu.
Selama ini, infeksi HIV mungkin tidak muncul pada tes HIV, tetapi orang-orang
yang memilikinya sangat menular dan dapat menyebarkan infeksi kepada orang
lain.

Sistem tahapan infeksi WHO

Grafik hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4 + pada rata-rata infeksi HIV
yang tidak ditangani. Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang.
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai
infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien
yang terinfeksi dengan HIV-1.bSistem ini diperbarui pada bulan September tahun
2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah
ditangani pada orang sehat.

Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang


saluran pernapasan atas yang berulang

Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea,


bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

Sistem klasifikasi CDC


Terdapat dua definisi tentang AIDS, yang keduanya dikeluarkan oleh Centers for
Disease Control and Prevention (CDC). Awalnya CDC tidak memiliki nama resmi
untuk penyakit ini; sehingga AIDS dirujuk dengan nama penyakit yang
berhubungan dengannya, contohnya ialah limfadenopati. Para penemu HIV
bahkan pada mulanya menamai AIDS dengan nama virus tersebut. CDC mulai

menggunakan kata AIDS pada bulan September tahun 1982, dan mendefinisikan
penyakit ini.bTahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS mereka dengan
memasukkan semua orang yang jumlah sel T CD4 + di bawah 200 per L darah
atau 14% dari seluruh limfositnya sebagai pengidap positif HIV. Mayoritas kasus
AIDS di negara maju menggunakan kedua definisi tersebut, baik definisi CDC
terakhir maupun pra-1993. Diagnosis terhadap AIDS tetap dipertahankan,
walaupun jumlah sel T CD4+ meningkat di atas 200 per L darah setelah
perawatan ataupun penyakit-penyakit tanda AIDS yang ada telah sembuh.

G. Pengembangan menjadi AIDS


Jika Anda tidak menerima pengobatan untuk infeksi HIV Anda, penyakit ini
biasanya berkembang menjadi AIDS dalam waktu sekitar 10 tahun. Pada saat
AIDS berkembang, sistem kekebalan tubuh Anda telah rusak parah, membuat
Anda rentan terhadap infeksi oportunistik - penyakit yang tidak akan kesulitan
seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Tanda-tanda dan gejala dari beberapa infeksi ini dapat mencakup:

Perendaman berkeringat di malam hari

Menggigil atau demam tinggi dari 100 F (38 C) selama beberapa minggu

Batuk

Sesak napas

Diare kronis

Bintik-bintik putih persisten atau lesi yang tidak biasa di lidah atau di
mulut Anda

Sakit kepala

Persistent, dijelaskan kelelahan

Penglihatan kabur dan terdistorsi

Berat badan

Ruam kulit atau benjolan .

Bagaimana HIV menjadi AIDS?


HIV menghancurkan sel CD4 - jenis tertentu dari sel darah putih yang
memainkan peran besar dalam membantu tubuh melawan penyakit Anda.
Sistem kekebalan tubuh melemah sebagai sel CD4 yang lebih tewas. Anda dapat
memiliki infeksi HIV selama bertahun-tahun sebelum berkembang menjadi AIDS.
Orang yang terinfeksi HIV AIDS ketika jumlah CD4 mereka turun di bawah 200
atau mereka mengalami komplikasi terdefinisi AIDS, seperti:

Pneumonia pneumonia

Cytomegalovirus

Tuberkulosis

Toksoplasmosis

Kriptosporidiosis

H. Komplikasi
Infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda, membuat Anda sangat
rentan terhadap berbagai infeksi dan beberapa jenis kanker.
1. Infeksi umum untuk HIV / AIDS

Tuberkulosis (TB). Di negara-negara miskin sumber daya, TB adalah


infeksi oportunistik yang paling umum yang terkait dengan HIV dan
merupakan penyebab utama kematian di antara orang dengan AIDS.
Jutaan orang saat ini terinfeksi HIV dan tuberkulosis, dan banyak ahli
menganggap dua penyakit menjadi epidemi kembar.

Salmonellosis. Anda kontrak infeksi bakteri ini dari makanan atau air
yang terkontaminasi. Tanda dan gejala termasuk diare berat, demam,
menggigil, sakit perut dan, kadang-kadang, muntah. Meskipun setiap
orang terkena bakteri salmonella dapat menjadi sakit, salmonellosis jauh
lebih umum pada orang HIV-positif.

Cytomegalovirus. Umum virus herpes ini ditransmisikan dalam cairan


tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani dan air susu ibu. Sebuah sistem
kekebalan tubuh yang sehat menginaktivasi virus, dan tetap aktif di dalam
tubuh Anda. Jika sistem kekebalan tubuh melemah, virus muncul kembali menyebabkan kerusakan pada mata Anda, saluran pencernaan, paru-paru
atau organ lain.

Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi terkait HIV umum. Hal ini


menyebabkan peradangan dan tebal, lapisan putih pada selaput lendir
mulut, lidah, kerongkongan atau vagina. Anak-anak mungkin memiliki
gejala parah terutama di mulut atau kerongkongan, yang dapat membuat
makan menyakitkan.

Kriptokokal meningitis. Meningitis adalah peradangan pada selaput dan


cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem saraf pusat umum yang terkait
dengan HIV, disebabkan oleh jamur yang ditemukan di dalam tanah.
Penyakit ini juga dapat dikaitkan dengan burung atau kotoran kelelawar.

Toxoplasmosis. Infeksi yang mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma


gondii, parasit menyebar terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi
lulus parasit dalam tinja mereka, dan parasit kemudian dapat menyebar
ke hewan dan manusia lainnya.

Cryptosporidiosis. Infeksi ini disebabkan oleh parasit usus yang umum


ditemukan pada hewan. Anda kontrak kriptosporidiosis ketika Anda
menelan makanan yang terkontaminasi atau air. Parasit tumbuh di usus
dan saluran empedu, menyebabkan parah, diare kronis pada orang
dengan AIDS.

2. Kanker umum untuk HIV / AIDS

Sarkoma Kaposi. Tumor pada dinding pembuluh darah, kanker ini jarang
terjadi pada orang yang tidak terinfeksi HIV, tetapi umum pada orang HIVpositif.

Sarkoma Kaposi biasanya muncul sebagai lesi merah muda, merah atau
ungu pada kulit dan mulut. Pada orang dengan kulit lebih gelap, lesi
mungkin terlihat coklat tua atau hitam. Sarkoma Kaposi juga dapat
mempengaruhi organ-organ internal, termasuk saluran pencernaan dan
paru-paru.

Limfoma. Kanker jenis ini berasal sel darah putih dan biasanya pertama
kali muncul dalam kelenjar getah bening Anda. Tanda awal yang paling
umum adalah rasa sakit pembengkakan kelenjar getah bening di leher,
ketiak atau pangkal paha.

3. Komplikasi lain

Wasting syndrome. Rejimen pengobatan agresif telah mengurangi


jumlah kasus sindrom wasting, tetapi masih mempengaruhi banyak orang
dengan AIDS. Ini didefinisikan sebagai kehilangan setidaknya 10 persen
dari berat badan, sering disertai dengan diare, kelemahan kronis dan
demam.

Komplikasi neurologis. Meskipun AIDS tidak muncul untuk menginfeksi


sel-sel saraf, dapat menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan,
pelupa, depresi, kecemasan dan kesulitan berjalan. Salah satu komplikasi
neurologis yang paling umum adalah kompleks demensia AIDS, yang
mengarah ke perubahan perilaku dan fungsi mental berkurang.

Penyakit ginjal. Nefropati terkait HIV (HIVAN) adalah peradangan filter


kecil di ginjal yang menghapus kelebihan cairan dan limbah dari aliran
darah Anda dan meneruskannya ke urin Anda. Karena predisposisi
genetik, risiko pengembangan HIVAN jauh lebih tinggi pada orang kulit
hitam.
Terlepas dari jumlah CD4, ART harus dimulai pada mereka yang
didiagnosis dengan HIVAN.

I. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV. Kurang dari
1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani tes

HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya
0,5% wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan
umum memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan, atau
menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas
kesehatan umum pedesaan. Dengan demikian, darah dari para pendonor dan
produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus
selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot,
dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut,
darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan
berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period)
bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu
3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula testes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA,
yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak
disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan
secara rutin di negara-negara maju.
Tes HIV direkomendasikan untuk mereka yang mempunyai resiko tertular HIV.
Penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, melalui alat yang tidak steril
setelah dipakai pengidap HIV, misal jarum suntik, jarum tattoo, pisau cukur.
Penularan HIV bisa juga melalui transfusi darah

J. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan assay antibodi dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV.


Tetapi karena antibodi anti HIV maternal ditransfer secara pasif selama
kehamilan dan dapat dideteksi hingga usia anak 18 bulan, maka adanya
hasil antibodi yang positif pada anak kurang dari 18 bulan tidak serta
merta menjadikan seorang anak pasti terinfeksi HIV. Karenanya diperlukan
uji laboratorik yang mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti:
assay untuk mendeteksi DNA HIV dari plasma assay untuk mendeteksi
RNA HIV dari plasma assay untuk mendeteksi antigen p24 Immune
Complex Dissociated (ICD)

Teknologi uji virologi masih dianggap mahal dan kompleks untuk negara
berkembang. Real time PCR(RT-PCR) mampu mendeteksi RNA dan DNA
HIV, dan saat ini sudah dipasarkan dengan harga yang jauh lebih murah
dari sebelumnya. Assay ICD p24 yang sudah dikembangkan hingga
generasi keempat masih dapat dipergunakan secara terbatas. Evaluasi
dan pemantauan kualitas uji laboratorium harus terus dilakukan untuk
kepastian program. Selain sampel darah lengkap (whole blood) yang sulit
diambil pada bayi kecil, saat ini juga telah dikembangkan di negara
tertentu penggunaan dried blood spots (DBS) pada kertas saring tertentu
untuk uji DNA maupun RNA HIV. Tetapi uji ini belum dipergunakan secara
luas, masih terbatas pada penelitian.

Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan


diagnosis definitif HIV pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan,
antibodi HIV dapat digunakan untuk mengeksklusi infeksi HIV, paling dini
pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak mendapat ASI atau
yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu
sebelum dilakukannya uji antibodi. Dasarnya adalah antibodi maternal
akan sudah menghilang dari tubuh anak pada usia 12 bulan. Pada anak
yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji cepat (rapid
test) dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang
dewasa. Pemeriksaan laboratorium lain bersifat melengkapi informasi dan
membantu dalam penentuan stadium serta pemilihan obat ARV. Pada
pemeriksaan

darah

tepi

dapat

dijumpai

anemia,

leukositopenia,

limfopenia, dan trombositopenia. Hal ini dapat disebabkan oleh efek

langsung HIV pada sel asal, adanya pembentukan autoantibodi terhadap


sel asal, atau akibat infeksi oportunistik.

Jumlah limfosit CD4 menurun dan CD8 meningkat sehingga rasio CD4/CD8
menurun. Fungsi sel T menurun, dapat dilihat dari menurunnya respons
proliferatif sel T terhadap antigen atau mitogen. Secara in vivo,
menurunnya fungsi sel T ini dapat pula dilihat dari adanya anergi kulit
terhadap antigen yang menimbulkan hipersensitivitas tipe lambat. Kadar
imunoglobulin meningkat secara poliklonal. Tetapi meskipun terdapat
hipergamaglobulinemia, respons antibodi spesifik terhadap antigen baru,
seperti respons terhadap vaksinasi difteri, tetanus, atau hepatitis B
menurun.

Kapan tes HIV dilakukan?


Dokter yang telah berperan dalam Laboratorium Rujukan Nasional HIV melalui
tahun 1997 ini menjelaskan bahwa ada masa jendela (window periode) yaitu
waktu dimana seseorang sudah tertular HIV namun jika dilakukan pemeriksaan
maka hasil tesnya negatif. Oleh karenanya pemeriksaan dilakukan setelah masa
jendela terlewati. Lamanya masa jendela ini berbeda-beda untuk setiap jenis
pemeriksaan. Masa jendela untuk tes antibodi terhadap antigen HIV yang
digunakan untuk diagnosis di Indonesia saat ini adalah 1-3bulan. Untuk
pemeriksaan menggunakan metode PCR (Polimerase Chain Reaction), masa
jendelanya adalah 5-7 hari. Sedangkan masa jendela untuk pemeriksaan antigen
HIV adalah 1-3 minggu.
Metode yang digunakan saat ini, penegakkan diagnosis HIV menggunakan
deteksi antibodi terhadap HIV, bukan dengan pemeriksaan PCR maupun antigen.
Karena sama dengan infeksi virus lainnya, infeksi HIV akan menimbulkan reaksi
antibodi

yang

kemudian

dideteksi

dengan

alat

tertentu

kemudian

diintrepretasikan. Pada dasarnya ditunggu apakah nanti muncul antibodi atau


tidak. Setiap pemeriksaan mempunyai kelemahan, dapat positif palsu maupun
negatif palsu.
Secara umum pemeriksaan antibodi dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pemeriksaan
penyaring

yang

sebaiknya

dilanjutkan

dengan

pemeriksaan

konfirmasi.

Pemeriksaan penyaring biasanya dilakukan menggunakan tes antibodi. Semua


pemeriksaan

antigen-antibodi

ada

cross-reaction

atau

reaksi

silangnya.

Contohnya apabila seseprang mengalami infeksi A bisa jadi timbul antibodi yang
mirip dengan antibodi HIV. Oleh karena itu bisa saja terjadi positif palsu karena
reaksi silang dengan antibodi lain. Pada pemeriksaan HIV bisa juga terjadi negatif
palsu karena reagen tidak mengenali antibodi HIV. HIV bisa terus bermutasi.
Setiap waktu virusnya bisa berubah, di daerah yang berbeda virusnya pun bisa
berbeda. Oleh karena itu harus mencari reagen yang cocok untuk di wilayahnya
masing-masing. Uji cobanya pun harus dilakukan secara berkala dan terus
menerus sebab bisa saja reagen yang ada sekarang tidak bisa lagi mengenali
virus HIV 5 tahun yang akan datang karena virusnya mengalami mutasi.
Hasil dari pemeriksaan antibodi dinyatakan reaktif dan belum dinyatakan
positif jika belum melalui uji konfirmasi. Pada hakikatnya diagnosis HIV tidak
hanya berdasarkan hasil laboratorium atau tes penyaring semata melainkan
harus dibarengi dengan evaluasi klinis atau kondisi kesehatan pasien. Jika kondisi
pasien termasuk dalam resiko terkena HIV menunjukkan gejala dan tanda-tanda
penurunan sistem kekebalan tubuh yang nyata, maka hasil tes penyaring yang
reaktif cukup untuk menyimpulkan bahwa ia terinfeksi HIV. Namun apabila tes
penyaring reaktif tetapi ia tidak disertai tanda dari gejala yang mengarah ke
penurunan sistem imun , maka masih memerlukan tes konfirmasi menggunakan
metode Western Blot.
Tes konfirmasi yang dilakukan adalah tes untuk mendeteksi antibodi spesifik
terhadap komponen virus HIV. Kriteria pemeriksaan konfirmasi adalah minimak
dari dua antibodi yang berbeda, yaitu antibodi yang asalnya dari core/inti dan
envelope. Dikatakan positif jika kedua pemeriksaan antibodi ini positif, tetapi jika
salah satu saja yang positif maka dinyatakan belum dapat ditentukan atau
indeterminate. Hasil indeterminate dapat disebabkan oleh pembentukan
antibodi yang belum lengkap atau reaksi silang oleh antibodi lain. Pada keadaan
tersebut perlu dilakukan pemantauan dengan mengulang pemeriksaan minimal
setiap 3 bulan.
Jika

setahun

kemudian

diperiksa

kembali

dan

hasilnya

masih

juga

indeterminate, maka dinyatakan tidak terinfeksi HIV. Pemeriksaan ulang


dengan hasil yang negatif juga berarti orang tersebut tidak terinfeksi HIV. Pada
orang dengan klinis atau penurunan kekebalan tubuh yang berat dapat juga hasil
pemeriksaannya negatif karena sistem imun yang terlalu rendah sehingga tidak
bereaksi. Pada orang seperti ini tetap disimpulkan bahwa dia terinfeksi HIV. Oleh

karenanya, pelaksanaan dan interpretasi pemeriksaan HIV ini sangat individual,


kasus-per kasus.
Pemilihan Reagen
Di Indonesia jumlah penyandang HIV kurang dari 10%populasi, sesuai dengan
saran dari WHO dan UNG pemeriksaan HIV di Indonesia mengikuti pemeriksaan
HIV strategi tiga, yakni pemeriksaan yang dilakukan harus dengan tiga reagen
yang berbeda. Syarat reagen pertama adalah reagen yang paling sensitif yang
ada di Indonesia, yaitu di atas 99%. Jika hasil pemeriksaan pertama reaktif maka
dilanjutkan dengan reagen kedua. Jika reagen kedua reakif maka dilanjutkan
dengan reagen ketiga. Jika hasil dari ketiga reagen tersebut reaktif maka
dinyatakan sebagai reaktif.
Syarat reagen kedua dan ketiga adalah spesifisitasnya yang tinggi (spesifik
terhadap virus HIV). Agar hasilnya akurat, dalam melakukan pemeriksaan ketiga
antigenyang digunakan harus berbeda atau bisa menggunakan antigen yang
sama tetapi metode yang dipakai untuk setiap pemeriksaan berbeda.
Rangkaian tiga pemeriksaan ini harus dilakukan sebelum mengumumkan
hasilnya. Namun jika pemeriksaan pertama negatif makan tidak perlu dilanjutkan
pemeriksaan kedua dan ketiga.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.cdc.gov/hiv/
http://www.edukia.org/web/kbibu/7-5-2-hivaids/
http://penyakithivaids.com/
http://www.who.int/hiv/en/

Pusat Pengendalian dan Penyakit Pencegahan, Institut Nasional Alergi dan Penyakit
Menular, Organisasi Kesehatan Dunia (364 JAMA , 21 Juli 2010-Vol 304, No 3)

Anda mungkin juga menyukai