Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

PERCOBAAN IV

PEMERIKSAAN SEROLOGI HIV

OLEH :

NAMA : JIHAN ARHAM


NIM : A2019001038
KELAS : E2 TLM
KELOMPOK : I (SATU)
DOSEN : TAUFIK WALHIDAYAH, S.Si, M.Biomed.Sc

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

AIDS adalah suatu keadaan akibat menurunnya system kekebalan tubuh


secara bertahap disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai HIV (Human
ImmunodeÞ ciency Virus) atau lebih tepat yaitu Human T-Cell
Lymphdenopathy Associated Virus (LAV)

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak


langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut

Infeksi HIV bisa terjadi bila virus tersebut atau sel-sel yang terinfeksi virus
masuk ke dalam aliran darah. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, penderita
yang telah terinfeksi HIV, akan terinfeksi lebih lanjut dengan bakteri, virus, atau
protozoa yang menyebabkan multiplikasi AIDS virus pada penderita tersebut.
Adapun macam cara pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi
antibodi yang spesiÞ k terhadap HIV yakni secara kualitatif dan kuantitatif.
Salah satu metode pemeriksaan yang digunakan sebagai screening test diagnosa
AIDS adalah ImunokromatograÞ Rapid Test (cara kualitatif).

Perumusan masalahnya adalah adanya infeksi HIV dapat dideteksi secara


kualitatif dengan metode ImunokromatograÞ Rapid Test sebagai screening test
untuk membantu diagnosa AIDS Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
adanya antibodi spesiÞ k secara kualitatif terhadap infeksi virus HIV dalam
serum penderita dengan menggunakan metode ImunokromatograÞ Rapid Test.
B.Tujuan praktikum

Mengetahui prinsip uji serologi mendeteksi antigen dan antibodi


pada infeksi HI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan


kumpulan dari gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan
oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia karena virus HIV, sementara HIV
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat
melemahkan kekebalan tubuh pada manusia. Kasus HIV/AIDS ini merupakan
suatu kasus yang sangat fatal di masyarakat, dimana setiap penderita akan
berakhir dengan kematian. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan
sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih
kecil dari pada jumlah sebenarnya (Afi darti,2019)

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang terjadi di kalangan


masyarakat yang belum ditemukan vaksin atau obat yang efektif untuk
pencegahan HIV/AIDS hingga saat ini. Secara global terdapat 36 juta orang
dengan HIV di seluruh dunia, di Asia Selatan dan Tenggara terdapat kurang lebih
5 juta orang dengan HIV. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
penambahan kasus HIV/AIDS tercepat di Asia Tenggara, dengan estimasi
peningkatan angka kejadian infeksi HIV lebih dari 36%. Epidemi HIV/AIDS di
Indonesia bertumbuh paling cepat di antara negara-negara di Asia ( Marlinda,2017
)

HIV bukan hanya ancaman bagi keselamatan jiwa ibu, tetapi juga
merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya. Lebih dari 90% kasus anak
HIV mendapatkan infeksi karena tertular dari ibunya Pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan HIV pada
kehamilan secara dini dan mengikuti program pencegahan penularan HIV dari ibu
ke bayi atau PMTCT (Prevention of mother to child HIV transmission)
(Halim,2016)

Pengetahuan HIV/AIDS terdiri atas empat bagian pengetahuan, yaitu:


HIV/AIDS, cara penularan, dan cara pencegahan18 serta Prevention Mother to
Child Transmission (PMTCT).19 Pengetahuan dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu pengetahuan kurang dan pengetahuan cukup. Pengetahuan kurang
jika jawaban responden yang benar < 8 dari 12 pertanyaan, sedangkan
pengetahuan cukup jika jawaban responden yang benar > 8 dari 12 pertanyaan
(Situmeang 2017)

AIDS bekerja menurunkan imunitas, sampai saat ini HIV /AIDS belum
dapat disembuhkan namun replikasi dan infeksi lanjut bisa dicegah dengan obat
ARV. Faktor- faktor risiko yang diperkirakan meningkatkan angka kejadian
HIV/AIDS antara lain: Lingkungan Sosial ekonomi khususnya kemiskinan,latar
belakang kebudayaan/etnis, Keadaan demografi. Kelompok masyarakat yang
berpotensi punya risiko tinggi HIV adalah: Status penerima transfusi darah, bayi
dari ibu yang dinyatakan menderita AIDS (proses kehamilan, kelahiran dan
pemberianASI) pecandu narkotik (khususnya IDU, tindik dengan alat yang
terpapar HIV/AIDS). Mereka yang mempunyai banyak pasangan seks pramuria
(baik di diskotik atau bar, WPS, waria, panti pijat, homo dan heteroseks), Pola
hubungan seks, status awal berhubungan seks, orang yang terpenjara, keluarga
dengan penderita HIV/AIDS positif (pasangan penderita misal suami/ istri) yang
tidak menggunakan pelindung, pemakai alat suntik (pecinta tatto, tindik dengan
alat terpapar HIV/AIDS ) sangat mungkin tertular HIV dan AIDS
(Susilowati,2019)

.Penggunaan obat Antiretroviral (ARV) kombinasi pada tahun 1996


mendorong revolusi dalam pengobatan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di
seluruh dunia. Meskipun belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh
dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap
obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan
kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan
masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit
yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan (Tri Gunawan,2016)
Pemberian edukasi dan pemeriksaan VCT dapatmemberikan perilaku
pencegahan HIV yang lebih baik pada ibu rumah tangga. Pemberian edukasi dan
pemeriksaan VCT ini memiliki peran penting dalam perilaku pencegahan HIV
pada ibu rumah tangga karena keterpaparaninformasi merupakan dasar utama
sebelumvariabel-variabel yang lain. Tidak peduli dari kelompok umur muda atau
tua, tingkat pendidikan rendah atau tinggi, penghasilan keluarga rendah atau
tinggi, pengetahuan tentang HIV/AIDS kurang baik atau baik,persepsi berisiko
negatif atau positif dan pekerjaan suami yang termasuk dalam kelompok risti
maupun tidak risti, jika ibu rumah tangga telah terpapar informasi yang benar
tentang HIV/AIDS, sehingga mendapatkan pemahaman yang tepat tentang
HIV/AIDS, maka akan mempengaruhi upaya pencegahan tentangHIV/AIDS yang
dilakukan. (kharin herbawani,2019)

Penanggulangan melalui program penggunaan kondomsebagai upaya


preventif HIV/AIDS masih menjadiperdebatan dan program-program
penanggulanganHIV/AIDS sangat menggantungkan kepada NGO danlembaga
lainnya dengan sumberdaya dan jangkauan yang terbatas. Merespon fenomena
global, regional,nasional, dan lokal ini,Kabupaten Subang melaksanakan
Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS dengan memberlakukan
Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pencegahan
dan PenanggulanganmHIV/AIDS di Kabupaten Subang. Dalam Perda tersebut
dijelaskan bahwa salah satu strategi yang ditempuh adalah kemitraan-kolaboratif
(Jaja raharja,2019)

Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat memengaruhi sikap seseorang


terhadap penderita HIV/AIDS. Stigma terhadap ODHA muncul berkaitan dengan
tidak tahunya seseorang tentang mekanisme penularan HIV dan sikap negatif
yang dipengaruhi oleh adanya epidemi HIV/AIDS.14 Kesalahpahaman atau
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS sering kali berdampak
pada ketakutan masyarakat terhadap ODHA, sehingga memunculkan penolakan
terhadap ODHA. Pemberian informasi lengkap, baik melalui penyuluhan,
konseling maupun sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat berperan
penting untuk mengurangi stigma (Shaluhiya,2015)

Sikap positif ibu hamil memiliki hubungan dengan upaya pencegahan


penularan HIV dari ibu ke bayi. Dukungan sosial yaitu dukungan teman
(p=0,000), dukungan suami (p=0,002), dan dukungan petugas kesehatan
(p=0,000) memiliki hubungan dengan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu
ke bayi. Sedangkan variabel paritas dengan upaya pencegahan penularan HIV dari
Ibu ke bayi ti-dak ada hubungan. Penulis menyarankan untuk penekanan pada
pemberian informasi mengenai HIV dan PMTCT oleh petugas pada ibu hamil,
selain peningkatan dukungan dari suami dan teman terhadap ibu hamil dan untuk
peneliti selanjutnya kami menyarankan dapat melakukan penelitian dengan
metode case control ataupun cohort untuk melihat besarnya risiko serta
menambahkan variabel penelitian lain seperti sosial ekonomi. (M thaha, 2020)

Infeksi HIV bisa terjadi bila virus tersebut atau sel-sel yang terinfeksi
virus masuk ke dalam aliran darah. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium,
penderita yang telah terinfeksi HIV, akan terinfeksi lebih lanjut dengan bakteri,
virus, atau protozoa yang menyebabkan multiplikasi AIDS virus pada penderita
tersebut. Adapun macam cara pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendeteksi antibodi yang spesiÞ k terhadap HIV yakni secara kualitatif dan
kuantitatif. Salah satu metode pemeriksaan yang digunakan sebagai screening test
diagnosa AIDS adalah ImunokromatograÞ Rapid Test (cara kualitatif) (Sri
harti,2014)

Tingginya kasus HIV dan mudahnya penyebaran kasus ini, membutuhkan


adanya upaya-upaya pencegahan. Beberapa hal yang telah dilakukan adalah
melalui kegiatan surveilans, skrining darah donor dan penemuan kasus HIV secara
aktif. Kegiatan tersebut membutuhkan peran laboratorium yang besar karena
penderita HIV sering sekali dalam kondisi sehat. Dalam hal ini, parameter yang
diperlukan adalah pemeriksaan anti HIV (Umi ratih,2014)
Beberapa penelitian melaporkan bahwa keanekaragaman genetik dari
subtipe HIV, sub-subtipe HIV dan Circulating Recombinant Form (CRF)
mempengaruhi sensitivitas alat diagnostik HIV 4,5. Data mengenai
keanekaragaman genetik dari HIV Indonesia masih sangat terbatas. Satu publikasi
melaporkan adanya dominasi HIV subtipe E dan CRF AE 6,7. Hal ini bisa
menjadi masalah potensial dalam uji diagnostik HIV di Indonesia (Naroeni,2019)

faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan skrining serologi


(HIV, AIDS, sifilis, Hepatitis B, Rubella) Infeksi ibu pada ibu hamil di tempat
kerja. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang berpijak pada filosofi positivisme. Desain dalam penelitian ini
menggunakan analitik. Menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 34 responden. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh P-
value 0,040 atau P-value < 0,05 yang berarti ada hubungan edukasi dengan
pelaksanaan skrining serologi (HIV, Sypilis, Hepatitis B dan Rubella) pada ibu
hamil di rawat inap.( Safitri 2019)

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh


mikroorganisme Treponema pallidum. Infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dapat terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi. Kasus: Pria, 33
tahun dengan keluhan bercak merah di badan, kedua tangan dan kaki sejak 1
bulan, tidak nyeri ataupun gatal. Awalnya bercak merah timbul di tangan
kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. pasien memiliki riwayat luka di
kelamin yang sembuh sendiri 3 bulan sebelumnya. Pemeriksaan fisik (Rahardianti
2018)
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum pemeriksaan serologis virus dilaksanakan pada hari Selasa, 12


Juli 2022, pukul 13:00 sampai selesai, yang bertempat di Laboratorium
Mikrobiologi, Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Mnadala Waluya Kendari.

B. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Oraquick

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Buffer
2. Handscoon
3. Masker

C. Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Disobek kantong untuk mengeluarkan tabung buffer
3. Dilepaskan tutup buffer
4. Dipasang tabung bufur pada penyangga
5. Disobek kantong yang berisi alat uji (jangan sentuh bantalan pipih dengan
jari)
6. Ditekan bantalan pipih dengan kuat pada gusi dan sapukan disepanjang
gusi atas satu kali dan gusi bawah satu kali
7. Dimasukan bantalan pipih kedalam tabung buffer sampai menyentuh
dasarnya
8. Ditunggu selama 20 menit sebelum membaca hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai


berikut:

Tabel 1 Hasil pemeriksaan tes HIV

No Gambar Keterangan

1 Satu garis disamping C dan tidak


ada garis disamping disammping
T, berarti hasilnya Negativ (-)
2 Dua garis penuh, bahkan jika
garis tersebut samar,
kemungkinan hasilnya Positif (+)
dan perlu melakukan pengujian
lebih lanjut

B.Pembahasan

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat


penyebab AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bersama sel CD4
sehingga dapat nerusak system kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya
tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk system kekebalan tubuh.
Tampa kekebalan tunuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena
pilek biasa.
Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (coffin et al.,1986) sebagai nama
untuk retrovirus yan diususlkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc
Montegnier dari Prancis, yang awalnya menamakannya LAV
(Lymphadenopathy Associated Virus) adan oleh Robert Gallo dari AS, yang
awalnya menamakannya HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus Type
III ).AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus hiv dalam tubuh
mahluk hidup. Virus HIV membuuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom
AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh
melemah atau menghilangnya system kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki
karena sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV
HIV adalah agen penyebab acquired immunedefisiency syndrome
(AIDS) virus ini berkembang lewat lapisan luar lipid yang dibawah dari
membrane sel inang. Beberapa virus gliko protein menepati lapisan luar tersebut,
setiap virus memiliki 2 salinan anti positif genomic RNA. HIV 1 terisolasi dari
pasien denan AIDS dan AIDS hubungan kompleks dan dari orang sehat potensi
resiko yang tinggi untuk mengembangkan AIDS. HIV 2 terisolasi dari pasien-
pasien AIDS di afrika barat dan dari individu-individu yang tidak memiliki
gejala sero positif. Keduanya HIV 1 dan HIV 2 mndatangkan suatu respon
kekebalan. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau plasma merupakan cara
yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah seseorang tak
terlindungi dari HIV fan melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan
darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat biologis,aktifitas serologis, dan
deretan genom, HIV 1 dan 2 positif sera dapat diidentifikasi dengan
menggunakan tes serologis dasar HIV
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut
Pada praktikum kali yang kali lakukan yaitu mendeteksi adanya Adanya
Human Imuno Defisiensi Virus pada Serum Pasien. Pertama-tama yang kali
lakukan yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ambil
tempatkan tes device pada permukaan yang bersih dan bermutu atau permukaan
yang tinggi. Pegang penetes secara partikel teteskan 25 µl serum/plasma ( 50  ul
whole Blood), kemudian tambahkan 40 µl beffer untuk sampel serum (80 µl
buffer untuk whole blood). Baca hasil setelah 10 menit. Namun pada hasil
praktikum kami peroleh hasil negatif. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum
atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan
apakah seseorang tak terlindungi dari HIV fan melindungi darah dan elemen-
elemen yang dihasilkan darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat
biologis,aktifitas serologis, dan deretan genom, HIV 1 dan 2 positif sera dapat
diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar HIV

BAB V
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan pada praktikum percobaan ini yaitu prinsip uji
serologi mendeteksi antigen pada infeksi hiv.salah satu pendekatan uji serologi
yang paling banyak dilakukan sebagai penanda infeksi HIV adalah deteksi
antibody anti-HIV.uji awal diagnosis HIV dapat dengan uji imunologi
menggunakan antibodi immunoglobulin g (IgG) terhadap HIV. Deteksi
antibody dapat dilakukan beberapa hari setelah infeksi tergantung antigen yang
di gunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Afi Darti Nur,2019. Upaya pencegahan penangulangan HIV /AIDS melalui


peningkatan pengetahuan dan screening HIV/AIDS pada kelompok
Wanita beresiko dibelawan Sumatra utara HIV/AIDS Prevent.jurnal
Riset Hesti Medan,Vol.4,No.1. ISSN 2087-0725

Halim Yuninda,2016. Fakto – faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu


hamil dalam pemeriksaan HIV di wilayah kerja puskesmas Halmahera
kota semarang. Jurnal Kesehatan masyarakat, Vol 4. No 5 .
ISSN:2356-3346

Jaja raharja sum’un, 2019. Analisis jaringan kolaborasi dalam pencegahan dan
penangulangan HIV/AIDS : studi di kabupaten subang jawa barat.
Jurnal kependudukan Indonesia. Vol 14. No 1. ISSN : 1907-2902
Khairin herbawani chahya.2019. faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku
pencegahan penularan human immunodeficiency virus (HIV) oleh ibu
rumah tangga di nganjuk jawa timur. Jurnal Kesehatan reproduksi. Vol
10. No 02. ISSN : 2087-7032

Marlinda yetik. 2017. Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Jurnal of health


education. Vol 2. No 2 : ISSN : 2527-4252

M . thaha leida ida. 2020. Faktor dukungan social terhadap pencegahan HIV pada
ibu hamil. Jurnal media Kesehatan masyarakat Indonesia. Vol 16 .No 2
. ISSN :2399-2465

Naroeni areom, 2019. Karakteristik galur HIV Indonesia dari donor darah dengan
hasil uji serologi HIV inderterminate. Jurnal makara Kesehatan. Vol
12. No 1. ISSN : 2366-6877

Rahadiyanti devy dyatiara. 2018. Sifilis sekunder pada pasien HIV : laporan
kasus. Jurnal berkalah ilmu sehetan kulit dan kelamin. Vol 30. No 02.
ISSN : 1788-1489

Situmeang berliana. 2017. Hubungan pengetahuan HIV / AIDS dengan stigma


terhadap orang dengan HIV/AIDS di kalangan remaja 15-n19 tahun si
Indonesia (analisis data SDKI tahun 2012). Jurnal epidemologi
Kesehatan Indonesia. Vol 1. No 1. ISSN ; 2564-2566

Susilowati tuti.2019. faktor resiko yang mempengaruhi kejadian HIV/AIDS di


magelang. Jurnal seminar seminar nasional rekam medis informasi dan
Kesehatan. Vol 10. No 02. ISSN : 3343-7833

Shaluhiyah zahroh. 2015. Stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV /AIDS.
Jurnal Kesehatan masyarakat nasional. Vol. 9, No. 4, ISSN : 0853-
1943
Sri harti agnes. 2014. Pemeriksaan HIV 1 dan 2 metode imunokromotografi rapid
test sebagai screening test deteksi AIDS. Jurnal kesMaDaSka. Vol
05.No 01. ISSN 2087-0725

Safitri oktaria, 2019. Faktor faktor yang berhubungan dengan strung serologi
HIV, AIDS,SIFILIS,HEPATITIS B,RUBELLA ( INTEKSI
MATERNA) pada ibu hamil. Jurnal ilmu kebidanan. Vol 09. No 01
ISSN: 0853-1943

Tri gunawan yudhi. 2016. Hubungan karakteristik ODH dengan kejadian loss
follow up terapi ARV dikabupaten jember. Jurnal IKESMA . Vol 12.
No 1. ISSN : 2086-7719.

Umi ratih woro. 2014. Strategi pemeriksaan laboratorium anti HIV. Jurnal
farmasi sains dan komonitas. Vol 93. No 103. ISSN : 1693- 5683

Anda mungkin juga menyukai