Anda di halaman 1dari 37

ASPEK SOSIAL dr.

Hafni
PENYAKIT MENULAR Andayani
, M.Kes
SEKSUAL
PENDAHULUAN

penyakit yang
disebabkan karena
adanya invasi
organisme virus,
bakteri, parasit dan
Infeksi Menular kutu kelamin yang
Seksual (IMS) sebagian besar
menular melalui
hubungan seksual,
baik yang berlainan
jenis ataupun
sesama jenis.
LANJUTAN

Ada 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat


ditularkan melalui hubungan seksual.

Yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,


chlamydia, syphilis,trichomoniasis , chancroid, herpes

genital, infeksi human immunodeficiensy virus (HIV) dan


hepatitis B. HIV dan syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke
anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui
darah serta jaringan tubuh (WHO,2009).
ETIOLOGI DAN JENIS IMS

Bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema pallidum,


Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma
hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp,
Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp.

Protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolytica,


Giardia lamblia

Virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan 2),


Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum
virus

Ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei


CARA PENULARAN

Sesuai dengan sebutannya cara penularan Penyakit Menular


Seksual ini terutama melalui hubungan seksual yang tidak
terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral.

Cara penularan lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke


bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun
setelah lahir.

Bisa melalui transfusi darah atau kontak langsung dengan


cairan darah atau produk darah.

Dan juga bisa melalui penggunaan pakaian dalam atau


handuk yang telah dipakai penderita Penyakit Menular
Seksual(PMS).
LANJUTAN

Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan


PMS adalah :
Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan
kondom).
Gonta-ganti pasangan seks.
Prostitusi.
Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan
menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus
relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding
vagina.
Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai
penderita PMS (Hutagalung, 2002).
HIV / AIDS
(CONTOH IMS)
Apa itu HIV ?
H = Human (manusia)
I = Immuno deficiency
(berkurangnya kekebalan)
V = Virus

Apa itu AIDS ?


A = Acquired (didapat)
I = Immune (kekebalan tubuh)
D = Deficiency (kekurangan)
S = Syndrome (gejala)
LANJUTAN

virus yang menyerang dan merusak sistem kekebalan


tubuh kita sehingga kita tidak bisa bertahan terhadap

HIV penyakit-penyakit yang menyerang tubuh kita.

Bila sistem kekebalan tubuh kita sudah rusak atau


lemah, maka kita akan terserang oleh berbagai penyakit
yang ada di sekitar kita seperti TBC, diare, sakit kulit, dll.

AIDS Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita


itulah yang disebut AIDS
JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF SAMPAI
TAHUN 2015

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016


JUMLAH KASUS BARU AIDS SAMPAI
TAHUN 2015

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016


LANJUTAN

Terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus


baru sampai tahun 2013.

Namun pada tahun 2014 dan 2015 terjadi penurunan kasus


AIDS menjadi sebesar 7.875 kasus pada tahun 2014 dan
6.081 kasus pada tahun 2015.

Diperkirakan hal tersebut terjadi karena jumlah pelaporan


kasus AIDS dari daerah masih rendah.

Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2015


sebesar 77.112 kasus.
CARA PENULARAN HIV / AIDS

HIV hanya bisa hidup di dalam cairan tubuh seperti:


Darah
Cairan vagina
Cairan sperma
Air susu ibu
LANJUTAN

Penularan itu bisa terjadi melalui:


Hubungan seks dengan orang yang mengidap HIV/AIDS,
berhubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti dan
tidak menggunakan alat pelindung (kondom)
Kontak darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar
virus HIV
Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara bersama
atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV
Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya
PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR
RISIKO DI INDONESIA TAHUN 2015

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016


PENYEBAB TINGGINYA ANGKA KEJADIAN
IMS DI NEGARA BERKEMBANG SEPERTI
INDONESIA
Kemiskinan dan kebodohan

Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan


reproduksi di kalangan remaja

Masih dianggap tabunya pendidikan seksual usia


dini

Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah


penduduk serta perubahan struktur penduduk
PROGRAM PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN
IMS
TUJUAN

1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan


dengan IMS
Infeksi menular seksual, selain infeksi HIV menimbulkan beban
morbiditas dan mortalitas terutama di negara sedang berkembang
dengan sumber daya yang terbatas, baik secara langsung yang
berdampak pada kualitas hidup, kesehatan reproduksi dan anak-
anak, serta secara tidak langsung melalui perannya dalam
mempermudah transmisi seksual infeksi.

Biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya langsung baik medis dan


non medis, serta biaya tidak langsung akibat waktu yang hilang
untuk melakukan aktivitas produktif (waktu untuk pergi berobat,
waktu tunggu di sarana pelayanan kesehatan, serta waktu untuk
pemeriksaan tenaga kesehatan).
LANJUTAN

2. Mencegah infeksi HIV


Keberadaan IMS dengan bentuk inflamasi atau ulserasi akan
meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan
hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang telah terinfeksi
IMS dengan pasangannya yang belum tertular.

3. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan


Pencegahan infeksi human papillomavirus (HPV) akan menurunkan
angka kematian perempuan akibat kanker serviks, yang merupakan
kanker terbanyak pada perempuan.

4. Mencegah efek kehamilan yang buruk


Infeksi menular seksual yang tidak diobati seringkali dihubungkan
dengan infeksi kongenital atau perinatal pada neonatus,
PENATALAKSANAAN IMS

Anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit,


Pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan
pemeriksaan,
Diagnosis yang tepat,
Pengobatan yang efektif,
Nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual,
Penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya,
Penatalaksanaan mitra seksual,
Pencatatan dan pelaporan kasus, dan
Tindak lanjut klinis secara tepat.
ANAMNESIS

Tujuan :
menentukan faktor risiko pasien.
membantu menegakkan diagnosis sebelum dilakukan pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan penunjang lainnya.
membantu mengidentifikasi pasangan seksual pasien.

Diperlukan keterampilan melakukan komunikasi verbal (cara


kita berbicara dan mengajukan pertanyaan kepada pasien)
maupun ketrampilan komunikasi non verbal (keterampilan
bahasa tubuh saat menghadapi pasien).
LANJUTAN

Sikap saat melakukan anamnesis pada pasien IMS perlu


diperhatikan, yaitu:
sikap sopan dan menghargai pasien yang tengah dihadapi
menciptakan suasana yang menjamin privasi dan kerahasiaan,
sehingga sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup dan tidak
terganggu oleh keluarmasuk petugas
Dengan penuh perhatian mendengarkan dan menyimak perkataan
pasien, jangan sambil menulis saat pasien berbicara dan jangan
memutuskan pembicaraannya.
Gunakan keterampilan verbal anda dengan memulai rangkaian
anamnesis menggunakan pertanyaan terbuka, dan mengakhiri
dengan pertanyaan tertutup.
Gunakan keterampilan verbal secara lebih mendalam, misalnya
dengan memfasilitasi, mengarahkan, memeriksa, dan
menyimpulkan, sambil menunjukkan empati, meyakinkan dan
kemitraan.
Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO di
beberapa negara (di Indonesia masih belum diteliti),
pasien akan dianggap berperilaku berisiko tinggi bila
terdapat jawaban ya untuk satu atau lebih
pertanyaan di bawah ini:
Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan
terakhir
Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.
Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi
KOMUNIKASI, INFORMASI,
EDUKASI (KIE) DAN KONSELING
PADA PASIEN IMS
LANJUTAN

Upaya KIE tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah


satu tujuan program penanggulangan HIV/AIDS ialah
perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan
penyebaran IMS.

Untuk melakukan kegiatan ini perlu disediakan satu ruangan


khusus yang dapat merahasiakan pembicaraan antara pasien
dan penyuluh atau konselor.

KIE bertujuan agar pasien mau mengubah perilaku seksual


berisiko menjadi perilaku seksual aman.
LANJUTAN

Kelompok remaja merupakan kelompok sasaran khusus dan


penting dalam upaya pencegahan primer sebab seringkali
kehidupan seksual dan reproduktif mereka berisiko.

Umumnya mereka tidak menyadari risiko yang mereka hadapi


untuk tertular IMS.

Penilaian perilaku merupakan bagian integral dari riwayat IMS


dan pasien sebaiknya diberikan penyuluhan untuk mengurangi
risikonya terhadap penularan HIV dan IMS, termasuk
abstinensia hubungan seksual, berhati-hati memilih pasangan
seksual, serta penggunaan kondom (bagi yang sudah
menikah).
MATERI ATAU ISI PESAN KIE

Mengobati sendiri cukup berbahaya


IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.
IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV.
IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas.
Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV.
Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS
dengan obat.
Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien.
RINCIAN PENJELASAN
KEPADA PASIEN IMS
IMS YANG DIDERITA DAN
PENGOBATANNYA
Menjelaskan kepada pasien tentang IMS yang diderita dan
pengobatan yang diperlukan, termasuk nama obat, dosis,
serta cara penggunaannya.
Memberitahu tentang efek samping pengobatan
Menjelaskan tentang komplikasi dan akibat lanjutnya
Menganjurkan agar pasien mematuhi pengobatan
Menganjurkan agar tidak mengobati sendiri, harus berobat ke
dokter
Menjelaskan agar pasien tidak melakukan douching
MENILAI TINGKAT RISIKO

Perilaku seksual pribadi


jumlah pasangan seksual dalam 1 tahun terakhir ?
hubungan seksual dengan pasangan baru berbeda dalam 3 bulan
terakhir ?
pernah menderita IMS lain dalam 1 tahun terakhir ?
apakah hubungan seksual dilakukan untuk mendapatkan uang,
barang atau obat terlarang (baik yang memberi maupun yang
menerima)?
pemakaian napza atau obat lain (sebutkan) sebelum atau selama
berhubungan seksual ?
LANJUTAN

Perilaku seksual pasangan


berhubungan seksual dengan orang lain ?
juga menderita IMS ?
mengidap HIV?
penyalah guna Napza suntik ?
untuk pria, apakah berhubungan seksual dengan sesama pria?

Perilaku yang melindungi pasien


apa yang dilakukan pasien untuk melindungi diri terhadap IMS/ HIV?
pemakaian kondom? bilamana dan cara pemakaiannya?
Jarang/sering/ selalu digunakan?
jenis aktivitas seks aman yang dilakukan pasien ? Seberapa sering?
Dengan siapa dan mengapa ?
MENJELASKAN PERILAKU SEKSUAL YANG
AMAN
Cara ABCD
A = Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara
waktu)
B = Be faithful (setia pada pasangan)
C = Condom (gunakan kondom bila tidak mau melaksanakan A dan
B, termasuk menggunakan kondom sebelum IMS yang dideritanya
sembuh)
D = no Drugs (Tidak menggunakan obat psikotropik atau zat adiktif)

Perilaku berisiko tinggi adalah perilaku yang menyebabkan


seseorang terpapar dengan darah, semen, cairan vagina yang
tercemar kuman penyebab IMS atau HIV. Yakinkan pasien
bahwa mereka telah terinfeksi melalui hubungan seksual tak
terlindung dengan pasangan yang terinfeksi, dan bahwa tidak
ada penyebab lainnya.
MENGENALI HAMBATAN DALAM MENGUBAH
PERILAKU SEKSUAL YANG BERISIKO

Gender
Wanita seringkali tidak memiliki kendali terhadap kapan, dengan
siapa, dan dalam situasi apa mereka berhubungan seksual, sehingga
mereka seringkali berada dalam posisi yang tidak dapat melindungi
diri sendiri, meskipun sebenarnya mereka menginginkannya.
Budaya / Adat istiadat
Agama
Dalam keadaan tertentu, agama dapat mendukung perubahan
perilaku seksual, meskipun demikian dapat menjadi penghalang
utama perubahan. Agama dapat menghambat diskusi terbuka
mengenai seksualitas dan beberapa cara pencegahan IMS
Kemiskinan dan masalah sosial
LANJUTAN

Memutuskan perilaku seksual yang bisa diubah dan akan


dilakukan
Setelah membicarakan dengan pasien tentang perubahan yang
dipilih, dan kemungkinan kendala yang akan dihadapi, barulah dapat
menolong pasien untuk memutuskan perubahan apa yang paling
mudah dan atau efektif serta yang paling mungkin dilakukan dalam
cara hidup sehari-hari. Perubahan yang kemungkinan besar akan
berhasil ialah yang cocok dengan gaya hidup pasien saat ini.

Kepentingan mengobati pasangan seksual


Selalu katakan kepada pasien tentang perlunya mengobati pasangan
seksualnya, sebab bila tidak diobati akan terinfeksi ulang dari
pasangan seksualnya. Yakinkan pasien bahwa kerahasiaannya akan
tetap terjaga. Sekaligus bicarakan cara-cara pasien membujuk
pasangan seksualnya untuk mau datang berobat.
PAKET KESEHATAN
MASYARAKAT DALAM
PENCEGAHAN IMS
KOMPONEN POKOK PAKET

Promosi perilaku seksual yang aman.


Memprogamkan peningkatan penggunaan kondom
Peningkatan perilaku upaya mencari pengobatan.
Pengintegrasian upaya pencegahan dan perawatan IMS ke
dalam upaya pelayanan kesehatan dasar, upaya kesehatan
reproduksi, klinik pribadi/swasta serta upaya kesehatan
terkait lainnya.
Pelayanan khusus terhadap kelompok populasi berisiko tinggi
Penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna.
Pencegahan dan perawatan sifilis kongenital dan
konjungtivitis neonatorum.
Deteksi dini terhadap infeksi yang bersifat simtomatik
maupun yang asimtomatik.
PENATALAKSANAAN KASUS IMS SECARA
PARIPURNA

Identifikasi sindrom
Edukasi pasien
Pengobatan antibiotik terhadap sindrom
Penyediaan kondom (bagi yang sudah menikah)
Konselingalat genital, baik untuk perorangan maupun untuk
mitra seksualnya.
Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai