PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman individu dan masyarakat dalam mengerti PMS sangat minim.
Padahal di zaman yang berkembang ini sudah cukup banyak perantara untuk
menyampaikan informasi secara berkala dan meluas. Bagi individu-individu yang
mengetahui dampak ataupun pehaman PMS secara menyeluruh pun tidak
memperhatikan lagi konsekuensinya. Mereka cenderung acuh tak acuh dan selalu
merasa menyesal saat penyakit itu telah becongkol dalam tubuhnya.
Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal
ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian
penderitanya. Salah satu fokus perhatian pemerintah di bidang kesehatan masyarakat adalah
upaya untuk memutus rantai penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan AIDS
(Hutapea, Sarumpaet, & Rasmaliah, 2013). Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh Human Immunodeficieny Virus (HIV).
Virus tersebut melumpuhkan sel- sel darah putih yang berfungsi dalam kekebalan tubuh
(McCance, 2010). Asia merupakan wilayah dengan penduduk terinfeksi HIV terbanyak
2
kedua di dunia setelah Sub Sahara Afrika. Berdasarkan data UNAIDS tahun 2014, di Asia
terdapat 5 juta orang terinfeksi HIV. Jumlah kasus baru 340.000 orang terinfeksi HIV
(UNAIDS, 2014). Kasus HIV/AIDS di Indonesia harus ditanggapi dengan serius karena
jumlah penderita terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, dari 1 Januari sampai 30
September 2013 tercatat orang yang terinfeksi HIV sejumlah
20.413 dan penderita AIDS sejumlah 2.763, jumlah kematiannya adalah 318.
Sementara itu, jumlah penderita dari 1 Januari sampai 30 September 2014 tercatat kasus
HIV sejumlah 22.689 dan AIDS 1.876, jumlah kematiannya adalah 211. Provinsi dengan
kasus HIV dan AIDS terbanyak yang dilaporkan adalah Papua, diikuti Jawa Timur, DKI
Jakarta, Bali, Jawa Barat (Depkes RI, 2014). Cara penularan penyakit HIV/AIDS ini seperti
heteroseksual, penggunaan narkoba suntik, homoseksual, perinatal, dan pekerja seks. Kasus
yang terbanyak disebabkan karena heteroseksual yaitu hubungan seksual tanpa pengaman
(Hutapea, 2011). Penyakit AIDS ini juga bisa menyebabkan infeksi oportunistik, seperti
TBC, diare kronis, candidiasis oro-
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu PMS?
2. Bagaimana penularan PMS?
3. Apa saja jenis-jenis PMS?
4. Bagaimana pencegahan PMS?
C. Manfaat
Secara kasat mata kita dapat memahami manfaat dari
pembelajaran materi ini yaitu menambah wawasan agar kita lebih bisa
menjaga diri dengan baik agar terhindar dari PMS, dan sebagai Pemuda-
Pemudi yang lebih mengetahui tetang PMS ini hendaknya kita dapat
membantu kaum masyrakat yang belum mengetahui tentang informasi
PMS tersebut.
D. Tujuan
Terdapat dua tujauan dalam pembuatan makalah ini, yaitu tujuan
khusus dan tujuan umum.
1. Tujuan khusus
- Menambah pengetahuan
- Member inforamsi agar perluasan PMS dapat di cegah denagn
tambahan ilmu.
2. Tujuan umum
Sebagai kewajiaban untuk melengkapai dan menjalankan tugas dari
Pak guru tentang penyakit menular seksual
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Penting untuk diperhatikanbahwa kontak seksual tidak hanya
hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga
meliputiciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”,
seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-
benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks
aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan
monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap
“aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas
yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat
menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua
bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap
merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam
mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom
kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia.
Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang
merupakan penyebab kutil kelamin.
7
1. Sifilis/Raja Singa
8
luka pada tenggorokan,rambut rontok dan
pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan : Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun,
kerusakan pada organ tubuh yang telah terjadi
tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan kerusakan seriuspada
hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan sendi dan dapat menyebabkan
kematian. Seorang yang sedang menderita sifilis aktif risikonya untuk
terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat karena luka
(chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak
diobati, seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan
penyakit tersebut pada janin yang dikandungnya. Janin meninggal di
dalam dan meninggal pada periode neonatus terjadi pada sekitar 25%
darikasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi dengan sifilis aktif. Jika
tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak dan mata
bayi.
2. . Gonorea/kencing nanah
9
Gejala : Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan
gejala, jika gejala muncul, sering hanya ringan dan
muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-
gejala meliputi discharge dari penis, vagina, atau
rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air
kecil. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran
darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian.
Pengobatan : Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.
Namun tidak dapat menghilangkan kerusakan yang
timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Penanganan :
1. Pada masa kehamilan , berikan antibiotika seperti : a) Ampisilin 2
gram IV dosis awal, lanjutkan dengan 3 x 1 gram per oral selama 7
hari. b) Ampisilin + Sulbaktan 2,25 gram oral dosis tunggal. c)
Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal. d) Seftriakson 500 mg IM
dosis tunggal.
2. Masa nifas , berikan antibiotika seperti : a) Xiprofloksasin 1 gram
dosistunggal. b) Trimethroprim + Sulfamethoksazol (160 mg + 800
mg) 5 kaplet dosis tunggal.
3. Oftalmia neonatorum (konjungtivitis) : a) Garamisin tetes mata 3 x 2
tetes. b) Antibiotika – Ampisilin 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari;
Amoksisilin + asam klamtanat 50 mg/ kgBB IM selama 7 hari;
Seftriakson 50 mg/ kgBB IM dosis tunggal.
4. Lakukan konseling tentang metode barier dalam melakukan
hubungan seksual .
5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya.
6. Buat jadual kunjungan ulang dan pastikan pasangan & pasien akan
menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.
10
Komplikasi terhadap orang yangterinfeksi:
1. Lelaki – prostatitis (radang kelenjar prostat), adanya jaringan parut
pada saluran kencing (urethra), mandul/ infertil, peradangan
epididimis,
2. Perempuan – PID, infertil, gangguan menstruasi kronis, peradangan
selaput lendir rahim setelah melahirkan ( post partum endometriosis
), abortus , cistitis (peradangan kandung kencing).
Bila gejala sudah meluas ke arah PID ( Pelvic Inflamatory Disease )
maka sering timbul :
o Nyeri perut bagian bawah.
o Nyeri pinggang bagian bawah.
o Nyeri sewaktu hubungan seksual .
o Perdarahan melalui vagina diantara waktu siklus haid .
o Mual - mual .
o Terdapat infeksi rektum atau anus .
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Pada
perempuan jika tidak diobati, penyakit ini merupakan penyebab utama
Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan
ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat menyebabkan
kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat menginfeksi
sendi, katup jantung dan/atau otak.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir:
Gonore dapat menyebabkan kebutaan dan penyakit sistemik seperti
meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfkesi pada
prosespersalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di
rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
11
3. HIV-AIDS
12
obat lain digunakan untuk melawan infeksi
oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi:
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan
meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi
yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-
gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20%
dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18
bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat
menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup
4. Trikonomiasis
13
Gejala-gejala : Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang
banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau.
Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil
dan atau saat berhubungan seksual juga sering
terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan
gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali.
Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada
saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan atau luka
pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak
ada gejala.
Pengobatan : Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks
juga harus diobati.
14
5. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
Cara Penularan : Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal;
memakai jarum suntik bergantian; perlukaan kulit
karena alat-alat medis dan kedokteran gigi; melalui
transfusi darah.
Gejala : Sekitar sepertiga penderita HBV tidak
menunjukkan gejala. Gejala yang muncul meliputi
demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan
nafsu makan, muntah dan diare. Gejala-gejala yang
ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi air
kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit
menguning dan mata pucat.
Pengobatan : Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih
dengan sendirinya dalam 4-8 minggu. Beberapa
orang menjadi terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi:
Untuk orang-orang yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat
berkembang menjadi cirrhosis, kanker hati dan kerusakan sistem
kekebalan. Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru
lahir: Perempuan hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang
dikandungnya. 90% bayi yang terinfeksi pada saat lahir menjadi karier
kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit hati dan kanker hati.
15
Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari seorang ibu
yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat
lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
16
7. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)
17
8. Herpes
18
yang menyerang bagian pinggang ke bawah.
Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh
HSV-2, walaupun ada juga yang disebabkan oleh
HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan
kelamin secara orogenital, atau yang dalam bahasa
sehari-hari disebut dengan oral seks, serta
penularan melalui tangan.
Gejala-gejala : Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin
meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki,
pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-
bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri
juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin,
pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi
di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan
sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat
munculkembali.
Pengobatan : Belum ada pengobatan untuk penyakit ini.
Obatanti virus biasanya efektif dalam mengurangi
frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala
karena infeksi HSV-2.
19
cesar sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat
menyebabkan kematian atau kerusakan otak yang serius.
9. . Klamidia
20
menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul
kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan menyebabkan
epididymitis, yaitu sebuah peradanganpada testis (tempat di mana
sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan.
Individu yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV
jika terpapar virus tersebut. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada
janin dan bayi baru lahir: lahir premature, pneumonia pada bayi dan
infeksi matapada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan
penyakit ini saat proses persalinan.
21
selibat, penggunaan kondom yang konsisten adalah proteksi terbaik
terhadap PMS.Biasakanlah memakai kondom.
2. Berganti-ganti pasangan
Anda tidak perlu belajar matematika untuk mengetahui bahwa
semakin banyak pasangan seksual Anda, kian besar kemungkinan
Anda terekspos suatu PMS. Apalagi, orang yang suka berganti
pasangan cenderung memilihpasangan yang suka berganti pasangan
pula. Jadi, Anda tidak lepas dari pasangan-pasangannya pasangan
Anda.
3. Mulai aktif secara seksual pada usia dini
Kaum muda lebih besar kemungkinannya untuk terkena PMS daripada
orang yang lebih tua. Ada beberapa alasannya, yaitu wanita muda
khususnya lebih rentan terhadap PMS karena tubuh mereka lebih kecil
dan belum berkembang sempurna sehingga lebih mudah terinfeksi.
Kaum muda juga tampaknya lebih jarang pakai kondom, terlibat
perilaku seksual beresiko dan berganti-ganti pasangan.
4. Pengggunaan alkohol
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual.
Orang yang biasa minum alkohol bisa jadi kurang selektif memilih
pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat
seseorang sukar memakai kondom dengan benar maupun sulit
meminta pasangannya menggunakan kondom.
5. Penyalahgunaan obat
Prinsipnya mirip dengan alkohol, orang yang berhubungan seksual di
bawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan
perilakuseksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang
juga memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan perilaku
seksualyang dalam keadaan sadar tidak akandilakukan. Penggunaan
obat dengan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko
22
penularan penyakit lewat darah, seperti hepatitis dan HIV, yang juga
bisa ditransmisikan lewat seks.
6. Seks untuk uang/obat
Orang yang menjual seks untuk mendapatkan sesuatu posisi tawarnya
rendah sehingga sulit baginya untuk menegosiasikan hubungan
seksual yang aman. Kemudian, pasangan (pembeli jasa) memiliki
resiko terinfeksi PMS yang lebih besar. Jadi, baik pembeli maupun
penjual sama-sama dirugikan.
7. Hidup di masyarakat yang prevalensi PMS-nya tinggi
Ketika seseorang tinggal di tengah komunitas dengan prevalensi PMS
yang tinggi, ketika berhubungan seksual (dengan orang di komunitas
itu) ia lebih rentan terinfeksi PMS.
8. Monogami serial
Monogami serial adalah mengencani/menikahi satu orang saja pada
suatu masa, tapi kalau diakumulasi jumlah orang yang
dikencani/dinikahi juga banyak. Contoh gampangnya (yang juga
banyak terjadi di masyarakat kita) adalah orang yang doyan kawin-
cerai. Perilaku begini juga berbahaya,sebab orang yang
mempraktekkan monogami serial berpikir bahwa mereka saat itu
memiliki hubungan eksklusif sehingga akan tergoda untuk berhenti
menggunakan pelindung ketika berhubungan seksual. Sebenarnya
monogami memang efektif mencegah PMS, tapi hanya pada
monogami jangka panjang yang kedua pasangan sudahdites kesehatan
reproduksi.
9. Sudah terkena suatu PMS
Kalau Anda sudah pernah berkenalan langsung dengan suatu PMS
(apalagi sering), Anda lebih rentan terinfeksi PMS jenis lainnya. Iritasi
atau lepuh pada kulit yang terinfeksi dapat menjadi jalan masuk
patogen lain untuk menginfeksi. Karena Anda sudah pernah terinfeksi
23
sekali, bisa jadi ada faktor tertentu dalam gaya hidup Anda yang
beresiko.
10. Cuma pakai pil KB untuk kontrasepsi
Kadang orang lebih menghindari kehamilan daripada PMS sehingga
mereka memilih pil KB sebagai alat kontrasepsi utama. Karena sudah
merasa terhindar dari kehamilan, mereka enggan memakai kondom.
Inibisa terjadi ketika orang tidak ingin menuduh pasangannya
berpenyakit (sehingga perlu disuruh pakai kondom) atau memang
tidak suka pakai kondom dan menjadikan pil KB sebagai alasan. Yang
jelas, perlindungan ganda (pil KB dan kondom) adalah pilihan
terbaik…meski tidak semua orang melakukannya.
24
Bila merasakan gejala-gejala seperti di atas, sebaiknya perlu
diwaspadai kemungkinan-kemungkinan adanya infeksi kuman PMS.
Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
o tidak melakukan hubungan seks· tidak berganti-ganti pasangan·
menggunakan kondom setiap hubungan seks
o menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-
usulnya
o kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang
steril Yang lebih penting dari semua itu adalah menjaga nilai-nilai
moral, agama, nilai etika dan norma kehidupan bermasyarakat karena
dengan moral dan etika yang baik kita akan terhindar dari gangguan
atau penyakit yang akan membawa kita dalam masalah serius.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://ismorosiyadi.blogspot.com/2011/12/jenis-jenis-penyakit-menular-
seksual.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-
health/2022058-jenis-penyakit-menular-seksual-dan/#ixzz1r41TRnwR
http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/
http://marhamah123.wordpress.com/2011/03/27/macam-macam-penyakit-
menular-seksual-dan-cara-menanggulanginya/
sumber: http://jekethek.blogspot.com/2010/06/tips-mendeteksi-penyakit-
seksual.html
26