Anda di halaman 1dari 10

5 PELANGGARAN HAM BERAT

KERUSUHAN PAPUA DAN PAPUA BARAT

Mahasiswa Papua menggelar aksi demonstrasi di Jalan Medan Merdeka Utara,


Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2019). Massa aksi menuntut agar rasialisme terhadap
rakyat Papua dihentikan dan menuntut pemerintah membuka kembali akses internet
di Papua.(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG) Kerusuhan Papua dan Papua Barat
Kerusuhan juga terjadi di Papua dan Papua Barat pada Agustus 2019, pasca-
tindakan rasisme aparat kepada mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.
Peristiwa yang terjadi pada 19 Agustus 2019 itu dimulai di Manokwari, Papua Barat
dan meluas ke beberapa wilayah lainnya seperti Sorong, Jayapura, Wamena,
Fakfak, dan Timika beberapa hari kemudian. Dalam kerusuhan itu, massa
memblokade sejumlah ruas jalan dan membakar beberapa fasilitas umum,
kendaraan, bandara, lapas, hingga kantor pemerintahan, seperti Kantor DPRD
Papua Barat. Diskriminasi dan aksi rasisme terhadap masyarakat Papua oleh aparat
keamanan dinilai sebagai bentuk pelanggaran HAM. Baca juga: Stafsus Presiden
Minta Polisi Tangkap Pelaku Persekusi dan Rasisme di Asrama Papua Aksi unjuk
rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) juga berujung rusuh. Unjuk
rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang
guru terhadap siswanya di Wamena. Terdapat 30 orang tewas akibat kerusuhan ini.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik
menyatakan, pihaknya menemukan dugaan 10 orang Papua tewas terkait
kerusuhan di Wamena, Papua. Namun, 10 orang tersebut belum tercatat oleh pihak
keamanan. Temuan ini didapat Komnas HAM setelah tim Komnas HAM mendatangi
Wamena pada 13-17 Oktober 2019 untuk mendalami kasus pascakerusuhan.

Konflik Israel dan Palestina

Sengketa Israel dan Palestina menjadi salah satu konflik berkepanjangan. Hal ini
bermula ketika Israel memperluas wilayahnya dengan menguasai sebagian besar
wilayah Palestina. Dengan bantuan Amerika Serikat, Israel beberapa kali
melancarkan serangan ke wilayah Palestina.

Ratusan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak, wanita bahkan relawan dari
negara lain menjadi korban akibat konflik ini. Dunia pun mengutuk tindakan Israel
tersebut meski tindakan sewenang-wenang Israel masih berlanjut hingga saat ini
TRAGEDI SEMANGGI DAN KERUSUHAN MEI 1998

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan besar-besaran di hampir seluruh sudut tanah air, terutama
Kota Jakarta dan sekitarnya.  Kerusuhan ini mengakibatkan ribuan orang tewas, ratusan
wanita menjadi korban perkosaan, dan tertembaknya sejumlah mahasiswa peserta
demonstrasi.

Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung mengatakan, kasus tersebut bisa ditindaklanjuti
apabila ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Sampai tahun berganti, belum juga ada
rekomendasi sehingga Kejaksaan Agung mengembalikan berkas penyelidikan ke Komnas
HAM. Namun, Kejaksaan Agung kembali mengatakan bahwa kasus ini nggak bisa
ditindaklanjuti karena nggak ditemukan pelanggaran HAM berat. Sebab, kasus penembakan
mahasiswa Trisakti sudah diputus oleh Pengadilan Militer pada tahun 1999.

TRAGEDI WAMENA (4 APRIL 2003)


Pada 4 April 2003 pukul 01.00 waktu Papua, sekelompok massa nggak dikenal membobol
gudang senjata Markas Kodim 1702/Wamena. Penyerangan tersebut menewaskan dua
anggota Kodim, yaitu Lettu TNI AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana. Kelompok
tersebut juga membawa lari sejumlah senjata dan amunisi.

Selanjutnya, aparat TNI-Polri melakukan penyisiran, penangkapan, penyiksaan, perampasan


secara paksa, dan menyebabkan korban jiwa. Tercatat 42 orang meninggal dunia karena
kelaparan  dan 15 orang jadi korban perampasan. Komnas HAM juga menemukan
pemaksaan penandatanganan surat pernyataan, serta perusakan fasilitas umum.

KEKERASAN ETNIS ROHINGYA MYANMAR

Situs Myanmar Times pada Maret 2018 mempublikasi pernyataan Dewan HAM PBB


yang menyebut adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat keamanan
Myanmar. Tudingan itu berdasarkan bukti temuan sejumlah kuburan masal pada
Februari 2018, tindak perkosaan terhadap perempuan etnis Rohingya, pembakaran
rumah-rumah penduduk dan pencabutan hak-hak dasar etnis Rohingya seperti
disaksikan oleh sejumlah Komisi Penasehat pada 2017
5 PELANGGARAN HUKUM

PEMBUNUHAN SADIS TAKSI ONLINE

Misteri terbunuhnya Edward Limba (35), sopir taksi online di Palembang pada Senin, 28
Agustus 2017, akhirnya terungkap. Komplotan yang terdiri dari lima orang ternyata
merencanakan pembunuhan sadis ini dengan matang. Mereka sengaja mencari korban
melalui aplikasi taksi online.

Anggota Polres Banyuasin menangkap para tersangka, yaitu Ari TS (32), Adi alias Ucok
(27) dan Aldo Putra (32). Dari pengakuan tersangka, sebelum pembunuhan terjadi,
mereka sengaja memesan taksi online melalui aplikasi Android menggunakan nama
samaran, yaitu Rahman.

Sekitar pukul 20.00 WIB, ketiga tersangka dijemput korban di Jalan Sudirman
Palembang dan diminta mengantar ke kawasan Sembawa, Kabupaten Banyuasin
Sumsel.

Di tengah perjalanan, IR yang duduk di kursi tengah, tiba-tiba menjerat leher korban
dengan sling kawat baja. Karena korban melawan, Ucok menusuk korban dengan
sebilah pisau di tujuh bagian tubuh korban.

Aldo pun turut membantu dengan menghunuskan pedang samurai ke tubuh korban.
Setelah memastikan korban meninggal dunia, para tersangka membuang korban di
semak-semak di daerah Sembawa Banyuasin. Misteri pembunuhan sadis ini akhirnya
terbongkar.
PEMBUNUHAN BERENCANA KOPI SIANIDA

Kasus kopi sianida yang berujung maut masih melekat dalam ingatan publik.

Siapa sangka tersangkah pembunuhan tersebut adalah teman dekatnya sendiri yakni Jessica
Wongso.

Akibat perbuatannya kini Jessica dikurung dalam penjara.

Kejadiannya sendiri terjadi pada 2016 lalu, atau 4 tahun silam.

Saat itu diberitakan Wayan Mirna Salihin meninggal setelah meminum kopi Vietnam
pesanan sang sahabat, Jessica Kumala Wongso.

Peristiwa yang terjadi pada 6 Januari 2016 di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta itu
tentunya membuat publik heboh.

Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa Wayan Mirna Salihin keracunan zat sianida
yang diteteskan ke dalam kopi vietnam yang dipesankan oleh Jessica Kumala Wongso.

Kabar Jessica Kumala Wongso

Ekspresi Jessica Kumala Wongso dalam berbagai persidangan kasus kopi bersianida yang
menewaskan Wayan
Setelah divonis 20 tahun penjara atas kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jessica
Kumala Wongso lebih sering berdiam diri di dalam kamar selnya.

Dilansir dari TribunPekanbaru.com, Jessica Kumala Wongso tampak menjadi pendiam


setelah kasus pembunuhan yang menyeret namanya itu.

"Jessica belakangan ini setelah sidang putusannya jadi lebih banyak di kamar aja," kata Ika
Yusanti, Kepala Rutan Pondok Bambu saat itu, saat dihubungi, Sabtu (19/11/2016).

Petugas lapas pun tidak tahu pasti apa yang menyebabkan Jessica Kumala Wongso berubah.

Bom Pospam Tugu Kartosuro 

Peristiwa ledakan bom terjadi di depan Pos Pengamanan (Pospam) saat Idul Fitri
2019 di Tugu Kartosuro, Sukoharjo, sekira pukul 22.47 WIB pada Senin 3 Juni
2019 lalu.

Pelaku bom bunuh diri bernama Rofik Asharuddin (RA) merupakan warga Dusun
Kranggan RT 01/RW 02, Wirogunan, Kartasura, Sukoharjo. Aksi pelaku yang
terekam kamera CCTV terlihat berjalan santai saat melewati kendaraan polisi yang
terparkir di samping Pospam.
Akibat ledakan di Pospam itu, pelaku mengalami luka yang cukup parah.
Tubuhnya bersimbah darah ditemukan tergeletak di depan Pospam Tugu
Kartosuro. Pelaku bom Kartosuro diduga terpapar ISIS.
Mega Korupsi e-KTP

Kasus korupsi e-KTP tentu masih hangat di benak masyarakat Indonesia sebagai salah satu
kasus korupsi terbesar di Indonesia.

Bagaimana tidak, kasus korupsi ini melibatkan banyak elit pemerintahan dengan sederet
drama yang sulit dipahami nalar.

Mantan Ketua DPR sekaligus Ketum Golkar, Setya Novanto adalah sosok sentral yang penuh
dengan drama dalam proses pengungkapan kasus korupsi e-KTP ini.

Dari total anggaran pengadaan e-KTP sebesar Rp5,9 triliun, konon hampir setengahnya
ditilap sehingga negara merugi sebanyak Rp2,3 triliun.
PELECAHAN DAN PEMERASAN PADA SAAT RAPID TEST

Calon Penumpang Dilecehkan Petugas Rapid Test Bandara Soekarno-Hatta


Kasus ini mencuat setelah pengguna Twitter dengan akun @listong menceritakan
bahwa dirinya menjadi korban pelecehan oleh petugas rapid test di Bandara
Soekarno-Hatta. Tak hanya pelecehan, pelaku juga membohongi korban dengan
mengatakan hasil rapid test korban reaktif. Pelaku lalu memeras korban untuk
biaya penggantian hasil rapid test. Pelaku saat ini ditahan pihak Polresta Bandara
Soetta dan telah ditetapkan sebagai tersangka.
KLIPPING
Pelanggaran Ham berat dan
Pelanggaran Hukum
TRIBUNNEWS/HERUDIN

Je KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG

OLEH :

MUH. FARID TAJUDDIN (12)

Anda mungkin juga menyukai