Anda di halaman 1dari 5

Nama:RIANTO

Kelas:XII MIA
Mapel:Tugas PKN
Materi:Pelanggaran Hak Warga Negara
di Didang Bidang Hukum

Kasus 'pelanggaran HAM


berat' di Paniai, Papua:
Keluarga korban tuntut
keadilan, eks pejabat TNI
klaim tak ada perintah dari
atas
19 Februari 2020
Berikut adalah kronologi awal penyebab
terjadinya peristiwa ini:
R,ANTARA FOTO
Aksi Rasisme di Surabaya
Pada Jumat (16/8/2019) secara tiba-tiba sekitar 15 anggota yang berasal dari TNI mendatangi
asrama mereka di Surabaya. Dorlince Iyowau saat dihubungi Tirto, Sabtu malam, pukul 21.30
WIB mengatakan tanpa permisi mereka menggedor gerbang asrama. Hal itu membuat kaget 15
mahasiswa, termasuk Dorli, yang berada di dalamnya.
Menurut Dorli sekitar pukul 15.20 WIB TNI mendobrak pintu disertai ujaran rasis dan
kebencian.
Sikap arogan TNI tersebut, menurut Dorli, ditenggarai oleh bendera merah putih milik
pemerintah kota Surabaya yang terpasang di depan asrama mereka, tiba-tiba sudah berada di
dalam saluran air. Sementara Dorli mengaku, ia dan kawan-kawannya tak tahu soal hal itu.
"Karena kami tidak tahu soal itu [bendera merah putih] di dalam got. Kami minta bernegosiasi.
Tapi TNI menolak," ujarnya. "Dalam dua hari pemasangan [bendera itu] masih baik-baik saja.
Munculnya permasalahan itu pada 16 Agustus kemarin tiba-tiba ada di got.
" Setelah TNI tiba dan menggedor gerbang asrama mahasiswa Papua, menurut Dorli, datang
lagi secara bertahap pihak Satpol PP dan organisasi masyarakat. Dalam kondisi terkepung,
Dorli mengaku harus menahan lapar, begitu juga dengan belasan kawan-kawan lainnya.
Hingga akhirnya datanglah 27 mahasiswa Papua lainnya, yang hendak membawakan makanan
untuk mereka pada Sabtu siang tadi, sekitar pukul 12.00 WIB.
Dorli dan 41 mahasiswa Papua lainnya bertahan hingga pukul 15.00 WIB, sebelum akhirnya
mendapat serangan gas air mata dan mendekam di Mapolrestabes Surabaya.

Kericuhan Mulai Terjadi di Papua


Perlakuan rasisme yang dialami oleh mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya tidak
segera mendapat respons dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Jawa Timur.
Akhirnya pada Senin (19/8/2019) pagi situasi mencekam menyelimuti Manokwari. Sejumlah
jalan protokol diblokir mahasiswa dan masyarakat. Mereka protes karena tak terima dengan
rasisme dan persekusi terhadap sejumlah mahasiswa asal Papua yang sedang belajar di Jawa
Timur.
Wakil Gubernur Papua Barat Muhammad Lakotani menyebut, massa sempat membakar
Gedung DPRD. Mereka juga merusak sejumlah fasilitas dan membuat lalu lintas di Manokwari
jadi semerawut. “Massa cenderung beringas, sehingga kami tak bisa mendekat, Gedung DPRD
provinsi sudah dibakar,” kata Lakotani dalam program Breaking News KompasTV, Senin pagi.
Selain di Manokwari, protes juga dilakukan ratusan orang--mungkin ribuan orang--turun ke
jalan di Jayapura, Papua. Efek domino aksi massa yang terjadi di Manokwari, Papua Barat juga
menjalar ke Kota Sorong. Bandara Domine Eduard Osok menjadi sasaran massa, mereka
melempari fasilitas yang ada di bandara tersebut, Senin (19/8/2019).Karopenmas Mabes Polri
Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan ada beberapa kantor yang turut jadi sasaran aksi massa.
"Ada beberapa kantor, masih belum di-update. Kalau sudah kondusif, aparat bersama pemda
setempat akan menginventarisasikan kerusakan properti di area publik," ujar dia di Mabes
Polri, Senin (19/8/2019).

ANALISIS
Berdasarkan gambar diatas,menurut saya ini merupakan pelanggaran hak warga negara karena
pemerintah dianggap lalai dan membiarkan berita tidak benar/Hoax berkembang di masyarakat
terutama pada masyarakat papua yg tidak tahu menau dan akhirnya menjadi korbannya
sehingga terjadi peristiwa yg sangat berbahaya ini dan dapat merusak persatuan dan kesatuan
negara.Dengan adanya kejadian ini pemerintah harus lebih waspada dan tidak boleh
membiarkan Hoax berkembang di masyarakat. berikut adalah kronologi awal penyebab
terjadinya peristiwa ini.Pelanggaran hak warga negara itu terjadi pada para petugas yg mati
terbunuh sia-sia demi mengamankan kericuhan hebat, oleh karena adanya Hoax itu mereka yg
tidak bersalah tidak mendapat keadilan dan hak-haknya mereka tidak dijalankan dengan
sepenuhnya.Hal ini merupakan bentuk pelanggaran hak warga negara karena melanggar
Hukum/Undang-Undang yang berlaku negara ini. Berikut bentuk-bentuk perbuatan
pelanggaran HAM yang terjadi dalam peristiwa tersebut:

 Hak untuk hidup


sebagaimana dijamin dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945, Pasal 4 dan 9
UU 39 Tahun 1999 tentang HAM serta Pasal 6 ayat (1) Kovenan
Internasional Hak-hak Sipik dan Politik yang telah diratifikasi melalui
UU 12 Tahun 2005.

 Hak untuk tidak mendapat perlakuan yang kejam

Berdasarkan hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya


pelanggaran HAM sebagaimana dijamin Pasal 33 ayat (1) UU 39 Tahun
1999 tentang HAM, Pasal 7 UU 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan
Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik, Pasal 16 ayat (1) UU 5
Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam Tidak Manusia atau
Merendahkan Martabat Manusia.

Anda mungkin juga menyukai