Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRAKTEK PPKN

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
NAMA : IVAN MARKUS
KELAS : XII-TBSM
PELANGGARAN HAM
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak
disengaja yang secara hukum mengurangi, menghalangi, atau mencabut HAM seseorang yang dijamin oleh
undang-undang akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.
Pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik yang dilakukan oleh individu
maupun oleh institusi negara terhadap hak asasi individu. Namun untuk sampai pada upaya penegakan melalui
pengadilan hak asasi manusia, hanya pelanggaran hak asasi manusia berat yang dapat diselesaikan melalui jalur
pro justicia.
Hal ini tertuang dalam Pasal 104 ayat 1 yang berbunyi, "untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia
yang berat dibentuk pengadilan hak asasi manusia di lingkungan pengadilan hukum,".
Dari pendekatan kultural, terbukti bahwa perjuangan menegakkan hak asasi manusia pada hakikatnya
merupakan bagian dari tuntutan sejarah dan budaya dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu,
memperjuangkan HAM sama dengan memperjuangkan budaya bangsa.

1.Jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia


Pelanggaran HAM dikelompokkan ke dalam dua bentuk yaitu pelanggaran HAM ringan dan pelanggaran HAM
berat.
a.Pelanggaran HAM Ringan
Pelanggaran HAM ringan adalah pelanggaran yang tidak mengancam nyawa seseorang, namun merugikan
orang tersebut. Saat ini, banyak sekali bentuk pelanggaran HAM ringan yang terjadi di tengah masyarakat
khususnya dalam lingkup keluarga.
Contoh Pelanggaran HAM Ringan
Di Lingkungan Masyarakat
1. Aksi kekerasan atau pemukulan
2. Pencemaran nama baik
3. Menghalangi seseorang untuk menyampaikan pendapat
4. Penganiayaan terhadap orang lain karena masalah sepele
5. Tidak mendapatkan keadilan sosial di masyarakat
6. Memalak orang lain
7. Melakukan pencurian
8. Menghalangi ibadah seseorang
9. Membunyikan knalpot brong yang dapat mengganggu ketenangan publik
10. Membakar sampah sembarangan
11. Menyetel pengeras suara yang dapat mengganggu ketenangan publik
12. Melakukan fitnah kepada orang lain
13. Pencemaran lingkungan
14. Pemakaian zat berbahaya untuk makanan dan minuman
15. Berkomentar jahat di postingan sosial media orang lain

Di Lingkungan Sekolah
1. Tidak mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan yang sejajar
2. Terlibat tawura
3. Bullying
4. Guru menghukum muridnya berupa hukuman fisik, seperti menjewer atau menendang
5. Guru membeda-bedakan perilakunya kepada murid berdasarkan kekayaan dan kepintaran
6. Mengganggu teman yang sedang beribadah
7. Pemberian vaksin kosong kepada siswa (terutama di tengah pandemi seperti saat ini)
8. Melakukan penganiayaan terhadap teman
9. Memaksa murid untuk membeli buku yang tidak berkaitan dengan pelajaran
10. Guru malas mengajar dan menjelaskan materi kepada siswa
11. Melakukan pemalakan terhadap teman
12. Mengganggu teman saat mendengarkan materi guru

Di Lingkungan Keluarga
1. Tidak mendapatkan layanan pendidikan dan kesehatan yang sejajar
2. Orang tua memaksakan kehendak jurusan kuliah kepada anaknya
3. Orang tua menyiksa anaknya
4. Majikan bertindak semena-mena terhadap asisten rumah tangga dan sesamanya
5. Orang tua memaksa anaknya untuk bekerja
6. Anak menyiksa orang tua
7. Anak tidak mau merawat orang tua yang sakit
8. Orang tua tidak memperbolehkan anaknya untuk m elakukan kegiatan refreshing
9. Orang tua tidak memberikan makanan bergizi kepada anak
10. Anak melakukan tindak kebohongan kepada orang tua

Hukuman Bagi Pelanggaran HAM Ringan


Setiap tahunnya, kasus pelanggaran HAM relatif terus mengalami peningkatan, baik itu pelanggaran
HAM ringan maupun pelanggaran HAM berat. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan rendahnya
kesadaran akan menghormati HAM di sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal, HAM sendiri telah jelas
diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28.
Nah, dalam upaya menegakkan HAM di Indonesia ini, perlu adanya dukungan masyarakat. Selain itu,
masyarakat juga harus berperan aktif untuk menghormati HAM. Supaya dapat terlaksana, maka perlu adanya
hukuman yang bersifat memberikan efek jera bagi pelanggarnya.
Apa saja hukuman bagi pelanggaran HAM ringan tersebut?

1. Pidana Penjara
Hukuman ini adalah berupa kurungan penjara dalam waktu yang telah ditentukan pada Undang Undang
Hukum Pidana. Di dalam Undang Undang Hukum Pidana, terdapat peraturan-peraturan yang menentukan
perbuatan atau pelanggaran HAM yang termasuk ke dalam tindak pidana, sehingga hukuman mengenai berapa
tahun lamanya pidana penjara dijatuhkan dapat disesuaikan sesuai pelanggarannya.
Dalam hukuman pidana penjara ini dibedakan menjadi hukuman penjara seumur hidup dan penjara
sementara. Hukuman penjara sementara itu minimal hanya 1 tahun dan maksimal adalah 20 tahun. Selama
hukuman tersebut, terpidana yang melakukan pelanggaran HAM ringan harus tinggal di penjara dan wajib
melakukan pekerjaan yang ada di dalam maupun luar penjara, serta terpidana tidak mempunyai Hak Vistol.
Perlu diketahui, hak vistol adalah hak bagi terpidana untuk mengubah nasibnya dengan membayar biaya
tertentu.
b. Pelanggaran HAM Berat
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Pasal 7 bahwa
pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun secara
yuridis, pelanggaran berat HAM di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 104
tentang HAM. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa pelanggaran berat HAM adalah pembunuhan
massal, pembunuhan sewenang-wenang. penyiksaan penghilangan orang secara paksa, serta perbudakan atau
diskriminasi yang dilakukan secara sistematis.

Contoh Pelanggaran HAM Berat


-Kasus Tanjung Priok
Dalam kasus Tanjung Priok terjadi pelanggaran HAM berat berupa pembunuhan secara kilat, perusakan
sejumlah gedung, dan bentrok dengan aparat yang kemudian menembaki mereka. Kasus Tanjung Priok terjadi
pada 12 September 1984 di Tanjung Priok, Jakarta.  Tragedi Tanjung Priok berawal tanggal 10 September 1984,
Sersan Hermanu, seorang anggota Bintara Pembina Desa tiba di Masjid As Saadah di Tanjung Priok. Ia
mengatakan kepada pengurus masjid, Amir Biki, untuk menghapus spanduk dan brosur yang isinya mengkritik
pemerintah. arena Biki menolak, Hermanu memindahkannya sendiri dengan masih menggunakan alas kaki saat
masuk ke area sholat. Akibatnya, Hermanu diserang oleh Sjarifuddin Rambe dan Sofwan Sulaeman, warga
setempat. Keduanya bersama penguru lain, Achmad Sahi dan Muhammad Noor ditangkap. Dua hari kemudian,
Biki memimpin demonstrasi ke Kantor Kodim Jakarta Utara, tempat keempat tahanan tersebut dipenjara. Kian
hari massa kelompok terus bertambah sampai sekitar 1.500 orang. Melihat para demonstran yang semakin tidak
terkendali, personel militer dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara ke-6 menembaki para demonstran.
Masyarakat Tanjung Priok memperkirakan total 400 orang terbunuh atau hilang. 

-Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan Mei 1998 terjadi pada 13 - 15 Mei 1998 di Jakarta dan sejumlah kota lain akibat krisis moneter.
Peristiwa ini adalah peristiwa kerusuhan yang melibatkan isu SARA. Selain penjarahan besar-besaran, disebut
terdapat pula tindak kejahatan seksual terhadap perempuan. Korban dari kerusuhan tersebut didominasi oleh
etnis Tionghoa. Komnas HAM menyebut peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM berat masa lalu. Sampai
saat ini, penyelesaian kasus tersebut tidak kunjung menemui titik terang.

-Peristiwa Aceh

Terjadi pada 1990-1998 ketika Daerah Operasi Militer (DOM) diberlakukan di Aceh. Tragedi pelanggaran
HAM terjadi diduga karena dipicu oleh unsur politis pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh menjadi
negara merdeka.
Banyak tindakan kekerasan dialami oleh rakyat Aceh. Ditemukan sejumlah kasus pembunuhan, penculikan, dan
penyiksaan.
-Tragedi Trisakti (1998)

Tragedi Trisaksti terjadi pada 12 Mei 1998 yang melibatkan mahasiswa yang berdemonstrasi untuk menuntut
Presiden turun dari jabatannya. Mahasiswa bentrok dengan aparat yang ingin membubarkan massa dan
menyebabkan korban jiwa. 4 orang mahasiswa gugur dalam perjuangannya.

Kasus Pembunuhan Aktivis Munir (2004)

Munir Said Thalib adalah aktivitis yang aktif memperjuangkan hak-hak asasi manusia. Munir
ditemukan meninggal dalam perjalanan udara menuju ke Amsterdam, Belanda. Uji forensik
kepolisian Belanda menemukan jejak racun arsenik dalam proses otopsi jenazah, yang memperkuat
dugaan munir meninggal dunia karena diracun. Kematian munir dipicu oleh adanya pihak kalangan
atas yang merasa terg anggu dengan aktivitas Munir dalam memperjuangkan HAM.

Hukuman Bagi Pelanggaran HAM Berat


Hukuman mati
Aisyah Amini, anggota Fraksi Persatuan Pembangunan, justru berpendapat hukuman mati bagi pelanggar HAM.
Alasannya, Aisyah melihat hukuman mati sudah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Ini tidak berubah
sampai sekarang, katanya. Rujukan Aisyah adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP saja
yang unsurnya tidak seberat itu saja hukumannnya mati. Ini sekarang unsurnya lebih berat malah tidak dihukum
mati, ujarnya. Kontradiksi yang dilihat Aisyah itu adalah orang yang melakukan pembunuhan secara berencana
dikenakan hukuman mati. Sementara dalam UU perlindungan HAM, melakukan tindakan pelanggaran HAM
berat yang unsurnya berat malah tidak dihukum mati. Melakukan pembunuhan terhadap satu suku segala
macam, kok hukumannya lebih rendah, cetusnya. Pada Pasal 340 KUHP dinyatakan bahwa barangsiapa dengan
sengaja dan rencana lebih dulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana,
dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Pelanggaran berat
Sayangnya, rumusan mengenai HAM berat belum jelas diatur dalam RUU Pengadilan HAM. Pelangaran HAM
yang terdapat di Pasal 1 ayat (2),(3),(4) dan Pasal 5 RUU pengadilan HAM, rumusan pelanggaran HAM berat
terlalu umum. Menurut analisis Tim Asistensi Sentra HAM Fakultas Hukum Universitas Indonesia, unsur berat
belum tercermin bahkan cenderung sama dengan apa yang diatur dalam KUHP. Beberapa hal tertentu seperti
penculikan, pembakaran, dan pengrusakan malah diatur lebih rinci dalam KUHP.Pada usulan RUU Pengadilan
HAM Pasal 5 disebutkan: Pelanggaran HAM yang berat sebagaimana dimaksus dalam Pasal 1 angka 2 adalah
pelanggaran HAM yang dilakukan dengan meluas dan sistematis meliputi….Dalam Pasal 5 mengenai
pelanggaran HAM berat tidak terdapat kejahatan perang sebagai salah satu kejahatan internasional yang juga
merupakan pelanggaran HAM berat. Oleh karena itu perlu ditambah satu paragraf baru tentang kejahatan
perang.
Faktor Penyebab Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM disebabkan oleh dua faktor berikut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal
Faktor internal penyebab pelanggaran HAM adalah yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang
berasal dari diri pelaku pelanggar HAM

Contohnya:
1.Kurangnya sikap tenggang rasa dan toleransi pada sesama.
Kurangnya sikap tenggang rasa dan toleransi akan menyebabkan seseorang tidak bisa menerima perbedaan
dalam masyarakat. Hal ini dapat membuat seseorang memaksakan pendapatnya.

2. Memiliki sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.


Sikap egois dan mementingkan diri sendiri akan banyak merugikan orang lain. Sikap egois juga bisa merusak
kerukunan antarmasyarakat.

3. Kurangnya pendidikan akan sikap terpuji.


Kurangnya pendidikan akan sikap terpuji bisa membuat seseorang tidak bisa menyadari kesalahan pada
sikapnya yang merugikan orang lain, termasuk sebagai pelanggaran HAM.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab pelanggaran HAM adalah faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM.

Contohnya:
1. Penyalahgunaan kekuasaan
Orang yang memiliki kekuasaan bisa melakukan pelanggaran HAM ke orang lain yang memiliki kekuasaan
yang lebih rendah daripada dirinya.

2. Tidak ada ketegasan dari aparat hokum


Ketika tidak ada ketegasan dari aparat hukum untuk memberikan efek jera pada pelanggar HAM, maka
pelanggaran HAM akan terus terjadi.

Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)


Di bawah ini ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran HAM, yaitu:

1. Meningkatkan kerja sama antargolongan atau kelompok.

2. Memberikan jaminan HAM melalui peraturan dan perundang-undangan.

3. Meningkatkan profesionalisme pertahanan negara dan aparat keamanan.

4. Penegakan supremasi hukum yang harus dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

5. Meningkatkan kualitas pelayanan publik sehingga mencegah terjadinya pelanggaran HAM.

6. Meningkatkan pemahaman mengenai prinsip HAM ke masyarakat.

7. Mengoptimalkan peran lembaga-lembaga pemerintah, seperti Komnas HAM, KPAI, Komnas


Perempuan, dan KPK.

8. Meningkatkan pengawasan dari lembaga politik dan masyarakat.

9. Menegakkan HAM dengan berbuat baik, seperti bertoleransi antar sesama dan memupuk sikap
tenggang rasa.
10. Meningkatkan persatuan dan kesatuan sehingga setiap orang memiliki rasa yang erat satu sama
lain.

Anda mungkin juga menyukai