DISUSUN OLEH:
NIM : 2019011134006
KELAS: 14 B
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat dimaknakan sebagai hak-hak yang dimiliki
seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini bersumber dari pemikiran moral
manusia dan diperlukan untuk menjaga harkat dan martabat suatu individu sebagai seorang
manusia. Dengan katalain, HAM secara umum dapat diartikan sebagai hak-hak yang melekat
pada diri segenap manusiasehingga mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan seks, ras,
warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran.
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, UnitedNations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yangmelekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan YangMaha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusiasebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati,dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
Definisi HAM menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 39/1999 tentang HAM adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan
anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi negara, hukum, pemerintah, dan tiap
orang, demi kehormatan, harkat, dan martabat manusia, dengan demikian HAM merupakan hak
yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan
tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
B. JENIS JENIS ATAU MACAM HAK ASASI MANUSIA (HAM)
Menurut Pasal 1 angka 2 UU 26 Tahun 2000, yang dimaksud pelanggaran HAM yang berat
adalah “pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini”.
Macam pelanggaran HAM berat, dapat kamu lihat sebagai berikut antara lain:
Pembunuhan. Pemerkosaan
Pemusnahan. Penganiayaan.
Perbudakan. Penghilangan paksa.
Pemindahan paksa penduduk. Perbuatan tak manusiawi
Penyiksaan. Kejahatan apartheid.
Planggaran HAM ringan adalah bentuk pelanggaran HAM yang tidak mengancam keselamatan
jiwa namun harus tetap dilindungi karena sangat berbahaya bagi individu.
Macam pelanggaran HAM ringan, dapat kamu lihat sebagai berikut antara lain:
pencurian
pencemaran nama baik
penghinaan
pengancaman
kekerasan fisik ringan
tindakan yang menghalangi aspirasi.
Kasus penembakan misterius (Petrus) alias operasi clurit merupakan operasi rahasia yang
dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Operasi tersebut berdalih untuk menekan
tingkat kejahatan yang begitu tinggi pada saat itu. Secara umum, operasi ini merupakan
penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang diduga mengganggu ketenteraman
masyarakat. Hingga saat ini, pelakunya tidak pernah tertangkap dan tidak pernah diadili.
Tragedi Rumoh Geudong merupakan sebuah tragedi penyiksaan oleh aparat TNI terhadap
masyarakat Aceh selama masa konflik Aceh. Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia ini
terjadi di sebuah rumah tradisional Aceh yang merupakan markas TNI di desa Billie. Rumah
tersebut menjadi tempat penyiksaan kejam saat konflik tersebut berkecamuk.
Marsinah adalah seorang buruh pabrik dan aktivis pada zaman Orde Baru yang tewas karena
penyiksaan. Pada tanggal 3-4 Mei 1998, Marsinah beserta rekan-rekannya melakukan
demonstrasi karena pabrik tempatnya bekerja tidak menaikkan upah sesuai edaran gubernur Jawa
Timur. Pada siang tanggal 5 Mei, 13 teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo atas tuduhan
penghasutan kepada para buruh agar tidak masuk kerja. Rekan-rekannya mendapat paksaan
untuk mengundurkan diri. Marsinah pun datang ke Kodim untuk menanyakan di mana
keberadaan rekan-rekannya. Malamnya, Marsinah menghilang dan tidak ada yang tahu
keberadaannya. Marsinah baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan meninggal
dan berdasarkan hasil autopsi ia mengalami penyiksaan berat.
Tragedi Trisakti merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang selalu
dikenang. Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa penembakan terhadap mahasiswa demonstran di
Trisakti yang menuntut Soeharto turun dari jabatan presiden. Ada empat orang mahasiswa yang
tewas dalam tragedi tersebut, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan
Hery Hartanto.
Tragedi Penculikan Aktivis 97/98 merupakan operasi penghilangan orang secara paksa,
khususnya terhadap para aktivis pro-demokrasi menjelang Pemilu 1997 dan Sidang Umum MPR
1998. Tragedi ini mengakibatkan 1 orang tewas, 11 orang mendapat siksaan berat, 23 orang
hilang, dan 19 orang kehilangan kemerdekaan fisiknya.
Kasus pelanggaran HAM berikutnya adalah Tragedi Semanggi yang merupakan dua rangkaian
kejadian protes masyarakat terhadap Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya
rakyat sipil. Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 dan menyebabkan 17 warga
sipil tewas. Sementara itu, Tragedi Semanggi II terjadi pada 24 September 1999 dan
menyebabkan 12 orang tewas (1 mahasiswa) serta 217 korban luka-luka.
Bom Bali merupakan aksi terorisme yang termasuk dalam salah satu kasus pelanggaran HAM
berat. Aksi pengeboman ini terjadi dua kali, Bom Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002 dan Bom
Bali II terjadi pada 1 Oktober 2005. Bom Bali I meledak di Kuta dan menyebabkan 202 orang
tewas serta 209 luka-luka. Pada Bom Bali II, terdapat tiga buah bom yang meledak, yakni satu di
Kuta dan dua di Jimbaran. Tragedi ke-2 ini menewaskan 23 orang (4 wisatawan asing dan tiga
pelaku) serta 196 orang luka-luka.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat secara resmi enam kasus
pelanggaran HAM di Papua yang terjadi dalam kurun waktu 1998 sampai 2017. Kasus-kasus
pelanggaran HAM tersebut memakan korban jiwa, luka-luka, hingga cacat seumur hidup.
Namun, kasus tersebut tak pernah menemukan titik terang.
Berikut catatan kasus-kasus pelanggaran HAM di Provinsi Papua dan Papua Barat :
Kasus Biak Berdarah diduga dilakukan aparat keamanan saat membubarkan pengunjuk rasa yang
melakukan aksi damai menuntut referendum di Kota Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua, pada
6 Juli 1998. Sejumlah korban tewas, luka, dan cacat seumur hidup dalam tragedi berdarah
tersebut. Kasus ini masih dalam penyelidikan.
Kasus Wasior Berdarah bermula dari terbunuhnya lima anggota Brimob dan warga sipil di Desa
Wondiboi, Distrik Wasior pada 13 Juni 2001. Kepolisian kemudian mencari pelaku pembunuhan
anggota Brimob di Desa Wondiboi dan desa lainnya. Dikabarkan, pencarian pelaku berujung
pada kekerasan terhadap penduduk sipil. Sebanyak empat orang tewas dan 39 orang disiksa.
Selama 20 tahun berjalan, kasus ini belum mendapat kepastian hukum.
Kasus Wamena Berdarah terjadi ketika masyarakat Papua sedang mengadakan Hari Raya
Paskah. Perayaan itu dikejutkan dengan penyisiran kelompok tak dikenal membobol gudang
senjata Markas Kodim 1702/Wamena.Penyerangan ini menewaskan dua anggota Kodim, yaitu
Lettu TNI AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (penjaga gudang senjata) dan satu orang luka
berat. Buntutnya, aparat TNI Polri melakukan penyisiran di 25 kampung. Dikabarkan Komnas
HAM 9 orang meninggal dunia, dan 38 luka berat.
Tragedi berdarah ini terjadi pada 15 tahun lalu saat mahasiswa Universitas Cenderawasih
melakukan aksi menolak keberadaan PT Freeport di Papua. Aksi itu berujung bentrokan
mahasiswa dengan polisi. Komnas HAM mencatat peristiwa ini menimbulkan korban jiwa dari
kedua belah pihak. Namun belum ada data pasti berapa orang korban dari pihak mahasiswa.
Peristiwa ini juga belum mendapat kepastian hukum.
KontraS mencatat peristiwa penembakan pada warga di Paniai, Papua dilakukan oleh aparat TNI
dan Polri di lapangan Karel Gobay. Kejadian itu menewaskan empat orang di TKP dan satu
orang meninggal dunia saat menjalani perawatan.
F. KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada
seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang dapat mengganggu gugat, tidak terkecuali
pemerintah. Jadi sudah sepatutnya pemerintah memberikan apa yang seharusnya rakyat
milikiyang diantaranya adalah hak untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39 Tahun1999 yang isi nya
mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak hidup, Hak berkeluarga
danmelanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak memperoleh keadilan, Hak
ataskebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas kesejahteraan, Hak turut serta
dalampemerintah, Hak wanita dan Hak anak.
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparatnegara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi,menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang
yangdijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku