Anda di halaman 1dari 27

A.

Pengertian HAM

1. Pengertian HAM menurut John Locke


HAM adalah hak-hak yang langsung diberikan Tuhan kepada manusia sebagai hak yang
kodrati. Oleh karenanya, tidak ada kekuatan apapun di dunia yang bisa mencabutnya. HAM
ini sifatnya mendasar (fundamental) bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat
suci.

2. Pengertian HAM menurut David Beetham dan Kevin Boyle


HAM dan segala kebebasan yang bersifat fundamental adalah setiap hak-hak yang individual
yang memiliki asal dari segala kebutuhan dan segala kapasitas manusia.

3. Pengertian HAM menurut Miriam Budiarjo


HAM adalah suatu hak-hak yang membatasi manusia sebagai hak yang telah dimiliki oleh
setiap manusia dan yang telah diperoleh dan akan dibawanya bersamaan dengan pada saat
kelahirannya atau kehadirannya dalam suatu masyarakat.

4. Pengertian HAM menurut UU. NO.39 Tahun 1999


HAM adalah suatu perangkat hak yang telah melekat dalam diri manusia sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT. Dimana hak tersebut merupakan sebuah anugerah yang mesti dihargai
dan dilindungi oleh setiap orang untuk melindungi martabat dan harkat pada setiap
manusia.

B. Ciri-ciri HAM
 Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
diserahkan.
 Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah
hak sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
 Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah
ada sejak lahir.
 Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya. Persamaan adalah salah satu
dari ide-ide hak asasi manusia yang mendasar.
C. Macam-macam HAM
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak asasi pribadi
ini sebagai berikut.

 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.


 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan yang
diyakini masing-masing.

2. Hak Asasi Politik (Political Rights)


Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak asasi politik ini sebagai
berikut.

 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.


 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)


Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan dengan
kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum sebagai berikut.

 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.


 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)


Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi ekonomi ini
sebagai berikut.

 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.


 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak asasi peradilan ini
sebagai berikut.

 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.


 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan
penyelidikan di muka hukum.

6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)


Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial budaya
ini sebagai berikut.

 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.


 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

D.Pelanggaran HAM
Dalam pelanggaran HAM sendiri dibagi menjadi 2 macam yaitu ringan dan berat:
1. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Ringan
Pelanggaran Hak Asasi Manusia ringan adalah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh seseorang
maupun kelompok tetapi tidak mengancam keselamatan jiwa manusia.Tetapi pelanggaran ini
bisa menjadi berbahaya jika tidak di tanggulangi secara langsung. kejadian ini sering terjadi di
masyarakat entah sadar maupun tidak sadar sebab itu tak sedikit orang menganggapnya sebagai
hal yang lumrah.

 Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia Ringan

Beberapa bentuk-bentuk pelanggaran HAM ringan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari:

 Diskriminasi terhadap seseorang.


 Pengrusakan terhadap sesuatu.
 Kelalaian dalam menetapkan peraturan.
 Pencemaran nama baik dan masih banyak lagi yang lainya.

Dari beberapa contoh di atas hanya sebagian kecil dari bentuk-bentuk pelanggaran Hak Asasi
Manusia ringan.
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat
Pelanggaran termasuk pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dinilai sebagai tindakan yang
berbahaya dan mengancam nyawa seseorang yang dilakukan oleh sekelompok manusia maupun
pribadi individu. Kesalahan tersebut sering menjadi sorotan banyak organinasi kemanusiaan,
bahkan banyak kasus pelangaran HAM yang terjadi di dunia menjadi dasar terbentuknya
organisasi-organisasi kemanusiaan.

 Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat

Dalam UU Ri nomor 2 Tahun 2011 tentang pengadilan HAM telah di klasifikasikan menjadi 2
bentuk berat yang pertama adalah kejahatan manusia dan yang kedua adalah
genosida.Pengertian genosida sendiri antara lain merupakan suatu pembantaian secara besar
secara sistematis terhadap suatu ras, agama, suku, etnis, dan bangsa dengan maksut ingin
memusnahakan.

Contoh genosida :

 Membunuh anggpta kelompok.


 Menciptakan kondisi kehidupan yang tidak kondusif.
 Membunuh suatu peradaban dengan aturan.
 Menyebabkan penderitaan mental maupun fisik.
 Melakukan tindakan pencegahan kelahiran dalam suatu kelompok.

Contoh diatas hanyalah segelintir permasalahan tentang genosida.

Penjelasan tentang kejahatan manusia, istilah ini dalam hukum internasional mengacu dalam
tindakan yang mengakibatkan pembunuhan secara masal. Cara yang digunakan dalam
pembunuhan ini seperti penyiksaan dan penyerangan. Digunakan untuk mengurangi ras dengan
tujuan kepentingan politik sebagai dasarnya.

Contohnya kejahatan manusia seperti:

 Kejahatan perang
 kejahatan agresi
 Pelanggaran HAM Berskala Internasional
1. Kejahatan Genocide
Kejahatan genocide adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa/ras, misalnya
zaman Hitler memusnahkan bangsa Yahudi.

2. Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahui bahwa serangan itu ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, misalnya pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan,
pemerkosaan, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.

3. Pembajakan dan Perampokan


Pembajakan adalah tindakan kejahatan yang dilakukan di pesawat udara, sedangkan
perampokan adalah kejahatan yang dilakukan di laut.

4. Kejahatan Perang
Kejahatan perang adalah tindakan kejahatan yang umumnya dilakukan oleh pribadi pada
saat perang dan berakibat banyak korban yang terlibat dalam peperangan itu, misalnya
kejahatan Perang Dunia II.

 Kasus-kasus Pelanggaran HAM

o Kasus pelanggaran HAM di Indonesia


1. Peristiwa Trisakti
Salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang paling terkenal adalah peristiwa trisakti.
Peristiwa ini adalah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang terjadi
pada tanggal 12 Mei 1998. Hal ini terjadi saat demonstrasi mahasiswa yang menuntut
Soeharto mundur dari jabatannya. Sebanyak 4 orang mahasiswa tewas tertembak dan
puluhan lainnya luka-luka saat melakukan unjuk rasa.
2. Tragedi Semanggi I
Tragedi Semanggi I merupakan peristiwa protes masyarakat kepada pelaksanaan serta
agenda Sidang Istimewa MPR yang mengakibatkan tewasnya warga sipil. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 13 November 1998 dan menuntut pembersihan orang-orang orde baru
dari posisi pemerintahan dan militer. Setidaknya 5 orang korban meninggal dunia akibat
peristiwa ini dan puluhan lainnya luka-luka.
3. Tragedi Semanggi II
Sama seperti sebelumnya, tragedi Semanggi II juga terjadi akibat protes dan demonstrasi
masyarakat sipil. Tragedi Semanggi II terjadi pada tanggal 24 September 1999, selisih
hampir satu tahun dengan tragedi Semanggi I yang terjadi tahun 1998. Pada tragedi ini,
sekurang-kurangnya 5 orang korban meninggal dunia dan ratusan korban lainnya luka-luka.
4. Kasus Pembunuhan Munir
Contoh pelanggaran HAM di Indonesia lainnya adalah kasus pembunuhan Munir. Munir
Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM.
Pria asal Malang ini meninggal dunia pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat
Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.
Penyebab tewasnya tidak diketahui, namun banyak berita yang menyebutkan ia tewas
diracun. Hingga kini belum ada titik temu mengenai kasus pembunuhan Munir ini.
5. Kasus Pembunuhan Marsinah
Kasus pembunuhan Marsinah terjadi pada tanggal 3-4 Mei 1993. Marsinah merupakan
seorang pekerja dan aktivis wanita yang bekerja di PT Catur Putera Surya Porong. Berawal
dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh lainnya yang menuntut kepastian
pada perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo
tersebut, Marsinah yang menjadi aktivis buruh malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia
tewas di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi mengenaskan. Kasus
pelanggaran HAM ini pun belum bisa diselesaikan dan masih menjadi misteri sampai
sekarang.
6. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa Tanjung Priok merupakan salah satu contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia
yang cukup terkenal. Kasus ini terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar.
Pemicu peristiwa terjadi akibat masalah SARA dan unsur politis. Warga sekitar melakukan
demonstrasi pada pemerintah karena menolak pemindahan makam keramat Mbah Priok.
Hal ini memicu bentrok antara warga dengan anggota polisi dan TNI. Diperkirakan ratusan
korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan akibat bentrok yang terjadi.
7. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi
Peristiwa ini terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998. Saat ini marak terjadi pembunuhan
guru ngaji dan tokoh agama akibat praktek santet di desa-desa. Warga sekitar mulai
melakukan kerusuhan berupa penangkapan serta pembunuhan terhadap orang yang
dituduh sebagai dukun santet. Orang yang diduga sebagai dukun santet pun langsung
dibunuh secara sepihak. Polisi dan TNI langsung mengamankan orang yang dituduh sebagai
dukun santet untuk menghindari amukan warga. Masih menjadi misteri siapa dalang
pembunuhan tokoh agama yang marak terjadi sebelumnya.
8. Peristiwa di Abepura, Papua
Salah satu contoh kasus pelanggaram HAM di Papua terjadi di daerah Abepura pada tahun
2003. Saat itu pelanggaran HAM yang dipicu oleh penyerangkan Mapolsek Abepura.
Setelah itu terjadi penyisiran yang membabi buta terhadap pelaku yang diduga melakukan
penyerangan Mapolsek Abepura. Peristiwa ini tercatat sebagai contoh pelanggaran HAM di
Papua.
9. Penculikan Aktivis Pro Demokrasi
Pelanggaran HAM ini terjadi akibat adanya kasus penculikan aktivis pro-demokrasi pada
tahun 1997 dan 1998. Sekitar 23 aktivis diculik dan menghilang tanpa penyebab yang
diketahui, bahkan diketahui ada yang sampai dibunuh. Sampai sekarang ada 13 aktivis yang
masih tidak diketahu kejelasannya. Banyak orang berpendapat bahwa mereka diculik dan
disiksa oleh para anggota militer. Peristiwa ini menjadi contoh kasus pelanggaran HAM
pada masa Orde Baru.
10. Kasus Bulukumba
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003. Pemicu kasus
pelanggaran HAM ini adalah perusahaan PT. London Sumatra (Lonsum) yang ingin
melakukan perluasan area perkebunan, namun ditolak oleh warga sekitar. Aksi
demonstrasi yang dilakukan warga berujung pada bentrok dengan polisi. Akibatnya
terdapat beberapa korban tewas. Persengkataan lahan antara perusahaan Lonsum dan
warga sekitar terkait tanah dan lahan menjadi pemicu pelanggaran HAM ini.
11. Kasus Penganiayaan Wartawan
Kasus ini terjadi pada tahun 1996, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1996. Seorang
wartawan bernama Fuad Muhammad Syafruddin atau biasa dipanggil Udin tewas setelah
dianiaya di Yogyakarta. Udin dikenal sebagai wartawan yang kritis dan sering mengkritik
kebijakan pemerintah Orde Baru. Ia diduga diculik, dianiaya dan dibunuh oleh orang tak
dikenal.
12. Tragedi Bom Bali
Peristiwa bom bali terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian
Kuta, Bali oleh sekelompok jaringan teroris. Akibatnya ratusan korban meninggal dunia dan
ratusan lain luka-luka, baik warga lokal atau pun turis mancanegara. Aksi bom bali menjadi
salah satu aksi terorisme terbesar yang pernah terjadi di Indonesia dan tragedi ini
diberitakan di seluruh dunia.
13. Kasus Pemberontakan GAM
Pelanggaran HAM di Aceh ini terjadi sejak tahun 1976. Pemberontakan di Aceh dikobarkan
oleh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan dari
Indonesia. Gerakan ini pertama dibentuk pada tanggal 4 Desember 1976. Konflik antara
pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak
tahun 1976. Total puluhan ribu korban tewas akibat konflik ini.
14. Kasus Pengkhianatan G 30S/PKI
Peristiwa Gerakan 30 September PKI (G 30S/PKI) adalah peristiwa pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) dengan menculik dan membunuh beberapa perwira dan jenderal
militer pada tanggal 30 September 1965. PKI menculik dan membantai 10 perwira jenderal
dan mayatnya dibuang di sumur lubang buaya. Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi
kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. PKI kemudian ditetapkan sebagai partai terlarang
karena dianggap melakukan pemberontakan dan pengkhianatan terhadap negara.
15. Kasus Pembantaian Massal Anggota PKI
Usai melakukan pengkhianatan, keberadaan Partai Komunis Indonesia (PKI) pun dilarang.
Pemerintah dan pihak militer pun melakukan operasi pembantaian pada sisa-sisa anggota
PKI. Pembantaian ini merupakan peristiwa pembunuhan dan penyiksaan terhadap orang
yang dituduh sebagai anggota PKI di Indonesia. Diperkirakan sekitar 1 juta lebih anggota
PKI meninggal atau menghilang usai operasi militer ini.
16. Konflik Sampit (Suku Dayak dan Madura)
Konflik dan tragedi Sampit ini terjadi pada tahun 2001 setelah sebelumnya terjadi konflik
serupa di tahun 90an. Konflik terjadi akibat perbedaan ras antara penduduk ras Dayak
dengan ras Madura yang merupakan pendatang. Banyak rumor dan isu beredar mengenai
pemicu konflik ini yang kemudian menyebabkan banyak korban jiwa yang tewas
mengenaskan.

o Kasus-kasus Pelanggaran HAM di Luar Negri


1. Konflik Israel dengan Palestina
Kasus sengketa antara Israel dengan Palestina merupakan salah satu sengketa global
yang tidak ada habisnya. Dulunya, Israel hanya sebuah wilayah yang terbentuk dari
perkumpulan orang-orang Yahudi yang mengungsi ke wilayah Palestina. Orang-orang Yahudi
itu diterima baik oleh bangsa Palestina, namun kenyataannya Israel mulai sedikit demi sedikit
memperluas wilayahnya dengan menguasai sebagian besar wilayah Palestina, dan pada
akhirnya Israel memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan Palestina, padahal
dulunya wilayah Israel lebih kecil dibanding Palestina.

Salah satu cara Israel dalam memperluas wilayahnya yaitu dengan cara berperang. Dengan
bantuan dari Amerika Serikat, beberapa kali Israel melancarkan serangan ke Palestina hingga
akhirnya mengakibatkan banyaknya korban jiwa yang berjatuhan di Palestina. Bahkan sudah
ada ribuan warga Palestina yang menjadi korban, termasuk anak-anak, wanita dan sampai
relawan yang membantu juga ikut menjadi korban.

Palestina sampai saat ini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari PBB sebagai
suatu negara, namun setelah diakuinya Palestina tidak menghentikan peperangan antara
Israel dengan Palestina. Akibat tindakan dari Israel dan akhirnya masyarakat dunia mengecam
tindakan kejahatan kemanusiaan tersebut.

2. Bentrok Oposisi dan Pemerintah Mesir

Bentrok antara oposisi dan pemerintah Mesir selama 4 dekade banyak dikecam oleh
masyarakat di dunia. Baru beberapa minggu, sudah ratusan ribu masyarakat Mesir turun ke
jalan untuk menyerukan pencopotan Hosni Mubbarak dari jabatannya sebagai presiden Mesir.
Penyebabnya adalah karena adanya krisis ekonomi dan politik yang sudah dialami Mesir.
Sebagian warga Mesir menganggap presiden Hosni Mubbarak sebagai presiden yang baik
karena selalu memperhatikan rakyat kecil, namun berbeda halnya dengan sebagian warganya
menganggap presiden Hosni Mubbarak bersifat glamor dan otoriter.

Bentrok pun terjadi dan tidak dapat dihindarkan lagi, Selama berminggu-minggu ratusan
warga menjadi korbannya, banyak yang akhirnya sampai meninggal dunia. Konflik antara
oposisi dan pemerintah Mesir semakin meluas. Setelah presiden Mesir tersebut terkepung
oleh rakyatnya dan bersembunyi di dalam selokan kemudian ditemukan oleh rakyat Mesir dan
akhirnya meninggal di tangan rakyat yang pernah ia pimpin.

3. Adolf Hitler Jerman


Pasukan Nazi pimpinan Adolf Hitler dikenal sebagai pembantai kaum Yahudi. Lalu apa alasan
Nazi pimpinan Adolf Hitler sangat membenci Yahudi? Sejarah menyebutkan jika indikasi
kebencian Hitler kepada Yahudi disebabkan oleh kematian yang janggal sang ibu di tangan
dokter Yahudi. Seorang sejarawan Jerman bernama Ralf-George Reuth berargumen, kebencian
Hitler karena ada pengaruh Revolusi Rusia dan keterpurukan ekonomi Jerman akibat kaum
Yahudi. Yang membuat Nazi sangat membenci Yahudi karena mereka meyakini bangsa Yahudi
secara biologis dan rasial berbeda dengan ras Jerman.

4. Benito Mussolini Italia


Benito Mussolini adalah nama dari pemimpin Italia semasa Perang Dunia II bersama dengan
pemimpin Jerman Adolf Hitler. Benito Mussolini memimpin Italia mengguncang daratan Eropa
& Afrika lewat perang paling dahsyat dan juga merupakan perang paling berdarah dalam
sejarah umat manusia.
Mussolini lahir di Predappio, ayahnya adalah seorang pandai besi dan ibunya adalah seorang
guru sekolah. Tanggal 22 Mei 1939, Mussolini dan Adolf Hitler menandatangani "Pakta Baja",
sebuah kesepakatan resmi mengenai persekutuan antara Jerman dan Italia.

Pada September 1939 Jerman menginvasi Polandia sekaligus mengawali pecahnya Perang
Dunia II. Italia tidak langsung melibatkan diri dalam PD II tersebut, namun setelah melihat
rentetan kemenangan Jerman, Mussolini kemudian memerintahkan pasukannya untuk
menyerbu Perancis Selatan pada tahun 1940. Di tahun yang sama Italia juga menginvasi
Yunani. Bukan hanya di Eropa saja, pasukan Italia juga terlibat konflik dengan pasukan Inggris
di Afrika Timur dan Utara.

Tahun 1943 merupakan titik balik PD II. Pasukan Jerman yang awalnya yang sangat perkasa
mulai kepayahan, sementara di wilayah Italia juga mulai luluh lantak akibat serangan dari
pihak lawan. Popularitas Mussolini lama-kelamaan mulai tergerus. Mussolini ditembak mati
pada tanggal 28 April 1945.

5. Perang Bosnia
Perang Bosnia dan Herzegovina adalah sebuah konflik bersenjata internasional yang terjadi
pada bulan Maret 1992 dan November 1995. Perang ini melibatkan antara Bosnia dan
Republik Federal Yugoslavia (berganti nama menjadi Serbia dan Montenegro begitupula
Kroasia.

Perang antara etnis Serbia dan etnis Kroasia terjadi pada awal tahun 1992 disebabkan tidak
menentunya wilayah Bosnia Herzegovina. Pecahnya konflik diakibatkan serangan pihak Kroat
Bosnia, di bawah pimpinan dari golongan ekstrem kanan Kroasia terhadap penduduk Serbia
Bosnia di desa Sijekovac yang menewaskan 29 orang penduduk sipil, 7 orang diperkosa dan 3
diantaranya dibunuh. Peristiwa tersebut dilakukan oleh 35 orang kelompok bersenjata Garda
Kroasia/pasukan Kroasia pimpinan Dobrosav Paraga.

6. Apartheid di Afrika Selatan


Tahun 1990, Afrika Selatan adalah negara hitam-putih. Sejak pencabutan sistem Aparheid tahun
1994, hak rakyat berlaku untuk semua ras. Sejak Partai Nasional de Boer 1948, setelah perang
dunia II memenangkan pemilihan umum dan membentuk pemerintahan minoritas kulit putih,
sistem Apartheid ditetapkan di undang-undang. Pada tahun 1950, pendaftaran populasi Afrika
Selatan dibagi menjadi 3 ras yaitu, Bantu (Afrika kulit hitam), kulit putih, dan kulit berwarna
lainnya. Kemudian ada kategori baru yaitu Asia yang sebagian besar berasal dari warga etnis
India dan Pakistan. 80 persen wilayah Afrika Selatan dimiliki oleh warga kulit putih. Sedangkan
warga kulit hitam ditempatkan di wilayah termiskin yang disebut sebagai homelands. Pemisahan
antara kulit putih dan hitam juga diberlakukan di fasilitas umum.

Kongres Nasional Afrika (ANC), membentuk sayap bersenjata, yaitu Umkhonto we Sizwe (MK)
yang berarti "Tombak Bangsa". Dalam waktu 1,5 tahun, MK melancarkan sekitar 200 sabotase,
pendirinya adalah Nelson Mandela yang berjuang demi kesetaraan ras. Tahun 1964 pimpinan
oposisi seperti Nelson Mandela dan Walter Sisulu divonis hukuman penjara seumur hidup.
Tekanan politis baik di Afrika Selatan maupun dunia internasional semakin besar. Dan pada
tahun 1990, Presiden Afrika Selatan Frederick Willem de Klerk, membebaskan Nelson Mandela
dan beberapa tahanan politis yang lain. Pada tahun 1994 Nelson Mandela terpilih sebagai
Presiden Afrika Selatan pertama versi baru.

7. Etnis Rohingya Myanmar


Rohingya adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya dari Rakhine di Burma. Kasus pelanggaran
ham yang dialami oleh etnis Rohingya di Myanmar di mana telah terjadi pembantaian terhadap
muslim Rohingya, dalam peristiwa tersebut banyak dari etnis Rohingya yang tewas. Hal itu pun
banyak dikecam oleh dunia internasional. Pembantaian yang terjadi dikarenakan perbedaan
agama. Baca selengkapnya Sejarah Asal Usul Etnis Rohingya di Myanmar.

8. Pelanggaran HAM Uni Soviet terhadap Afghanistan


Pasukan Soviet pertama kali sampai di Afghanistan pada tanggal 25 Desember 1979, 85.000
tentara Uni Soviet mengadakan invasi ke Kabul, Afghanistan yang mendukung pemerintahan
Babrak Karmal melalui kudeta sehingga menimbulkan korban perang berkepanjangan hingga
tahun 1990-an. Penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989.
E. Dokumen HAM
 Piagam Madinah (shahifatul madinah) juga dikenal dengan sebutan
Konstitusi Madinah, ialah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad
SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-
suku dan kaum-kaum penting di Yatsrib (kemudian bernama Madinah) di tahun
622. Dokumen tersebut disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk
menghentikan pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk
itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak dan kewajiban- kewajiban bagi
kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-komunitas pagan Madinah; sehingga
membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut
ummah.
 Piagam Magna Charta. Dideklarasikan di Inggris tahun 1215. Magna Charta
merupakan cikal bakal (embrio) HAM. Piagam ini membatasi kekuasaan Raja John yang
absolut. Dengan piagam ini, raja bisa dimintai pertanggungjawabannya di muka
hukum dan raja harus bertanggung jawab kepada parlemen. Walaupun demikian, raja
tetap berwenang membuat Undang-Undang.
 Dokumen Bill of Rights. Perkembangan yang lebih konkret tentang HAM terjadi setelah
lahirnya piagam ini di Inggris pada tahun 1689. Piagam ini ditandatangani Raja William
III. Inti piagam ini menyatakan bahwa “manusia sama di muka hukum” (equality before
the law). Paham inilah yang menjadi embrio Negara hukum, demokrasi, dan persamaan.
 Declaration of Independence. Perkembangan HAM yang lebih modern ditandai dengan
lahirnya piagam ini, yakni deklarasi kemerdekaan Amerika dari tangan Inggris tahun
1776. Piagam ini disusun oleh Thomas Jefferson yang bersumber dari ajaran
Montesquieu. Deklarasi ini menekankan pentingnya kemerdekaan, persamaan, dan
persaudaraan. Dr. Sun Yat Sen menggunakan asas ini di Tiongkok, yang dikenal sebagai
min tsu, min chuan, dan min seng.
 Declaration des Droits de I‟lhomme er du Citoyen. Piagam ini merupakan Piagam Hak
Asasi Manusia dan Warga Negara yang dideklarasikan di Prancis, tahun 1789. Piagam ini
banyak dipengaruhi oleh Declaration of Independence karena jasa Lafayette, seorang
jenderaldari Prancis yang ikut berperang di Amerika pada waktu negeri tersebut
membebaskan diri dari penjajah Inggris. Sekembalinya ke Prancis, Lafayette berjuang
untuk melahirkan Piagam Hak Asasi Manusia dan Warga Negara di negerinya. Piagam ini
merupakan dasar dari rule of law yang melarang penangkapan secara sewenang-
wenang. Disamping itu, piagam ini pun menekankan pentingnya asas praduga tak
bersalah (presumption of innocence), kebebasan berekspresi (freedom of expression),
dan kebebasan beragama (freedom of religion), serta adanya perlindungan terhadap
hak milik (the right of property).
 UUD 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan, ditetapkanlah UUD yang dikenal sebagai UUD 1945. Pada alinea
pertama ditegaskan sebagai berikut: “bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,…”.
 The Universal Declaration of Human Rights. Pada Perang Dunia II, Presiden
Amerika Serikat, Roosevelt, mendeklarasikan The Four Freedom, antara lain
bebas berpendapat dan berekspresi (freedom of speech and expression) serta
bebas dari ketakutan (freedom for fear). Deklarasi Roosevelt inilah yang menjadi
dasar lahirnya Piagam HAMPBB, yakni The Universal Declaration of Human Rights.
Piagam tersebut dihasilkan oleh Komisi Hak Asasi Manusia PBB pada sidangnya tanggal
Desember 1948. Deklarasi tersebut akhirnya diterima secara resmi dalam Sidang
Umum PBB. Keberhasilan diterimanya Universal Declaration of Human Rights diikuti
oleh keberhasilan diterimanya suatu perjanjian (Convention) mengenai Genocide
(1948), tentang Kerja Paksa (1957), tentang Diskriminasi Gender (1951 dan 1962),
dan Diskriminasi berdasarkan ras (1965). Pada tahun 1966, secara aklamasi
diterima pula suatu perjanjian tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (Covenant
on Economic, Social and Cultural Rights) dan perjanjian tentang hak-hak sipil dan
politik (Covenant on Civil and Political Rights).
 Sejarah Terbentuknya Universal Declaration of
Human Rights
Declaration of Human Rights (1948) adalah sebuah pernyataan dari seluruh umat manusia
mengenai HAM. Meskipun dalam sejarahnya terdapat banyak perdebatan dalam pembentukanya,
namun akhirnya deklarasi tersebut dapat diterima oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10
Desember 1948. Sebelum pembentukannya oleh PBB, sejarah mencatat ada beberapa instrumen
HAM yang dianggap sebagai pendahulu UDHR. Istrumen-instrumen tersebut adalah :
 Piagam PBB
 Magna Charta (1215)
 Bill of Rights (1689)
 Declaration of Independence, USA (1776)
 Bill of Rights, USA (1791)
 Declaration of The Rights of Man and The Citizen, Prancis, (1789)
Beragam instrumen tersebut menjadi inspirasi dan sumber dalam pembentukan UDHR 1948. Ide
pengaturan hak asasi manusia pada awalnya timbul bersamaan dengan kelahiran Perserikatan
Bangsa-Bangsa, akan tetapi belum mencapai kesepakatan antar negara. Ide itu tercetus karena
dipengaruhi oleh kekejaman yang terjadi selama Perang Dunia Kedua, dimana Adolf Hitler dengan
sadisnya melakukan pembantain terhadap jutaan kaum Yahudi dengan cara-cara yang sangat tidak
berperikemanusiaan.
Setelah Perang Dunia II usai, masyarakat dunia memiliki niat untuk membuat suatu kaidah atau
aturan yang dapat melindungi hak-hak asasi manusia. Perlindungan tersebut sangat ingin
memfokuskan perlindungan terhadap HAM, baik yang mengatur mengenai hak sipil dan politik
juga hak ekonomi, sosial dan budaya. Presiden Amerika pada saat itu, yakni Roosevelt,
mengeluarkan sebuah pernyataan tentang kebebasan yang menjadi salah satu pemicu
pembentukan perlindungan HAM, kebebasan menurut Roosevelt itu dikenal dengan The Four
Freedoms, yaitu, Freedom of Speech, Freedom of Worship, Freedom from Want, Freedom from
Fear. Pernyataan itu merupakan simbol sebuah dukungan yang sangat besar terhadap masalah
HAM, sebab Amerika dan sekutu adalah pihak yang menang perang.
Usainya Perang Dunia II dibarengi juga dengan lahirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam
Piagam PBB sudah jelas di sebutkan bahwa salah satu tujuannya adalah penghormatan terhadap
hak fundamental dan kebebasan. Menjelang hari penutupan Konferensi PBB di San Fransisco
1945, para editor The Annals of The American Academy of Sosial and Political Science,
mengumpulkan makalah-makalah untuk suatu penerbitan khusus tentang HAM dari sejumlah
pakar baik delegasi Amerika maupun delegasi asing, dengan maksud untuk menarik perhatian
publik pada HAM yang acuanya telah di buat dalam piagam PBB.Selain terdapat dalam tujuan PBB,
perlindungan terhadapat hak asasi manusia juga banyak tersebar dalam bagian isi piagam PBB.
Salah satu isi Piagam PBB tersebut adalah Pasal 68, tentang tugas-tugas ECOSOC, yang berbunyi :

“Dewan ekonomi dan sosial akan membentuk panitia-panitia di lapangan ekonomi dan sosial dan
untuk memajukan hak-hak asasi manusia dan panitia-panitia demikian lainnya jika diperlukan
untuk menjalankan tugas-tugasnya.”

Kemudian pada sidang pertama ECOSOC tahun 1946, yang mendapatkan mandat untuk membuat
suatu instrumen HAM, membentuk sebuah komisi yang disebut dengan Komisi Hak Asasi Manusia
(CHR), dengan tugas untuk menangani isu-isu hak asasi manusia yang belum diselesaikan.
Ketentuan mengenai batas- batas permasalahan yang di tangani CHR, ditetapkan oleh ECOSOC
juga pada tahun 1946.

F. Intstrumen HAM
Instrumen hak asasi manusia adalah semua aturan dan peraturan yang dibuat untuk mengatur
tentang pelaksanaan, pembatasan, dan sanksi pelanggarannya. Instrumen HAM ini ada yang
bersifat internasional yaitu Declaration of Human Rights dan ada yang dibuat skala tertentu,
misalnya sesuai negara masing-masing. Dan tentu saja instrumen dibentuk berdasarkan sifat-
sifat hak asasi manusia.

Indonesia termasuk negara yang mengakui deklarasi HAM dunia dan negara yang berkedaulatan
rakyat. Untuk itu, maka Indonesia mempunyai instrument HAM mulai dari Pancasila, UUD 1945
hasil amandemen, Tap MPR, UU, Peraturan Pemerintah, dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang. Di bawah ini beberapa contoh instumen HAM Indonesia.

1. Pancasila
Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Pedoman dan contoh Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari manusia Indonesia. Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Hubungan HAM dengan
Pancasila jelas. Oleh karena itu, Pancasila termasuk salah satu instrumen HAM di
Indonesia, Dalam sila-sila Pancasila terkandung aturan tentang hak asasi manusia yaitu :
Hak dan kewajiban memeluk agama yang diyakini. Setelah itu setiap warga negara dalam
kandungan Pancasila sila pertama berhak menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya masing-masing.
Hak diperlakukan sebagai manusia yang beradab. Dilindungi pribadinya, keluarganya, dan
semua yang dimilikinya. termasuk dalam hak ini adalah hak untuk memperoleh penghidupan
yang layak dan mendapatkan pendidikan yang layak juga.
Hak dan kewajiban dalam membela negara sesuai dengan sila Persatuan Indonesia. Dalam sila
ketiga ini terkandung makna bahwa setiap hak yang dimiliki warga negara harus ditempatkan di
wah kepentingan bersama dan kepentingan negara. Di sini instrumen HAM menghindari
terjadinya perselisihan karena adanya hak asasi yang dilaksanakan tak terbatas.
Hak selanjutnya sesuai dengan Pancasila sila keempat, kedaulatan rakyat. Artinya Indonesia
adalah negara demokrasi yang mengakui kedaulatan rakyat. Negara mengakui segala sesuatu
dibuat dengan tujuan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Di sini artinya negara mengukui
hak rakyat yang bermartabat.
Hak keadilan dalam sila kelima. Yang berarti bahwa setiap warga negara berhak mendapat
keadilan dalam HAM tanpa membedakan suku, ras, dan agamanya.

2. Pembukaan UUD 1945


Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan kemerdekaan Indonesia
setelah naskah proklamasi. Di dalamnya jelas mengutarakan bahwa kemerdekaan sebagai
hak asasi paling dasar, dan menjadi hak semua orang dan semua bangsa. Selanjutnya
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tertera tujuan nasional atau tujuan
pembangunan Indonesia yang semuanya merupakan dasar dari hak asasi manusia, yaitu :

Mencerdaskan kehidupan bangsa, berarti seluruh rakyat Indonesi tanpa terkecuali


Melindungi segenap bangsa Indonesia, di seluruh wilayah kesatuan Indonesia dari gangguan
dalam dan luar.
Memajukan kesejahteraan umum, yang juga berarti kemajuan seluruh rakyat Indonesia di
segala bidang
Ikut melaksanakan ketertiban dunia, ikut sertanya Indonesia dalam masalah-masalah
Internasional yang merupakan pelanggaran HAM.

3. UUD 1945 Hasil Amandemen


Contoh instrumen HAM Indonesia selanjutnya adalah UUD 1945, yang di dalamnya
menjelaskan secara terperinci tentang pelaksanaan HAM di Indonesia. Menerjemahkan
sila-sila Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Peraturan dan hukum HAM tersebut
terdapat dalam Psal 28 A sampai pasal 28 J UUD 1945 hasil amandemen, yang isinya antar
lain :

Hak dalam menjalankan agama dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan dan agamanya
masing-masing.
Hak untuk mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan
Hak mendapatkan penghidupan yang layak
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk ikut serta bela negara
Hak untuk disejahterakan, bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar
dan lain-lain

4. Tap MPR
Instrumen HAM juga terdapat dalam ketetapan MPR RI yang dapat dilihat dalam Tap. MPR
No. XVII/ 1996 tentang pandangan dan sikap BAngsa Indonesia terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM). Bahwakan negara demokrasi mengakui adanya hak asasi manusia dan
mengaturnya dalam UU. Selain tiu, Tap MPR ini juga berisi tentang pengakuan terhadap
piagam HAM Internasional.

5. Undang-Undang
Selain contoh instrumen di atas, pemerintah bersama DPR juga membuat beberapa
instrumen HAM yang mendukung dan lebih menjelaskan tentang HAM di Indonesia.
Instrumen HAM atau Undang-Undang yang mengatur tentang HAMtersebut, antara lain :

 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, peradilan yang mngurusi hal-
hal yang berkaitan dengan lembaga negara.
 UU No. 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan, Perlakuan atau
Penghukuman yang Kejam Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat, konvensi yang
telah menjadi hukum internasional.
 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, melindungi konsumen dalam
pembelian barang atau jasa.
 UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat, secara lisan maupun
tulisan.
 UU No. 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU No. 25 Tahun 1997 tentang
Hubungan Perburuhan, maksudnya adalah hubungan dengan pemilik perusahaan atau
yang meperkejakan buruh.
 UU No. 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 105 tentang Penghapusan
Pekerja secara Paksa, sehingga tidak ada lagi orang yang bekerja karena dipaksa pihak
lain dan tidak mendapatkan upah sebagai haknya
 UU No. 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 tentang Usia Minimum
bagi Pekerja, anak-anak tidak bisa dijadikan pekerja karena akan berkaitan dengan UU
Perlindungan Anak.

 UU No. 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No. 11 tentang Diskriminasi dalam
Pekerjaan, seseorang akan dinilai berdasarkan kemampuannya dalam bekerja bukan
karena ras, golongan atau keompok, dan harta / jabatannya
 UU No. 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU No. 11 Tahun 1963 tentang Tindak Pidana
Subversi, tindakan pidana kebebasan mengeluarkan pendapat yang terkadang dianggap
menghina Presiden.
 UU No. 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi, di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.
 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dimana UU mencakup HAM,
perlindungan HAM, dan menghargai HAk asasi orang lain, serta peran pemerintah dah
Komnas HAM.
 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, mencakup pengertian ers, tugas dan tanggung
jawab pers.
 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pengadilan untuk tindak pidana HAM
yang berat seperti genosida (pemusnahan suatu kelompok) yang merupakan pengadilan
khusus.

6. Peraturan Pemerintah
Di tingkat pemerintah, dalam hal ini Presiden dan semua yang berada di bawahnya juga
terdapat instrumen HAM. Instrumen HAM di tingkat ini bisa dikatakan semua dibuat
sebelum era reformasi. Belum ada perubahan, karena dianggap sudah mencakup semua
hal. Instrumen tersebut, antara lain :

Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perpu) No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan HAM,
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan UU NO.39 tahun 1999
Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,
pembentukan serta rincian tugas, fungsi, wewenangnya.
Keputusan Presiden RI Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan, pmbentukan dan uraian seceara jelas tentang fungsi, tujuan, tanggung
jawab, wewenang, dan anggotanya.
Keputusan Presiden RI Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi
Manusia Indonesia, yang lebih ditujukan untuk pemberlakuan perlindungan HAm secara
menyeluruh di dunia internasinal.
Instruksi Presiden RI Nomor 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi
dan Non pribumi dalam Semua >Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan
Program, atau pun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan, karena menunjukkan
diskrimnasi terhadap warga tertentu.

G. Lembaga Perlindungan HAM


1. POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia)
Pada tahun 2002, Polri telah ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan perlindungan
HAM rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan ketetapan yang tertuang dalam UU (Undang-
Undang) No. 2 Tahun 2002 “Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan
pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat, dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia”. Untuk melaksanakan UU tersebut, polisi harus menjaga supremasi HAM
dengan melaksanakan tugas-tugas yang dijelaskan dalam UU yang sama, meliputi: (Baca juga
: Tugas dan Fungsi TNI Polri)

Polri harus menjaga dan melindungi keamanan masyarakat, tata tertib serta penegakan hukum
dan HAM
Polri harus menjaga keamanan umum dan hak milik, serta menghindari kekerasan dalam
menjaga tata tertib bermasyarakat dengan menghormati supremasi HAM
Polri dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka harus menghormati asas praduga tak
bersalah sebagai hak tersangka sampai dinyatakan terbukti bersalah oleh pengadilan
Polri harus mematuhi norma-norma hukum dan agama untuk menjaga supremasi HAM.

Dalam melaksanakan tugasnya terkadang polri harus melakukan kekerasan jika berada dalam
situasi yang kritis dan ini dibenarkan oleh hukum. Meskipun demikian, terdapat koridor-koridor
aturan yang tetap harus dipatuhi oleh polri dalam melakukan kekerasan.
2. Komnas (Komisi Nasional) HAM
Berdasarkan Keppres (Keputusan Presiden) No. 50 Tahun 1993, pemerintah membentuk
Komnas HAM untuk meningkatkan pelaksanaan HAM di Indonesia. Komisi Nasional ini
bersifat mandiri dan berasaskan pada Pancasila. Kemudian Keppres ini direvisi yang
selanjutnya dikeluarkanlah UU No. 39 Tahun 1999. Di dalam UU tersebut, tujuan Komnas
HAM tertuang dalam Pasal 75, yakni:
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklasari
Universal Hak Asasi Manusia,
Meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya tujuan
pembangunan nasional yaitu pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya. (Baca juga : Tujuan Pembangunan Nasional)

Untuk melaksanakan tujuan tersebut maka Komnas HAM harus melaksanakan fungsi pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, serta mediasi yang terkait dengan hak asasi manusia.
Penjabaran dari fungsi-fungsi ini tertuang dalam Keppres No. 39 Tahun 1999 Pasal 89.

3. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komnas Perempuan bertujuan untuk memberikan perlindungan pada kaum perempuan. Komnas
ini dibentuk pada tanggal 9 Oktober 1998 berdasarkan Keppres No. 181 Tahun 1998 dan
diperkuat dengan PP (Peraturan Presiden) No. 65 Tahun 2005. Pada Keppres No. 181 Tahun 1998
dalam Pasal 4 menuangkan tentang tujuan dibentuknya Komnas Perempuan, diantaranya adalah:
Penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan yang
berlangsung di Indonesia,
Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan di Indonesia,
Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perempuan. (Baca juga : Upaya Penyelesaian
Pelanggaran HAM)

Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka Komnas Perempuan harus melaksanakan berbagai
kegiatan seperti yang tertuang dalam Pasal 5 pada Keppres yang sama, yakni:

Penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap perempuan Indonesia dan
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan serta penghapusan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan,
Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai intrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
perlindungan hak asasi manusia perempuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta menyampaikan berbagai saran dan pertimbangan kepada pemerintah, lembaga legislatif
dan masyarakat dalam rangka penyusunan dan penetapan peraturan dan kebijakan berkenaan
dengan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan Indonesia serta perlindungan dan penegakan hak asasi manusia bagi perempuan,
Pemantauan dan penelitian, termasuk pencarian fakta, tentang segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan serta memberikan pendapat, saran dan pertimbangan kepada pemerintah,
Penyebarluasan hasil pemamtauan dan penelitian atas terjadinya segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan kepada masyarakat,
Pelaksanaan kerjasama regional dan internasional dalam rangka meningkatkan upaya
pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan dalam rangka mewujudkan
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. (Baca juga : Tahapan Perjanjian
Internasional)

4. KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia)


lembaga perlindungan HAM Pada awalnya KPAI diberinama KPAN (Komisi Perlindungan
Anak). Kemudian seiring berjalnnya waktu nama tersebut berubah menjadi KPAI. KPAI
memiliki fokus untuk melindungi HAM anak-anak. Didirikannya lembaga ini didasarkan pada
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas perlindungan terhadap anak. Tugas dari KPAI tertuang pada Pasal 76 dalam UU
yang sama, meliputi: (Baca juga : Hak Perlindungan Anak)

Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan


dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaran perlindungan anak,
Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden dalam rangka
perlindungan anak.

Terdapat beberapa aspek hak-hak anak yang harus dilindungi baik oleh pemerintah, negara,
keluarga, lembaga sosial, maupun orangtua seperti tertuang dalam Pasal 42 sampai Pasal 71 UU
No. 23 Tahun 2002 yang secara garis besar berisi tentang:

 Hak Agama, Untuk melindungi hak anak yang terkait agama maka diperlukan
perlindungan berupa pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi
anak
 Hak Kesehatan, Upaya perlindungan kesehatan anak dilakukan secara komprehensif
meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik untuk pelayanan
kesehatan dasar maupun rujukan
 Hak Pendidikan, Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak tanpa kecuali
dan dilindungi dari tindak kekerasan yang terjadi di sekolah (Baca juga : Pendidikan
Karakter di Sekolah)
 Hak Sosial, Dalam hal ini hak yang dimaksud adalah pelindungan terhadap anak-anak
terlantar baik yang berada di dalam lembaga maupun di luar lembaga
 Hak Perlindungan Khusus, Hak perlindungan yang satu ini ditujukan kepada anak-anak
yang menjadi pengungsi, korban kerusuhan, korban bencana alam, dan dalam situasi
konflik bersenjata.

5. Pengadilan HAM

Pada tahun 2000 dibentuklah Pengadilan HAM melalui UU No. 26 Tahun 2000. Pengadilan ini
dibentuk secara khusus untuk mengadili jenis-jenis pelanggaran HAM. Pengadilan HAM
berkedudukan di kota atau kabupaten yang mana daerah hukumnya meliputi daerah hukum
Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Adapun lingkup kewenangan Pengadilan HAM dalam
peraturan tersebut adalah:

 Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan perkara


pelanggaran hak asasi manusia yang berat (Pasal 4),
 Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara peanggaran hak asasi
manusia yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik
Indonesia oleh warga negara Indonesia (Pasal 5),
 Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18
(delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan (Pasal 6).

 Pelanggaran hak asasi manusia yang berat seperti yang dimaksud dalam ketentuan ini
meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
 Kejahatan Genosida, Kejahatan yang dimaksud disini adalah setiap perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama dengan berbagai
cara-cara seperti yang tertuang dalam Pasal 8.
 Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, Dalam hal ini kejahatan yang dimaksud adalah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk
sipil, adapun penjabaran tindakannya juga tertuang dalam pasal yang sama yaitu Pasal 8.

6. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi


Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dibentuk Pada tahun 2004 melalui UU No. 27 Tahun 2004.
Keberadaan komisi ini juga menitik beratkan pada pelanggaran ham yang berat selain
berupaya dalam rekonsiliasi. Dalam ketetapan tersebut, tujuan dari dibentuknya komisi ini
tertuang dalam Pasal 3, yaitu:

 Menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi pada masa lalu di
luar pengadilan, guna mewujudkan perdamaian dan persatuan bangsa, dan
 Mewujudkan rekonsiliasi dan persatuan nasional dalam jiwa saling pengertian.

Adapun tugas-tugas Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi tertuang dalam Pasal 6 yang dijabarkan
seperti di bawah ini:

 Menerima pengaduan atau laporan dari pelaku, korban, atau keluarga korba yang
merupakan ahli warisnya,
 Melakukan penyelidikan dan klarifikasi atas pelanggaran hak asasi manusia yang berat,
 Memberikan rekomendari kepada Presiden dalam hal permohonan amnesti,
 Menyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam hal pemberian kompensasi
dan/atau rehabilitasi, dan
 Menyampaikan laporan tahunan dan laporan akhir tentang pelaksanaan tugas dan
wewenang berkaitan dengan perkara yang ditanganinya, kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat dengan tembusan kepada Mahkaah Agung. (Baca juga : Tugas dan
Wewenang DPR)

7. YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)


YLBHI merupakan termasuk salah satu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berdiri sejak
tanggal 26 Oktober 1970. Yayasan ini berdiri atas inisiatif Dr. Adnan Buyung Nasution, S. H dan
tidak luput dari dukungan Gubernur Jakarta yang menjabat pada saat itu yaitu Ali Sadikin.
Yayasan ini bertujuan untuk mendukung kinerja LBH yang tersebar di berbagai provinsi di
Indonesia. YLBHI memberikan bantuan hukum kepada rakyat miskin untuk memperjuangkan hak-
haknya sebagai korban pelanggaran HAM. Adapun visi yang diusung oleh YLBHI untuk
memberikan bantuan hukum kepada rakyat miskin seperti diuraikan di bawah ini: (Baca juga :
Fungsi Lembaga Swadaya Masyarakat)
Terwujudnya suatu sistem masyarakat hukum yang terbina di atas tatanan hubungan sosial yang
adil dan beradab/berperikemanusiaan secara demokratis, (Baca juga : Prinsip-prinsip Demokrasi
Pancasila)
Terwujudnya suatu sistem hukum dan administrasi yang mampu menyediakan tata cara
(prosedur-prosedur) dan lembaga-lembaga melalui mana setiap pihak dapat memperoleh dan
menikmati keadilan hukum,
Terwujudnya suatu sistem ekonomi, politik dan budaya yang membuka akses bagi setiap pihak
untuk turut mentukan setiap keputusan yang berkenaan dengan kepentingan mereka dan
memastikan bahwa keseluruhan sistem itu tetap menghormati dan menjunjung tinggi HAM.
(Baca juga : Dampak Globlalisasi)

8. LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Swasta


LBH merupakan suatu lembaga yang didirikan oleh pihak swasta yang pada umumnya
anggota dari lembaga ini adalah orang-orang yang berprofesi di bidang hukum yaitu
pengacara. Konsep dari program-program yang dilakukan oleh LBH bertujuan untuk:

Memberikan bantuan atau nasihat hukum kepada masyarakat kecil yang kurang mampu untuk
membiayai peradilan seperti menyewa pengacara
Memberikan nasihat hukum di luar pengadilan kepada petani, nelayan, para buruh yang hak-
haknya telah dilanggar
Memberikan bantuan secara langsung dan mendampinginya dalam sidang di pengadilan untuk
perkara perdata maupun pidana
Semua nasihat dan bantuan hukum yang diberikan bersifat gratis.

Manfaat organisasi LBH ini sangat membantu masyarakat kelas bawah untuk memperjuangkan
hak-haknya. Tentunya, sebagai warga yang baik kita harus turut aktif mendukung organisasi
sosial seperti ini.

9. BKBH (Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum) Perguruan Tinggi


Sama halnya dengan LBH swasta, BKBH juga merupakan sebuah LBH namun naungannya
berada di bawah perguruan tinggi. Dalam memberikan bantuan hukum, BKBH melakukan
berbagai pelayanan yang terbagi dalam berbagai kegiatan, meliputi:

Bidang Layanan Hukum, Layanan yang diberikan disini menitikberatkan kepada warga yang
miskin dan memberikan bantuan berupa bimbingan hukum, wawasan hukum, pengurusan surat
perkara, dan sebagainya,
Bidang Konsultasi Hukum, BKBH juga memberikan konsultasi hukum secara gratis kepada
masyarakat miskin untuk memperoleh informasi hukum dari para konsultan,
Bidang Kajian dan Penelitian, Dalam hal ini BKBH melakukan joint research policy dengan
pengadilan demi penyelenggaraan peradilan yang bersih. Selain itu melakukan academic research
guna mengembangkan bahan ajar pada ilmu tentang peradilan,
Bidang Advokasi, BKBH juga memberikan bantuan langsung kepada masyarakat miskin untuk
perkara di pengadilan dan membebaskannya dari biaya perkara.

10. KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)

Pada mulanya Kontras memiliki nama KIP-HAM yang didirikan pada tahun 1996. Namun pada
tanggal 20 Maret 1998 organisasi ini berubah nama menjadi Kontras. Kontras merupakan salah
satu organisasi yang memperjuangkan hak asasi manusia yang memiliki fokus kepada orang
hilang dan korban tindak kekerasan. Hal ini tampak dalam visi yang dijunjung dalam organisasi
Kontras yaitu “Terwujudnya demokrasi yang berbasis pada keutuhan kedaulatan rakyat melalui
landasan dan prinsip rakyat yang bebas dari ketakutan, penindasan, kekerasan dan berbagai
bentuk pelanggaran hak asasi manusia atas alasan apapun, termasuk yang berbasis gender”.
Untuk mendukung visi tersebut maka Kontras memiliki beberapa misi, diantaranya adalah:

Memajukan kesadaran rakyat akan pentingnya penghargaan hak asasi manusia, khususnya
kepekaan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi manusia sebagai
akibat dari penyalahgunaan kekuasaan negara (Baca juga : Penyebab Terjadinya Tindakan
Penyalahgunaan Kewenangan)
Memperjuangkan keadilan dan pertanggungjawaban negara atas berbagai bentuk kekerasan
dan pelanggaran berat hak asasi manusia melalui berbagai upaya advokasi menuntut
pertanggungjawaban negara
Mendorong secara konsisten perubahan pada sistem hukum dan politik, yang berdimensi
penguatan dan perlindungan rakyat dari bentuk-bentuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi
manusia. (Baca juga : Sistem Politik di Berbagai Negara)

Beberapa penjelasan diatas telah menerangkan secara gamblang berbagai lembaga perlindungan
HAM yang ada di Indonesia baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun pihak swasta. Semoga
dengan bahasan ini kita semakin sadar tentang pentingnya menjunjung HAM dan menjadi sosok
yang tanggap serta kritis terhadap pelanggaran HAM yang terjadi di sekitar kita.

11. Pengadilan Ad Hoc


Sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 angka 3 UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus
terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat meliputi
kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Dengan kata lain pengadilan HAM
adalah pengadilan khusus terhadap kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
Di samping Pengadilan HAM, saat ini dikenal pula adanya Pengadilan HAM Ad Hoc. Menurut
pasal 43 ayat 1 UU No.26 tahun 2000, Pengadilan HAM Ad Hoc adalaj pengadilan yang
memeriksa, mengadili , dan memutus pelanggaran HAM yang berat yang terjadi sebelum
berlakunya UU No. 26 tahun 2000. Dengan demikian undang undang pengadilan HAM
berlaku surut atau retroaktif. Pelanggaran Ham yang berat mempunyai sifat khusus dan
digolongkan sebagai kejahatan yang luar biasa (exrtra ordinary crime). Oleh karena itu, pasal
28 ayat 2 Undang Undang Dasar 1945 dan hukum internasional menentukan bahwa asas
retroaktif berlaku dalam menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran Ham yang berat.

H. Hambatan Penegakan HAM


Dalam penegakan HAM di negara Indonesia terdapat beberapa hambatan yang disebabkan oleh
berbagai aspek, adapun diantara adalah:

1. Kondisi Sosial Budaya


Salah satu faktor terhambatnya penegakan HAM di Indonesia adalah kondisi sosial budaya.
Hal ini tidak terlepas dari kondisi Indonesia yang berupa negara kepulauan. Dengan
banyaknya pulau di Indonesia maka beraneka ragam pula adat, kebudayaan, ras, maupun
suku di Indonesia. Kondisi sosial budaya yang menghambat penegakan hukum di Indonesia
diantaranya adalah:

Masih tingginya penerapan hukum adat di atas hukum nasional sehingga beberapa ketentuan
justru melanggar HAM suatu kelompok masyarakat, hal ini mengakibatkan pemerintah dan
aparat kepolisian kesulitan untuk menegakkan HAM untuk kelompok masyarakat tersebut (Baca
juga : Fungsi Kebudayaan Bagi Masyarakat)
Status sosial dan stratifikasi penduduk Indonesia yang sangat kompleks membuat penegakan
HAM sulit untuk dilakukan. Masayarakat sebagai objek penegak hukum berperan besar dalam
penegakan HAM. Walaupun sebagai objek, beberapa hambatan penegakan HAM justru datang
dari masyarakat itu sendiri yakni:
 Masih rendahnya pemahaman penduduk tentang HAM sehingga mereka tidak menyadari
ketika hak-haknya telah dilanggar (Baca juga : Norma dalam Masyarakat)
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang upaya aparat dan pemerintah dalam
melindungi kepentingan-kepentingannya
 Ketidakberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan perlindungan hukum untuk
menuntut haknya karena keterbatasan ekonomi, kondisi psikologi, maupun terkendala
faktor sosial dan politik (Baca juga : Pengertian Sosialisasi Politik Menurut Para Ahli)
 Belum banyak masyarakat yang sadar hukum dan betapa pentingnya penegakan HAM di
dalam kehidupan (Baca juga : Ciri-ciri Masyarakat Politik)
 Masih banyak masyarakat yang enggan berpartisipasi dalam penegakan HAM seperti
membiarkan pelanggaran HAM terjadi di sekitarnya dengan alasan tidak mau menggangu
urusan orang lain.

2. Komunikasi dan Informasi


Komunikasi dan informasi menjadi salah satu penyebab terhambatnya penegakan HAM di
Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut:
 Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari gunung, lembah, rawa-rawa dan sebagainya
serta bentuk negaranya yang berupa negara kepulauan menyebabkan sulitnya akses
komunikasi dan informasi ke beberapa daerah. (Baca juga : Dasar Hukum Otonomi
Daerah)

 Belum adanya sarana dan prasarana yang memadai yang mencakup seluruh wilayah
Indonesia untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi. (Baca juga : Tujuan
Pelaksanaan Otonomi Daerah)
 Belum banyak sumber daya manusia yang berpendidikan dan terampil untuk
memecahkan masalah komunikasi dan informasi di Indonesia. Meskipun beberapa
peneliti sudah menghasilkan terobosan baru di bidang komunikasi dan informasi namun
dukungan pemerintah dan pihak swasta di Indonesia masih rendah.
 Terbatasnya sistem informasi yang digunakan di Indonesia dari segi perangkat maupun
teknologinya.

3. Kebijakan Pemerintah
Dalam membuat kebijakan, pemerintah harus berpedoman kepada kepentingan nasional.
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap penegakan HAM. Beberapa hambatan
dalam penegakan HAM oleh pemerintah adalah: (Baca juga : Upaya Pemerintah dalam
Menegakkan HAM)
Beberapa kebijakan pemerintah menimbulkan pro dan kontra di dalam masyarakat karena
dianggap tidak bisa melindungi hak seluruh warga negara (Baca juga : Hak dan Kewajiban
Warga Negara)
Untuk menjaga stabilitas nasioal terkadang pemerintah sendiri yang justru mengabaikan HAM
warga negaranya. Belum adanya kesamaan prinsip atau pandangan tentang pentingnya jaminan
HAM oleh para penguasa.

4. Perangkat Perundangan
Perangkat perundangan juga menjadi salah satu penyebab terhambatnya penegakan HAM.
Undang-undang yang dimaksud disini adalah ketentuan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah pusat maupun daerah yang sah. Peraturan perundangan dibuat dengan tujuan
mengatur tingkah laku seluruh warga negara tanpa kecuali termasuk pemerintah. Selain itu
juga melindungi hak-hak manusia agar tidak berselisih dan bersinggungan. Hambatan-
hambatan penegakan HAM oleh peraturan perundangan adalah: (Baca juga: Wewenang
Pemerintah Pusat)
Beberapa perundang-undangan merupakan pengesahan dari ketentuan yang ditetapkan
dalam konvensi internasional. Tidak semua isi ketentuan dalam konvensi tersebut sesuai
untuk diterapkan di Indonesia karena berbedanya situasi dan kondisi negara (Baca juga :
Tahapan Perjanjian Internasional)
Terdapat peraturan perundang-undangan yang belum memiliki aturan pelaksanaannya
sehingga menyulitkan aparat kepolisian untuk menegakkannya (Baca juga : Dasar Hukum HAM)
Terdapat beberapa ketentuan dalam perundang-undangan yang saling bertentangan
Tidak adanya perundang-undangan yang sedemikian lengkap yang dapat mengatur semua
perilaku manusia sehingga mayoritas ketentuan dibuat setelah terjadinya permasalahan.

5. Aparat dan Penindakannya


Aparat yang dimaskud disini adalah aparat kepolisian. Polri memiliki tanggung jawab dalam
penegakan HAM di Indonesia. Hal ini karenakan polri memiliki tugas dalam menjaga
supremasi HAM sesuai ketentuan yang tertuang di dalam UU (Undang-Undang) No. 2 Tahun
2002, yakni:

 Polri harus menjaga dan melindungi keamanan masyarakat, tata tertib serta penegakan
hukum dan HAM (Baca juga : Sistem Peradilan di Indonesia)
 Polri harus menjaga keamanan umum dan hak milik, serta menghindari kekerasan dalam
menjaga tata tertib bermasyarakat dengan menghormati supremasi HAM
 Polri dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka harus menghormati asas
praduga tak bersalah sebagai hak tersangka sampai dinyatakan terbukti bersalah oleh
pengadilan (Baca juga : Macam-macam Lembaga Peradilan)
 Polri harus mematuhi norma-norma hukum dan agama untuk menjaga supremasi HAM.
(Baca juga : Norma-norma Hukum)

Kendala-kendala aparat dalam penegakan HAM dikarenakan berbagai faktor, diantaranya adalah:
Masih terdapat praktik korupsi dan kolusi di dalam aparat kepolisian, hal ini dikarenakan masih
lemahnya kualitas mental para penegak hukum terhadap pemuasan kebutuhan tertentu
terutama kebutuhan materil (Baca juga : Penyebab Terjadinya Tindakan Penyalahgunaan
Wewenang)
Aparat kepolisian harus bisa melindungi HAM seluruh warga negara tanpa kecuali termasuk
harus menghormati hak-hak tersangka pelanggaran HAM sampai terbukti bersalah, hal ini dapat
mempengaruhi proses penegakan HAM karena tidak sedikit tersangka yang sebenarnya bersalah
memanfaatkan hak-haknya sehingga mereka bisa terlepas dari hukum.

I. Perilaku Upaya Pemajuan,


Penghormatan, dan Penegakan HAM
1. Dilingkungan Keluarga
a. Menghormati dan menyangi adik atau kakak, ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya
b. Mematuhi nasihat dan perintah kedua orangtua
c. Tidak membeda-bedakan antara anak baik anak sulung atau anak bungsu dan yang
lainnya
d. Tidak memaksakan kehendak pada anak, orangtua dan anggota keluarga lainnya
e. Saling sayang menyayangi antar anggota keluarga, dan menegur bila salah satu anggota
keluarga melakukan kesalahan.

2. Dilingkungan Sekolah
a. Tidak memaksakan kehendak kepada teman/guru
b. Mentaati tata tertib sekolah dengan baik
c. Saling hormat menghormati antar mutid dengan murid, murid dengan guru dan warga
sekolah lainnya
d. Tidak membeda-bedakan teman, misalnya teman yang kaya atau miskin
e. Guru bersikap adil kepada semua murid

3. Dilingkungan masyarakat
a. Tidak menghardik pengermis atau kaum dhuafa lainnya
b. Membantu tetangga jika dalam kesusahan
c. Tidak menyinggung perasaan tetangga
d. Menghargai pendapat orang lain
e. Berkomunikasi dengan baik dan sopan santun

4. Dilingkungan bangsa dan negara


a. Memahami dan menaati setiap instrumen HAM yang berlaku
b. Memberikan pelayanan yang baik untuk masyarakat
c. Mematuhi semua peraturan-peraturan ang ada di suatu pemerintahan
d. Masyarakat ikut serta dalam membantu kebijakan-kebijakan pemerintah
e. Hakim pengadilan didalam pemerintahan berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara

a) Dalam lingkungan masyarakat


 Menjunjung tinggi harga diri manusia dan bangsa
 Kesamaan harga diri antar pribadi
 Tidak mencampur urusan pribadiorang lain
 Tidak mencela dan menghina kekurangan orang lain
 Saling menghargai antar sesama manusia

b) Dalam lingkungan bangsa dan Negara


 Mengentskan kemiskinan agar menjadi manusia yang layak
 Gerakan orang tua asuh
 Mengefektifkan wajib belajar 12 tahun
Bagi perusahaan besar perlu menjadi bapak angkat bagi pengrajin kecil.
MODUL PKN
“ HAM ”

AHLA ASSYIFA

Anda mungkin juga menyukai