MAS AL-MANSHURIYAH
Jalan raya Cipari km 60 , pagelaran kabupaten cianjur
PENDAHULUAN
1.2
Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku
seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau
keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan, keturunanan, jabatan dan lain sebagainya
antara setiap manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih banyak pelanggaran HAM yang
sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil yang berkaitan dengan norma hingga pelanggaran
HAM besar yang bersifat kriminal dan menyangkut soal keselamatan jiwa. Untuk menyelesaikan
masalah ini perlu adanya keseriusan dari pemerintah menangani pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi dan menghukum individu atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu
masyarakat juga perlu mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari lingkungan
sosial tempat mereka tinggal hingga nantinya akan terbetuk penegakan HAM tingkat nasional.
Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir.Kasus Munir menjelaskan
bahwa Hak warga Negara untuk memperoleh kebenaran belum dipenuhi oleh pemerintah.Oleh
karena itu, penulis mengambil judul “Pelanggaran HAM yang Tak Kunjung Usai”.
1.4
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan UU nomor berapa yang berkaitan dengan
Hak Asasi Manusia?
2. Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia dan solusinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia mendefinisikan hak asasi manusia
sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Menurut Suproatnoko (2008;125), hak asasi manusia adalah hak dasar milik manusia, bersifat
universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa sejak hidup dalam kandungan atau rahim, dan hak
kodrati atau asasi yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri.
UU No. 39 Tahun 1999 mencantumkan asas-asas dasar hak asasi manusia diantaranya:
Beberapa asas dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999 adalah:
a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hokum yang adil
serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama di depan hukum.
b. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia,
tanpa diskriminasi.
c. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di
hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun.
d. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta
e. Perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan hukum.
f. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dan pengadilan yang
objektif dan tidak berpihak.
Secara operasional hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia Indonesia dalam UU No. 39
Tahun 1999 meliputi:
Adapun contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir sang pejuang Hak Asasi
Manusia.Ia lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8 Desember 1965 tepatnya di Kota Batu.Munir
merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM IndonesiaMunir mendirikan Komosi untuk Orang
Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras).
Berikut adalah kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan tersangka pembunuh
Munir.
Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan studi program master (S2) di
Universitas Utrecth Belanda.Munir naik pesawat Garuda Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB
menuju Singapura untuk kemudian transit di Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam.Tiba di
Singapura pada pukul 00.40 waktu Singapura.Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura Munir kembali
terbang dan menuju Amsterdam.Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak
kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang
duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin
untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang
penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya.Penerbangan
menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September
2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah
meninggal dunia.Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut
Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi.Hal ini juga
dikonfirmasi oleh polisi Indonesia.Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada
yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.
Salah satunya adalah kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan ‘human right’
Munir.Mereka “penguasa” yang telah semena-mena menindas, membunuh, dan membantai rakyat
kecil mendapat perlawanan keras dari Munir.Munir tanpa lelah terus mencari fakta dan realita untuk
mengungkap kasus-kasus pembantaian orang dan rakyat yang tidak berdosa.Meskipun dirinya dan
keluarganya menerima berbagai ancaman pembunuhan, Munir tetap melangkahkan perjuangannya
dengan darah jadi taruhannya.
Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya terpidana)
adalah Pollycarpus Budihari Priyanto.Selama persidangan, terungkap bahwa pada 7 September
2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti
penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus
‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk dengannya.Sebelum pembunuhan Munir,
Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen
intelijen senior.Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun
hukuman penjara.Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh
Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal. Namun,
timbul pertanyaan, untuk apaPollycarpus membunuh Munir.Apakah dia bermusuhan atau
bertengkar dengan Munir.Tidak ada historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua.
Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi Pollycarpus dari agen
Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn) Muchdi
Purwoprandjono.Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki jabatan sebagai Komandan
Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu,
ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia.
Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan
pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU) kasus pembunuhan Munir menuntut Muchdi
PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada
terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto untuk membunuh Munir.
Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi, barang bukti, dan
keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya adalah surat dari Badan Intelijen Negara
yang ditujukan kepada Garuda Indonesia pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus
sebagai petugas aviation security.Hal tersebut sangat tidak wajar karena Badan Intelijen Negara ikut
campur urusan bisnis Garuda hingga merekomendasikan Pollycarpus untuk ikut terbang bersama
Munir.Jaksa juga menunjuk bukti transaksi panggilan dari nomor telepon yang diduga milik
Pollycarpus ke nomor yang diduga milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call data
record. Selain itu, dalam persidangan Muchdi PR memberikan keterangan berubah-ubah dan
beberapa kali bertindak tidak sopan.
Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan menuntut pelaku pembunuh kandas
ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang diketuai Suharto. Tanggal tanggal 31 Desember
2008, majelis hakim menvonis bebas Muchdi Pr atas keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis
HAM – Munir.
Kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di Indonesia.Kasus Munir juga
merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat
otoriter.Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar meninggalkan
cara-cara yang bersifat otoriter karena setiap manusia atau warga Negara memiliki hak untuk
memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas rasa aman.Sedangkan
bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung
tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintahhingga saat ini masih kurang tegas dalam menangani kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di Indonesia.Hal itu dikarenakan kurang ketatnya peraturan perundang-undangan dalam
menangani kasus pelanggaran HAM.Dan pemerintah kurang disiplin melaksanakan undang-undang
yang telah ditetapkan, sehingga terdapat kesan kelonggaran bagi pelaku pelanggaran HAM.
Selain hal tersebut, kasus munir merupakan suatu kejahatan yang dicurigai dilakukan oleh
penguasa sebelumnya, sehingga terkesan pemerintah sekarang menutup-nutupi “borok”
pemerintah sebelumnya agar nama baik pemerintahan tidak tercemar.
Seharusnya pemerintah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk memberikan Hak-hak
yang diimiliki seluruh masyarakat yang tertuang dalam UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No.
39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000.
Dalam UU No. 39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemerintah menjamin Hak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak
dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun. Hal diatas sangat bertentangan dengan hal yang
diterima munir sebagai warga Negara yang hanya ingin memperjuangkan kebenaran atas ketidak
adilan yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru, sehingga dengan dibunuhnya munir sudah
jelas merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM.
BAB III
KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada
seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang dapat mengganggu gugat, tidak terkecuali
pemerintah. Jadi sudah sepatutnya pemerintah memberikan apa yang seharusnya rakyat miliki yang
diantaranya adalah hak untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran.
Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalamUU No. 39 Tahun 1999 yang isinya
mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak hidup, Hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan
pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas kesejahteraan, Hak turut serta dalam pemerintah, Hak wanita
dan Hak anak
Dengan begitu kasus Munir merupakan pelanggaran HAM yang harus di jadikan pelajan untuk
bangsa ini kedepannya agar lebih menghargai HAM itu sendiri.Untuk itu diperlukan perhatian
pemerintah yang mendalam dan pemahaman yang lebih dari seluruh rakyat agar dapat bersama-
sama menegakkan HAM di bangsa yang kita cintai ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.komisiinformasi.go.id/assets/data/arsip/
UU_Nomor_39_tentang_HAM.pdf<dilihat:minggu,6 November 2011>
http://nasional.kompas.com/read/2008/06/19/22025444/
kronologi.kasus.pembunuhan.munir<dilihat:minggu,6 November 2011