PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan
yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga
merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang
sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi.
Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak dasar yang melekat pada diri
manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa . Hak asasi manusia meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak
mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak-hak berkomunikasi, hak
keamanan, dan hak kesejahteraan yang tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh
siapapun.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HAM?
2. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran HAM?
3. Bagaimana bentuk pelanggaran HAM?
4. Bagaimana contoh pelanggaran HAM di Indonesia ?
5. Bagaimana upaya untuk menyelesaikan pelanggaran HAM?
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran
hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
2. Kejahatan Kemanusiaan
1. Pemukulan
2. Penganiayaan
3. Pencemaran nama baik
4. Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
5. Menghilangkan nyawa orang lain
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan
keinginan berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak
pada pelanggaran hak asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang
lain, menjarah dan lain-lain. Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam
interaksi antara aparat pemerintah dengan masyarakat dan antar warga masyarakat.
Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat pemerintah dengan masyarakat.
Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa
besar pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi
dari pemerintah dan masyarakat Indonesia, seperti :
Munir wafat pada tanggal 7 September 2004, di pesawat Garuda GA-974 kursi 40
G dalam sebuah penerbangan menuju Amsterdam, Belanda. Perjalanan itu adalah
sebuah perjalanan untuk melanjutkan study-nya ke Universitas Utrecht. Ia dibunuh
dengan menggunakan racun arsenik yang yang ditaruh ke makanannya oleh Pollycarpus
Budihari Priyanto. Pollycarpus adalah seorang pilot Garuda yang waktu itu sedang cuti.
Dan pada saat keberangkatan Munir ke Belanda, secara kontroversial ia diangkat
sebagai corporate security oleh Dirut Garuda. Sampai sekarang, kematian seorang
Munir, sang Pahlawan orang Hilang, sang pendekar HAM ini masih sebuah misteri.
Jenazahnya dimakamkan di taman makam umum kota Batu. Ia meninggalkan seorang
istri bernama Suciwati dan dua orang anak, yaitu Sultan Alif Allende dan Diva. Sejak
tahun 2005, tanggal kematian Munir, 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan
sebagai Hari Pembela HAM Indonesia.
Sebuah film dokumenter lain juga telah dibuat, berjudul Garuda's Deadly Upgrade hasil
kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan Off Stream Productions.Pada
peringatan tahun kedua, 7 September 2006, di Tugu Proklamasi diluncurkan film
dokumenter berjudul "His Strory". Film ini bercerita tentang proses persidangan
Pollycarpus dan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan, dan sejak 2005, tanggal
kematian Munir 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari
Pembela HAM Indonesia.
Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin
melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir
yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet. Pilot
meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan
duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga
berusaha menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam.
Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam
di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia.
Kasus tersebut berawal dari unjuk rasa buruh yang dipicu surat edaran gubernur
setempat mengenai penaikan UMR. Namun PT. CPS, perusahaan tempat Marsinah
bekerja memilih bergeming. Kondisi ini memicu geram para buruh.
Senin 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT. CPS berunjuk rasa dengan
mogok kerja hingga esok hari. Ternyata menjelang selasa siang, manajemen perusahaan
dan pekerja berdialog dan menyepakati perjanjian. Intinya mengenai pengabulan
permintaan karyawan dengan membayar upah sesuai UMR. Sampai di sini sepertinya
permasalahan antara perusahaan dan pekerja telah beres.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang
diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang
diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Hasil penyidikan polisi
ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian ontrol CPS) menjemput Marsinah
dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi
dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah
tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Peristiwa berdarah Tanjung Priok 1984, adalah satu peristiwa yang sudah
disiapkan sebelumnya dengan matang oleh intel-intel militer. Militerlah yang
menskenario dan merekayasa kasus pembataian Tanjung Priok, Ini adalah bagian dari
operasi militer yang bertujuan untuk mengkatagorikan kegiatan-kegiatan keislaman
sebagai suatu tindak kejahatan, dan para pelaku dijadikan sasaran korban. Terpilihnya
Tanjung sebagai tempat sebagai "The Killing field" juga bukan tanpa survey dan anlisa
yang matang dari intelejen. Kondisi sosial ekonomi tanjung priok yang menjadi dasar
pertimbangan. Tanjung Priok adalah salah satu wilayah basis Islam yang kuat, denga
kondisi pemukiman yang padat dan kumuh. Mayoritas penduduknya tinggal dirumah-
rumah sederhana yang terbuat dari barang bekas pakai. kebanyakan penduduknya
bekerja sebagai buruh galangan kapal, dan buruh serabutan. Dengan kondisi
sosialekonomi yang rendah ditambah dengan pendidikan yang minim seperti itu
menjadikan Tanjung Priok sebagai wilayah yang mudah sekali terpengaruh dengan
gejolak dari luar, sehingga mudah sekali tersulut berbagai isu.
Suasana panas di Tanjung Priok sudah di rasakan sebulan sebelum peristiwa itu terya
provokatif memancing massa telah banyak dilakukan diantaranya, pembangunan
gedung bioskup tugu yang sering memutar film maksiat yang berdiri persis berseberang
an degan masjid Al-hidayah. Tokoh-tokoh islam menduga keras bahwa suasana
panasitu memang sengaja direkayasa oleh orang-orang tertentu di pemerintahan yang
memusuhi islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama
diluar tanjung priok. Sebab, di kawasan lain kota di jakarta terjadi sensor yang ketat
terhadap para mubaligh, kenapa di Tanjung Priok sebagai basis islam para mubalighnya
bebas sekali untuk berbicara, bahkan mengkritik pemerintah dan menentang azas
tunggal pancasila. Tokoh senior seperti M Natsir dan syarifudin Prawiranegara
sebenarnya telah melarang ulama untuk datang ketanjung priok agar tidak
masukperangkap, namun seruan itu rupanya tidakterdengar oleh ulama-ulama tanjung
priok.
Kronologi peristiwa Tanjung Priok 1984 Pada pertengahan tahun 1984, Beredar
isu tentang RUU organisasi sosial yang menghauskan penerimaan azas tunggal. Hal ini
menimbulkan implikasi yang luas. Diantara pengunjung masjid di daerah ini, terdapat
SEOrang mubaligh yang terkenal, Menyampaikan ceramah pada jama'ahnya dengan
menjadikan isu ini sebagi topik pembicarannya, sebab Rancangan Undang-Undang tsb
sudah lama menjadi masalah yang kontroversi.Kejadian berdarah Tanjung Priok dipicu
oleh tindakan provokatif tentara. Pada tanggal7 september 1984, SEOrang Babinsa
beragama katholik sersan satu Harmanu datang kemusholla kecil yang bernama
"Musholla As-sa'adah" dan memerintahkan untuk mencabut pamflet yang berisi tulisan
problema yang dihadapi kaum muslimin, yang disertai pengumuman tentang kegiatan
pengajian yang akan datang. Tak heran jika kemudian orang-orang yang disitu marah
melihat tingkah laku Babinsa itu. pada hari berikutnya Babinsa itu datang lagi beserta
rekannya, untuk mengecek apakah perintahnya sudah dijalankan apa belum. Setelah
kedatangan kedua itulah muncul isu yangmenyatakan, kalau militer telah menghina
kehormatan tempat suci karena masuk mushola tanpa menyopot sepatu, dan menyirami
pamflet-pamflet di musholla dengan aircomberan.Pada tanggal 10 september 1984,
Syarifuddin rambe dan Sofyan Sulaiman dua orangtakmir masjid "Baitul Makmur"
yang berdekatan dengan Musholla As-sa'adah, Berusaha menenangkan suasana dengan
mengajak ke dua tentara itu masuk ke adalam sekretarit takmir mesjid untuk
membicarakan masalah yang sedang hangat. Ketika mereka sedang berbiacara di depan
kantor, massa diluar sudah terkumpul.
Massa demonstran berhadapan langsung dengan pasukan tentara yang siap temp
ur. Pada saat pasukan mulai memblokir jalan protokol, mendadak para demonstran
sudah dikepung dari segala penjuru. Saat itu massa tidaklah beringas, sebagian besar
mereka hanya duduk-duduk sambil mengumandankan takbir. Lalu tiba-tiba terdengar
aba-aba mundur dari komandan tentara, tanpa peringatan lebih dahulu terdengarlah
suara tembakan, lalu diikuti oleh pasukan yang langsung mengarahkan moncong
senjatanya ke arah demonstran. Dari segala penjuru terdengan dentuman suara
senjata, tiba-tiba ratusan orang demonstran tersungkur berlumuran darah. Disaat para
demonstran yang terluka berusaha bangkit untuk menyelamatkan diri, pada saat yang
samajuga mereka diberondong senjata lagi. Tak lama berselang datang konvoi truk
militer dari arah pelabuhan menerjang dan menelindas demostran yang sedang
bertiarap di jalan, Dari atas truk tentara dengan membabi buta menembaki para
demonstran.
Dalam sekejap jalanan dipenuhi oleh jasad-jasad manusia yang telah mati
bersimbah darah. Sedang beberapa korban yang terluka tidak begitu parah berusaha
lari menyelamatkan diri berlindung ke tempat-tempat disekitar kejadian.Sembari para
tentara mengusung korban-korban yang mati dan terluka ke dalam truk militer, masih
saja terdengar suara tembakan tanpa henti. Semua korban dibawa ke rumah sakit tentara
di Jakarta, sementara rumah sakit-rumah sakit yang lain dilarang keras menerima
korban penembakan Tanjung Priok. Setelah para korban diangkut, datanglah mobil
pemadam kebakaran untuk membersihkan jalanan dari genangan darah para korban
penembakan.Pemerintah menyembunyikan fakta jumlah korban dalam tragedi berdarah
itu. Lewatsaat itu LB. Murdhani menyatakan bahwa jumlah yang tewas sebanyak 18
orang dan yang luka-luka 53 orang. Tapi data dari Sontak (SOlidaritas Untukperistiwa
Tanjung Priok) jumlah korban yang tewas mencapai 400 orang. Belum lagi penderitaan
korban yang ditangkap militer mengalami berbagai macam penyiksaan.
Dan Amir Biki sendiri adalah salah satu korban yang tewas diberondong peluru
tentara...PenyelesaianPengadilan HAM ad hoc di Jakarta, tahun 2003
2004. Pengadilan HAM Jakarta Pusat yang berwenang memeriksa dan mengadili
perkara pelanggaran HAM berat Tanjung Priok telah menyelesaikan tugasnya untuk
mengadili perkara tersebut pada pertengahan tahun 2004 yang lalu. Perkara terakhir
yang diputuskan oleh Pengadilan HAM Jakarta Pusat adalah perkara Sutrisno Mascung,
dkk, yaitu pada 20 Agustus 2004, dengan putusan terdakwa Sutrisno Mascung, dkk
telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan pelanggaran HAM yang berat
berupa pembunuhan dan percobaan pembunuhan. Oleh karenanya, terdakwa Sutrisno
Mascung, dkkdijatuhi pidana penjara masing-masing 3 tahun penjara untuk Sutrisno
Mascung, dan 2 tahun penjara untuk anggotanya2.Sebelumnya, Pengadilan HAM
Jakarta Pusat juga telah menjatuhkan putusan kepada para terdakwa lainnya dalam
perkara pelanggaran HAM berat Tanjung Priok. Pada 30April 2004, Majelis Hakim
yang mengadili perkara R. Butar-Butar menyatakan bahwa R. Butar-Butar selaku
Komandan Kodim 0502 Jakarta telah terbukti melakukan kejahatan terhadap
kemanusiaan berupa pembunuhan dan penganiayaan. Terhadap terdakwa R. Butar-
Butar, Majelis Hakim yang dipimpin Cicut Sutiyarso menjatuhkan pidanaberupa pidana
penjara selama 10 tahun.
4. Persitiwa 27 Juli 1996
Dokumen dari Laporan Akhir Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyebut
pertemuan tanggal 24 Juli 1996 di Kodam Jaya dipimpin oleh Kasdam Jaya
BrigjenSusilo Bambang Yudhoyono. Hadir pada rapat itu adalah Brigjen Zacky Anwar
Makarim, Kolonel Haryanto, Kolonel Joko Santoso, dan Alex Widya Siregar. Dalam
rapat itu, Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan penyerbuan atau pengambilalihan
kantor DPP PDI oleh Kodam Jaya.
1. UUD 1945 : Pembukaan UUD 1945, alenia I IV; Pasal 28A sampai dengan
28J; Pasal 27 sampai dengan 34
2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. UU No. 36 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
4. UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
5. 5.UU No. 7 Tahun 1984 tentang Rativikasi Konvensi PBB tentang penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
6. 6.UU No. 8 tahun 1998 tentang pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau penghukuman lain yang Kejam, tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia
7. 7.UU No. 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO nomor 182
mengenai pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk
Pekerjaan Terburuk untuk Anak
8. 8.UU No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang
hak-hak ekonomi, Sosial dan Budaya
9. UU No. 12 tahun 2005 tentang Konvenan Internasional tentang Hak-hak Sipil
dan Politik
Upaya penyelesaian pelanggaran HAM Berat melalui jalur hukum dan non-hukum.
Maraknya kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di indonesia lebih banyak
mengarah pada crimes by government, sehingga perlu penyelesaian yang harus
ditangani secara serius oleh pemerintah, seperti upaya untuk membuka kembali kasus-
kasus pelanggaran HAM berat dimasa lampau yang saat ini sedang diupayakan
pemerintah. Guna menyelesaikan kasus kasus tersebut, terdapat dua cara, yaitu melalui
jalur hukum dan alternatif lain.
1. Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat melalui penggunaan jalur
hukum (pidana/penal). Penggunaan jalur hukum dapat ditempuh sesuai isi
dengan ketentuan UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM yang
dilakukan dengan cara-cara yang sudah ditetapkan tahapan-tahapan yang harus
dilalui sebagaimana diatur dalam pasal 10-33 UU pengadilan HAM.
2. Upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat melaui jalur alternatif.
Keberadaan komisi kebenaran dan rekonsiliasi (KKR) di indonesia,
sesungguhnya merupakan lemaba baru, yang keberadaanya telah diatur secara
tegas dalam pasal 47 ayat 1 dan 2 UU No. 26 tahun 2000 tentang pengadilan
HAM, yang intinya tidak menutup kemungkinan adanya alternatif penggunaan
lembaga KKR untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat yang
terjadi sebelum UU pengadilan HAM diundangkan. Cara cara selain
pembentukan KKR untuk menyelesaikan kasus kasus pelanggaran HAM berat
dimasa lampau, yaitu :
a) Mengajukan pelaku ke pengadilan berdasarkan hukum formal yang
berlaku dan didukung oleh hukum internasional. Cara pertama ini
pernah ditempuh oleh argentina, dengan mengajukan pelakunya yang
kebetulan top officer militer ke pengadilan.
b) Iustrasi, artinya penyelesaian pelanggaran HAM berat dilakukan
dengan memberikan sanksi kepada pelaku dengan jalan
mendiskualifikasikan pelaku dari fungsi sosial-politik dalam
masyarakat, seraya mencabut hak sosial-politik yang melekat pada
pelaku. Cara penghukuman yang kedua ini pernah dilakukan di negara
negara bekas komunis di belahan benua eropa timur
c) Amnesti, yaitu sebuah cara yang paling lunak dalam spektrum
penanganan tindak pelanggaran HAM berat. Alasanya, sebagai alat
pencegahan konflik dan polarisasi didalam masyarakat akibat praktik
politik penguasa lama.
2.3.2 Penyelesaian Pelanggaran HAM pada Kasus Munir
Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia.Kasus Munir
juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat
otoriter.Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar
meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga Negara
memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan
hak atas rasa aman.Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan
demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu
hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang
lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan
RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan
peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara
peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran