Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KLIPING

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


NAMA KELOMPOK:
1. NURHALIZA
2. RABIATUL
3. ABDUL BASIT
4. M. NORFADILLAH

GURU MATA PELAJARAN:


AHMAD IZATUL JAWAID, S.Pd.

MADRASAH ALIYAH DARUL MUKARRAM


BARITO KUALA
2023
KASUS PEMBUNUHAN MUNIR

Gambar 1. (Dari Kiri) Foto Munir dan Pamflet Mengenang Ketidakadilan


Kematian Munir.
Pada 7 September 2004, aktivis hak asasi manusia (HAM), Munir Said Thalib,
meninggal dunia karena diracun ketika sedang dalam penerbangan menuju Belanda.
Sudah 17 tahun berlalu, tetapi kasus pembunuhan Munir masih diselimuti misteri.
Pada 20 Desember 2005, seorang pilot pesawat Garuda Indonesia, Pollycarpus
Budihari Priyanto, dijatuhi vonis 14 tahun penjara sebagai aktor pembunuhan Munir.
Namun, otak di balik kasus pembuhunan Munir belum terungkap hingga kini. Berikut
ini kronologi pembunuhan Munir dan perjalanan kasusnya.
◇Kronologi
Pada 6 September 2004, sekitar pukul 21.55 WIB, pesawat Garuda
Indonesia dengan nomor penerbangan GA 974, yang ditumpangi Munir, lepas landas
dari Bandara Soekarno-Hatta.Munir terbang ke Belanda dalam rangka melanjutkan
studi pascasarjana. Pesawat yang ditumpangi Munir, sempat transit di Changi,
Singapura, pada 7 September 2004 sekitar pukul 00.40 waktu setempat. Saat transit,
Munir terlihat duduk di Coffee Bean.
Pada pukul 01.50 dini hari, pesawat lepas landas dari Changi dan
melanjutkan penerbangan ke Amsterdam, Belanda.Namun, baru tiga jam setelah
terbang dari Changi, Munir diketahui sakit. Ia beberapa kali ke toilet. Munir
dipindahkan dari tempat duduknya di kursi 40G ke kursi di samping dokter itu.
Adapun dokter itu duduk di kursi 1J. Setelah sempat dirawat oleh dokter itu, nyawa
Munir pada akhirnya tidak dapat diselamatkan. Munir mengembuskan napas
terakhirnya pada pukul 08.10 waktu setempat, ketika pesawat berada di ketinggian
40.000 kaki di atas tanah Rumania.Munir yang berangkat dari Jakarta dalam keadaan
sehat, meninggal dunia sebelum pesawat mendarat di Amsterdam.Pesawat yang
ditumpangi Munir mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam, pada 7 September
2004 pukul 10.00 waktu setempat.
Setelah mendarat, 10 petugas polisi militer masuk ke pesawat untuk
menjalankan prosedur pemeriksaan saat ada penumpang meninggal dunia dalam
penerbangan. Seluruh penumpang pesawat pun dilarang turun selama 20 menit
hingga pemeriksaan usai. Temuan racun dalam tubuh Munir. Jenazah Munir sempat
diautopsi oleh pemerintah Belanda, sebelum kembali dibawa ke Indonesia untuk
dimakamkan.
Pada 12 September 2004, jenazah Munir pun dimakamkan di Kota Batu, Jawa
Timur.Berselang dua bulan setelah kematian Munir, Institut Forensik Belanda (NFI)
mengabarkan bahwa racun arsenik dalam jumlah dosis yang fatal ditemukan di tubuh
sang aktivis HAM.Dari sanalah, mulai muncul kecurigaan Munir meninggal karena
diracun di pesawat.Adapun pihak keluarga mendapatkan informasi terkait temuan
racun dalam hasil autopsi Munir melalui media Belanda.Mendengar informasi
tersebut, pada 12 November 2004, istri Munir, Suciwati, kemudian mendatangi
Mabes POLRI untuk meminta hasil autopsi suaminya.Namun, Suciwati gagal
mendapatkan hasil autopsi Munir.
Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kala itu
belum lama menjabat menggantikan Megawati, berjanji akan menindaklanjuti kasus
pembunuhan Munir.Sejumlah LSM kemudian mengadakan jumpa pers di kantor
KontraS untuk mendesak pemerintah segera melakukan investigasi, menyerahkan
hasil autopsi kepada keluarga Munir, dan membentuk tim penyelidikan independen
dengan melibatkan masyarakat sipil. Desakan kepada pemerintah untuk mengungkap
pelaku beserta dalang di balik kasus pembunuhan Munir pun disuarakan masyarakat
di berbagai daerah.
Pollycarpus jadi tersangka Pada 28 November 2004, sebanyak delapan kru
Garuda yang melakukan penerbangan bersama Munir, diperiksa di Mabes POLRI.
Selanjutnya, total ada 21 orang yang diperiksa terkait kasus Munir. Setelah
mendapatkan desakan dan gelombang demonstrasi dari masyarakat dan para aktivis
HAM, SBY akhirnya mengesahkan Tim Pencari Fakta (TPF) untuk kasus Munir pada
23 Desember 2004. Pada 2005, TPF mulai mendesak POLRI untuk segera
menetapkan tersangka dalam kasus Munir. TPF menilai, POLRI terlalu lamban dalam
mengungkap pembunuhan Munir, sedangkan pihak Garuda seakan menutup-nutupi
kasus tersebut. Pada 28 Februari 2005, TPF menyebut, pihak manajemen Garuda
diduga memalsukan surat penugasan Pollycarpus, seorang pilot Garuda, yang turut
dalam penerbangan bersama Munir.
Pada 3 Maret 2005, TPF melaporkan temuan terkait kasus Munir kepada
SBY. TPF menyebut terdapat indikasi kejahatan konspiratif dalam kasus
pembunuhan Munir karena ada kecurigaan keterlibatan oknum PT Garuda Indonesia
dan pejabat direksi Garuda. Pada 14 Maret 2005, penyidik dari Bareskrim POLRI
memeriksa Pollycarpus. Kemudian, pemeriksaan terhadap Pollycarpus kembali
dilakukan pada 15 Maret 2005. Selain Pollycarpus, ada enam calon tersangka lain
(empat dari PT Garuda Indonesia), yang direkomendasikan TPF. Selain itu, TPF juga
mengendus keterlibatan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam kasus Munir. Sebab,
terdapat data percakapan antara Pollycarpus dengan orang BIN, Muchdi
Purwoprandjono atau Muchdi Pr, sebelum dan sesudah pembunuhan Munir.
Pollycarpus juga disebut menerima perintah dari BIN untuk membunuh Munir.
Pada 18 Maret 2005, Pollycarpus resmi ditetapkan sebagai tersangka
pembunuhan Munir. Ia ditahan di rumah tahanan Mabes POLRI. Setelah melewati
penyelidikan panjang dan beberapa kali persidangan. Pada 20 Desember 2005,
Pollycarpus dijatuhi hukuman 14 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat.Polly dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan turut melakukan
pembunuhan secara berencana terhadap munir.
Pada 27 Maret 2006, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta mengukuhkan putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan tetap menghukum Polly 14 tahun penjara.
Pada 3 Oktober 2006 Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan putusan kasasi yang
menyatakan Pollycarpus tidak terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan
berencana terhadap Munir.Pollycarpus hanya terbukti bersalah menggunakan surat
dokumen palsu untuk perjalanan dan hanya divonis 2 tahun penjara. Pada 25
Desember 2006, Pollycarpus bebas dari LP Cipinang setelah mendapat remisi susulan
2 bulan dan remisi khusus satu bulan. Pada 10 April 2007, Mantan Direktur Utama
(Dirut) PT Garuda Indonesia Indra Setiawan ditetapkan sebagai tersangka baru.
Pada 25 Januari 2008, Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan
Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan Kejaksaan Agung dalam kasus pembunuhan
Munir dengan terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto. MA memutuskan
menghukum Pollycarpus dengan hukuman 20 tahun penjara. Pada 19 Juni 2008,
Muchdi Purwoprandjono (Muchdi Pr) ditetapkan sebagai tersangka kasus
pembunuhan Munir. Deputi V BIN/Penggalangan (2001-2005) itu diduga kuat
terlibat dalam pembunuhan berencana terhadap aktivis HAM Munir. Pada 31
Desember 2008, Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Muchdi
PR bebas murni dari segala dakwaan.
Pada Februari 2017, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) membatalkan
putusan Komisi Informasi Pusat (KIP) terkait dengan dokumen Tim Pencari Fakta
(TPF) kasus kematian Munir.Pada September 2017, Suciwati mengirimkan surat
kepada Presiden Jokowi. Suciwati menagih janji Presiden Jokowi untuk menuntaskan
kasus kematian suaminya, Munir Said Thalib.Pada 29 Agustus 2018, Pollycarpus
bebas murni. Dia bebas murni setelah mengakhiri masa bimbingan pembebasan
bersyarat. Pada September 2018, Aktivis dari Amnesty International meminta POLRI
menindaklanjuti hasil penyelidikan dan mendalami fakta-fakta persidangan kasus
Munir yang muncul. POLRI juga diminta untuk membentuk tim khusus di internal
POLRI dalam penanganan kasus dengan melibatkan beberapa pihak profesional.
Pada September 2019, Koalisi Keadilan untuk Munir mendesak Presiden
Jokowi mengumumkan ke publik dokumen hasil penyelidikan tim pencari fakta (TPF)
kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib. Hal itu mengacu pada
Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Pencari Fakta
Kasus Meninggalnya Munir.Pada September 2020, Lembaga swadaya masyarakat
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menuntut kasus
Munir dinyatakan sebagai pelanggaran HAM berat. Pada Oktober 2020, Pollycarpus
meninggal dunia. Dia meninggal dalam kondisi positif virus Corona (COVID-19).
Pada 7 September 2022, Komnas HAM resmi membentuk tim ad hoc untuk
mengusut dugaan pelanggaran HAM berat dikasus kematian aktivis Munir Said
Thalib.

Gambar 2. Aksi Long March Mengenang Ketidakadilan Kematian Munir


Gambar 3. Aksi Massa Mengenang Ketidakadilan Kematian Munir
ANALIS PASAL

Gambar 4. Seruan Aksi Mendesak Penyeledikan Kasus Kematian Munir


Kematian Munir ini menunjukkan pelanggaran HAM yang terdapat pada Pasal
28 huruf i Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang
wajib mendapatkan perlindungan untuk tidak dibunuh atau disiksa. Adapun makna
Pasal 28 huruf i sebagai berikut:
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun;
2. Hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
hak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu;
3. Hak identitas budaya dan masyarakat tradisional untuk dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
REFERENSI

Amnesty International. (2022). Pembunuhan Munir memang merupakan pelanggaran


HAM berat. Amnesty.id. Diakses dari https://www.amnesty.id/segera-tetapkan-
kasus-pembunuhan-munir-sebagai-pelanggaran-ham-berat/.
Erwanti, M., O. (2022). 18 tahun kasus Munir, ini kronologi dan investigasinya
hingga kini. News.detik.com. Diakses dari https://news.detik.com/berita/d-
6287043/18-tahun-kasus-munir-ini-kronologi-dan-investigasinya-hingga-
kini/2?_gl=1*qjcdla*_ga*ajIwZ0Y3SlpZWThXbmx1Rk5zeVprWWJnMV9CN
TF0VHF3S1lreFRLS1BNYzBsQnNIeEtHZTV1REdUTjNfMzA4MA..*_ga_C
Y42M5S751*MTY5MTY3MTcwOS4xLjAuMTY5MTY3MTcxMC42MC4wL
jA
Indriawati, T. (2022). Kronologi Pembunuhan Munir: Diracun di udara saat menuju
Belanda. Kompas.com. Diakses dari
https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/14/100000379/kronologi-
pembunuhan-munir-diracun-di-udara-saat-menuju-belanda?page=all

Anda mungkin juga menyukai