Anda di halaman 1dari 4

TUGAS HUKUM DAN HAM

NAMA: Anggi Ukkas

KELAS/SEMESTER: VI. B

NIM : 21.203.74.201.109

Kronologi Kasus Munir 2004-2022

Sembilan belas tahun lalu, seorang pejuang hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib
dibunuh di udara. Pembunuhan ini terjadi ketika di tanah air sedang sibuk-sibuknya menghadapi
Pemilu 2004 putaran kedua. Pemilu ini sangat bersejarah karena digelar secara langsung untuk
pertama kalinya semenjak Indonesia terbebas dari cengkeraman Orde Baru. Penulis sempat
membaca buku yang ditulis Wendratama di dalam bukunya berjudul “Kasus Munir Pembunuhan
yang Sempurna? (2009)”. Wendratama menceritakan ketika seorang istri akan menabung rindu
karena sang suami akan melanjutkan studi di negeri Belanda.

Sebagaimana telah diketahui, Munir meninggal dengan cara diracun hingga wafat dalam
penerbangan Garuda Indonesia bernomor GA 974 pada Selasa, 7 September 2004. Kasus
pembunuhan terhadap Munir bukanlah kasus kriminal biasa, sebab melibatkan aktor negara,
pihak Garuda Indonesia, dan penuh dengan konspirasi, sehingga muatan kejahatannya bersifat
struktural. Selain itu, kasus pembunuhan ini dapat digolongkan sebagai kejahatan yang bukan
tindak pidana biasa (ordinary crimes ), melainkan tindak pidana luar biasa (extra ordinary crimes)
atau pelanggaran HAM yang berat (gross violations of human rights) atau bahkan dinilai
sebagai kejahatan yang amat serius (the most serious crimes) seperti kejahatan melawan
kemanusiaan (crimes against humanity).

Oleh karena itu, kasus pembunuhan munir merupakan kejahatan yang luar biasa yang kemudian
sudah seharusnya diselesaikan oleh negara. Namun. Kasus ini seakan-akan ditutup dan tak
ingin dibuka Sehingga kemudian hal inilah yang membuat kasus ini tak terlupakan, dimana
kasus pembunuhan seakan tak menemukan titik usai. Karena demikian, kematian munir masih
menjadi misteri, siapa dalang yang ada di baliknya dan bagaimana tanggung jawab negara akan
hal ini.Peran aktif KOMNAS HAM, jajaran penegak hukum, dan berbagai lapisan masyarakat,
khususnya organisasi aktivis HAM dalam menuntaskan Kasus Munir, menunjukkan bahwa
Indonesia tidak akan membiarkan kasus ini hilang. Ini pertanda bahwa kasus pelanggaran HAM
akan terus diusut hingga tuntas, dan dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, Penyelesaian
kasus Munir, akan memberi keadilan bagi korban dan keluarganya, dan menjadi pertanda
bahwa Indonesia memiliki komitmen dalam menuntaskan kasus pelanggaran HAM. Ini akan
menjadi bukti bahwa HAM dijunjung tinggi di negara ini, pembunuhan terhadap Munir
mendatangkan teror bagi para aktivis HAM di Indonesia. Oleh karena itu, tuntasnya kasus ini
dapat memberi angin segar dan menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk
menegakkan keadilan dan HAM.

Kronologi:

7 September 2004

Munir meninggal di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 ketika sedang menuju
Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana.

Pada November 2004, Institut Forensik Belanda (NFI) membuktikan Munir meninggal akibat
racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.

18 Maret 2005

Pollycarpus Budihari Priyanto, seorang pilot senior Garuda Indonesia resmi ditetapkan sebagai
tersangka kasus Munur bersama dua kru Garuda, yaitu kru pantry Oedi Irianto dan pramugari
Yeti Susmiarti.Pollycarpus didakwa melakukan pembunuhan berencana dan pada Desember
2005.Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut menuntut hukuman penjara seumur hidup untuk
Pollycarpus.

3 Oktober 2006

Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan putusan kasasi yang menyatakan Pollycarpus tidak
terbukti melakukan tindak pidana pembunuhan berencana terhadap Munir.

Polly hanya terbukti bersalah menggunakan surat dokumen palsu untuk perjalanan dan hanya
divonis 2 tahun penjara.

25 Desember 2006

Pollycarpus bebas dari LP Cipinang setelah mendapat remisi susulan 2 bulan dan remisi khusus
satu bulan.

10 April 2007

Mantan Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia Indra Setiawan ditetapkan sebagai
tersangka baru. Pada Februari 2008, Indra Setiawan divonis satu tahun penjara di kasus
tersebut.

19 Juni 2008

Muchdi Purwoprandjono (Muchdi Pr) ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Munir.
Deputi V BIN/Penggalangan (2001-2005) itu diduga kuat terlibat dalam pembunuhan berencana
terhadap aktivis HAM Munir.

31 Desember 2008

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Muchdi PR bebas murni dari segala
dakwaan.

10 Juli 2009

MA menguatkan vonis bebas Muchdi PR. Duduk sebagai ketua majelis kasasi Valerine JL
Kriekhof dengan anggota hakim agung Hakim Nyak Pha dan Muchsin.

28 Januari 2010

MA menghukum Garuda Indonesia dengan mewajibkan memberikan ganti rugi kepada istri
Munir, Suciwati, lebih dari Rp 3 miliar.

2 Oktober 2013

Polly mengajukan Peninjauan Kembali (PK) dan MA mengabulkannya dengan mengurangi


Pollycarpus dari 20 tahun menjadi 14 tahun penjara.

13 Oktober 2016

Presiden Joko Widodo meminta Jaksa Agung HM Prasetyo mengusut kasus Munir lagi.

Februari 2017

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) membatalkan putusan Komisi Informasi Pusat (KIP)
terkait dengan dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) kasus kematian Munir.

September 2017

Suciwati mengirimkan surat kepada presiden Jokowi. Suciwati menagih janji Presiden Jokowi
untuk menuntaskan kasus kematian suaminya, Munir Said Thalib.

September 2018

Aktivis dari Amnesty International meminta Polri menindaklanjuti hasil penyelidikan dan
mendalami fakta-fakta persidangan kasus Munir yang muncul.Polri juga diminta untuk
membentuk tim khusus di internal Polri dalam penanganan kasus dengan melibatkan beberapa
pihak profesional.

September 2019

Koalisi Keadilan untuk Munir mendesak Presiden Jokowi mengumumkan ke publik dokumen
hasil penyelidikan tim pencari fakta (TPF) kasus pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.
Hal itu mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim
Pencari Fakta Kasus Meninggalnya Munir.

September 2020
Lembaga swadaya masyarakat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KontraS) menuntut kasus Munir dinyatakan sebagai pelanggaran HAM berat.

7 September 2022

Komnas HAM resmi membentuk tim ad hoc untuk mengusut dugaan pelanggaran HAM berat di
kasus kematian aktivis Munir Said Thalib.

11 September 2022

Heboh di media sosial, Hacker Bjorka membongkar identitas otak pembunuhan aktivis HAM
Munir Said Thalib. Bjorka dan Munir pun menjadi trending topic Twitter pada Minggu
(11/9/2022).

Trending topic ini berawal dari netizen yang menantang Bjorka mengungkap kasus
pembunuhan Munir atau Supersemar.

Bjorka lalu mengungkap identitas dalang pembunuh Munir dan melampirkan artikel terkait
kasus tersebut. Bjorka menyebut dalang pembunuh Munir adalah Muchdi Purwopranjono.

Referensi:

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6285269/sejarah-kasus-munir-kronologi-dari-tahun-
2004-hingga-2022

Dalam dokumen international criminal court (korban pelanggaran HAM berat).

Artikel iKompas.com dengan judul "Pembunuhan Munir Bisa Jadi Kasus Pelanggaran HAM
Berat Pertama di Indonesia dengan Korban Satu Orang".

Anda mungkin juga menyukai