Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM INTERNASIONAL

(YURIDIKSI NEGARA)

DOSEN PEMBIMBING : RAHMATULLAH, SH., MH.


DISUSUN OLEH KELOMPOK III:
1.) NUR AYU ANDINI (011)
2.) MUTIARA SELVYNA PUTRI (017)
3.) YUSRIL ISWAN (076)
4.) DYANA PRENCESS (077)
5.) MUH.FAHMI T.(107)
6.) HAMIDIN (074)
7.) ESSE(103)

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO


2021/2022

Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "YURIDIKSI
NEGARA" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas Mata PelajaranHUKUM INTERNASIONAL. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah pengetahuan mengenai hukum internasional bagi
para pendengar dan juga bagi pembaca. kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak RAHMATULLAH ,SH,.MH. selaku dosen Mata Pelajaran
HUKUM INTERNASIONAL kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurnah. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah kami

Daftar Isi
Kata pengantar………………………
Daftar isi …………………………..
Pembahasan………………………..
A. Pengertian yuridiksi Negara
B. Prinsip prinsip yuridiksi
C. Asas asas yuridiksi
D. Jenis Perluasan yuridiksi
Kesimpulan ………………
Daftar pustaka ………………

PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN YURISDIKSI NEGARA MENURUT HUKUM
INTERNASIONAL

Secara Terminologi Yurisdiksi akan sangat berkaitan dengan kedaulatan


dan kewenangan negara-negara. Setiap negara berdaulat yang telah
diakui pasti memiliki yurisdiksi untuk menunjukkan kewibawaannya pada
rakyatnya atau pada masyarakat internasional. Diakui secara universal
baik setiap negara memiliki kewenangan untuk mengatur tindakan-tindakan
dalam teritorinya sendiri dan tindakan lainnya yang dapat merugikan
kepentingan yang harus dilindunginya. Dalam kaitannya dengan prinsip
dasar kedaulatan negara, suatu negara yang berdaulat menjalankan
yurisdiksi/kewenangannnya dalam wilayah negara itu. Berdasarkan
kedaulatannya itu, maka dapat diturunkan hak, kekuasaan, atau
kewenangan negara untuk mengatur masalah intern dan ekstern. Dengan
kata lain dari kedaulatannya itulah diturunkan atau lahir yurisdiksi negara.
Dengan hak, kekuasaan, atau dengan yurisdiksi tersebut suatu negara
mengatur secara lebih rinci dan jelas masalah-masalah yang dihadapinya
sehingga terwujud apa yang menjadi tujuan negara itu. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hanya negara berdaulat yang dapat memiliki
yurisdiksi menurut hukum internasional. Yurisdiksi adalah kekuasaan atau
kompetensi hukum negara terhadap orang, benda atau peristiwa (hukum).
Yurisdiksi negara (state jurisdiction) tidak dapat dipisahkan dari asas
kedaulatan negara (state souvereignty), konsekuensi logis dari asas
kedaulatan negara, karena negara memiliki kedaulatan atau kekuasaan
tertinggi dalam batas-batas teritorialnya (territorial souvereignty).
Pengertian yurisdiksi negara jauh lebih luas daripada pengertian
kedaulatan negara, sebab tidak hanya terbatas pada apa yang dinamakan
yurisdiksi teritorial sebagai konsekuensi adanya kedaulatan teritorial, akan
tetapi juga mencakup yurisdiksi negara yang bukan yurisdiksi teritorial
(yurisdiksi ekstra teritorial atau extra territorial jurisdiction) yang
eksistensinya bersumber dari hukum internasional, seperti yurisdiksi
negara pada jalur tambahan, ZEE, landas kontinen, laut bebas, ruang
angkasa dan sebagainya.

Yurisdiksi Negara dalam Hukum Internasional dapat lahir karena adanya


tindakan:
1. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau menetapkan peraturan
atau keputusan-keputusan;

2. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk memaksakan agar orang (benda atau


peristiwa) menaati peraturan (hukum) yang berlaku;

3. Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengadili orang, berdasarkan atas


suatu peristiwa.

2 Hak istimewa ekstrateritorial, yakni suatu istilah yang dipakai untuk


menggambarkan suatu keadaan dimana status seseorang atau benda
yang secara fisik terdapat di dalam suatu wilayah negara, tetapi seluruhnya
atau sebagian dikeluarkan dari yurisdiksi negara tersebut oleh ketentuan
hukum internasional.

B.PRINSIP-PRINSIP YURIDIKSI

Yurisdiksi dapat digolongkan ke dalam prinsip-prinsip berikut :

1.Prinsip Yurisdiksi Teritorial

Setiap negara memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan yang


dilakukan di dalam wilayah teritorialnya. Menurut Starke, yurisdiksi ini
dapat diartikan sebagai hak, kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki
oleh suatu negara untuk membuat peraturan peraturan hukum,
melaksanakan dan memaksakan berlakunya peraturan-peraturan tersebut
dalam hubungannya dengan orang, benda, hal atau masalah yang berada
dan atau terjadi di dalam batas-batas wilayah dari negara yang
bersangkutan.

Dalam hukum internasional, dikenal adanya perluasan yurisdiksi teritorial


(the extention of territorial jurisdiction) yang timbul akibat kemajuan iptek,
khususnya teknologi transportasi, komunikasi dan informasi serta hasil-
hasilnya. Kemajuan iptek ini ditampung dan diakomodasi oleh masyarakat
dan hukum internasional, guna mengantisipasi pemanfaatan dan
penyalahgunaan hasil-hasil iptek ini oleh orang-orang yang terlibat dalam
pelanggaran hukum maupun tindak pidana di dalam wilayah suatu negara.
Perluasan yurisdiksi teritorial dibedakan oleh dua pendekatan yaitu:

a. Prinsip teritorial subyektif (the subjective territorial principle). Prinsip ini


memperkenankan suatu negara untuk mengklaim dan menyatakan
yurisdiksinya terhadap suatu tindak pidana yang mulai dilakukan atau
terjadi di dalam wilayah negaranya walaupun berakhir atau diselesaikan di
negara lain.

b. Prinsip teritorial obyektif (the objective territorial principle). Prinsip ini


memperkenankan suatu negara untuk mengklaim dan menyatakan
yurisdiksinya terhadap suatu tindak pidana yang terjadi di luar negeri
(negara lain), tetapi berakhir atau diselesaikan dan membahayakan
negaranya sendiri.

Menurut prinsip yurisdiksi teritorial, negara mempunyai yurisdiksi terhadap


semua persoalan dan kejadian di dalam wilayahnya. Prinsip ini adalah
prinsip yang paling mapan dan penting dalam hukum internasional.
Menurut Hakim Lord Macmillan suatu negara memiliki yurisdiksi terhadap
semua orang, benda, perkara-perkara pidana atau perdata dalam batas-
batas wilayahnya sebagai pertanda bahwa negara tersebut berdaulat.

Ciri pokok dari kedaulatan dalam batas-batas ini, seperti semua negara
merdeka yang berdaulat, bahwa negara harus memiliki yurisdiksi terhadap
semua orang dan benda di dalam batas-batas teritorialnya dan dalam
semua perkara perdata dan pidana yang timbul di dalam batas-batas
teritorial ini. Prinsip teritorial ini terbadi atas dua : suatu tindak pidana yang
dimulai di suatu negara dan berakhir di negara lain. Misalnya seorang yang
menembak didaerah perbatasan negara A melukai seorang lainnya di
wilayah negara B. Dalam keadaan ini, kedua negara memiliki yurisdiksi.
Negara, dimana perbuatan itu dimulai (A), memiliki yurisdiksi menurut
prinsip teritorial subyektif (subjective territorial principle) dan dimana
tindakan tersebut diselesaikan di negara (B), memiliki yurisdiksi
berdasarkan prinsip teritorial obyektif (objective territorial principle)

2. Prinsip Yurisdiksi Personal.


Dalam hukum internasional diakui atau dikenal adanya yurisdiksi personal
atau yurisdiksi perseorangan (personal jurisdiction). Suatu negara dapat
mengklaim yurisdiksinya berdasarkan azas personalitas (jurisdiction
according to personality principle).

Yurisdiksi personal adalah yurisdiksi terhadap seseorang, apakah dia


adalah warganegara atau orang asing. Dalam hal ini orang yang
bersangkutan tidak berada dalam wilayahnya atau dalam batas-batas
teritorial dari negara yang mengklaim yurisdiksi tersebut. Negara yang
mengklaim atau menyatakan yurisdiksinya baru dapat menjalankan
yurisdiksi atau kekuasaan hukumnya apabila orang yang bersangkutan
sudah datang dan berada dalam batas-batas teritorialnya, apakah dia
datang dengan cara suka rela atau dengan cara terpaksa, misalnya melalui
proses ekstradisi.

Menurut praktek internasional dewasa ini, yurisdiksi terhadap individu


dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: a. Prinsip nasionalitas
aktif. Menurut prinsip ini negara dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap
warga negaranya. Semua prinsip lain yang berkaitan dengan hal ini adalah
negara tidak wajib menyerahkan warga negaranya yang telah melakukan
suatu tindak pidana ke luar negeri. b. Prinsip nasionalitas pasif. Prinsip ini
membenarkan negara untuk menjalankan yurisdiksi apabila seorang warga
negaranya menderita kerugian. Dasar pembenaran prinsip nasionalitas ini
adalah bahwa setiap negara berhak melindungi warga negaranya di luar
negeri , dan apabila negara teritorial di mana tindak pidana itu terjadi tidak
menghukum orang yang menyebabkan kerugian tersebut, maka negara
asal korban berwenang menghukum tindak pidana itu, apabila orang itu
berada di wilayahnya.

3.Prinsip yuridiksi Perlindungan

Berdasarkan prinsip yurisdiksi perlindungan, suatu negara dapat


melaksanakan yurisdiksinya terhadap warga-warga asing yang melakukan
kejahatan di luar negeri yang diduga dapat mengancam kepentingan
keamanan, integritas, dan kemerdekaan negara. Penerapan prinsip ini
dibenarkan sebagai dasar untuk penerapan yurisdiksi suatu negara. Latar
belakang pembenaran ini adalah perundang-undangan nasional pada
umumnya tidak mengatur atau tidak menghukum perbuatan yang dilakukan
di dalam suatu negara yang dapat mengancam atau mengganggu
keamanan, integritas, dan kemerdekaan orang lain. Misalnya, berkomplot
untuk menggulingkan pemerintahannya, menyelundupkan mata uang
asing, kegiatan spionase, atau perbuatan yang melanggar perundang-
undangan imigrasinya.

Contoh kasus Yurisdiksi perlindungan bisa meliputi persoalan kegiatan


investasi dan bisnis antar warganegara beberapa negara. Dalam kasus
seperti ini bahkan berkaitan dengan yurisdiksi proses peradilan antar
negara yang kerap memunculkan konflik yurisdiksi. Salah satu kasus
Merek Sony yang terjadi di Selandia Baru, di mana Pengadilan Selandia
Baru harus membuat suatu penilaian dan putusan pengadilan terkait
dengan pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta Selandia Baru dan
Undang-Undang Hak Cipta Hongkong dan Inggris.

4.Prinsip Yurisdiksi Universal.

Menurut prinsip ini, setiap negara mempunyai yurisdiksi terhadap tindak


kejahatan yang mengancam masyarakat internasional. Yurisdiksi ini lahir
tanpa melihat dimana kejahatan dilakukan atau warga negara yang
melakukan kejahatan. Lahirnya prinsip yurisdiksi universal terhadap jenis
kejahatan yang merusak terhadap masyarakat internasional sebenarnya
juga disebabkan karena tidak adanya badan peradilan internasional yang
khusus mengadili kejahatan yang dilakukan orang-perorang (individu).
Hukum internasional mengakui adanya yurisdiksi berdasarkan azas
universal (universal jurisdiction). Semua negara tanpa terkecuali dapat
mengklaim dan menyatakan yurisdiksinya berdasarkan azas universal.

Terdapat beberapa tindak pidana tertentu yang karena sifat atau


karakternya memungkinkan atau memperkenankan semua negara tanpa
terkecuali untuk mengklaim dan menyatakan kewenangannya atas suatu
tindak pidana yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
keadilan tanpa menghiraukan siapa pelakunya (warganegaranya sendiri
atau orang asing), siapa korbannya (warganegaranya sendiri atau orang
asing), juga tanpa menghiraukan tempat terjadinya maupun waktu
terjadinya. Tindak-tindak pidana yang dimaksudkan antara lain adalah
kejahatan perang, kejahatan terhadap perdamaian dunia, kejahatan
kemanusiaan, perompakan laut , pembajakan udara, kejahatan terorisme
dan berbagai kejahatan kemanusiaan lainnya yang dinilai dapat
membahayakan nilainilai kemanusiaan dan keadilan.

C.ASAS-ASAS YURIDIKSI

Adapun dua asas yang digunakan adalah : asas teritorial dan asas teritorial
yang diperluas.

1. Asas Teritorial

Dalam asas teritorial ini, yuridiksi berlaku atas orang, perbuatan dan benda
yang ada di dalam wilayah kekuasaan suatu negara.

Asas teritorial ini mulanya berlaku terutama di Inggris, yaitu sebuah negara
yang terpencil karena sekelilingnya dibatasi laut.

2. Asas Teritorial yang Diperluas

Nah, kalau asas teritorial hanya berkiasa di dalam teritorial sebuah negara,
maka asas teritorial yang diperluas cakupannya pada orang, perbuatan
dan benda yang terkait dengan negara tersebut yang ada atau terjadi di
luar wilayahnya.

Negara mempunyai yurisdiksi atas orang,perbuatan dan benda tersebut


kecuali bila orang, perbuatan dan benda itu sama sekali tidak ada
kaitannya dengan negara tadi.

Asas ini semula berlaku di daratan Eropa, dimana hubungan negara yang
satu dengan yang lainnya sangat mudah terjadi.

D. Jenis Perluasan Yurisdiks


Ada beberapa jenis perluasan yuridiksi yang terjadi di dunia. Jenis
perluasan itu berdasarkan prinsip dan sebabnya masing-masing.

Adapun yurisdiksi dapat diperluas berdasarkan perluasan teknik,


kewarganegaraan, prinsip proteksi dan prinsip universal.

1.Perluasan Yurisdiksi Berdasarkan Teknik

Perluasan teknik yurisdiksi teritorial terjadi karena perbuatan hukum,


khususnya perbuatan pidana, dirumuskan dengan menetapkan unsur-
unsur perbuatan tersebut.

Sebagian unsur-unsur itu mungkin terjadi di suatu negara dan sebagian


unsur-unsur yang lain terjadi di negara lain.Dalam hal demikian negara itu
tidak dapat mengadili perbuatan tersebut, mengingat tidak semua unsur
perbuatan itu terjadi di wilayah negaranya. Untuk dapat mengadili
perbuatan tersebut beberapa negara menggunakan prinsip teritorial
subyektif dan prinsip teritorial obyektif.

a. Prinsip teritorial subyektif membenarkan negara melakukan yurisdiksi


atas perbuatan yang mulai dilakukan di wilayahnya tetapi berakhir atau
menimbulkan akibat di wilayah negara lain. meskipun prinsip ini belum
diterima umum,namun telah ditetapkan berlaku juga dalam beberapa
konvensi internasional,misalnya : Konvensi Jenewa tahun 1929 tentang
penumpasan pemalsuan uang dan Konvensi Jenewa tahun 1936 tentang
penumpasan perdagangan obat-obatan terlarang.

b. Prinsip teritorial obyektif membenarkan negara melakukan yurisdiksi


atas perbuatan yang mulai dilakukan di negara lain tetapi berakhir atau
menimbulkan akibat di wilayahnya.

Contoh kasus, dihukumnya awak Kapal Prancis Lotus pada tahun 1927.
Kapal Lotus pada saat itu menabrak Kapal Turki di laut bebas yang
menyebabkan 8 awak kapal tersebut tewas tenggelam.

Atas kelalaian awak kapal Lotus tersebut, Turki menjatuhkan hukuman.


Turki menyatakan mereka mempunyai Yurisdiksi karena perbuatan yang
dilakukan diatas kapal Lotus menimbulkan akibat di kapal turki,yang berarti
wilayah negaranya.

Mahkamah Internasional pun menetapkan berdasarkan suara mayoritas


bahwa tindakan penguasa turki itu tidak bertentangan dengan hukum
internasional.

2. Berdasarkan Kewarganegaraan

Perluasan yurisdiksi teritorial berdasarkan kewarganegaraan terjadi karena


suatu perbuatan hukum, khususnya perbuatan hukum pidana, dilakukan
oleh warga negara suatu negara dan membawa akibat kepada warga
negara suatu negara pula.

Oleh karena itu perluasan yurisdiksi teritorial berdasarkan


kewarganegaraan dapat terjadi karena 2 prinsip yakni prinsip
kewarganegaraan aktif dan pasif.

a. Dalam perluasan yurisdiksi, prinsip kewarganegaraan aktif yaitu


menetapkan yurisdiksi negara atas warga negaranya yang
melakukan pelanggaran hukum di wilayah negaranya atau di wilayah
negara lain.Jadi suatu negara harus mengekstradisi warga
negaranya yang melakukan pelanggaran hukum di negara lain.
b. Sementara di prinsip kewarganegaraan pasif, menetapkan yurisdiksi
negara atas orang yang melakukan pelanggaran hukum yang
dilakukan di wilayah negara lain ,yang akibatnya menimpa warga
negaranya.Dasar pembenar pada prinsip ini masih diragukan karena
setiap negara berhak sepenuhnya melindungi warga negaranya di
luar negeri.Jadi bila negara tempat terjadinya pelanggaran itu tidak
menghukum pelaku pelanggaran itu, negara yang warga negaranya
dirugikan berwenang untuk menghukum pelaku pelanggaran itu.

3. Berdasarkan Prinsip Proteksi

Nah, dengan prinsi ini, suatu negara dapat melakukan yurisdiksi atas
perbuatan pidana yang melanggar keamanan dan integritas atau
kepentingan vital ekonomi yang dilakukan di luar negeri.
Kebanyakan hukum pidana negara mengatur hal itu. Adapun dasar
pembenarannya adalah bahwa akibat perbuatan pidana itu menimpa
negara tersebut dan bahwa bila yurisdiksi itu tidak dapat dilaksanakan
maka kejahatan itu akan lepas dari hukuman.

4. Berdasarkan Prinsip Universal

Berdasarkan prinsip universal, suatu negara dapat melakukan yurisdiksi


atas perbuatan pidana yang melanggar kepentingan masyarakat
internasional.

Semua negara berhak untuk menangkap dan menghukum pelaku


kejahatan itu. tujuan adanya yurisdiksi universal adalah untuk menjamin
agar kejahatan itu tidak lepas dari hukuman.

Misalnya kejahatan bajak laut dan penjahat perang.

Dalam prinsip ini semua negara berhak menangkap dan menghukum bajak
laut, apapun kebangsaannya dan dimanapun kejahatan itu dilakukan.

Hal ini diatur dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) tahun 1982. Sedangkan yurisdiksi universal atas penjahat perang
diatur dalam Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang perbaikan keadaan
mereka yang luka, sakit dan korban karam, tawanan perang dan
perlindungan penduduk sipil.

KESIMPULAN
1. Yurisdiksi adalah kekuasaan atau kompetensi hukum negara terhadap
orang, benda atau peristiwa (hukum). Yurisdiksi negara (state
jurisdiction) tidak dapat dipisahkan dari asas kedaulatan negara (state
souvereignty), konsekuensi logis dari asas kedaulatan negara, karena
negara memiliki kedaulatan atau kekuasaan tertinggi dalam batas-batas
teritorialnya (territorial souvereignty).dengan kata lain yuridiksi hanya
dimiliki oleh Negara berdaulat.
2. Yurisdiksi Negara dalam Hukum Internasional dapat lahir karena adanya
tindakan:
1. Legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau menetapkan
peraturan atau keputusan-keputusan;
2. Eksekutif, yaitu kekuasaan untuk memaksakan agar orang (benda
atau peristiwa) menaati peraturan (hukum) yang berlaku;
3. Yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mengadili orang, berdasarkan atas
suatu peristiwa.
3. Yurisdiksi dapat digolongkan ke dalam prinsip-prinsip berikut :

1.Prinsip Yurisdiksi Teritorial

yurisdiksi ini dapat diartikan sebagai hak, kekuasaan atau


kewenangan yang dimiliki oleh suatu negara untuk membuat
peraturan peraturan hukum, melaksanakan dan memaksakan
berlakunya peraturan-peraturan tersebut dalam hubungannya
dengan orang, benda, hal atau masalah yang berada dan atau terjadi
di dalam batas-batas wilayah dari negara yang bersangkutan.

2. Prinsip Yurisdiksi Personal.

Dalam hukum internasional diakui atau dikenal adanya yurisdiksi


personal atau yurisdiksi perseorangan (personal jurisdiction).

3.Prinsip yuridiksi Perlindungan

Berdasarkan prinsip yurisdiksi perlindungan, suatu negara dapat


melaksanakan yurisdiksinya terhadap warga-warga asing yang
melakukan kejahatan di luar negeri yang diduga dapat mengancam
kepentingan keamanan, integritas, dan kemerdekaan negara.

4.Prinsip Yurisdiksi Universal.


Menurut prinsip ini, setiap negara mempunyai yurisdiksi terhadap
tindak kejahatan yang mengancam masyarakat internasional.
Yurisdiksi ini lahir tanpa melihat dimana kejahatan dilakukan atau
warga negara yang melakukan kejahatan.

4. Adapun dua asas yang digunakan adalah : asas teritorial dan asas
teritorial yang diperluas.

1. Asas Teritorial: Dalam asas teritorial ini, yuridiksi berlaku atas


orang, perbuatan dan benda yang ada di dalam wilayah kekuasaan
suatu negara.

2. Asas Teritorial yang Diperluas: Nah, kalau asas teritorial hanya


berkiasa di dalam teritorial sebuah negara, maka asas teritorial yang
diperluas cakupannya pada orang, perbuatan dan benda yang terkait
dengan negara tersebut yang ada atau terjadi di luar wilayahnya.

5. Adapun yurisdiksi dapat diperluas berdasarkan perluasan teknik,


kewarganegaraan, prinsip proteksi dan prinsip universal

1.Perluasan Yurisdiksi Berdasarkan Teknik

Perluasan teknik yurisdiksi teritorial terjadi karena perbuatan hukum,


khususnya perbuatan pidana, dirumuskan dengan menetapkan
unsur-unsur perbuatan tersebut.

2. Berdasarkan Kewarganegaraan

Perluasan yurisdiksi teritorial berdasarkan kewarganegaraan terjadi


karena suatu perbuatan hukum, khususnya perbuatan hukum
pidana, dilakukan oleh warga negara suatu negara dan membawa
akibat kepada warga negara suatu negara pula.

3. Berdasarkan Prinsip Proteksi

Nah, dengan prinsi ini, suatu negara dapat melakukan yurisdiksi atas
perbuatan pidana yang melanggar keamanan dan integritas atau
kepentingan vital ekonomi yang dilakukan di luar negeri.

4. Berdasarkan Prinsip Universal


Berdasarkan prinsip universal, suatu negara dapat melakukan
yurisdiksi atas perbuatan pidana yang melanggar kepentingan
masyarakat internasional.Semua negara berhak untuk menangkap
dan menghukum pelaku kejahatan itu. tujuan adanya yurisdiksi
universal adalah untuk menjamin agar kejahatan itu tidak lepas dari
hukuman.

DAFTAR PUSTAKA
https://pelayananpublik.id/2018/05/11/yuridiksi-dalam-hukum-internasional-
dan-jenisnya/

Anda mungkin juga menyukai