Disusun Oleh:
ZAENUDIN
(15917124)
1. Pengertian Yuridiksi
Yurisdiksi berasal dari bahasa inggis yaitu Jurisdistion . Jurisdiction sendiri berasal dari bahasa
latin Yurisdictio. Yuris berarti kepunyaan menurut hukum dan Diction berarti ucapan, sabda,
sebutan ataupun firman.
Anthony Csabafi, dalam bukunya The Concept of State Jurisdiction in International Space
Law mengemukakan tentang pengertian yurisdiksi negara dengan menyatakan sebagai berikut :
Yurisdiksi negara dalam hukum internasional berarti hak dari suatu negara untuk mengatur dan
mempengaruhi dengan langkah-langkah dan tindakan yang bersifat legislatif, eksekutif, dan
yudikatif atas hak-hak individu, milik atau harta kekayaannya, perilaku-perilaku negeri.
2. Prinsip Yuridiksi
1.
Menurut prinsip ini setiap Negara memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan yang
dilakukan di dalam wilayah atau teritorialnya. Dibandingkan prinsi-prinsip lain, prinsip territorial
merupakan prinsip yang tertua, terpopuler dan terpenting dalam pembahasan yurisdiksi dalam
HI. Menurut Hakim Loed Macmillan, suatu Negara harus memiliki yurisdiksi terhadap semua
orang, benda dan perkara-perkara perdata dan pidana dalam batas-batas territorialnya sebagai
pertanda Negara tersebut berdaulat. Pengadilan Negara di mana suatu kejahatan dilakukan
memiliki yurisdiksi terkuat dengan pertimbangan:
a. Negara dimana kejahatan dilakukan adalah Negara yang ketertiban sosialnya paling
terganggu;
b. Biasanya pelaku ditemukan Negara dimana kejahatan dilakukan;
c. Akan lebih mudah menemukan saksi dan bukti-bukti sehingga proses persidangan dapat
lebih efisien dan efektif;
d. Sesroang WNA yang dating ke wilayah suatu Negara dianggap menyerahkan diri pada
system HN Negara tersebut, sehingga ketika ia melakukan pelanggaran HN di Negara yang
ia datangi maka ia harus tunduk pada hokum stempat meskipun mungkin apa yang ia lakukan
sah (lawful) menurut system HN negaranya sendiri.
Dengan demikian, ketika seorang WN Australia tertangkap basah menyimpan dan
memperjualbelikan ganja di sebuah hotel Denpasar, Bali Indonesia dapat menerapkan yurisdiksi
teritorialnya terhadap orang tersebut.
Meskipun penting, kuat dan popular, penerapan yurisdiksi territorial tidaklah absolute. Ada
beberapa perkecualian yang diatur dalam HI dimana Negara tidak dapat menerapkan yurisdiksi
territorialnya, meskipun suatu peristiwa terjadi di wilayahnya, beberapa perkecualian yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
2.
Berdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap seseorang yang melakukan
kejahatan yang dimulai dari wilayahnya, tetapi diakhiri atau menimbulkan kerugian di Negara
lain. Didekat perbatasan wilayah Indonesia-Malaysia, A yang berada di wilayah Indonesia
menembak B yang berada di seberang perbatasan (wilayah Malaysia). Dalam kasus ini,
Indonesia memiliki dasar untuk mengadili A berdasarkan prinsip territorial subjektif karena A
melakukan kejahatan yang dimulai dari wilayah Indonesia meskipun kerugiannya timbul di
wilayah Malaysia.
3.
Berdasarkan prinsip ini suatu Negara memiliki yurisdiksi terhadap seseorang yang
melakukan kejahatan yang menibulkan kerugian di wilayahnya meskipun perbuatan itu dimulai
dari Negara lain. Prinsip territorial objektif muncul pertama dalam kasus Lotus, dimana kapal
Prancis menabrak kapal Turki yang mengakibatkan kapal Turki tenggelam. Turki mengklaim
memiliki yurisdiksi terhadap kapal Prancis karena menderita kerugian yang ditimbulkan oleh
kapal (wilayah eksttrateriotrial) Prancis. Dalam kasus A di atas, Malaysia juga dapat mengklaim
memiliki yurisdiksi untuk mengadili A karena telah menimbulkan kerugian yaitu tertembaknya
B di wilayah Malaysia, meskipun penembakan dilakukan A dari wilayah Indonesia.
4.
Berdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap warga yang melakukan
kejahatan di luar negeri. Indonesia memiliki yurisdiksi untuk mengadilil TKI yang membunuh
majikannya di Arab Saudi atas dasar prinsip ini. Dalam praktik sering terjadi klaim yang
tumpang tindih dari beberapa Negara karena pelaku kejahatan memiliki kewarganegaraan ganda.
Karenanya sangat penting bagi suatu Negara untuk membuat aturan tegas siapa yang berhak
mendapatkan kewarganegaraan di negaranya.
5.
Berdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap warganya yang menjadi korban
kejahatan yang dilakukan orang asing di luar negeri. Dengan prinsip ini maka Indonesia akan
memiliki yurisdiksi berdasarkan prinsip nasionalitas pasif terhadap Philip (Warga Filipina) yang
membunuh Soni (Warga Indonesia) di Thailand. Dalam kasus US v Yunis 1989, Amerika
mengadili Yunis, warga Libanon yang dituduh terlibat pembajakan pesawat Yordania di Timur
Tengah atas dasar prinsip nasionalitas pasif. Beberapa warga AS yang ada dalam pesawat
Yordania itu menjadi korban perbuatan Yunis.
6.
Prinsip Universal
Hal ini biasanya dilakukan dengan menerapkan asas territorialitas dengan faktor seperti :
Komponen ini digunakan dengan menerapkan prinsip universalitas dimana setiap Negara berhak
untuk mengadili setiap orang yang melakukan kejahatan internasional.
-
Akibat
Pada komponen ini, dimana akibat atau korban berada, maka Negara tempat korban tersebut
berada berhak untuk mengklaim yurisdiksi atas kasus ini.
-
Nasionalitas (Kewarganegaraan)
Komponen ini terbagi dua yaitu kewarganegaraan korban dan kewarganegaraan pelaku.
Kewarganegaraan korban dapat digunakan untuk mengklaim yurisdiksi atas suatu kasus dan
kewarganegaran pelaku juga dapat digunakan namun Negara pelaku harus menjamin dapat
mengadili seadil-adilnya pelaku tersebut karena merasa bertanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukan si pelaku.
-
Komponen ini harus diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam dokumen yang menyatakan
bahwa mereka mempunyai kasus yang cukup kuat (dalam hal bukti, saksi, dll) untuk mengadili
pelaku di negaranya.
Pemidanaan
Lamanya pemidanaan dapat dijadikan komponen untuk menentukan yurisdiksi dalam kasus
cybercrime. Misalkan hukuman untuk orang yang melakukan hacking di Negara A adalah 5
tahun dan di Negara B 3 tahun, maka Negara A berhak untuk mengklaim yurisdiksi nya
-
Dalam komponen ini, keadilan maksudnya untuk Negara yang berhak mengklaim yurisdiksi atas
kasus cybercrime adalah Negara yang memiliki sistem peradilan yang adil dan tidak memihak
dan juga yang paling nyaman bagi saksi untuk hadir dalam persidangan.
Dan Pada tanggal 23 Oktober yang lalu, Kepolisian Indonesia berhasil menangkap Nikolov dari
tempat persembunyiannya di Bosnia. Penjemputan dilakukan oleh Direktur Tipideksus
Bareskrim Polri, Brigjen Bambang Waskito pada 23 Oktober 2015. Nikolov dijemput setelah
disetujuinya permintaan ekstradisi Bareskrim ke Pemerintah Bosnia untuk mengekstradisi
Nikolov. Nikolov dijerat dengan Pasal 362, 363, 406 KUHP, Pasal 30 Jo Pasal 46 dan atau Pasal
32 Jo Pasal 48 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik serta Pasal
3, 4, 5, dan 10. Juga UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang
Dari kasus diatas kita dapat melihat bahwa Indonesia bersikap tegas menegakkan hukum dengan
asas yuridiksi teritorial dengan komponen dimana kejahatan itu dilakukan. Dimitar Nikolov
merupakan warga negara Bulgaria , namun dia melakukan tindak kejahatan di wilayah hukum
Indonesia. Perbuatannya merugikan ekonomi nasional , perlindungan terhadap data strategis,
menghilangkan kepercayaan negara lain terhadap keamanan negara Indonesia,serta pelecehan
atas harkat dan martabat negara. Meskipun yang menjadi korban secara finansial adalah warga
negara Asing , namun akun dari ATM korban tersebut merupakan Bank milik Indonesia, dan
juga menurunnya kepercayaan pihak Asing terhadap keamanan data dari Bank tersebut. Selain
itu , tindak kejahatan ini mampu memberi efek trauma terhadap korban sehingga
berkemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya wisatawan asing ke Indonesia.
Mengapa Dimitar Nikolov bisa di tangkap di Bosnia, Serbia ?
Kepolisian Indonesia memang sudah menetapakan Dimitar Nikolov sebagai tersangka utama dari
kasus ATM Skimming , dengan adanya sebuah kerjasama hukum Internasional dengan Negara
Serbia , Indonesia bisa mengajukan permintaan ekstradisi terhadap seorang penjahat buronan
hukum negara. Oleh karena itu ,Kepolisian Indonesia berhasil menjemput Dimitar Nikolov di
Bosnia untuk diadili di Indonesia.
Dari kasus diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa , apapun tindakan kejahatan yang
dilakukan , akan diadili berdasarkan hukum dan yuridiksi yang berlaku, walaupun kejahatan
tersebut dilakukan oleh warga negara asing sekalipun. Landasan hukum Indonesia menjerat kuat
terhadap semua tindak kejahatan yang ditetapkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) dan seluruh regulasi hukum lain yang mengaturnya. Kejahatan secara dunia maya pun
akan mendapatkan perlakuan hukum yang sama.
Referensi :
Afitrahim, M. (2012). Yurisdiksi Dan Transfer of Proceeding Dalam Kasus Cybercrime.
Universitas Indonesia.
Brenner, S. W. (2006). Chapter 17, The Next Step: Prioritizing Jurisdiction. In IT Law Series
Vol 11: Cybercrime and Jurisdiction (pp. 330346). Leiden: Asser Press.
Kuwado, F. J. ( juli 20 2016 ). 5.500 Kali Beraksi di Bali, Pencuri via ATM Asal Bulgaria
Kantongi
Rp
24
Triliun.
Kompas.com.
Jakarta.
Retrieved
from
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/23/19592061/5.500.Kali.Beraksi.di.Bali.Pencuri.ATM.
asal.Bulgaria.Kantongi.Rp.24.Triliun