Anda di halaman 1dari 21

Class D-2018

Prof. Dr. Marsudi Triatmodjo, SH., LL.M.

HUKUM INTERNASIONAL Faculty of Law

Chapter VIII
Yurisdiksi Negara
Pengertian

 Ius decere = mengatakan hukum


 kekuasaan/wewenang negara menerapkan hukum
 Yurisdiksi negara didasarkan atas teritorial  yurisdiksi teritorial.
 negara berwenang/berkuasa memaksakan hukum atas orang,
brg. dan peristiwa yg. terjadi dalam wilayahnya.
 Menurut H.V. Evart, ada pembatasan praktis atas pelaksanaan
yurisdiksi yang luas oleh negara, yaitu negara tidak akan
menjalankan yurisdiksinya bila tidak mempunyai kepentingan.
 Arti penting pembahasan yurisdiksi negara  tentukan negara
mana yg berhak jalankan yurisdiksi. atas orang, barang dan/atau
peristiwa, sehubungan dg:
o kedaulatan negara
o hubungan yg. melintasi batas negara

2
 Ilustrasi kasus  Negara manakah yg berwenang untuk mengadili,
berikan alasannya dan negara mana yang lebih diutamakan?
(masalah Jurisdiksi akan muncul manakala ada persinggungan
antara satu negara dengan negara lain.)
o Seseorang melakukan aborsi di Indonesia yang menggolongkan
aborsi sebagai tindak pidana, melarikan diri ke AS yang tidak
menggolongkan perbuatan tersebut sebagai tindak pidana.
o Seorang WNI membunuh seorang WNI lain di wilayah Indonesia,
kemudian pelaku pembunuhan tersebut melarikan diri ke Inggris.
o Seorang WNI melakukan pembunuhan di Malaysia terhadap 3
orang yang masing-masing berkewarganegaraan India, AS dan
Jepang.
o Seorang Warganegara Italy menjabret tas warganegara India di
Malioboro, Warganegara Italy di adili menurut hukum mana?
o Seorang Warga Negara Indonesia berada di Nunukan Kaltim
menembak seorang warganegara Singapura yang sedang
berada di wilayah territorial Malaysia, WNI tersebut dapat diadili
menurut hukum mana?
o Di atas laut bebas dalam pesawat terbang KLM terjadi
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang WNi terhadap WN
Amerika maka WNI tersebut harus diadili menurut hukum mana?

3
o Pesawat Garuda terbang diatas Buenos Airos dalam pesawat
terbang tersebut warganegara Somalia mencuri dompet WNI, maka
WN Somalia tersebut dapat diadili menurut hukum mana?
o Warganegara Inggris menghamili seorang WNI, kemudian
pasangan tersebut bepergian ke Stockholm dan menggugurkan
kandungannya di Swedia dimana aborsi bukanlah merupakan
tindak pidana disana.
o WN Philipina bersama warganegara Venezuela mengedarkan uang
palsu rupiah di Carakas dalam penjualan minyak bumi, dengan
hukum apakah pelaku kejahatan ini harus diadili.

4
 Yurisdiksi adalah kekuasaan, hak atau wewenang yang dimiliki oleh
suatu negara untuk:
o Prescriptive jurisdiction (yurisdiksi legislatif)  membuat per-UU-
an terhadap orang, benda atau perbuatan-perbuatan.
Misalnya: Yurisdiksi negara terhadap pengelolaan sumber daya
alam, pemungutan pajak, dsb.
o Enforcement jurisdiction (yurisdiksi adjudikasi)  menegakkan
suatu keputusan yang didasarkan kepada per-UU-an yang
dibuat untuk memaksakan berlakunya hukum, dipatuhinya
ketentuan hukum dan penghukuman bagi pelanggaran terhadap
ketentuan-ketentuan hukum. Konsep jurisdiksi ini umumnya
akan banyak dibahas dalam kasus-kasus pidana.
 Rationale jurisdiction:
o Masing-masing negara mrpk anggota masy intl yang berdaulat
(sovereign).
o par in parem non habet imperium  setiap neg berkedudukan
sama dan tidak dapat saling memaksakan yurisdiksinya.
o Hubungan-hubungan dalam masy intl terjadi melampaui batas
satu negara (persinggungan antar negara).

5
Pelaksanaan Yurisdiksi
 Pelaksanaan yurisdiksi diperluas berdasarkan prinsip/asas:
o Teritorial (territorial jurisdiction)
 Subyektif (subjective territorial principle)
 Obyektif (objective territorial principle)
o Kewarganegaraan (nationality principle)
 Nationalitas Aktif (active nationality principle)
 Personalitas Pasif (passive personality Principle)
o Perlindungan (protective/security jurisdiction)
o Kejahatan universal (universality principle)
o Yurisdiksi Khusus yang diakui dalam perjanjian internasional
 Pelaksanaan yurisdiksi dibatasi terhadap:
o Negara dan Kepala Negara asing
o Perwakilan Diplomatik dan Konsul
o Kapal-kapal milik negara
o Angkatan bersenjata asing
o Lembaga-2 internasional
6
Perluasan Yurisdiksi

1. Yurisdiksi Teritorial:
 khususnya dalam kaitannya dg perbuatan pidana
 perbuatan dpt dipidana bila dipenuhi unsur2 ttn, yaitu
o pelaku ada dalam negeri
o negara dpt mengadili/punya kepentingan
 Persoalan: pelaku ada di luar negeri  negara tdk dpt mengadili(?)
Untuk dapat mengadili, digunakan prinsip2 yurisdiksi teritorial.
 Yurisdiksi ini mendasarkan kepada wilayah sebagai dasar yang
dipakai untuk menuntut penegakan hukum negara setempat
terhadap suatu peristiwa. Semua peristiwa kriminal yang terjadi
dalam wilayah suatu negara telah membuat negara tersebut memiliki
kewenangan untuk menegakkan hukum yang telah dibuatnya.
 Prinsip yurisdiksi teritorial ini telah membuat semua orang, tanpa
melihat kewarganegaraannya dapat diperiksa, dituntut dan dihukum
menurut hukum dimana peristiwa pidana dilakukan.
7
Prinsip teritorial subyektif:
 perbuatan dimulai di wilayahnya dan berakhir/menimbulkan akibat di
wil negara lain.
o Konvensi Jenewa 1929 ttg Pemberantasan Pemalsuan Mata Uang
o Konvensi Jenewa 1936 ttg Pemberantasan Perdagangan Obat
Isi : negara peserta wajib menghukum pelaku kejahatan, apabila
dlm wilayahnya digunakan utk melakukan tindak pidana dimanapun
tindakan akhir kejahatan dilakukan.
 Yurisdiksi berada pada negara tempat dimulai kejahatan.
Prinsip teritorial obyektif:
 perbuatan di mulai di neg lain, tetapi 1). diselesaikan di wilayah
mereka atau 2). menimbulkan kerugian di wilayah mereka  Yurisdiksi
ada pada Negara yg dirugikan atau berakhirnya kejahatan
 Prof. Hyde: perbuatan yg digerakkan dr luar suatu neg yg timbulkan
akibat berbahaya, membenarkan yang berdaulat di wilayah itu untuk
menuntut pelaku, jika pelaku itu memasuki wilayah negara tsb.
 Syarat  pelaku ada di wil neg yg dirugikan & ekstradisi ditolak.
8
2. Yurisdiksi Kewarganegaraan
 Perbuatan dilakukan oleh warganegara suatu negara yang
merugikan warganegara negara lain.
Prinsip Kewarganegaraan aktif:
 Yurisdiksi ada pada neg yg WN melakukan kejahatan di wil.nya atau
wil neg lain.
 Teori ini didukung adanya aturan ekstradisi dan negara tdk wajib
menyerahkan.
Prinsip Kewarganegaraan pasif:
 Yurisdiksi ada pada negara yg WN-nya dirugikan.
 Dasar pembenar  negara punya hak melindungi WN-nya di LN 
Apbl negara tempat terjadinya kejahatan tidak menghukum, mk
negara yg WN-nya dirugikan dpt menghukum
 Syarat  orang ybs ada di wilayahnya.
 Contoh: Kasus Oki Dewanto, Bom Bali.

9
3. Yurisdiksi Perlindungan
 Perluasan yurisdiksi spt ini dapat diberikan thd tindakan yang
mengancam keselamatan dan integritas suatu negara. Misalnya:
Rencana menggulingkan suatu pemerintahan yg dilakukan negara
lain di negara lain, tindakan spionase, memalsukan mata uang atau
sebuah konspirasi untuk melanggar peraturan ke-imigrasian.
 Alasan pembenar:
o akibat kejahatan itu demikian besarnya, jika dibiarkan tindakan itu
akan merugikan & mengancam keberlangsungan suatu negara.
o supaya tidak lepas dari hukuman, jika tdk ada perluasan yurisdiksi,
neg dmn tindakan itu dilakukan mgk tidak menganggap bahwa
tindakan itu adalah tindak pidana dan extradisi yang dimaksud
susah dilakukan tp ditolak karena nuansa politik yang ada dalam
tindakan kriminal tersebut.
 Keberatan: Pelaksanaan jurisdiksi ini cenderung sewenang-wenang.
 HI mengakui wewenang neg. utk. laks.yurisd. thd. kejahatan yg.
menyangkut keamanan & integritas atau kepentingan ekonomi vital.

10
4. Yurisdiksi Universal:
 Tindak pidana yg berada dbwh yurisdiksi semua neg dmnpun
tindakan itu dilakukan dan bttg dg kepent masy int
 delik jure gentium.
 Bbrp kejahatan yang dianggap sbg kejahatan internasional a.l.:
o Piracy Jure Gentium  HI kebiasaan & dlm Arts. 14 & 17
Konvensi Jenewa 1958 dan Arts. 101-107 KHL 1982.
o War Crimes  HI kebiasaan & dlm Konv Jenewa & Konv Den
Haag jo. Prinsip-prinsip dalam Nuremberg Trial atau Tokyo Trial.
o War-related Crimes  ada dua hal yaitu Crimes against
Humanity dan Crimes against Peace.
 Diatur dlm PI ttp diadili bdsr prinsip aut punere aut dedere (diadili &
dihukum oleh neg dmn mrk ditangkap atau oleh neg yg permohonan
ekstradisinya dikabulkan).
 Delik jure gentium yg dlm pertimbangan, a.l.: perdagangan obat bius,
pemalsuan uang, perdagangan wanita/anak, kejahatan genocide.

11
5. Yurisdiksi Khusus yang diakui dalam perjanjian
internasional
 Kejahatan terhadap Penerbangan
o Tokyo Convention on Offences and Certain other Acts
Committed on Board Aircraft 1963
o Hague Conventions for the Suppression of Unlawful Seizure of
Aircraft 1970
o Montreal Convention for teh Suppression of Unlawful Act
againts the Safety of Civil Aviation 1971
 Perbudakan
o Tindakan perbudakan telah dilarang dlm Art. 4 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia 1948

12
Pembatasan/pembebasan Yurisdiksi
1. Negara dan Kepala Negara asing:
 Negara dan Kepala Neg asing dpt berperkara di pengadilan nasional
ttp tdk dpt dituntut di pengadilan nasional.
o Kecuali ada penundukan scr sukarela.
o Terkait dg pengakuan neg & terbatas pd hk. Perdata.
 Bbrp teori dasar, a.l.:
o Par in parem non habet imperium  neg berdaulat tak dpt
menjalankan yurisdiksi thd neg berdaulat lain.
o Resiprositas dan komitas  saling memberikan immunitas.
o Keputusan pengadilan nasional tak dpt dilaks thd neg lain. Upaya
untuk itu dianggap sbg tindakan tak bersahabat.
o memberi ijin berkunjung mengandung kewajiban implisit utk.
memberikan immunitas.
o Kebijaksanaan suatu neg/pem tdk sepantasnya utk dipersoalkan
13
2. Perwakilan Diplomatik Asing dan Konsul:
 Teori dasar pemberian immunitas:
o The Extraterritorial Theory  gedung kantor diplomatik adalah
perpanjangan wilayah negara pengirim
o The Representative Character Theory  perwakilan adl
cerminan dari kehadiran kekuasaan asing yang harus dihormati
oleh negara lain sbgmn negara itu menghormati negara aslinya.
o The Functional Necessity Theory  kekebalan thd yurisdiksi itu
perlu dimiliki agar fungsi perwakilan diplomatik dapat dijalankan
dengan baik.
 Batas dari Kekebalan Diplomat  Diplomat asing dan keluarganya
akan kehilangan kekebalan terhadap yurisdiksi, atau keleluasaan
untuk menetap di negara penerima ketika tugas mereka dinyatakan
telah berakhir.
 Akan dibahas lebih detil pada Chapter XI !

14
3. Kapal publik negara:
 Kapal utk tujuan umum negara.
 Kriteria:
o bendera kapal dan
o dokumen kapal
 Teori dasar pemberian kekebalan:
o Teori pulau terapung (floating island)  dianggap bagian
wilayah.
o Teori obyektif  merupakan suatu pengecualian yg diberikan
oleh hk setempat, karena adanya ijin masuk

15
4. Angkatan bersenjata asing:
 Menikmati imunitas tidak mutlak/terbatas.
 Besarnya imunitas tergantung pd:
o keadaan di mana AB diterima dan
o ada tidaknya perjanjian.
 Bila tdk. ada perjanjian  telah diakui dlm HI bhw bdsk fakta atas
penerimaan menimbulkan kewajiban utk. berikan imunitas. Namun,
tdk dpt diartikan sebaliknya (ada kewajiban utk menerima).

16
5. Lembaga/Organisasi Internasional:
 Mendapatkan imunitas bdsk PI atau UU Nasional.
o Konv. PBB 1947 ttg hak istimewa dan kekebalan PBB.
o The United States Federal Act of 1945 on Internasional
Organisations Immunity.
 Tidak ada HI kebiasaan yang mengakui perlu/adanya perlindungan
thd yurisdiksi suatu negara untuk misi perwakilan OI.
 Pengaturan: the Vienna Convention on the Representation of States
in Their Relations with International Organizations of a Universal
Character 1975
o Memuat prinsip-prinsip umum bgmn sebuah OI dapat juga
memiliki keistimewaan, sekalipun terbatas, ketika melakukan
tugasnya di negara lain.
o belum berlaku. Oleh karena itu, derajad kekebalan dari para
anggota yang bertugas dalam OI bergantung pada negosiasi
dan perjanjian antara OI tsb dg negara penerimanya.
17
Ekstradisi

 Konsep ekstradisi selalu dilandaskan pada adanya PI antar negara


yang ingin melakukan ekstradisi, dan tidak ada HI kebiasaan yang
mengatur tentang itu.
 Pengertian Ekstradisi:
o Penyerahan kepada negara lain atas permintaannya seorang yang
diduga terlibat tindak kejahatan atau yang telah dijatuhi hukuman
oleh pengadilan dari sesuatu negara karena telah melakukan
kejahatan lain.
o Penyerahan seorang penjahat yang diminta oleh sesuatu negara
dimana ia ditemukan, kepada negara dimana ia dituduh atau telah
dihukum karena telah melakukan kejahatan.
o Penyerahan penjahat yang telah dicurigai atau telah dihukum yang
melarikan diri ke negara lain dapat dilakukan atas dasar telah
adanya “Perjanjian Ekstradisi” antara kedua negara.
18
 Isi Perjanjian Ekstradisi:
o Jenis-jenis kejahatan yang bisa diekstradisikan
o Kriteria orang yang bisa diekstradisikan
o Perkecualian terhadap kejahatan politik dari jenis-jenis
kejahatan yang bisa diekstradisikan
o Pernyataan bahwa orang yang diekstradisi tak bisa diadili
karena perkara yang tidak disebutkan dalam perjanjian
ekstradisi
o Adanya prima facie, bukti-bukti atas kesalahan yang dilakukan
(dikenal dalam sistem common law dan tidak pada sistem civil
law)

19
Ketentuan Konvensi Montevideo 1933:
 Penerima Ekstradisi
o Negara yang meminta ekstradisi mempunyai yurisdiksi untuk mengadili
dan menghukum kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
o Kejahatan yang dilakukan seseorang dapat dihukum menurut hukum
negara peminta dan negara yang menyerahkan ekstradisi

 Ekstradisi bisa ditolak jika


o Baik tindak kejahatan yang dilakukan maupun hukuman yang
telah diputuskan itu sudah kadaluwarsa
o Terhukum sudah melakukan hukumannya atau sudah diberikan
amnesti di negara dimana kejahatan itu dilakukan
o Sudah diadili atau sedang menjalani proses peradilan disesuatu
negara tertuduh harus tampil di “Pengadilan Luar Biasa” yang
akan diselenggarakan oleh negara peminta
o Kejahatan yang dilakukan merupakan kejahatan politik
o Tertuduh benar-benar seorang tentara atau kejahatan terhadap
agama

20
Notes of the day

 ...

21

Anda mungkin juga menyukai