Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ryandra Aliefiar Yanuar

NIM : 6211191059

Kelas :B

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Dosen : Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., PH.D.

SOAL

1. Jelaskan yang anda ketahui mengenai pengaturan penguasaan negara terhadap wilayah

Udara dan luar angkasa ! Sertakan dasar atau landasan hukumnya !

2. a. Coba anda jelaskan perbedaan antara Yurisdiksi Personal Aktif dengan Yurisdiksi

Personal Pasif ! Sertakan contohnya !

b. Jelaskan yang dimaksud dengan “Yurisdiksi Universal” ! Sertakan contoh kasusnya !

3. Terdapat beberapa bentuk kerjasama dalam penerapan yurisdiksi negara. Sebutkan salah

satu bentuk kerja sama tersebut ! Jelaskan disertai contoh !

JAWABAN

1. Yang saya ketahui mengenai pengaturan penguasaan negara terhadap wilayah udara dan
luar angkasa, beserta dasar atau landasan hukumnya adalah pertama wilayah udara,
hukum di wilayah udara ditetapkan oleh ICAO. ICAO merupakan International Civil
Aviation Organization, ICAO) adalah sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lembaga ini mengembangkan teknik dan prinsip-prinsip navigasi udara internasional
serta membantu perkembangan perencanaan dan pengembangan angkutan udara
internasional untuk memastikan pertumbuhannya terncana dan aman. Dewan ICAO
mengadopsi standar dan merekomendasikan praktik mengenai penerbangan, pencegahan
gangguan campur tangan yang ilegal, dan pemberian kemudahan prosedur lintas negara
untuk penerbangan sipil internasional. Assad Kotaite telah bertindak sebagai Presiden
Dewan ICAO sejak 1976, tetapi akan mengundurkan diri pada Agustus 2006. Yang
kedua wilayah luar angkasa, ruang angkasa tidak boleh di miliki oleh negara
manapun,karena di ruang angkasa Berlakunya kebebasan penuh di ruang udara seperti
laut lepas. Jika negara memiliki kedaulatan penuh dan eksklusif atas ruang udara, namun
tidak demikian halnya dengan ruang angkasa. Prinsip-prinsip yang berlaku untuk ruang
angkasa dijabarkaan dalam Traktat Luar Angkasa, atau dasar hukum luar angkasa.
Traktat ini ditandatangani pada tanggal 27 Januari 1967 dan mulai berlaku pada tanggal
10 Oktober 1967. Pada Mei 2013 lalu, 102 negara telah meratifikasi traktat ini, sementara
27 negara lainnya telah menandatanganinya namun belum meratifikasinya.

2. A. Perbedaan antara yuridiksi personal aktif dengan yuridiksi personal pasif adalah
yuridiksi personal aktif adalah negara dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap warga
negaranya. Semua prinsip lain yang berkaitan dengan hal ini adalah negara tidak wajib
menyerahkan warga negaranya yang telah melakukan suatu tindak pidana ke luar negeri.
Sedangkan yuridiksi personal pasif membenarkan negara untuk menjalankan yurisdiksi
apabila seorang warga negaranya menderita kerugian. Dasar pembenaran prinsip
nasionalitas ini adalah bahwa setiap negara berhak melindungi warga negaranya di luar
negeri , dan apabila negara teritorial di mana tindak pidana itu terjadi tidak menghukum
orang yang menyebabkan kerugian tersebut, maka negara asal korban berwenang
menghukum tindak pidana itu, apabila orang itu berada di wilayahnya. Contohnya adalah
sengketa The Cutting Case(1887). Mr. Cutting,warga negara Amerika Serikat,
mempublikasikan tulisan dalam sebuah surat kabaryang isinya memfitnah seorang warga
negara Mexico. Mr.Cutting ditahan oleh pejabat Mexico ketika ia berada di negeri itu
berdasarkan prinsip yurisdiksi
nasionalitas pasif. Dikatakan bahwa meskipun Amerika dalam sejarahnya telah
menentang prinsip nasionalitas pasif, prinsip ini telah diterima oleh Amerika Serikatdan
masyarakat internasional dalam beberapa tahun terakhir di bidang terorisme dan
kejahatan lain yang dikecam oleh dunia internasional. Hakim Koojimans dan Buergenthal
dalam Opini Bersama yang terpiah dalam kasus Kongo v. Belgiamencatat bahwa dalam
konteks ini, prinsip nasionalitas pasif sekarang tidak mendapat tantangan yang berarti.
B. yang dimaksud dari yuridiksi Universal adalah setiap negara mempunyai yurisdiksi
terhadap tindak kejahatan yang mengancam masyarakat internasional. Yurisdiksi ini lahir
tanpa melihat dimana kejahatan dilakukan atau warga negara yang melakukan kejahatan.
Lahirnya prinsip yurisdiksi universal terhadap jenis kejahatan yang merusak terhadap
masyarakat internasional sebenarnya juga disebabkan karena tidak adanya badan
peradilan internasional yang khusus mengadili kejahatan yang dilakukan orang-perorang
(individu).
Contoh dari Yuridiksi Universal adalah Pada tahun 1993, Parlemen Belgia mengeluarkan
"undang-undang yurisdiksi universal" yang mengizinkan pengadilan Belgia untuk
menghakimi mereka yang melakukan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan
atau genosida. Pada tahun 2001, empat warga Rwanda dijatuhi hukuman 12 hingga 20
tahun penjara akibat keterlibatan mereka dalam Genosida Rwanda pada tahun 1994.
Kemudian berbagai macam kasus pun dibawa ke pengadilan Belgia:
- Perdana Menteri Ariel Sharon dituduh terlibat dalam pembantaian Sabra dan Shatila
tahun 1982 di Lebanon yang dilakukan oleh milisi Kristen
- Israel melaporkan Yasser Arafat karena dianggap telah melakukan terorisme
- Pada tahun 2003, korban pengeboman Baghdad selama Perang Teluk tahun 1991
menuntut George H.W. Bush, Colin Powell dan Dick Cheney

3. Contoh bentuk kerjasama dalam penerapan yurisdiksi negara adalah Ekstradisi, Ekstradisi
adalah proses dimana seseorag tersangka yang ditahan di negara lain, kemudian
diserahkan kembali kepada negara asal tersangka untuk di sidang sesuai dengan
perjanjian yang telah ditetapkan. Kedaulatan Negara hanya dapat dilakasanakan di
wilayah atau teritorialnya dan akan berakhir ketika sudah dimulai wilayah atau territorial
Negara lain. Meskipun suatu Negara memiliki judicial jurisdiction atau kewenangan
untuk mengadili seseorang berdasarkan prinsip-prinsip yurisdiksi dalam hokum
internasional, namun tidak begitu saja Negara dapat melaksanakannya, ketika orang
tersebuut sudah melarikan diri ke Negara lain. Demikian pula berlaku terhadap seorang
terpidana yang berhasil kabur dari tahanan, Negara tidak bisa langsung menangkapnya
lagi ketika si terpidana berhasil kabur ke luar negeri. Untuk itulah dalam tata krama
pergaulan internasional dibutuhkan permohonan Ekstradisi dari Requesting State kepada
Requested State. Dengan demikian, keterbatasan kedaulatan territorial bisa dijembatani
melalui kerja sama dengan Negara-negara lainnya untuk proses penegakan hukumnya.
Keberhasilan kerja sama penegakan hokum tersebut pada umumnya tidak akan menjadi
kenyataan jika tidakada perjanjian bilateral maupun multilateral dalam penyerahan
pelaku kejahatan atau dalam kerja sama penyidikan, penuntutan, dan peradilan. Prasyarat
perjanjian tersebut tidak bersifat mutlak karena tanpa ada perjanjian itupun kerja sama
penegakan hokum dapat dilaksnakan berlandaskan asas resiprositas.

Anda mungkin juga menyukai