TINJAUAN PUSTAKA
“Yurisdictio”, yang terdiri atas dua suku kata, yuris yang berarti kepunyaan menurut
hukum, dan dictio yang berarti ucapan, sabda, sebutan, firman. Sehingga jika
didefinisikan secara singkat, maka inti dari yurisdiksi adalah ucapan atau sabda
yang memiliki dasar hukum. Memiliki dasar hukum hukum dapat diartikan sebagai
dalamnya mencakup hak dan wewenang yang didasarkan oleh hukum. Sehingga
yang berdiri sendiri melainkan kekuasaan yang berdasarkan hukum, dibatasi oleh
sebagai berikut : “… state jurisdiction in public international law means the right
of person, property, acts events with respect to matters not exclusively of domestic
concern …”.1 Dalam definisi tersebut dapat ditemukan unsur - unsur yurisdiksi
yang ada yaitu hak atau kewenangan, mengatur secara hukum melalui lembaga
1
Anthony Csabafi, The Concept of State Jurisdiction in International Space Law, (The Hague, 1971),
hal.45.
12
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif; mempengaruhi hak orang, benda, peristiwa
dan tidak semata - mata merupakan masalah dalam negeri saja. Senada dengan
Anthony Csabafi, Akehurst juga menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis yurisdiksi
pada supremasi lembaga negara yang diakui secara konstitusional untuk membuat
tertentu untuk mengadili kasus-kasus di mana ada faktor asing. Dalam masalah
pidana yurisdiksi ini menjangkau mulai dari prinsip teritorial hingga prinsip
universal sedangkan dalam persoalan sipil mulai dari kehadiran fisik terdakwa di
b. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu wilayah atau
2
Malcolm N. Shaw, Hukum Internasional, terjemahan oleh Derta Sri Widowati, Penerbit Nusa
Media, Bandung, 2013, hal. 640-641.
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2005), hal.1278.
13
Yurisdiksi adalah ciri pokok dan sentral dari kedaulatan negara, karena
terhadap segala sesuatu yang ada dalam wilayah suatu negara. Tetapi keterkaitan
antara yurisdiksi dengan wilayah negara bukan sesuatu yang bersifat mutlak.
Yurisdiksi negara dalam hukum internasional dibagi dalam dua ranah yaitu
yurisdiksi perdata dan yurisdiksi pidana. Dalam yurisdiksi perdata, hukum nasional
dengan hukum internasional. Reaksi yang dihasilkan oleh negara - negara lain juga
dalam perjanjian. Hampir tidak ada protes diplomatik atau diskusi antar negara
4
Op cit. hal. 637.
5
Ibid, hal. 640.
14
internasional tidak menetapkan peraturan tertentu dalam hal pembatasan yurisdiksi
menyangkut ranah pidana maka yurisdiksi yang dimiliki oleh suatu negara dapat
1. Prinsip Teritorial.
6
Ibid.
7
DJ Harris, Cases and Materials on International Law,3rd Ed, (London: Sweet &Maxwell,1998), hal.
210.
15
meskipun perbuatan itu dimulai dari negara lain, tetapi dengan
3. Prinsip Perlindungan
8
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, edisi revisi, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2002),hal.162.
9
Ibid. hal.163.
10
Ibid. hal.164.
16
dibenarkan atas dasar perlindungan terhadap kepentingan negara
4. Prinsip Universal
anggapan apabila kejahatan tersebut telah menjadi kejahatan bagi seluruh umat
manusia (hostis humani generis).11 Kejahatan universal atau kejahatan bagi seluruh
umat manusia menjadi bagian dari yurisdiksi universal tidak terlepas dari hukum
11
Jahawir Thontowi dan Pranonto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama,
Bandung, 2006, hal. 163.
17
memerhatikan nasionalitas pelaku, korban, maupun hubungan lain dengan negara
di mana pengadilan tersebut berada.12 Beberapa ciri unik dari yurisdiksi universal
adalah :
Prinsip universal pertama kali muncul pada abad ke-17 dalam kaitannya
sebagai tindak pidana awal di mana asas yurisdiksi universal muncul untuk
hanya pembajakan di laut lepas saja yang masuk dalam lingkup yurisdiksi
universal. Dalam hukum positif pembajakan di laut lepas masuk dalam juris
gentium sesuai dengan pasal 105 UNCLOS (United Nations Convention on the Law
of the Sea) yang berbunyi "On the high seas, or in any other place outside the
12
Amnesty International, Universal Jurisdiction, Question and Answer, December, 2001,
sebagaimana dikutip oleh Ridarson Galingging "Universal Jurisdiction in absentia; Congo v Belgium,
ICJ, Feb 2002, dalam Jurnal Hukum Internasional, Vol. I No.2, Agustus 2002, FH Universitas
Padjadjaran, Bandung, Hal. 104.
13
Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar,Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2014, hal. 245.
18
jurisdiction of any State, every State may seize a pirate ship or aircraft, or a ship
or aircraft taken by piracy and under the control of pirates, and arrest the persons
and seize the property on board. The courts of the State which carried out the
seizure may decide upon the penalties to be imposed, and may also determine the
action to be taken with regard to the ships, aircraft or property, subject to the rights
of third parties acting in good faith." Asas yurisdiksi universal dalam pembajakan
di laut lepas bertujuan untuk mengisi kekosongan yurisdiksi jika ada kejahatan yang
dilakukan di wilayah yang tidak bertuan atau wilayah yang ada di luar yurisdiksi
kejahatan internasional yang sangat serius sehingga tidak ada lagi tempat di mana
pelaku kejahatan tersebut berlindung sehingga ia tidak dapat diadili dan dihukum
mengadili pelaku kejahatan internasional yang serius pada awalnya adalah saat
14
Noora Arajarvi, Looking Back from Nowhere: Is There a Future for Universal Jurisdiction over
International Crimes?, Tilburg Law Review, vol.16,2011,hal. 8.
19
mati15 dan Pengadilan Nuremberg yang mengadili mantan pejabat-pejabat Nazi
negara-negara pemenang Perang Dunia yang kedua yang sama sekali tidak ada
kejahatan tersebut. Berangkat dari dua peradilan tersebut maka asas yurisdiksi
Saat ini dua tindak pidana yang jelas masuk dalam lingkup prinsip universal
laut teritorial suatu negara tunduk kepada yurisdiksi teritorial negara yang
oleh Konvensi Jenewa 1949 yang berkenaan dengan tawanan perang, perlindungan
penduduk sipil dan personel yang menderita sakit dan luka-luka. Ditambahkan juga
dengan Protokol I dan Protokol II yang disahkan pada tahun 1977 oleh Konferensi
15
Israel v Eichmann , Israel Supreme Court Judgment of 29 May 1962 in (1968) International Law
Reports 291.
16
J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, terjemahan oleh Bambang Iriana Djajaatmadja, Sinar
Grafika, Jakarta, 2010, hal. 305.
20
kemanusiaan, kejahatan agresi, dan perdagangan manusia masih menjadi
kejahatan internasional serius lainnya yang belum diadili oleh negara yang
berwenang mengadili.
negara. Yurisdiksi nasional suatu negara memberikan ruang lingkup yang sangat
jelas bagi suatu negara untuk mengadili pelaku kejahatan internasional. Yurisdiksi
batas-batas yang sangat jelas dan juga merupakan suatu tanda atas kedaulatan
negara. Tidak ada negara yang mau jika kedaulatannya dilanggar. Secara
bagi suatu negara untuk melangkahi yurisdiksi nasional negara lain dengan dalil
universal adalah ketika suatu negara telah menerapkan prinsip tersebut dalam
21
negara tersebut dengan negara lain yang tidak mengakui yurisdiksi tersebut dalam
tunduk kepada yurisdiksi perjanjian internasional tersebut. Hal yang sangat berbeda
aplikasinya terhadap yurisdiksi universal. Suatu negara dengan kemauan dan itikad
konflik di kemudian hari karena belum tentu negara lain mengakui atau menyetujui
22