Anda di halaman 1dari 13

Yurisdiksi Negara

dalam hukum
international
Anggota Kelompok : 7
• Allief Fitrah Hakim (221000071)
• Alfarizi Nabawi Yusuf (221000076)
• Muhammad Reza Andika (221000066)
• Fadel Mochammad Fikry (221000051)
• Muhammad Rizky Putra Salam (221000074)
Apa pengertian yurisdiksi Negara
dalam Hukum Internasional?

Apa saja prinsip-prinsip yurisdiksi


dalam Hukum Internasional?

Bagaimana penerapan yurisdiksi


ekstrateritorial?

Bagaimana bentuk kerjasama


antranegara dalam penerapan yurisdiksi?
Apa pengertian yuridiksi
Negara dalam hukum
international
Kata yurisdiksi (jurisdiction) berasal dari kata yurisdictio.
Kata yurisdictio berasal dari dua kata yaitu
kata Yuris dan Diction. Yuris berarti kepunyaan hukum atau
kepunyaan menurut hukum. Adapun Dictio berarti ucapan, sabda
atau sebutan. Dengan demikian dilihat dari asal katanya Nampak
bahwa yurisdiksi berkaitan dengan masalah hukum, kepunyaan
menurut hukum atau kewenangan menurut hukum.
Apa pengertian yuridiksi
Negara dalam hukum
international
Meskipun demikian, dalam praktik, kata yurisdiksi paling sering
untuk menyatakan kewenangan yang dlaksanakan oleh Negara
terhadap orang, benda atau peristiwa. Menurut Wayan Parthiana,
kata yurisdiksi berarti kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki
suatu badan peradilan atau badan-badan Negara lainnya yang
berdasarkan atas hukum yang berlaku. Bila yurisdiksi dikaitkan
dengan Negara maka akan berarti kekuasaan atau kewenangan
Negara untuk menetapkan dan memaksakan (to declare and to
enfore) hukum yang dibuat oleh Negara atau bangsa itu sendiri.
Apa pengertian yuridiksi
Negara dalam hukum
international
Ada tiga macam yurisdiksi yang dimiliki oleh Negara yang berdaulat
menurut John O’Brien, yaitu:
1. Kewenangan Negara untuk membuat ketentuan-ketentuan hukum
terhadap orang, benda, peristiwa maupun perbuatan di wilayah
teritorialnya (legislative jurisdiction or prescriptive jurisdiction);
2. Kewenangan Negara untuk memaksakan berlakunya ketentuan-
ketentuan hukum nasionalnya (executive jurisdiction or
enforcement jurisdiction);
3. Kewenangan pengadilan Negara untuk mengadili dan memberikan
putusan hukum (yudicial jurisdiction).
Apa saja prinsip-prinsip yuridiksi Negara
dalam hukum international
Hukum internasional public tidak banyak membuat aturan
atau pembatasan berkaitan dengan kasus-kasus perdata
internasional. Hokum internasional public lebih
memfokuskan diri pada yurisdiksi pengadilan yang berkaitan
dengan kasus-kasus pidana internasional. Sepanjang
menyangkut perkara pidana ada beberapa prinsip yurisdiksi
yang dikenal dalam hokum internasional yang dapat
digunakan oleh Negara untuk mengklaim dirinya
memiliki judicial jurisdiction. Adapun prinsip-prinsip
tersebut ialah:
Apa saja prinsip-prinsip yuridiksi Negara
dalam hukum international
1. Prinsip Yurisdiksi Teritorial, Menurut prinsip ini setiap Negara memiliki yurisdiksi terhadap
kejahatan-kejahatan yang dilakukan di dalam wilayah atau teritorialnya.
2. Prinsip Teritorial Subjektif, Berdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap
seseorang yang melakukan kejahatan yang dimulai dari wilayahnya, tetapi diakhiri atau
menimbulkan kerugian di Negara lain.
3. Prinsip Teritorial Objektif, Berdasarkan prinsip ini sutau Negara memiliki yurisdiksi terhadap
seseorang yang melakukan kejahatan yang menibulkan kerugian di wilayahnya meskipun
perbuatan itu dimulai dari Negara lain.
4. Prinsip Nasionalitas Aktif, Berdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap warga
yang melakukan kejahatan di luar negeri.
5. Prinsip Nasionalitas Pasif, Berdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap warganya
yang menjadi korban kejahatan yang dilakukan orang asing di luar negeri.
6. Prinsip Universal, Berdasarkan prinsip ini setiap Negara memiliki yurisdiksi untuk mengadili
pelaku kejahatan internasional yang dilakukan dimanapun tanpa memperhatikan kebangsaan
pelaku maupun korban.
7. Prinsip Perlindungan, Berdasarka prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi trehadap orang asing
yang melakukan yurisdiksi terhadap orang asing yang melakukan kejahatan yang sangat serius
yang mengancam kepentingan vital Negara, keamanan, integritas dan kedaulatan, serta
kepentingan vital ekonomi Negara.
Bagaimana penerapan
yuridiksi ekstraterirotial
Hukum internasional memang tidak mengatur secara detail
pembatasan-pembatasan yurisdiksi suatu Negara, kecuali apa yang
telah dikenal dalam prinsip-prinsip yurisdiksi hukum internasional,
misalnya bahwa suatu Negara tidak akan menjalankan yurisdiksinya
terhadap orang, benda atau perbuatan yang tidak ada sangkut
paut dengan negaranya. Namun demikian, seandainya ada suatu
Negara (Negara A) menyatakan bahwa penerapan yurisdiksi dari
Negara B melanggar hukum internasional, maka Negara A harus
membuktikan dimana letak pelanggaran yang telah dilakukan
Negara B.
Bagaimana penerapan
yuridiksi ekstraterirotial
Contoh kasus penggunaan yurisdiksi ekstrateritorial antara lain dalam kasus
American Banana Co. Dalam kasus ini penggugat adalah warga Negara AS,
pemilik perkebunan pisang di Costarica, sedangkan tregugat adalah pemilik
United Fruit Co. Tuntutan yang diajukan adalah bahwa tergugat telah melanggar
Sherman Act dengan cara membujuk pemerintah Costaria untuk merampas tanah
milik perkebunan Banana Co. Mahkamah Agung AS memutuskan bahwa Sherman
Act tidak dapat diterapkan terhadap United Fruit Co atas kegiatannya yang
dilakukan di luar negeri bila kegiatan tersebut tidak melanggar hokum Costarica.
Pelanggaran terhadap hokum AS di luar negeri tidak dapat dijadikan dasar
tuntutan di pengadilan AS apabila tindakan tersebut tidka bertentangan dengan
hukum nasional dimana perbuatan itu dilakukan.
Bagaimana bentuk
kerjasama antar Negara
dalam menerapkan
yuridksi

Kedaulatan Negara hanya dapat dilakasanakan di wilayah atau Demikian pula berlaku terhadap seorang terpidana yang berhasil kabur
teritorialnya dan akan berakhir ketika sudah dimulai wilayah atau dari tahanan, Negara tidak bisa langsung menangkapnya lagi ketika si
teritorial Negara lain. Meskipun suatu Negara memiliki judicial terpidana berhasil kabur ke luar negeri. Untuk itulah dalam tata kra
jurisdiction atau kewenangan untuk mengadili seseorang berdasarkan pergaulan internasional dibutuhkan permohonan ekstradisi
prinsip-prinsip yurisdiksi dalam hokum internasional, namun tidak dari requesting State kepada Requested State. Dengan demikian,
begitu saja Negara dapat melaksanakannya (enforcement jurisdiction) keterbatasan kedaulatan territorial bisa dijembatani melalui
ketika orang tersebuut sudah melarikan diri ke Negara lain. kerjasama dengan Negara-negara lainnya untuk proses penegakan
hukumnya.
Bagaimana bentuk
kerjasama antar Negara
dalam menerapkan
yuridksi

Ekstradisi menurut pasal 1 UU 1/1979 tentang Ekstradisi Perjanjian ekstradisi sangat dibutuhkan saat ini seiring
adalah penyerahan oleh suatu Negara kepada Negara dengan meningkatnya kualitas maupun kuantitas kejahatan
yang meminta penyerahan seseorang yang disangka atau khususnya kejahatan transnasional dan terorisme.
dipidana karena melakukan suatu tindak pidana di luar Keberadaan istrumen hukum internasional ini sangat
wilayah yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah bermanfaat untuk meningkatkan jangkauan da kemampuan
Negara yang meminta penyerahan tersebut. penegakan hokum pidana nasional secara umum.
Bagaimana bentuk
kerjasama antar Negara
dalam menerapkan
yuridksi

Perjanjian ekstradisi tumbuh dari praktik Negara-negara Prinsip-prinsip di atas sudah terwadahi dalam instrumen
yang kemudian menjadi hokum kebiasaan internasional. hukum nasional yaitu UU No. 1/1979 tentang ekstradisi.
Pada umunya perjanjian-perjanjian ekstradisi akan Disamping hukum nasional yang bersumberkan pada hukum
memuat sebagai prinsip-prinsip berikut: internasional, saat ini PBB juga sudah mengeluarkan
1. Prinsip kejahatan ganda (double criminal) instrumen khusus yang menjadi panduan dalam pembuatan
2. Prinsip kekhususan/spesialitas perjanjian ekstradisi yaitu Model Treaty on Extradition.
3. Prinsip tidak menyerahkan pelaku kejahatan politik Model ini bisa diterapkan baik dalam perjanjian bilateral
4. Prinsip tidak menyerahkan WN sendiri maupun internasional.
5. Prinsip Ne bis in idem
6. Prinsip kadaluwarsa
Terima
Kasih
Dari Kelompok 7

Anda mungkin juga menyukai