Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 7

Salah satu kewenangan Pemerintah adalah melakukan pemeriksaan


atas SPT yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak. Pemeriksaan
dilakukan dengan tujuan untuk memastikan kebenaran informasi yang
telah disampaikan oleh Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan.

Berdasarkan apa yang telah Anda pelajari mengenai proses yang


dilakukan dalam pemeriksaan, menurut Anda apakah terdapat metode
lain yang lebih sederhana dan dapat dilakukan oleh Pemerintah?

PENJELASAN :

Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 15/PMK.03/2018


tentang cara lain menghitung peredaran bruto. Ketentuan itu memberikan alternatif bagi
fiskus untuk menetapkan jumlah pajak bagi wajib pajak yang tak kooperatif.
Dalam ketentuan itu, wajib pajak tak kooperatif adalah WP yang tidak atau tidak
sepenuhnya menyelenggarakan kewajiban pencatatan atau pembukuan, sehingga
mengakibatkan peredaran bruto yang sebenarnya tak diketahui.

Oleh karena itu, dengan implementasi beleid baru tersebut, penghitungan peredaran bruto
yang dilakukan fiskus tak melulu dihitung berdasarkan omzet, fiskus juga bisa
menghitungnya berdasarkan delapan cara alternatif seperti yang tampak dalam pasal 2
beleid yang diundangkan pada tanggal 13 Februari 2018 lalu.

Hestu Yoga Saksama, Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Ditjen
Pajak mengatakan, penerbitan PMK tersebut itu memberikan kepastian hukum, terutama
untuk melaksanakan Pasal 14 ayat (5) UU PPh. Pasal 14

Meski demikian, menurut Yoga, metode ini sebenarnya sudah sering digunakan otoritas
pajak dalam pemeriksaan untuk menghitung peredaran bruto bagi WP yang wajib
menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan.
"Kami mengenalnya sebagai metode tidak langsung (karena tidak bersumber dari
pembukuan WP). Dalam hal peredaran bruto kita tetapkan dengan metode tersebut, maka
penghasilan netonya kita hitung dengan Norma Penghitungan Penghasilan Neto," kata
Yoga kepada Bisnis, Rabu (28/2/2018).

Adapun jika diperinci kedelapan alternatif itu berisi penjelasan mengenai metode lain bagi
fiskus untuk menghitung peredaran bruto WP. Metode yang pertama adalah penghitungan
peredaran bruto menggunakan metode transaksi tunai dan nontunai. Penghitungan
dilakukan berdasarkan data atau informasi mengenai penerimaan tunai dan penerimaan
nontunai dalam suatu tahun pajak.

Kedua, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode sumber dan penggunaan


dana. Rujukannya adalah data dan informasi mengenai sumber dana dan penggunaan
dana dalam suatu tahun pajak.

Ketiga, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode satuan dan volume.


Acuannya adalah data dan atau informasi mengenai jumlah satuan atau volume usaha
yang dihasilkan Wajib Pajak dalam suatu tahun pajak.
Keempat, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode penghitungan biaya
hidup. Penghitungan dilakukan berdasarkan data atau informasi mengenai biaya hidup
Wajib Pajak beserta tanggungannya termasuk pengeluaran yang digunakan untuk
menambah kekayaan dalam suatu tahun pajak.

Kelima, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode pertambahan kekayaan


bersih. Pemeriksa dapat menggunakan data atau informasi mengenai kekayaan bersih
pada awal dan akhir tahun dalam suatu tahun pajak sebagai basis penghitungan
peredaran bruto.

Keenam, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode berdasarkan SPT atau


hasil pemeriksaan tahun pajak sebelumnya. Sesuai dengan jenis metodenya, maka dasar
penghitungan peredaran brutonya adalah SPT atau hasil pemeriksaan tahun pajak
sebelumnya.

Ketujuh, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode proyeksi nilai ekonomi.


Untuk menggunakan metode ini, pemeriksa harus memproyeksikan nilai ekonomi dari
suatu kegiatan usaha pada saat tertentu pada suatu tahun pajak.

Kedelapan, penghitungan peredaran bruto menggunakan metode penghitungan rasio.


Untuk cara ini, penghitungannya mengacu pada persentase atau rasio pembanding.

Anda mungkin juga menyukai