MUHAMMAD SOETRISMAN
031351269
Jakarta: Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menghadapi sejumlah persoalan
di masa pandemi covid-19. Salah satunya, penurunan angka penjualan."UMKM di masa
pandemi ini memiliki berbagai masalah. Seperti, penurunan penjualan, permodalan, distribusi
terhambat, kesulitan bahan baku, produksi menurun dan PHK buruh," papar Menteri
Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu, 8 Juli
2020.Kementerian Ketenagakerjaan berupaya melakukan pemulihan di sektor UMKM.
Sehingga, dapat menahan laju Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau
dirumahkan."Pemerintah telah melakukan upaya memulihkan keberlangsungan UMKM,"
imbuh Ida.
Strategi yang dilakukan, yaitu pemberian stimulus kepada UMKM dan koperasi, berikut
Bantuan Langsung Tunai (BLT) usaha ultra mikro dan mikro. Selanjutnya, restrukturisasi dan
subsidi suku bunga kredit usaha mikro dan restrukturisasi kredit untuk koperasi melalui
Lembaga Penyalur Dana Bergulir (LPDB)."Ada juga upaya melalui program belanja di
warung tetangga, relaksasi pajak, program Kartu Prakerja dan lainnya," ujardia.Pelaku
UMKM juga melakukan perubahan orientasi pemasaran akibat pandemi. Banyak pelaku
UMKM yang beralih ke perdagangan elektronik (e-commerce) untuk meningkatkan
penjualan."Saat ini, pelaku UMKM perlahan beralih ke (penjualan) online. Peningkatan
terjadi di UMKM platform digital yang sebelumnya 600 ribu, menjadi dua juta pelaku
usaha," tutur Ida. (M. Iqbal Al Machmudi)
Sumber : m.medcom.id
Pertanyaan:
Mengenai jenis kegiatan usaha apa saja yang boleh dilakukan badan usaha yang
didirikan Yayasan, sesuai Pasal 7 ayat (1) UU Yayasan, badan usaha tersebut harus
sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian yayasan.
Hal ini ditegaskan pula dalam Pasal 8 UU Yayasan bahwa kegiatan usaha dari badan
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan,
dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Lebih jauh disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 UU Yayasan bahwa kegiatan usaha
dari badan usaha Yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara lain hak
asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan
hidup, kesehatan, dan ilmu pengetahuan. Dari penjelasan Pasal 8 tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa bidang usaha yang bisa didirikan oleh Yayasan sebenarnya
tidak hanya terbatas pada bidang-bidang yang telah disebutkan melainkan bisa lebih
luas lagi. Lebih jauh Saudara dapat membaca pula artikel SIUP dan TDP Yayasan.
Jadi, Yayasan boleh mendirikan badan usaha atau melakukan penyertaan pada suatu
usaha asalkan sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian Yayasan serta tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Kementerian Koperasi dan UKM RI melaporkan bahwa secara jumlah unit, UMKM memiliki
pangsa sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia
(2017), sementara usaha besar hanya sebanyak 0,01% atau sekitar 5400 unit. Usaha Mikro
menyerap sekitar 107,2 juta tenaga kerja (89,2%), Usaha Kecil 5,7 juta (4,74%), dan Usaha
Menengah 3,73 juta (3,11%); sementara Usaha Besar menyerap sekitar 3,58 juta jiwa.
Artinya secara gabungan UMKM menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional, sementara
Usaha Besar hanya menyerap sekitar 3% dari total tenaga kerja nasional!
I. Kriteria UMKM
Usaha kita dapat dikategorikan ke dalam Usaha Mikro apabila memiliki aset maksimal Rp 50
juta dan omzet maksimal Rp 300 juta per tahun atau sekitar Rp1.000.000 per hari (asumsi
beroperasional aktif selama 300 hari/tahun); sementara batas atas omzet untuk Usaha Kecil
adalah sekitar Rp8,3 juta per hari; dan batas atas omzet Usaha Menengah adalah sekitar
Rp167juta per hari. Kini kita dapat menentukan sendiri apakah usaha yang kita jalankan
termasuk dalam usaha skala mikro, kecil, atau menengah dengan merujuk pada kriteria
UMKM di atas.