Anda di halaman 1dari 4

SEPTIAN DWI SAPUTRA

043707808

ILMU HUKUM

TUGAS 3
HUKUM PERDATA
HKUM4202.33
TUGAS 3 HUKUM PERDATA /HKUM4202

Rahmat adalah seorang dosen di salah satu PT Negeri di Indonesia.


Selain sebagai seorang akademisi Rahmat juga ahli dalam bidang bisnis
properti. Ia mempunyai beberapa usaha dengan salah satunya adalah rumah kos-
kosan bertaraf paviliun. Pada suatu ketika datanglah seorang tamu yang tak lain adalah
temannya sewaktu sekolah dulu yang bernama Gunawan. Singkat cerita ternyata
kedatangan Gunawan itu tak lain untuk menyewa 1 unit rumah kos paviliun untuk
ditempati bersama keluarganya. Akhirnya terjadilah suatu kesepakatan perjanjian sewa
rumah tersebut dengan jangka waktu setahun. Dalam perjanjian tersebut Gunawan
wajib membayar 40% dari total harga sewa pertahun Rp. 60.000.000,-. Dengan sisanya
60% dibayarkan perbulan selama setahun kepada Rahmat. Berjalannya
waktu Gunawan selalu menyetor kepada Rahmat setiap bulannya, namun pada bulan
ke-6 Gunawan mengalami kecelakaan akibat bencana alam sehingga biaya sewa
bulanan tak dapat ia bayarkan dengan alasan uangnya dipakai untuk biaya berobat.
Atas kejadian tersebut Rahmat sama sekali tak memperdulikannya dan meminta untuk
membayarnya jika tidak Gunawan disuruh pergi keluar dari rumah kosannya.

Pertanyaan:

1. Berikan analisis hukum Anda apakah contoh kasus di atas dikategori


sebagai perbuatan wanprestasi?
2. Menurut Anda jika Rahmat disangkakan melakukan perbuatan wanprestasi.
Bagaimana cara penyelesaiannya secara hukum? Uraikan dengan dasar
hukumnya!
3. Berdasarkan soal no 2 di atas, apakah Gunawan dapat membela dirinya dari
tuduhan ingkar janji yang disangkakan Rahmat? Berikan analisis Anda
berdasarkan hukum!

JAWAB:

1). Wanprestasi merupakan perbuatan cidera atau ingkar janji (breach of contract),
secara etimologis istilah wanprestasi ini berasal dari bahasa Belanda yang artinya ialah
prestasi yang buruk dari seorang debitur atau orang yang berhutang dalam
melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakati.

Faktor Penyebab Wanprestasi

Wanprestasi terjadi tentu karena ada faktor penyebab yang melatarbelakanginya.


Berikut beberapa faktor penyebab terjadinya wanprestasi.
1. Kelalaian Oleh Salah Satu Pihak

Poin pertama penyebab wanprestasi ialah karena adanya kelalaian dari salah satu
pihak. Pihak debitur atau nasabah dapat disalahkan dikarenakan melakukan suatu
tindakan yang merugikan pihak lainnya karena kelalaian atau karena kesengajaan.

Beberapa kewajiban yang dianggap lalai, apabila tidak dilaksanakan oleh debitur
adalah sebagai berikut ini:

 Kewajiban memberi sesuatu yang telah disepakati atau dijanjikan.


 Kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan.
 Kewajiban tidak melaksanakan suatu perbuatan tertentu.

2. Kondisi Pemaksaan (Force Majeure)

Penyebab lainnya dari wanprestasi ialah karena adanya kondisi pemaksaan atau
dikenal pula dengan istilah force majeure. Faktor satu ini terjadi jika ada salah satu
pihak tidak mampu memenuhi kewajiban, karena kondisi yang berada di luar
kendalinya.

Ketidakmampuan untuk memenuhi perjanjian tersebut, bukan atas keinginan dari pihak
pelaku. Oleh sebab itu, pihak pelaku tidak dapat disalahkan atas kelalaian tersebut.

Unsur wanprestasi yang terjadi dikarenakan kondisi pemaksaan di antaranya


meliputi objek dicuri atau hilang, objek binasa dikarenakan ketidaksengajaan,
ada bencana alam dan lainnya.

3. Pihak dengan Sengaja Melanggar Perjanjian

Penyebab ketiga dari wanprestasi ini termasuk dalam penyebab yang fatal,
dikarenakan salah satu pihak dengan sengaja melanggar perjanjian. Pihak tersebut
melakukan hal yang bertentangan dengan kesepakatan awal. Oleh sebab itu, pihak ini
dapat disalahkan oleh pihak lain apabila terjadi kerugian.

Jadi menurut saya kasus di atas bisa di sebut wanprestasi karena sudah ada
perjanjian yang di ketahui dua belah pihak dan sudah di jelaskan di atas faktor
penyebab terjadi nya wanprestasi yaitu pada nomor urut 2 yaitu kondisi
pemaksaan atau force majeure

2). Bila melakukan wanprestasi, pihak yang lalai harus memberikan penggantian
berupa biaya, kerugian, dan bunga. Akibat atau sanksi wanprestasi ini dimuat
dalam Pasal 1239 KUH Perdata yang menerangkan bahwa tiap perikatan untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan
memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi
kewajibannya.
Penggantian biaya merupakan ganti dari ongkos atau uang yang telah dikeluarkan oleh
salah satu pihak. Kemudian, yang dimaksud dengan penggantian rugi adalah
penggantian akan kerugian yang telah ditimbulkan dari kelalaian pihak wanprestasi.
Selanjutnya, terkait bunga, J. Satrio dalam Hukum Perikatan menerangkan bahwa
bunga dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis.

1. Bunga Moratoir, yakni bunga terutang karena debitur terlambat memenuhi


kewajibannya.
2. Bunga Konvensional, yakni bunga yang disepakati oleh para pihak.
3. Bunga Kompensatoir, yakni semua bunga di luar bunga yang ada dalam
perjanjian.

3). Mengajukan adanya keadaan memaksa (overmacht).

Menurut Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) dalam keadaan
memaksa atau overmacht debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban karena
keadaan ingkar janji timbul di luar kemauan atau kemampuan debitur (Pasal 1244
KUHPer)

Selengkapnya Pasal 1245 KUHPer berbunyi:

“tidaklah biaya ganti rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan
memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan
memberikan atau membuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama
telah melakukan perbuatan yang terlarang”

Anda mungkin juga menyukai