043707808
ILMU HUKUM
TUGAS 3
HUKUM PERDATA
HKUM4202.33
TUGAS 3 HUKUM PERDATA /HKUM4202
Pertanyaan:
JAWAB:
1). Wanprestasi merupakan perbuatan cidera atau ingkar janji (breach of contract),
secara etimologis istilah wanprestasi ini berasal dari bahasa Belanda yang artinya ialah
prestasi yang buruk dari seorang debitur atau orang yang berhutang dalam
melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakati.
Poin pertama penyebab wanprestasi ialah karena adanya kelalaian dari salah satu
pihak. Pihak debitur atau nasabah dapat disalahkan dikarenakan melakukan suatu
tindakan yang merugikan pihak lainnya karena kelalaian atau karena kesengajaan.
Beberapa kewajiban yang dianggap lalai, apabila tidak dilaksanakan oleh debitur
adalah sebagai berikut ini:
Penyebab lainnya dari wanprestasi ialah karena adanya kondisi pemaksaan atau
dikenal pula dengan istilah force majeure. Faktor satu ini terjadi jika ada salah satu
pihak tidak mampu memenuhi kewajiban, karena kondisi yang berada di luar
kendalinya.
Ketidakmampuan untuk memenuhi perjanjian tersebut, bukan atas keinginan dari pihak
pelaku. Oleh sebab itu, pihak pelaku tidak dapat disalahkan atas kelalaian tersebut.
Penyebab ketiga dari wanprestasi ini termasuk dalam penyebab yang fatal,
dikarenakan salah satu pihak dengan sengaja melanggar perjanjian. Pihak tersebut
melakukan hal yang bertentangan dengan kesepakatan awal. Oleh sebab itu, pihak ini
dapat disalahkan oleh pihak lain apabila terjadi kerugian.
Jadi menurut saya kasus di atas bisa di sebut wanprestasi karena sudah ada
perjanjian yang di ketahui dua belah pihak dan sudah di jelaskan di atas faktor
penyebab terjadi nya wanprestasi yaitu pada nomor urut 2 yaitu kondisi
pemaksaan atau force majeure
2). Bila melakukan wanprestasi, pihak yang lalai harus memberikan penggantian
berupa biaya, kerugian, dan bunga. Akibat atau sanksi wanprestasi ini dimuat
dalam Pasal 1239 KUH Perdata yang menerangkan bahwa tiap perikatan untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan
memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi
kewajibannya.
Penggantian biaya merupakan ganti dari ongkos atau uang yang telah dikeluarkan oleh
salah satu pihak. Kemudian, yang dimaksud dengan penggantian rugi adalah
penggantian akan kerugian yang telah ditimbulkan dari kelalaian pihak wanprestasi.
Selanjutnya, terkait bunga, J. Satrio dalam Hukum Perikatan menerangkan bahwa
bunga dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis.
Menurut Pasal 1245 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) dalam keadaan
memaksa atau overmacht debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban karena
keadaan ingkar janji timbul di luar kemauan atau kemampuan debitur (Pasal 1244
KUHPer)
“tidaklah biaya ganti rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan
memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan
memberikan atau membuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama
telah melakukan perbuatan yang terlarang”