TUGAS 3
Salah satu kewenangan dari KPPU adalah mengeluarkan Pedoman yang berisikan tentang
bagaimana menyamakan penafsiran dan bagaimana interpretasi KPPU terhadap isi pasal
UU No.5 Tahun 1999 tersebut. KPPU bukan hanya bertindak mengawasi penegakan
hukum saja tetapi juga memastikan pengawasan terhadap pengecualian yang diatur
dalam pasal-pasal UU No.5 Tahun 1999. UU No.5 Tahun 1999 juga memberikan beberapa
pengecualian dalam pengaturan pasal-pasalnya. Pengecualian diberikan kepada pelaku
usaha tertentu, kegiatan usaha tertentu serta perjanjian tertentu. Banyak pertimbangan
yang dijadikan alasan pemberian status ini diantaranya yang paling kuat adalah alasan
latar belakang philosophis yuridis berdasarkan Pasal 33 ayat (1) UUD RI dimana dikatakan
bahwa:”perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”
dan dalam ayat (4) dinyatakan bahwa “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Oleh sebab itu, demokrasi ekonomi dalam pemahaman Indonesia adalah berdasarkan
pada perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan
dimana:
a. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara;
b. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
c. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum;
Dari pemahaman di atas, maka sudah jelas UUD’45 secara tegas sejak awalnya telah
menginstruksikan diakui dan harus dilakukannya proteksi terhadap bidang-bidang usaha
atau perekonomian tertentu. Dalam implementasi pengertian dan pemberian proteksi ini
maka pemerintah Indonesia mengacu kepada beberapa aspek dalam upaya menegakkan
demokrasi ekonomi dengan menghindarkan hal hal yang dianggap bertentangan dengan
sistim perekonomian yang berorientasi pada Pancasila dan ekonomi kerakyatan, yaitu:
a. Sistem Free Fight Liberalism yang menimbulkan eksploitasi terhadap manusia dengan
hanya mengandalkan tujuan ekonomi;
b. Dominasi negara dan aparatur negara yang mematikan potensi dan daya kreasi unit-
unit ekonomi di luar sektor negara;
c. Persaingan tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan masyarakat dan bertentangan
dengan cita-cita keadilan sosial.
Oleh sebab instruksi UUD’45 yang dengan jelas maka dengan diberlakukannya UU No.5
Tahun 1999, pengecualian diberlakukan sebagai bagian dari undang-undang yang
melingkupi berbagai aspek:
2. Pelaksanaan teknis waralaba di Indonesia diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP) No.
16/1997 tentang Waralaba dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
259/MPP /Kep/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba.
Namun Pasal 7 SK Menperindag memuat ketentuan mandatoir (yang harus ada) mengatur
mengenai isi klausul minimal yang harus diatur dalam perjanjian waralaba. Di antaranya (i)
jangka waktu, minimal 5 tahun (i) nama dan jenis HKI, penemuan atau ciri khas usaha
misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang
merupakan karakteristik khusus yang menjaadi obyek waralaba dan (iii) hak dan
kewajiban para pihak serta bantuan dan fasilitas yang diberikan kepada terwaralaba
namun Pasal 50 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur mengenai
pengecualian penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terhadap
perjanjian yang berkaitan dengan waralaba.
3. Ada begitu banyak tujuan yang hendak dicapai dan diharapkan mampu terwujud dalam
proses pembentukan sebuah peraturan perundang-undangan di Indonesia, dan dalam hal
ini terciptanya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Persaingan, salah satunya
adalah untuk mencegah dan menghindari praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat yang dilakukan oleh para pelaku usaha. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
dibentuklah KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) yang diamanatkan oleh undang-
undang untuk melakukan pengawasan persaingan usaha di Indonesia.
Meskipun KPPU mempunyai fungsi penegakan hukum persaingan usaha, akan tetapi KPPU
bukanlah lembaga peradilan khusus dalam bidang persaingan usaha. Tugas dan wewenang
KPPU diatu dalam pasal pasal 35 dan pasal 36 UU No. 5 Tahun 1999. KPPU menjalankan
tugas
untuk mengawasi tiga hal pada undang-undang yang menyangkut praktek-praktek sebagai
berikut
1. Kegiatan yang dilarang yaitu melakukan control produksi dan pemasaran melalui
pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan
persaingan usaha yang tidak sehat
2. Perjanjian yang dilarang yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk secara
bersamasama mengontrol produksi dan pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat
mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, antara lain :
perjanjian penetapan harga,deskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup, oligopoly,
kartel, trust, dan perjanjian dengan pihak luar negeriyang dapat mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat
3. Posisi dominan yaitu pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang
dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau menghambat
bisnis pelakupelaku usaha lainnya